• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahan memerlukan metode khusus yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahannya.

Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. Jadi metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan (Subagyo, 1997 : 1).

Penelitian digunakan hampir di seluruh profesi (Kumar : 1996), menandakan bahwa penelitian merupakan aktifitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal, terlebih dahulu dipahami hakikat penelitan itu sendiri dan kaidah-kaidah apa saja yang harus dipedomani. Penelitian ditinjau dari asal usulnya berasal dari Bahasa Inggris yaitu research yang kadang kala diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi riset. Secara etimologi research berasal dari kata re yang berarti kembali, dan search yang berarti mencari. Sehingga research dapat diartikan “mencari kembali” (Nazir : 2003). Mencari kembali bermakna berusaha untuk menemukan jawaban dari sesuatu yang belum jelas atau yang diragukan kebenarannya (Sinambela, 2014 : 2).

Sementara dalam bukunya Joko Subagyo yang berjudul metode penelitian mengatakan bahwa penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris : research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dan dengan cara hati – hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab permasalahannya (Subagyo, 1997 : 2).

Mencermati berbagai pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan hati – hati dan cerdas untuk memperoleh berbagai data guna memecahkan permasalahan yang ditetapkan (Sinambela, 2014 : 3).

Penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan. Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Di dalam penelitian dikenal adanya beberapa macam teori untuk menerapkan salah satu metode yang relevan terhadap permasalahan tertentu mengingat bahwa tidak setiap permasalahan yang dikaitkan dengan kemampuan si peneliti, biaya dan lokasi dapat diselesaikan dengan sembarang metode penelitian.

Penelitan mengenai “Persepsi Masyarakat Terhadap Aplikasi Tik Tok (Studi Deskriptif Kuantitatif Aplikasi Tik Tok di Kalangan Mahasiswa Jurusan Ilmu

Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016)” menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Kuncoro (2011) metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan manajerial dan ekonomi (Sinambela, 2014 : 34).

Metode penelitian deskriptif (Shields; Ranjangan 2013) adalah penelitian yang mendeskripsikan karakteristik dari suatu populasi tentang suatu fenomena yang diamati. Penelitian deskriptif salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran yang lengkap mengenai setting sosial. Dalam hal ini penelitian akan mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan menggambarkan sejumlah variabel yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diamati (Sinambela, 2014 : 66 – 67).

3.3 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 3.3.1 Populasi

Dalam metode penelitian kata populasi amat popular, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.

Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Burgin, 2005 : 109).

Populasi berasal dari kata bahasa Inggris “population”, yang berarti jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakkan menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan (Burgin, 2001 : 101).

Sedangkan dalam bukunya Joko Subagyo yang berjudul metode penelitian mengartikan populasi sebagai objek penelitian yang dijadikan sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data (Subagyo, 1997 : 23).

Lijan Poltak Sinambela mengartikan populasi sebagai objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam hal ini, populasi bukan hanya

yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Menurut Nazir (2003), populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Sinambela, 2014 : 94).

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, disimpulkan bahwa populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sinambela, 2014 : 94).

Populasi dalam penelitian yang dilakukan, meliputi seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 yang terdaftar di dirmahasiswa.usu.ac.id dimana jumlah mahasiswa untuk stambuk 2015 ada 125 mahasiswa dan untuk stambuk 2016 ada 113 mahasiswa. Maka total populasi yang ada adalah 238 mahasiswa.

Departemen Angkatan Jumlah

Ilmu Komunikasi FISIP USU

2015 125 mahasiswa

2016 113 mahasiswa

Total 238 mahasiswa

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Malhotra (2010), sampel adalah sub kelompok dari elemen dari populasi yang dipilih untuk berpartisipasi dalam suatu penelitian.

Selanjutnya menurut Sugiyono (1997), sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sinambela, 2014 : 95).

Sampel penelitian merupakan suatu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penelitian yang kita lakukan. Sampel penelitian mencerminkan dan

menentukan seberapa jauh sampel tersebut bermanfaat dalam membuat kesimpulan penelitian. Sampel merupakan suatu bagian dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan mengambil sampel peneliti ingin menarik kesimpulan yang akan digeneralisasi terhadap populasi. Suatu subjek merupakan suatu anggota tunggal dari sampel, sama halnya dengan elemen yang merupakan anggota tunggal dari populasi (Sudaryono, 2018 : 167).

