• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok

(Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)

SKRIPSI

Vionita Anjani 150904027

Jurnalistik

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini ditujukan untuk mempertahankan Sidang Meja Hijau:

Nama : Vionita Anjani

NIM : 150904027

Judul Skripsi :

Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Drs. Safrin, M.Si Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D

NIP. 196110011987011001 NIP. 196505241989032001

Dekan FISIP USU,

Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si NIP. 197409302005011002

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Vionita Anjani NIM : 150904027 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok

(Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (……….)

Penguji : (……….)

Penguji Utama : (……….)

Ditetapkan di : Medan Tanggal : April 2019

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses

sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Vionita Anjani

NIM : 150904027

Tanda Tangan :

Tanggal : 25 April 2019

(5)

Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016). Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan agar penulis memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis melalui banyak kesulitan, baik itu dalam memperbanyak data yang akurat mengenai aplikasi Tik Tok, waktu dan tenaga serta biaya.

Perjalanan dan proses yang panjang telah penulis tempuh untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Atas izin Allah SWT semua kesulitan dan kendala yang penulis hadapi dapat dilalui dengan baik. Penulis bersyukur Allah SWT turut serta memberikan dorongan, motivasi, bantuan kepada penulis melalui orang – orang yang selalu berada di sekitar penulis.

Pada skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang turut membantu dan memberi dukungan positif, terkhusus untuk kedua orang tua penulis Ayah tercinta Muhammad Zulham, SE., M.Si. dan Ibunda tersayang Roosvieta yang tiada hentinya mendo’akan penulis, memberikan dukungan, nasehat dan semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Sahabat, dan teman-teman kerabat yang telah memberikan motivasi sampai dengan penyelesaian skripsi ini. Atas segala bantuan. dukungan, motivasi dan bimbingan yang diberikan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin. S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(6)

2. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi serta Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Kepada dosen pembimbing skripsi dan sebagai dosen penasehat akademik penulis, Bapak Drs. Safrin, M.Si., yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan nasehat kepada penulis.

4. Kepada Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

5. Bapak/Ibu dosen, staff akademik dan pegawai Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kakanda, Rizky Rivanni, S.Kom yang memotivasi penulis dengan pengalamannya dalam mengerjakan skripsi sehingga penulis dapat terus menjalani semua proses penulisan skripsi dengan baik.

7. Kepada saudara sepupu penulis Gita Dwi Ananda yang telah membagi waktunya untuk kelancaran skripsi penulis.

8. Teman-teman kuliah dan tim seperjuangan, khususnya Kartika Oktarija, Sarah Treny.S, Sanaam Mayta, Irma Syahfitri, Riri Pratama Putri, Dina Sakinah, Clara Pangaribuan, Lena, Annisa Rahmi, Maya Andani, Qori, Ziya, Deby, Vira, Indah Ramadhani yang telah memberikan semangat, tempat diskusi dan bantuan kepada penulis sampai saat ini.

9. Kepada seluruh rekan-rekan Mahasiswa seangkatan yang telah banyak memberikan ide dan gagasan serta saran kepada penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

(7)

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca meskipun di dalamnya masih terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan limpahan rezeki-Nya.

Medan, 25 April 2019

Vionita Anjani 150904027

(8)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vionita Anjani NIM : 150904027 Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok

(Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)”

Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 25 April 2019 Yang Menyatakan :

(Vionita Anjani)

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok. Untuk mengetahui keefektifan dari aplikasi Tik Tok. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi, teknologi komunikasi, media baru, dan persepsi. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2019 yang berjumlah sebanyak 238 mahasiswa. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Burhan Burgin. Dari rumus tersebut, peneliti menggunakan presisi sebesar 5% dan sampel ditentukan dengan purposive sampling. Dari rumus tersebut, maka diperoleh sampel sebanyak 149 mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian, untuk pemakaian aplikasi tik tok sendiri, dari 149 mahasiswa, hanya 10.1% mahasiswa yang menggunakan aplikasi Tik Tok, artinya hanya ada 15 orang yang menggunakan aplikasi tersebut. Hal ini menunjukkan ketidaktertarikan responden penelitian terhadap aplikasi Tik Tok untuk dijadikan media atau sarana untuk berkomunikasi dengan video yang dihasilkan dari aplikasi tersebut. Persepsi dari sampel yang terpilih menunjukkan, 71 orang merasa aplikasi Tik Tok membawa pengaruh buruk kepada penggunanya. Sementara itu, sebanyak 64 orang mengatakan bahwa aplikasi Tik Tok telah disalahgunakan oleh penggunanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa mengenai aplikasi Tik Tok adalah banyaknya kasus atau peristiwa yang negatif mengenai aplikasi Tik Tok.

Kata Kunci : Persepsi, Aplikasi Tik Tok, Komunikasi

(10)

ABSTRACT

This research is entitled "Community Perception of Tik Tok Application (Quantitative Descriptive Study of Tik Tok Application in Students of USU Stambuk 2015 and 2016)." The purpose of this study was to determine the perceptions of the 2015 and 2016 USU FISIP Communication Science students in the Tik Tok application. To find out the effectiveness of the Tik Tok application. To find out the factors that influence the perceptions of the 2015 and 2016 USU FISIP Communication Science students in the Tik Tok application. The theories used in this study are communication, communication technology, new media, and perception.

The research method used by the author in this study is a quantitative method. The population in this study were the 2015 and 2019 USU FISIP Communication Science students who numbered 238 students. Samples were determined with a precision of 5% by Burhan Burgin using purposive sampling, then a sample of 149 students was obtained. Based on the results of the study, for the application of tick tok itself, of 149 students, only 10.1% of students used the Tik Tok application, meaning that there were only 15 people using the application. This shows the disinterest 2015 and 2019 USU FISIP Communication Science students of Tik Tok application to be used as a medium or means to communicate with the video produced from the application. The perceptions of the selected sample showed that 71 people felt the Tik Tok application had a bad influence on its users. Meanwhile, as many as 64 people said that the Tik Tok application has been misused by its users. Factors that influence student perceptions of the Tik Tok application are the number of negative cases or events regarding the Tik Tok application.