Rumus perhitungan besaran sampel yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut (Burgin, 2011 : 115) :

n = N / N(d)2 + 1

Keterangan : n = Jumlah sampel yang dicari

N = Jumlah populasi

d = Nilai presisi (digunakan 5% atau 0.05) Perhitungan sebagai berikut :

n = 238 / 238(0.05)2 + 1 n = 238 / 1,595

n = 149,216301 n = 149

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Sampel diambil dalam penelitian sebagai pertimbangan efisiensi dan mengarah pada sentralisasi permasalahan dengan memfokuskan pada sebagian dari populasinya (Subagyo 1997 : 29).

Dalam hal ini peneliti menggunakan dua teknik penarikan sampel, yaitu sebagai berikut :

1. Sampel Stratifikasi Proporsional, yaitu teknik yang dapat digunakan pada populasi berstrata, populasi area ataupun populasi cluster. Peneliti harus mengetahui besar kecil unit-unit populasi yang ada. Kemudian dengan

pengetahuan ini peneliti mengambil wakil dari unit-unit populasi tersebut dengan sistem perwakilan yang berimbang (Burgin, 2011 : 124).

Populasi yang dipilih sebagai sampel menggunakan rumus : N = n1 x n2 / n

Departemen Angkatan Populasi Penarikan Sampel

2. Purposive Sampling, adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Teknik ini berorientasi kepada pemilihan sampel di mana populasi dan tujuan yang spesifik dari penelitian, diketahui oleh peneliti sejak awal.

Dalam pelaksanaannya, peneliti dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam menentukan responden yang tepat melalui observasi awal sehingga sampel tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan sebelumnya (Sinambela, 2014 : 103).

Dalam hal ini peneliti menentukan beberapa kriteria yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Kriteria responden yang peneliti tentukan adalah sebagai berikut :

a. Mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2015 dan 2016 yang aktif.

b. Mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2015 dan 2016 yang mengetahui aplikasi Tik Tok.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kuantitatif menghasilkan data bersifat terstruktur, sehingga peneliti dapat melakukan proses pengkuantitatifan data, yaitu mengubah data semula menjadi data berwujud angka (Istijanto, 2005). Dalam pengumpulan data kuantitatif, data dihasilkan dari lapangan dengan mengandalkan instrumen yang dipersiapkan peneliti (Sinambela, 2014 : 123).

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan alat lainnya merupakan data primer.

Data primer diperolehnya sendiri secara mentah-mentah dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih lanjut (Subagyo, 1997 : 87).

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara :

a. Kuesioner, merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya – jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Sudaryono, 2018 : 207).

Jenis kuesioner yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah kuesioner langsung tertutup dimana kuesioner dirancang sedemikian rupa untuk mereka data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam kuesioner tersebut (Burgin, 2011 : 133).

b. Observasi, atau pengamatan merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya (Burgin, 2011 : 143).

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan disebut sebagai data sekunder. Untuk mendapatkan data sekunder, bahan kepustakaan yang berupa teori-teori siap untuk dipakai tetapi dapat pula berupa hasil-hasil penelitian yang masih memerlukan pengujian kebenarannya (Subagyo, 1997 : 88).

Peneliti menggunakan berbagai data yang bersumber dari buku, jurnal, internet dan hasil penelitian terdahulu yang dapat mendukung masalah penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data kuantitatif yaitu data dalam bentuk jumlah dituangkan untuk menerangkan suatu kejelasan dari angka-angka atau memperbandingkan dari beberapa gambaran sehingga memperoleh gambaran baru, kemudian dijelaskan kembali dalam bentuk kalimat/uraian (Subagyo, 1997 : 106).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey yang merupakan penelitian pengambilan sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data (Sinambela, 2014 : 68). Dalam hal ini, peneliti akan menganalisis data dengan melakukan survey dari kuesioner-kuesioner yang telah diisi oleh para responden. Data-data kuesioner yang sudah diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan analisis tabel tunggal.

Analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi disebut dengan analisis tabel tunggal (Melianna, 2018 : 44).

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Peneliti melewati beberapa proses dalam mengumpulkan data, proses yang dilalui tersebut adalah sebagai berikut :

4.1.1 Penelitian Kepustakaan

Penelitian yang menggunakan literatur dan bacaan yang berhubungan atau berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan merupakan penelitian kepustakaan. Peneliti mengumpulkan data dari beberapa jurnal yang berkaitan, bacaan dan berita-berita yang ada di internet yang berhubungan dengan masalah penelitian. Setelah peneliti mendapatkan data dari penelitian kepustakaan, peneliti mulai menyusun proposal skripsi. Peneliti juga mulai menyusun daftar pertanyaan atau kuesioner yang nantinya akan disebarkan kepada responden yang sudah ditentukan yaitu mahasiswa-mahasiswi dari jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara stambuk 2015 dan 2016.