Keywords: Perception, Tik Tok application, Communication

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii

KATA PENGANTAR iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB. II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ... 10

2.1.1 Komunikasi ... 10

2.1.1.1 Definisi Komunikasi ... 10

2.1.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 12

2.1.1.3 Dimensi Komunikasi ... 15

2.1.1.4 Proses Komunikasi ... 18

2.1.2 Teknologi Komunikasi ... 18

2.1.3 Media Baru ... 20

2.1.4 Persepsi ... 23

2.1.4.1 Perhatian ... 25

2.1.4.2 Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi ... 29

2.1.4.3 Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi ... 29

2.1.5 Hubungan Persepsi dengan Komunikasi ... 30

2.2 Model Teoritik ... 31

(12)

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

3.1.1 FISIP USU ... 32

3.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan FISIP USU ... 35

3.1.2.1 Visi ... 35

3.1.2.2 Misi ... 36

3.2 Metode Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Pengambilan Sampel ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 40

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.5 Teknik Analisis Data ... 44

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 46

4.1.1 Penelitian Kepustakaan ... 46

4.1.2 Penelitian Lapangan ... 46

4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 47

4.3 Analisis Tabel Tunggal ... 47

4.3.1 Karakteristik Responden ... 47

4.3.2 Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi ... 50

4.4 Pembahasan ... 68

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 77

5.2 Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Jenis Kelamin ... 47

Tabel 4.2 Usia ... 48

Tabel 4.3 Stambuk ... 48

Tabel 4.4 Pengguna Aplikasi Tik Tok ... 49

Tabel 4.5 Mengetahui Aplikasi Tik Tok ... 50

Tabel 4.6 Mengetahui Pemberitaan Negatif yang Berkaitan dengan Aplikasi .... 51

Tabel 4.7 Setuju dengan Penggunaan Aplikasi Tik Tok di Atas 12 Tahun ... 52

Tabel 4.8 Setuju Pengguna Tik Tok membuat Konten Kreatif ... 54

Tabel 4.9 Setuju Aplikasi Tik Tok memberi Pengaruh Buruk ... 57

Tabel 4.10 Aplikasi Tik Tok sebagai Perantara Eksistensi ... 59

Tabel 4.11 Pemakai menyalahgunakan aplikasi Tik Tok ... 61

Tabel 4.12 Setuju dengan pemblokiran yang dilakukan Kemkominfo ... 63

Tabel 4.13 Setuju aplikasi Tik Tok diblokir secara permanen ... 65

Tabel 4.14 Aplikasi Tik Tok layak digunakan setelah pemblokiran ... 67

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Elemen Komunikasi ... 12 Gambar 2. Model Teoritik Penelitian ... 31

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembaran Kuesioner 2. Lembar Catatan Bimbingan 3. Curiculum Vitae

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tik Tok atau yang dikenal sebagai aplikasi sinkron bibir (lip-sync) saat ini sedang berada di atas puncak ketenarannya. Aplikasi sosial berbasis video ini mendapat banyak perhatian dari masyarakat, terutama pada generasi muda.

Terbukti pada awal Agustus tahun lalu, Tik Tok memiliki 600 juta pengguna diseluruh dunia. Hal itu membuat Tik Tok mendapat gelar sebagai aplikasi terbaik 2018 di Google Play Store. (www.detik.com 04/12/2018)

Setelah mengamati aplikasi Tik Tok, peneliti menyimpulkan bahwa Tik Tok merupakan aplikasi yang memungkinkan penggunanya membuat video berdurasi pendek dengan cepat. Dalam aplikasi Tik Tok ini, pengguna akan melakukan sinkron bibir sesuai dengan lagu yang dipilih. Lagu yang ada didalam Tik Tok bermacam-macam sehingga penggunanya mempunyai banyak pilihan.

Tik Tok juga memberikan special effects yang unik, sehingga video yang dihasilkan terlihat menarik dan keren walaupun video tersebut berdurasi pendek.

Video yang sudah dibuat dapat dibagikan dengan mudah kepada pengguna Tik Tok yang lainnya.

Selain dikenal dengan nama Tik Tok, aplikasi ini juga mempunyai nama lain, yaitu Douyin yang artinya video pendek vibrato. Douyin atau Tik Tok yang berperan sebagai jaringan social dan platform video music itu diluncurkan pada bulan September 2016 oleh Zhang Yiming. Di Indonesia sendiri, aplikasi Tik Tok diluncurkan pada bulan Mei 2017. (id.m.wikipedia.org 04/07/2018)

Zhang Yiming adalah tokoh dibalik peluncuran platform video musik tersebut. Beliau merupakan alumni dari Universitas Nankai lulusan software engineer. Selain menjadi alumni dari Universitas Nankai, ia juga mendirikan perusahaan teknologi yang disebut “ByteDance”. Perusahaan tersebut didirkan pada bulan Maret 2012 lalu. Aplikasi yang pertama kali diluncurkan oleh perusahaan teknologi ByteDance tersebut yaitu Toutiau yang sekarang telah menjadi salah satu aplikasi terbesar di Cina. Tren yang sudah berkembang

(17)

sekarang membuat Zhang Yiming memutuskan untuk menciptakan aplikasi media social yang lebih interaktif dan menarik. Dari proses itu kemudian terciptalah aplikasi Tik Tok yang merupakan media pembuat video berdurasi pendek.

(www.moneysmart.id 04/07/2018)

Untuk Zhang Yiming terutama ByteDance, kesuksesan aplikasi Tik Tok tentunya berdampak positif. Tik Tok memberikan kekayaan yang berlimpah untuk Zhang Yiming. Zhang Yiming selaku pendiri Tik Tok memiliki harta kekayaan sebesar 4 Miliar Dolar Amerika Serikat atau setara dengan 57,4 Triliun Rupiah.

Pada usianya yang ke 34 tahun, Yiming sudah menempati rangking 545 di daftar orang terkaya di dunia. (www.moneysmart.id 04/07/2018)

Suksesnya aplikasi Tik Tok dibuktikan oleh Firma intelijen aplikasi sensor tower yang menjelaskan bahwa jumlah install Tik Tok lebih tinggi dibanding facebook, Instagram, snapchat dan youtube di AS. Empat aplikasi terbesar itu mampu dilampaui oleh Tik Tok dalam unduhan harian pada tanggal 29 September 2018 dimana 29.7% unduhan berdatangan pada aplikasi Tik Tok tersebut. Sampai saat itu, pangsa pasar aplikasi tersebut terus menunjukkan peningkatan mencapai 42.4% unduhan pada tanggal 30 Oktober lalu. Pengunduhan aplikasi Tik Tok di AS juga meningkat 237% dibanding bulan Oktober 2017. (www.tek.id 04/11/2018)

Dibalik kesuksesan berkembangnya aplikasi Tik Tok, beberapa akun penggunanya juga menjadi sorotan publik. Contohnya saja seperti akun Bowo Alpenliebe.