4.1.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan yang digunakan peneliti yaitu menghimpun atau mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner kepada mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara stambuk 2015 dan 2016. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan. Dalam 15 pertanyaan tersebut, terdapat 1 pertanyaan yang nantinya dapat menentukan apakah hasil dari responden tersebut dapat digunakan atau tidak, lalu ada 4 pertanyaan untuk identitas pengisi kuesioner, dan 9 pertanyaan untuk persepsi mahasiswa terhadap penggunaan aplikasi Tik Tok. Setelah kuesioner selesai, peneliti membagikan kuesioner kepada mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara stambuk 2015 dan 2016. Total mahasiswa/i yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 238 mahasiswa/i, maka sampel yang dihasilkan adalah sebanyak 149 mahasiswa/i.

4.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti mengolah data yang sudah dikumpulkan dari penyebaran kuesioner kepada sampel yang sudah ditentukan. Proses dari pengolahan data yang didapatkan dari kuesioner akan disusun ke dalam sebuah tabel tunggal sehingga menjadikan data lebih terklarifikasi.

4.3 Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal adalah analisis dimana variabel dari penelitian akan dibagikan ke dalam kategori-kategori atas dasar frekuensi. Tabel tunggal adalah langkah peneliti untuk menganalisis data yang sudah terkumpul dari penyebaran kuesioner. Tabel tunggal terdiri dari 2 kolom yaitu kolom frekuensi dan kolom persentasi. Setiap pertanyaan dari kuesioner akan disusun kedalam tabel tunggal.

4.3.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Jenis Kelamin

Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin

Frekuensi

F %

1. Laki – Laki 49 32.9

2. Perempuan 100 67.1

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan, jumlah responden perempuan mendominasi total responden yang ada. Diketahui bahwasanya jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 49 orang dengan persentase 32.9%. Untuk jumlah sampel yang berjenis kelamin perempuan ada 100 orang dengan persentase 67.1%.

Dalam penyebaran kuesioner, terlihat bahwa perempuan lebih merespon

Tabel 4.2 Usia

Responden Penelitian Berdasarkan Usia

No. Usia Responden

Frekuensi

F %

1. 18 – 20 30 20.1

2. 21 - 22 107 71.8

3. 23 - 25 12 8.1

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden dengan usia 21 – 22 mendominasi kuesioner yang disebarkan. Untuk rentang usia 18 – 20 terdapat 30 orang dengan jumlah persentase 20.1%. Rentang usia 21 – 22 yang mendominasi data kuesioner terdapat 107 orang dengan jumlah persentasi 71.8%. Rentang usia terakhir yaitu 23 – 25 terdapat 12 orang dengan jumlah persentasi 8.1%.

Tabel 4.3 Stambuk

Responden Penelitian Berdasarkan Stambuk

No. Stambuk

Frekuensi

F %

1. 2015 78 52.3

2. 2016 71 47.7

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3, terdapat data responden yang sudah menjadi sasaran peneliti untuk menyebarkan kuesioner. Jumlah responden untuk stambuk 2015 dan stambuk 2016 sudah ditentukan diawal penelitian. Untuk jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 terdapat 78 orang dengan persentasi 52.3%. Kemudian,

untuk jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2016 terdapat 71 orang dengan jumlah persentasi 47.7%.

Tabel 4.4

Responden Penelitian Pengguna Aplikasi Tik Tok

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Ya 15 10.1

2. Tidak 134 89.9

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4, terdapat 15 orang pengguna aplikasi Tik Tok dengan persentase 10.1%. Hal ini menunjukkan bahwa data kuesioner didominasi oleh mereka yang tidak menggunakan atau bukan pengguna dari aplikasi Tik Tok. Untuk mahasiswa/i yang bukan pengguna aplikasi tik tok terdapat 134 orang dengan jumlah persentase 89.9%. Ini membuktikan aplikasi Tik Tok bukan merupakan aplikasi yang dibutuhkan untuk media komunikasi.

Peneliti juga menyimpulkan bahwa berkembangnya aplikasi Tik Tok yang diikuti dengan pemberitaan negatif membuat responden penelitian mayoritas tidak menggunakan aplikasi Tik Tok. Julukan “Alay” untuk pengguna aplikasi Tik Tok serta sebutan “aplikasi goblok” dalam google play store menghasilkan pandangan yang buruk terhadap aplikasi Tik Tok. Penggunaan aplikasi Tik Tok yang sangat minim pada responden peneliti menunjukkan bahwa ketidaktertarikkan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok.