Lipsync di aplikasi Tik Tok yang dilakukan oleh sosok Bowo Alpenliebe menjadi viral di media sosial. Hal tersebut sampai membuatnya menggelar acara meet and greet di daerah Kota Tua, Jakarta, pada bulan Mei lalu. Karena aksi yang ia suguhkan di aplikasi tersebut, Bowo Alpenliebe yang umurnya masih berusia 13 tahun sudah menjadi sosok yang dipenuhi dengan kontroversi. Perempuan- perempuan yang masih berumur belia sudah sangat mengidolakannya, bahkan terdapat beberapa keterangan di media sosial yang menyebutkan akan membuat aliran “agama bowo”. Dalam agama tersebut, Tuhan yang dimaksud adalah Bowo Alpenliebe. (www.detik.com 02/07/2018)

(18)

Selain itu, ada juga kegiatan “meet and greet” yang sering dilakukan oleh para muser. Muser adalah sebutan bagi mereka pelaku atau pengguna aplikasi Tik Tok. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk bertemu atau berjumpa langsung dengan para artis Tik Tok. Kegiatan ini tentunya dipungut biaya alias tidak gratis, belum lagi dengan rentang pembayaran yang ditagih cukup mahal. Sekitar 80 ribu sampai 500 ribu rupiah. Pada kasus “meet and greet” Bowo Alpenliebe, harga tiket yang ditagih oleh panitia pelaksana acara adalah berkisar 80 ribu sampai 100 ribu. Beberapa meet and greet juga diberi harga tiket yang lebih mahal yaitu mencapai 200 hingga 300 ribu. Dari kesuluruhan harga tiket itu, benefit yang ditawarkan bermacam-macam. Untuk harga yang termurah, biasanya peserta hanya mendapatkan tempat duduk paling belakang dan snack. Sementara untuk yang termahal, peserta mendapatkan tempat duduk paling depan, bisa foto dengan artis Tik Tok dan muser yang hadir, dan bisa mengajukan pertanyaan ke artis Tik Tok dan muser tersebut. (www.detik.com 02/07/2018)

Beralih ke kasus lain, video singkat seorang anak perempuan yang masih belia bernama Nuraini, mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Nuraini adalah gadis yang berasal dari Palu, Sulawesi Tengah. Ia terkenal mendadak dikarenakan videonya yang viral karena menggoda Iqbaal Ramadhan, artis muda tanah air. Dalam video tersebut, Nuraini mengaku sebagai “istri sah Iqbaal”.

Kejadian ini membuat Nuraini mendapat banyak komentar dari masyarakat. Sisi baiknya adalah, Nuraini dapat menunjang perekonomian keluarganya melalui endorse dari beberapa produk lewat akun media sosialnya. Tetapi tetap saja, Nuraini tidak memiliki keahlian apa-apa dari pembuatan video tersebut.

(www.kompasiana.com 30/06/2018)

Kejadian yang lebih miris terjadi kepada seorang balita berusia dua tahun di Wuhan Provinsi Hubei, dilaporkan mengalami luka yang cukup serius. Sang ayah berniat melakukan gerakan yang cukup berbahaya. Hal tersebut dilihatnya melalui aplikasi Tik Tok. Akibat dari keinginannya tersebut, anaknya mengalami cidera. Tubuh anak tersebut jatuh ketika sang ayah ingin membalikkan tubuh anaknya 180 derajat. (www.liputan6.com 29/06/2018)

(19)

Ada juga seorang gadis yang menjadi bahan omongan masyarakat dikarenakan video singkatnya yang dianggap sangat tidak pantas dan tidak semestinya dilakukan. Gadis tersebut menggunggah video dimana dirinya sedang melakukan lipsync, sementara di sampingnya terdapat jenazah kakeknya yang sudah terbungkus kain kafan. (video.tribunnews.com 12/03/2018)

Selain penggunanya, Tik Tok juga mendapat perhatian khusus. Hal ini berhubungan dengan kata-kata “aplikasi goblok” yang ketika kita mengetikkan kata-kata tersebut di google Play Store, maka aplikasi pertama yang akan muncul adalah aplikasi Tik Tok. (www.liputan6.com 02/07/2018)

Kejadian-kejadian yang sudah dipaparkan di atas membuat banyak orang yang menuntut untuk memblokir aplikasi ini di Indonesia. Masyarakat menilai bahwa konten yang terdapat dalam aplikasi Tik Tok tersebut kurang mendidik anak-anak. Maka muncullah keresahan hingga desakan dari para masyarakat dan petisi agar Kemkominfo dapat memblokir aplikasi tersebut. Pada akhirnya, Kemkominfo memutuskan untuk memblokir aplikasi tersebut sementara.

Kemkominfo mengambil keputusan pemblokiran sementara sampai pihak dari Tik Tok sendiri menghapus konten-konten yang negatif didalam aplikasi tersebut.

Pemblokiran yang dilakukan oleh Kemkominfo mempunyai dasar. Hasil dari pantauan tim AIS Kominfo (tim yang mengoperasikan AIS (Automatic Identification System) sebagai sebuah mesin pelacakan otomatis yang digunakan untuk mengais konten-konten negatif), mereka menemukan pelanggaran konten yang di antaranya adalah pornografi, asusila, pelecahan agama, dan lain-lain. Dari semua pelanggaran tersebut, maka Kemkominfo memutuskan untuk melakukan pemblokiran terhadap aplikasi Tik Tok untuk sementara sampai semua konten diatas dihapuskan. (www.detik.com 04/07/2018)

Pengonsumsian media sosial sebagai perantara eksistensi merupakan pola komunikasi yang sedang terjadi pada masyarakat sekarang ini. Internet bukan lagi menjadi alat yang hanya bermanfaat untuk mencari informasi dan berita, tetapi juga untuk mencari jati diri. (www.alinea.id 28/06/2018)

Dalam peristiwa Tik Tok, arti sebagai manusia sudah diperkecil menjadi sebatas sebuah pencitraan diri agar menjadi terkenal dan eksis. Mengambil data

(20)

dari south China Morning Post (SCMP) bahwasanya pengguna Tik Tok merupakan anak-anak yang masih berada di bawah umur. Seorang anak yang masih berada di tingkat sekolah dasar, mengaku kalau aplikasi Tik Tok telah merubah dirinya. Anak tersebut mengungkapkan fakta bahwa Tik Tok sangat popular. Dua puluh teman sekelasnya beserta adiknya yang masih berumur 9 tahun sudah menggunakan aplikasi tersebut. Kini, ia meraka kalau dirinya sudah seperti seorang artis. Orang-orang yang sedang berjalan mengenal dirinya setelah mengunggah video di Tik Tok. (www.alinea.id 28/06/2018)