Dalam tabel tersebut, terdapat 15 orang yang memakai aplikasi Tik Tok.

Walaupun aplikasi tersebut mendapat banyak komentar negatif, masih ada beberapa responden yang tetap menggunakannya.

Hal ini menunjukkan bahwa Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU dapat membuktikan kalau aplikasi Tik Tok dapat digunakan untuk hal-hal yang positif, baik untuk hiburan semata, menuangkan ide-ide kreatif, dan lain sebagainya.

4.3.2 Persepsi Mahasiswa/i Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016

Tabel 4.5

Responden Penelitian yang Mengetahui Aplikasi Tik Tok

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Sangat Mengetahui 39 26.2

2. Mengetahui 84 56.4

3. Netral 26 17.4

4. Tidak Mengetahui 0 0.0

5. Sangat tidak mengetahui 0 0.0

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.5 menunjukkan frekuensi dari para responden yang mengetahui aplikasi Tik Tok. Dari 149 responden, 30 orang dengan persentase 26.2% sangat mengetahui aplikasi Tik Tok. Sebanyak 84 orang dengan persentase 56.4%

mengetahui aplikasi Tik Tok. Lalu sisanya yaitu 26 orang dengan persentase 17.4%

menjawab netral. Jawaban dengan kategori mengetahui mendominasi jawaban dari responden.

Peneliti mengambil kesimpulan bahwa responden mayoritas mengetahui aplikasi Tik Tok. Total responden yang mengetahui aplikasi Tik Tok adalah 123 orang, sementara 26 diantaranya memilih netral. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden mengenai aplikasi Tik Tok ini bertujuan untuk menyaring

apakah data tersebut layak untuk diolah atau tidak. Selain untuk menyaring jawaban dari responden, pertanyaan ini bertujuan untuk melihat eksistensi aplikasi Tik Tok dikalangan mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Eksistensi aplikasi Tik Tok di kalangan mahasiswa/I jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 cukup baik dikarenakan mendapat 123 orang yang mengetahui aplikasi tersebut, sementara 26 diantaranya memilih netral. Dalam tabel 4.5 untuk variabel tidak mengetahui dan sangat tidak mengetahui mendapat angka 0 yang menunjukkan bahwa seluruh responden penelitian tidak ada yang tidak mengetahui aplikasi Tik Tok.

Tabel 4.6

Responden Penelitian yang Mengetahui Pemberitaan Negatif yang Berkaitan dengan Aplikasi Tik Tok

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Sangat Mengetahui 29 19.5

2. Mengetahui 77 51.7

3. Netral 32 21.5

4. Tidak Mengetahui 11 7.4

5. Sangat tidak mengetahui 0 0.0

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pemberitaan negatif mengenai aplikasi Tik Tok diketahui oleh responden sebanyak 77 orang dengan persentase sebanyak 51.7%.

Sebanyak 29 orang dengan persentase 19.5% sangat mengetahui pemberitaan negatif yang berkaitan dengan aplikasi Tik Tok. Selain itu, 32 orang menjawab netral dengan persentase 21.55%. Maraknya pemberitaan yang negatif mengenai aplikasi Tik Tok ternyata masih menyisakan 11 orang dengan persentase 7.4% yang tidak mengetahui pemberitaan tersebut.

Kesuksesan aplikasi Tik Tok diikuti dengan pemberitaan yang negatif.

Peneliti menemukan 106 responden mengetahui pemberitaan negatif yang berkaitan dengan aplikasi Tik Tok, lalu 32 diantaranya memilih netral. Sedikitnya, 11 orang responden tidak mengetahui pemberitaan negatif mengenai aplikasi Tik Tok. Hal ini juga merupakan temuan dari peneliti, mengingat bahwa maraknya video-video dari aplikasi Tik Tok yang tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat mengakibatkan aplikasi ini diblokir untuk sementara sampai aplikasi dianggap layak untuk digunakan kembali.