Psikolog klinis Tara de Thouars yang memiliki dua gelar sarjana dari Universitas Indonesia dan University Of Queensland Australia itu mengatakan bahwa dalam kasus yang ada saat ini, aplikasi bukan menjadi masalahnya, tetapi karakter berekspresi dari para penggunanya. Beliau juga berpendapat bahwa remaja terkenal sangat rentan karena mereka yang kita tahu sedang dalam masa pencarian identitas diri. Mereka sebagai remaja butuh diakui. Mereka merasa dunia sedang berfokus kepada dirinya. Di lain sisi, Tik Tok datang dan menjadi suatu sarana yang bisa dijadikan tempat untuk mengekspresikan diri. Namun, ekspresi yang di lontarkan menjadi berlebihan. Peristiwa ini dapat terjadi pada orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk tampil lebih besar dan tidak memperdulikan norma yang berlaku. (www.alinea.id 28/06/2018)

Dari pemaparan yang ada, maka Tik Tok juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Pengguna dari aplikasi tersebut juga perlu membenahi pola pikirnya.

Hal ini tentu berkesinambungan karena keluaran sebuah alat atau aplikasi bergantung pada penggunanya. Pengguna dari aplikasi Tik Tok memiliki peluang untuk menciptakan konten-konten yang kreatif. Namun, fakta yang ada justru kebalikkannya. Pengguna menjadi kelewatan dalam membuat video, mulai dari penampilan yang tidak sopan dan tidak semestinya serta gerakan yang tidak seharusnya dipublikasikan secara umum. Semua dilakukan demi mencapai popularitas. (www.alinea.id 28/06/2018)

Terkait dengan hal ini, masyarakat khususnya mahasiswa memiliki persepsi atau pandangan tersendiri terhadap kasus-kasus dari aplikasi Tik Tok.

Persepsi pada dasarnya muncul ketika seorang individu sedang mengamati orang

(21)

lain yang sedang mengkomunikasikan sikap atau perilakunya dalam suatu lingkup. Munculnya persepsi atau pandangan tentang penggunaan aplikasi Tik Tok yang terbentuk saat ini ditentukan pada sikap yang ditunjukkan oleh pengguna aplikasi Tik Tok tersebut. (Anwar 2009 : 4)

Dalam jurnal persepsi remaja tentang komunikasi verbal dalam tayangan lawak klub oleh Abdul Wahid (2015 : 31-45), persepsi merupakan pengalaman seseorang mengenai objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang didapat atau diperoleh dengan mengumpulkan informasi-informasi yang ada dan pesan-pesan yang ditafsirkan. Sedangkan dalam skripsi Esa Melianna (2018 : 19) Persepsi juga merupakan suatu objek yang dimulai dari penginderaan, yaitu proses stimulus yang dilakukan oleh individu melalui proses sensoris (Walgito 2002 : 87).

Selanjutnya, stimulus yang didapat diproses sehingga menjadi sebuah persepsi.

Persepsi sering dikaitkan dengan sensasi. Dalam hal ini, sensasi yang dimaksud adalah proses dari kerja indera, dimana indera menangkap rangsangan- rangsangan yang ada, lalu menghasilkan sebuah persepsi yang dapat dijadikan sebagai informasi. (Esa Melianna 2018 : 19)

Proses terjadinya persepsi dimulai dari alat indera yang menangkap stimuli atau rangsangan, lalu rangsangan tersebut berubah menjadi sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh otak untuk kemudian diolah menjadi sebuah pandangan atau persepsi. (Esa Melianna 2018 : 4)

Setiap orang memiliki persepsi atau pandangan yang berbeda. Secara biologis dan psikis, manusia bisa saja memiliki kesamaan, tetapi tidak dengan persepsi mereka terhadap suatu objek yang sama. Jika ada beberapa individu yang memiliki persepsi yang sama terhadap dunia luar, maka keseluruhan dari persepsi mereka dapat dikategorikan ke dalam persepsi kelompok. (Esa Melianna 2018 : 4)

Masyarakat khususnya mahasiswa memiliki persepsi tersendiri mengenai penggunaan aplikasi Tik Tok dan kasus – kasus yang terjadi terkait dengan penggunaannya. Pro dan kontra terkait kasus – kasus yang berhubungan dengan aplikasi Tik Tok membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi Deskriptif

(22)

Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016).

Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang mewakili kelompok masyarakat intelektual, memiliki pemahaman yang lebih unggul dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya.

Mahasiswa juga diharapkan mempunyai pandangan ataupun pendapat yang dapat dijadikan bahan tolak ukur serta pedoman dalam masyarakat mengenai masalah yang ada, termasuk kaitannya dengan penggunaan aplikasi Tik Tok.

Bangsa saat ini sangat membutuhkan peran dari masyarakatnya agar terjadinya perubahan yang lebih baik. Maka dari itu, peran mahasiswa sebagai agent of change dan kontrol sosial mewajibkan mahasiswa untuk lebih perduli terhadap sesamanya, terutama akibat yang dimunculkan dari kemajuan teknologi seperti para pengguna Tik Tok tersebut.

Oleh karena itu, penelitan ini dilakukan dikalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU dikarenakan mahasiswa Ilmu Komunikasi mempunyai hubungan yang erat dengan fenomena media online sebagai sarana komunikasi, khususnya media online seperti aplikasi Tik Tok. Peneliti juga memilih jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU dikarenakan mahasiswa/i dari Ilmu Komunikasi sendiri diwajibkan untuk lebih mengerti dan memahami serta lebih menguasai perkembangan teknologi komunikasi di zaman yang sekarang. Dari perkembangan teknologi komunikasi yang diciptakan untuk mempermudah dan mendukung kekreatifitasan manusia khususnya anak-anak muda, muncullah aplikasi Tik Tok yang memudahkan penggunanya menghasilkan video dengan berbagai konten dengan bermacam-macam efek yang disuguhkan di dalam aplikasi. Karena itu, aplikasi Tik Tok sangat menarik untuk diteliti sebagai media atau sarana komunikasi bagi kalangan anak-anak muda yang ingin berkreasi dalam sebuah video singkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pemaparan latar belakang masalah yang telah peneliti jelaskan di atas, maka peneliti dapat merumuskan fokus masalah dari

(23)

penelitian ini adalah “Bagaimana Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok”.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih fokus dan dapat menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti membuat batasan masalah sehingga penelitian menjadi lebih jelas dan terarah.

1. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif kuantitatif dengan pendekatan kuantitatif.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok.

3. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 yang mengenal aplikasi Tik Tok.

1.4 Tujuan Penelitian

Melalui penelitian ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok.

2. Untuk mengetahui keefektifan dari aplikasi Tik Tok

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU terhadap aplikasi Tik Tok.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, adalah : 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian di bidang Ilmu Komunikasi, terutama dalam persepsi komunikasi.

(24)

2. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan serta memperbanyak refernsi pada penelitan selanjutnya, terutama untuk Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

(25)

10

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan bagian dari penelitian dimana didalamnya terdapat teori-teori yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau inti permasalahan yang ada dalam penelitan (Arikunto, 2006 : 92). Pada dasarnya, teori adalah panduan untuk memahami. Teori membantu kita untuk menggambarkan, menjelaskan, meramalkan, dan kadang – kadang mengendalikan fenomena dan keadaan yang kita hadapi (Hamad, 2014 : 11).

Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan beberapa kerangka teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses suatu kegiatan yang memiliki banyak langkah terpisah tetapi saling berhubungan sepanjang waktu. Ketika kita mempersiapkan diri untuk memberikan presentasi publik, misalnya, kita tidak berdiam diri. Sebaliknya, kita bergerak melalui urutan kegiatan yang saling terkait sebagaimana kita rencanakan, mengumpulkan bahan, berlatih, melakukan presentasi, dan mungkin menyesuaikan penyajian yang kita berikan, berdasarkan reaksi penonton. Begitu pula, komunikasi yang terjadi dalam sebuah percakapan adalah suatu kegiatan yang terdiri dari sejumlah langkah yang saling terkait yang terjadi sepanjang waktu (Hamad, 2014 : 16).

Komunikasi sangatlah mendasar untuk individu, hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat. Bagi kita sebagai individu, komunikasi adalah jalur yang menghubungkan kita di dunia, sarana kita menampilkan kesan, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. Melalui komunikasi kita membangun hubungan dengan orang lain. Bagi teman-teman, kenalan, keluarga atau kolega di sekolah atau

(26)

di tempat kerja, komunikasi merupakan sarana untuk mencapai tujuan bersama, menghubungkan satu dengan yang lain, dan alat berbagi ide. Dalam kelompok, organisasi dan masyarakat, komunikasi adalah sarana yang dapat mempertemukan kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kebutuhan dan tujuan pihak lain. Di dalam organisasi yang lebih besar, masyarakat dan komunitas dunia, komunikasi menyediakan jaringan hubungan yang memungkinkan kita untuk melakukan aksi bersama, pembentukan identitas bersama, dan pengembangan kepemimpinan (Hamad, 2014 : 17).

Komunikasi melibatkan penerimaan dan penciptaan pesan serta mengubahnya menjadi informasi yang dapat digunakan. Kita terlibat dalam penciptaan pesan melalui perilaku verbal dan non-verbal. Dalam situasi tatap muka, pesan disampaikan dari orang ke orang atau dari tempat ke tempat baik verbal maupun non-verbal.

Dalam situasi lain, teknologi komunikasi atau media memainkan peran penting dengan menambah kemampuan “alamiah” kita untuk berkomunikasi. Dalam kondisi demikian, komunikasi antarindividu, kelompok, organisasi, atau masyarakat bersifat dibantu oleh media (Hamad, 2014 : 18).

Komunikasi membuat kita beradaptasi dengan orang dan lingkungan. Kita menciptakan dan menafsirkan pesan sebagai pribadi dan sebagai bagian dari hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat adalah untuk mengaitkan diri kita dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar kita. Dalam beberapa kasus, proses terseut mengharuskan kita menyesuaikan diri dengan keadaan di mana kita berada di dalamnya. Lebih sering lagi, komunikasi mengharuskan kita untuk secara aktif menciptakan situasi dan mendapatkan titik temu tindakan kita dengan tindakan orang lain (Hamad, 2014 : 19).

Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka kesimpulan dari definisi komunikasi ialah proses melalui mana individu dalam hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat membuat dan menggunakan informasi untuk berhubungan satu sama lain dan dengan lingkungan.

(27)

2.1.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi (Cangara, 2007 : 22).

Gambar 1. Elemen Komunikasi (Sumber : Cangara, 2007 : 24)

 Sumber.

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi, atau lembaga.

 Pesan.

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.

(28)

 Media.

Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagia media komunikasi antarpribadi.

 Penerima.

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau Negara. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.

Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.

 Efek.

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

 Umpan Balik.

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan

(29)

media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

 Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, di mana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial.

Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindar kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang seusai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini biasa disebut dimensi internal (Vora, 1979 dalam Cangara, 2007 : 28). Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai (Cangara, 2007 : 28).

Setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Tanpa

(30)

salah satu unsur, maka jalannya proses komunikasi tidak akan efektif (Cangara, 2007 : 28).

2.1.1.3 Dimensi Komunikasi

Dalam bukunya Cangara yang berjudul pengantar ilmu komunikasi (2007), dimensi komunikasi terdiri dari :

1. Komunikasi Sebagai Proses.

Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis.

2. Komunikasi Sebagai Simbolik

Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau lambang – lambang yang digunakan dalam berkomunikasi.

Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit.

3. Komunikasi Sebagai Sistem

Suatu sistem senantiasa memerlukan sifat-sifat, yakni menyeluruh, saling bergantung, berurutan, mengontrol dirinya, seimbang, berubah, adaptif dan memiliki tujuan. Menyeluruh berarti semua komponen yang membangun sistem itu merupakan suatu kesatuan yang integratif yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, dalam proses kerjanya semua komponen saling berinteraksi.

(31)

Saling bergantung berarti mengikuti aturan permainan yang ada. Di sini sistem harus melakukan kontrol atau pengawasan terhadap berfungsi tidaknya semua komponen itu dalam menciptakan suatu keseimbangan yang dinamis. Karena ia melakukan kontrol terhadap semua komponen yang mendukungnya, tidak ada jalan lain kecuali sistem harus memiliki tujuan dan kemampuan adaptif dengan mengandalkan kerja sama di antara komponen-komponen tersebut. Artinya, jika salah satu komponennya tidak berfungsi dengan baik, sistem itu secara otomatis tidak dapat berjalan secara normal sebagaimana mestinya. Ini berarti sistem harus dilihat secara menyeluruh dan bukannya terpindah satu sama lain.

Dari segi bentuknya sistem dapat dibedakan atas dua macam, yakni sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka adalah sistem di mana prosesnya terbuka dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya, sedangkan sistem tertutup adalah sistem di mana prosesnya tertutup dari pengaruh luar.