Tabel 4.7

Responden Penelitian yang Setuju Penggunaan Aplikasi Tik Tok oleh Mereka yang berumur 12 Tahun ke atas

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Sangat Setuju 6 4.0

2. Setuju 33 22.1

3. Netral 41 27.5

4. Tidak Setuju 33 22.1

5. Sangat tidak setuju 36 24.2

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.7 dengan pertanyaan mengenai setuju tidaknya aplikasi Tik Tok digunakan oleh mereka yang berumur 12 tahun ke atas di dominasi oleh variabel netral dengan 41 orang persentase 27.5%. Sebanyak 36 orang dengan persentase 24.2% memilih variabel sangat tidak setuju dengan pemakaian aplikasi Tik Tok di atas umur 12 tahun. Variabel setuju ternyata seri dengan variabel tidak setuju dengan angka 33 orang persentase 22.1%. Tersisa 6 orang yang ternyata sangat setuju dengan penggunaan aplikasi Tik Tok di atas umur 12 tahun ke atas.

Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mayoritas netral terhadap keputusan Kemkominfo mengenai pemakaian aplikasi Tik Tok diperbolehkan untuk mereka yang berumur 12 tahun ke atas. Tetapi, jika jumlah variabel tidak setuju ditambahkan dengan jumlah variabel sangat tidak setuju, maka ada 69 orang yang dapat dikategorikan tidak setuju dengan pemakaian aplikasi Tik Tok di atas umur 12 tahun.

Maka mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mayoritas tidak setuju dengan penggunaan aplikasi Tik Tok oleh mereka yang berumur 12 tahun ke atas.

Aplikasi Tik Tok merupakan media baru yang sangat interaktif, menjembatani interaksi sosial dimana pengguna aplikasi dapat berinteraksi dengan semua orang yang berada di waktu dan tempat yang berbeda. Aplikasi Tik Tok juga membuat penggunanya dapat mengendalikan isi dan memanfaatkan aplikasi untuk menanggapi sumber yang diperolehnya. Dalam hal ini, umur sangat penting untuk dibahas dalam penggunaan aplikasi Tik Tok.

Pada latar belakang permasalahan sudah dijelaskan bahwa remaja terkenal sangat rentan karena mereka dalam masa pencarian identitas diri. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun. Sementara itu, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun dan belum menikah (www.depkes.go.id). Keterangan mengenai rentang usia remaja ini menjelaskan bahwa umur 12 tahun ke atas adalah umur dimana mereka sangat rentan untuk menggunakan aplikasi Tik Tok. Mereka yang berumur 12 tahun mempunyai peluang yang besar untuk menyalahgunakan aplikasi tersebut. Aplikasi Tik Tok dapat menjadi alat atau saran mereka untuk mencari jati diri, menjadi tempat mereka untuk bebas berekspresi terhadap sumber yang mereka peroleh. Sumber tersebut bisa saja merupakan sumber yang menurut mereka itu sangat menarik untuk ditiru, padahal apa yang mereka lihat itu belum tentu baik untuk psikis mereka.

Dengan banyaknya persepsi yang mengatakan tidak setuju dengan pemakaian aplikasi Tik Tok oleh mereka yang berumur 12 tahun keatas menunjukkan bahwa perlunya mengkaji ulang batasan umur untuk pemakaian aplikasi Tik Tok di Indonesia. Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi seperti aplikasi Tik Tok dapat berdampak kepada perubahan sosial di mana tidak adanya pengendalian pesan yang baik dari pemberi maupun penerima pesan.

Walaupun pemakaian aplikasi Tik Tok untuk mereka yang berumur 12 tahun ke atas masih merupakan peraturan yang keliru, terdapat 39 orang mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 yang setuju dengan peraturan tersebut. Ini menunjukkan bahwa persepsi dari responden penelitian memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda sehingga pendapat yang mereka munculkan juga berbeda dari kelompok mayoritas.

Tabel 4.8

Responden Penelitian yang Setuju bahwa Pemakaian Aplikasi Tik Tok membuat penggunanya membuat Konten yang Kreatif

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Sangat Setuju 46 30.9

2. Setuju 51 34.2

3. Netral 41 27.5

4. Tidak Setuju 9 6.0

5. Sangat tidak setuju 2 1.3

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Pada Tabel 4.8 variabel setuju mendominasi sebanyak 51 orang dengan persentase 34.2%. Variabel sangat setuju dipilih sebanyak 46 orang dengan persentase 30.9%. Sedangkan variable netral dipilih sebanyak 41 orang dengan persentase 27.5%. Sebanyak 9 orang dengan persentase 6.0% tidak setuju bahwa

aplikasi Tik Tok mendorong penggunanya untuk membuat konten yang kreatif, diikuti dengan 2 orang dengan persentase 1.3% yang sangat tidak setuju.

Dari hasil tabel 4.8 peneliti mengambil kesimpulan bahwa mayoritas

Dari hasil tabel 4.8 peneliti mengambil kesimpulan bahwa mayoritas

Dokumen terkait