Jika konsep sistem dikaitkan dengan proses komunikasi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin dari unsur-unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integratif yang saling bergantung satu sama lain. Jadi proses komunikasi tidak akan terjadi bilamana salah satu komponennya terabaikan. Pesan tidak akan tercipta tanpa sumber, efek tidak akan ada tanpa pesan, umpan balik ada karena adanya penerima, serta tidak ada penerima tanpa adanya sumber.

4. Komunikasi Sebagai Transaksional

Komunikasi tidak pernah terjadi tanpa melibatkan orang lain. Dalam proses yang demikian, akan timbul aksi dan interaksi di antara para pelaku-pelaku komunikasi. Komunikasi adalah kerja sama yang dilihat dari sisi relasional antara orang-orang yang terlibat dalam suatu peristiwa

(32)

komunikasi, apakah itu dalam bentuk komunikasi antarpribadi (lebih dari satu orang), komunikasi kelompok (lebih dari dua orang), atau komunikasi massa yang melibatkan banyak orang sekalipun dalam situasi diantarai oleh media.

5. Komunikasi Sebagai Aktivitas Sosial

Komunikasi sebagai aktivitas sosial, tidak saja menjadi jembatan untuk para pengambil kebijakan di tingkat pemerintahan, tetapi juga dalam tataran yang lebih rendah pada tingkat akar rumput menjadi kebutuhan para anggota masyarakat dengan membicarakan berbagai permasalahan, mulai dari masalah kehidupan sehari-hari mereka sampai kepada hal – hal yang terjadi di luar lingkungan sosialnya. Hal ini terutama semakin gencarnya informasi yang mereka terima dari media massa seperti televisi, surat kabar radio dan media lainnya. Aktivitas para anggota masyarakat dalam membicarakan isu-isu yang mereka dengan dan lihat.

Sebagai salah satu bentuk partisipasi dalam memikirkan dan menjadikan dirinya sebagai bagian dari suatu masyarakat.

6. Komunikasi Sebagai Multidimensional

Ada dua tingkatan yang dapat diidentifikasi, yakni dimensi isi dan dimensi hubungan. Kedua dimensi ini tidak terpisah satu sama lain.

Dimensi isi menunjukkan pada kata, bahasa, dan informasi yang dibawa oleh pesan, sementara dimensi hubungan menunjukkan bagaimana peserta komunikasi berinteraksi satu sama lain.

Asumsi dasar hubungan multidimensional, bahwa sebuah elemen bisa saja memengaruhi dan dipengaruhi oleh satu unsur atau lebih. Artinya sumber tidak hanya memengaruhi pesan tetapi juga bisa memengaruhi saluran dan penerima. Begitu juga sebaliknya, saluran dan penerima dapat memengaruhi sumber.

(33)

2.1.1.4 Proses Komunikasi

Terdapat dua tahap proses komunikasi, tahap pertama yaitu proses komunikasi terjadi secara primer dan yang kedua adalah secara sekunder.

1. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseirang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, gestur, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2001 : 11-13).

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus ruang dan wkatu, maka dalam menata lambang- lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan (Effendy, 2001 : 16-17).

2.1.2 Teknologi Komunikasi

Perubahan-perubahan teknologi terus meningkatkan kecepatan komunikasi secara menakjubkan. Anda dapat mengirimkan resume anda ke suatu perusahaan yang prospektif sehingga ia diterima pada hari yang sama ketika iklan lowongan kerja itu dimuat. Pertemuan-pertemuan internasional dapat direncanakan dan dokumen- dokumen dipertukarkan dengan kecepatan yang tidak terbayangkan. Tempo banyak transaksi yang diselesaikan lewat media terus meningkat. Selain kecepatan yang lebih besar untuk mengirimkan pesan, kita juga menyaksikan perubahan-perubahan besar

(34)

dalam volume informasi yang dikirimkan, disimpan, dan diambil kembali (Mulyana, 2005 : 224).

Williams (1989) menjelaskan bahwa teknologi baru dapat dianggap sebagai perluasan media bahwa sementara media berfungsi sebagai perluasan indra-indra dasar dan cara-cara komunikasi kita. Media baru biasanya bukan merupakan sistem tersendiri. (Mulyana, 2005 : 225)

Everett M. Rogers (1986) dalam tesis Suangkupon Doli mengenai penggunaan media sosial dan persepsi terhadap foto selfie melihat bahwa teknologi komunikasi adalah perangkat keras sebuah struktur organisasi yang di dalamnya terdapat nilai- nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses, dan saling bertukar informasi dengan individu lain. Hal ini membuktikan bahwasanya teknologi komunikasi memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah teknologi komunikasi memiliki hubungan dengan perangkat keras atau alat, teknologi komunikasi muncul dalam suatu struktur ekonomi sosial dan politik, teknologi komunikasi membawa nilai-nilai dari struktur diatas, dan teknologi komunikasi berkaitan dengan perangkat keras di bidang komunikasi.

Dalam tesis Suangkupon Doli juga menjelaskan bahwa masyarakat informasi, dapat dilihat dari beberapa kriteria (Webster, 1995) seperti teknologi, dimana masyarakat informasi akan bergantung pada inovasi teknologi yang semakin lama semakin berkembang. Untuk ekonomi, masyarakat informasi akan mempunyai industri informasi yang terbagi dalam 5 kategori, yaitu pendidikan, media komunikasi, mesin informasi, pelayanan informasi dan kegiatan informasi lain seperti penelitian dan kegiatan sosial, dimana perubahan yang terjadi dalam masyarakat informasi menyebabkan perubahan yang terjadi dalam ketersediaan dan kebutuhan tenaga kerja dalam bidang informasi. Spasial, dimana masyarakat informasi mempunyai jaringan informasi yang terhubung dengan lokasi dan mempunyai efek pada pengorganisasian waktu dan ruang. Terakhir yaitu budaya, dimana masyarakat informasi mengalami perubahan sirkulasi sosial budaya dalam kehidupan sehari- sehari karena informasi yang tersedia di berbagai media yang ada.

(35)

2.1.3 Media Baru

Dalam jurnal Yesi Puspita mengenai pemanfaataan new media dalam memudahkan komunikasi dan transaksi Pelacur Gay, media baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai media baru adalah digital, seringkali memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, interaktif dan tidak memihak. Secara sederhana media baru adalah media yang terbentuk dari interaksi antara manusia dengan komputer dan smartphone serta internet secara bersamaan (Puspita, 2015 : 206).

New media berasal dari kata “new” yang berarti baru dan “media” yang berarti alat yang digunakan oleh sumber untuk mengirim atau menyampaikan pesannya kepada penerima (Mulyana dalam jurnal Puspita, 2008 : 70). Media baru merupakan bentuk dari konvergensi media tradisional atau konvensional dengan media digital. Kelebihan dari media baru adalah ia mempunyai sifat yang realtime, dimana masyarakat bisa mengakses informasi dan segala macam kebutuhan yang diperlukan dengan cepat, kapan saja dan dimana saja, selama mereka terhubung dengan perangkat dan jaringan internet (Puspita, 2015 : 206).

McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2000 : 16-17) menamakan media baru sebagai media telematik yang merupakan perangkat teknologi elektronik yang berbeda dengan penggunaan yang berbeda pula. Perangkat media elektronik baru ini mencakup beberapa sistem teknologi, sistem transmisi melalui kabel atau satelit, sistem miniaturisasi, sistem penyimpanan dan pencarian informasi serta sistem penyajian gambar dengan menggunakan kombinasi teks dan grafik secara lentur, dan sistem pengendalian oleh komputer (Doli, 2018 : 12).

Media baru merupakan digitalisasi yang mana sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. McQuail

(36)

dalam Ardianto (2011 : 14) menyebutkan ciri utama yang dapat menjelaskan perbedaan antara media baru dengan media lama berdasarkan pandangan dari penggunanya, yaitu (Puspita, 2015 : 206) :

1. Interaktif

Diindikasikan oleh rasio respon atau inisiatif dari pengguna terhadap

“tawaran” dari sumber/pengirim (pesan).

2. Kehadiran sosial

Dialami oleh pengguna. Media baru dapat menjembatani adanya perbedaan kerangka referensi, mengurangi ambiguitas, memberikan isyarat – isyarat, lebih peka dan lebih personal.

3. Otonomi

Seorang pengguna merasa dapat mengedalikan isi dan menggunakannya dan bersikap independen terhadap sumber.

4. Main – main

Digunakan untuk hiburan dan kenikmatan.

5. Personalisasi

Tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat personal dan unik.

McQuail (2000) dalam buku Teori Komunikasi Massa juga mengungkapkan media telematik atau media baru memiliki beberapa ciri utama yaitu (Doli, 2018 : 13) :

1. Desentralisasi yaitu pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya berada di tangan pemasok komunikasi.

2. Kemampuan tinggi yaitu pengantaran melalui kabel dan satelit.

Pengantaran tersebut mampu mengatasi hambatan komunikasi dikarenakan pemancar lainnya.

(37)

3. Komunikasi timbal balik, yaitu penerima dapat memilih, menukar informasi, menjawab kembali, dan dihubungkan dengan penerima lainnya secara langsung.

4. Kelenturan bentuk, isi dan penggunaan.

Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dalam media baru memunculkan masyarakat informasi. Menurut McQuail (2000) ada 3 permasalahan utama yang sering muncul dalam teori media baru, yaitu power and inequality, social integration and identity dan social change (Doli, 2018 : 13).

a. Power and inequality, merupakan permasalahan pertama dimana media baru sulit untuk ditempatkan. Hal ini berhubungan dengan kepemilikan dan kekuasaan media. Isi dan arus informasi sudah dikendalikan.

b. Social integration dan identity, merupakan permasalahan kedua yang menganggap bahwa media baru sebagai kekuatan untuk melakukan disintegrasi kohesivitas sosial yang ada dalam masyarakat.

c. Social change, merupakan permasalahan ketiga yang menganggap bahwa media baru adalah agen perubahan sosial sekaligus agen perubahan ekonomi yang tersusun atau terencana. Dalam permasalahan ini, sangat mungkin terjadi tidak adanya pengendalian pesan yang baik dari pemberi maupun penerima pesan.

Lister, dalam bukunya New Media: A Critical Introduction (2009 : 13) menjelaskan bahwa terminologi media baru merujuk kepada perubahan dalam skala yang besar untuk produksi media, distribusi media dan penggunaan media yang bersifat teknologis, tekstual, tradisional dan budaya. Lister (2009 : 13-14) juga menyatakan bahwa media baru memiliki beberapa karakteristik, yaitu digital, interaktif, hipertekstual, virtual, jaringan dan simulasi (Doli, 2018 : 14).

a. Digital, artinya media yang mempunyai sifat digital bisa memproses semua data dan disimpan dalam bentuk angka serta keluarannya akan

(38)

disimpan dalam bentuk cakram digital. Terdapat beberapa implikasi dari digitalisasi media yaitu dematerialisasi atau teks terpisah dari bentuk fisik, tidak memerlukan ruangan yang luas untuk menyimpan data karena data dikompres menjadi ukuran yang lebih kecil, data mudah diakses dengan kecepatan yang tinggi serta mudahnya data dimanipulasi.

b. Interaktif, yaitu media yang memungkinkan penggunanya untuk dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya serta memungkinkan penggunanya untuk dapat terlibat secara langsung dalam perubahan gambar ataupun teks yang mereka akses.

c. Hiperteks, yaitu media yang memungkinkan penggunanya untuk dapat membaca teks tidak secara berurutan seperti media lama melainkan dapat memulai dari mana pun yang diinginkan. Hiperteks adalah teks yang mampu menghubungkan dengan teks lain di luar teks yang ada.

d. Jaringan, yaitu media yang berhubungan dengan ketersediaan konten berbagi melalui internet. Karakteristik ini berhubungan dengan konsumsi.

e. Virtual, merupakan karakteristik yang berhubungan dengan usaha mewujudkan sebuah dunia virtual yang diciptakan oleh keterlibatan dalam lingkungan yang dibangun dengan grafis komputer dan video digital.

f. Simulasi, merupakan media dengan karakteristik yang berkaitan dengan penciptaan dunia buatan yang dilakukan melalui model tertentu.

2.1.4 Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan meyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori (Desiderato dalam Rakhmat, 2005 : 51).

(39)

Menurut Mulyana (2007 : 175), persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Dari pengertian tersebut, terdapat perbedaan antara persepsi dan penginderaan (Doli, 2018 : 22).

Fisher dalam Kuswarno (2009 : 198) menjelaskan bahwa mempersepsi diri tidak hanya sebatas penilaian diri sendiri, melainkan juga bagaimana seseorang mempersepsi orang lain yang memandang dirinya (Doli, 2018 : 22).

Bersumber dari skrispi persepsi mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah oleh Melianna (2018 : 21), terdapat beberapa factor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah persepsi :

1. Faktor Fungsional.

Faktor Fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk dalam faktor – faktor personal.

Objek – objek yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya merupakan objek – objek yang memenuhi kebutuhan tujuan individu yang menghasilkan persepsi.

3 Faktor Struktural

Faktor struktural merupakan faktor yang menentukan persepsi yang berasal dari luar individu seperti lingkungan, budaya, hukum yang berlaku, serta nilai – nilai dalam masyarakat.

Dari beberapa faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor fungsional adalah faktor internal yang berasal dari dalam diri individu tersebut, contohnya seperti : pengalaman, motivasi, perhatian dan sebagainya. Sementara itu, faktor struktural merupakan faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu itu sendiri,

(40)

seperti : lingkungan, budaya, hukum yang berlaku, nilai – nilai dalam masyarakat.

(Melianna 2018 : 21)

Persepsi, seperti juga senssasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Krech dan Crutchfield (1977 : 235) menyebutkan faktor fungsional dan faktor struktural. Selain faktor fungsional dan faktor struktural, terdapat faktor lain yang sangat mempengaruhi persepsi, yakni perhatian (Rakhmat, 2005 : 51).

2.1.4.1 Perhatian

Perhatian menurut Anderson (1972 : 46) adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2005 : 52)

 Faktor Eksternal Penarik Perhatian (Rakhmat, 2005 : 52)

Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian. Stimuli diperhatian karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain : gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan perulangan.

Pertama untuk gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan. Pada tempat yang dipenuhi benda-benda mati, kita akan tertarik hanya kepada tikus kecil yang bergerak.

Kedua untuk intensitas stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar belakang putih tubuh jangkung di tengah-tengan orang pendek, suara keras di malam sepi, iklan setengah halaman dalam surat kabar, atau

(41)

tawaran pedagang yang paling nyaring di pasar malam, sukar lolos dari perhatian kita.

Ketiga adalah kebaruan. Hal-hal yang baru, yang luar biasa yang berbeda akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat. Karena alasan inilah maka orang mengejar novel yang baru terbit, film yang baru beredar, atau kendaraan yang memiliki rancangan mutakhir. Pemasang iklan sering memanipulasikan unsur kebaruan ini dengan menonjolkan yang luar biasa dari barang atau jasa yang ditawarkannya. Media massa juga tidak henti-hentinya menyajikan program-program baru. Tanpa hal – hal yang baru, stimuli menjadi monoton membosankan dan lepas dari perhatian.

Yang terakhir yaitu perulangan. Hal – hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Di sini, unsur “familiarity” (yang sudah kita kenal) berbeda dengan unsur

“novelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti : mempengaruhi bawah sadar kita. Bukan hanya pemasang iklan, yang mempopulerkan produk dengan mengulang-ngulang

“jingles” atau slogan-slogan tetapi juga kaum politisi memanfaatkan prinsip perulangan. Emil Dofivat (1968), tokoh aliran publisistik Jerman, bahkan menyebut perulangan sebagai satu di antara tiga prinsip penting dalam menaklukkan massa.

 Faktor Internal Penaruh Perhatian (Rakhmat, 2005 : 53)

Faktor-faktor biologis. Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Karena itu bagi orang lapar, yang paling menarik perhatiannya adalah makanan. Yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal yang lain. Anak muda yang baru saja menonton film porno, akan cepat melihat stimuli seksual di sekitarnya.

(42)

Faktor-faktor sosiopsikologis. Berikan sebuah foto yang menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan sempit.

Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan melaporkan hal yang berbeda. Tetapi seorang pun tidak akan dapat melaporkan berapa orang terdapat pada gambar itu, kecuali kalau sebelum melihat foto mereka memperoleh pertanyaan itu. Bila kita ditugaskan untuk meneliti berapa orang mahasiswa berada di kelas, kita tidak akan dapat menjawab berapa orang di antara mereka yang berbaju merah.

Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita perhatikan. Dalam perjalanan naik gunung geologi akan memperhatikan batuan; ahli botani, bunga – bungaan; ahli zoology, binatang; seniman, warna dan bentuk (Lefrancois, 1974 : 56).

Anderson (1972 : 51-52) dalam Rakhmat (2005 : 54) menyimpulkan dalil- dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.

1. Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif dan refleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. Sekali-sekali, kita mengalihkan perhatian dari stimuli yang satu dan memindahkannya pada stimuli yang lain.

2. Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol atau melibatkan diri kita.

3. Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan sikap, nilai, kebiasaan dan kepentingan kita. Kita cenderung memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikan.

4. Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita. Kita cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah

(43)

menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita untuk menaruh perhatian.

5. Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan.

6. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betul cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.

7. Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita; kita cenderung mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi.

8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada).

9. Intensitas perhatian tidak konstan.

10. Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.

Kita mungkin memfokuskan perhatian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi kepada objek secara keseluruhan.

11. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti.

12. Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak.

Makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, maka makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli tertentu.

(44)

13. Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.

2.1.4.2 Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Persepsi yang berbeda tidak disebabkan oleh stimuli, perbedaan bermula pada kondisi biologis (Rakhmat, 2005 : 55).

Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Mula-mula konsep ini berasal dari penelitian psikofisik yang berkaitan dengan persepsi objek. Para psikolog sosial menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukkan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergantung pada rangkaian objek yang dinilainya. Dalam rangkaian objek-objek yang berat, objek seberat 92 gram dinilai ringan; sedangkan dalam rangkaian benda-benda ringan, objek yang sama dinilai berat. Bila dilanjutkan pada persepsi sosial kita akan melihat bahwa besar-kecilnya pendapatan dinilai dalam kerangka rujukan penilaiannya. Buat orang yang terbiasa mendapat gaji 500 ribu rupiah, keuntungan 100 ribu rupiah tidaklah begitu menggembirakan. Buat orang yang menganggur, jumlah yang sama merupakan keuntungan yang luar biasa (Rakhmat, 2005 : 57).

Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Menurut McDavid dan Harari (1968 : 140), para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisa interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami (Rakhmat, 2005 : 58).

2.1.4.3 Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Panduan Pembentukan Dan Penguatan Gugus Tugas Pencegahan Dan Penanganan

[r]

Penyusunan Rencana Induk SPAM Regional Semarsalat Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah Organik Berbahan Baku Kompos Sampah Perkotaan.. Penyusunan Rencana Induk

Pernyataan else dapat berisi satu atau beberapa blok pernyataan (kode) yang mana akan dijalankan jika kondisi tersebut salah (atau tidak sesuai dengan syarat yang berlaku)..

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan Kesenian Dames Group Laras Budaya di Desa Bumisari Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, serta

operasional pada penelitian ini yaitu tingkat penggunaan pembelajaran ICT (Information and Communication Technology)1. Tingkat penggunaan pembelajaran ICT (Information and

Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi