• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggapan Responden Mengenai Sejumlah Fatwa Yang Dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia Terhadap Umat Muslim

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

4.6. Tanggapan Responden Mengenai Sejumlah Fatwa Yang Dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia Terhadap Umat Muslim

Mengenai fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia terhadap umat muslim, responden memberikan beragam pendapat. Berikut ini tabel yang menjelaskan tanggapan responden tentang fatwa yang diketahui oleh responden: Tabel.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Fatwa

Yang Dikeluarkan MUI

No Uraian responden Frekwensi (f) Persentase (%) 1 Mengetahui 51 51,51 2 Kadang-kadang 37 37,37 3 Tidak tahu 11 11,11 Jumlah 99 100% Sumber : data primer dari quesioner 2010

Dari tabel frekwensi yang menjelaskan bahwa fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia diketahui oleh masyarakat (responden), responden yang mengatakan bahwa mereka mengetahui fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia berjumlah 51 responden (51,51%), sedangkan yang mengatakan kadang-kadang saja fatwa Majelis Ulama Indonesia yang diketahui berjumlah 37 responden (37,37%), dan yang tidak mengetahui fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia berjumlah 11 responden (11,11%).

Responden yang mengetahui fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia memberikan penjelasan bahwa mereka mengikuti perkembangan tentang Majelis Ulama Indonesia atau selalu melihat dan mendengar himbauan dan

fatwa-fatwa yang dikeluarkan baik dari media cetak (Koran, majalah, tabloid) maupun media elektronik.

Salah satu fatwa Majelis Ulama Indonesia yang dikeluarkan adalah mengenai diharamkannya siaran tayangan infotaiment yang lebih cenderung pada pemberitaan yang menyebarluaskan aib hidup seseorang, hal ini terjadi karena tayangan yang disiarkan lebih sarat akan mudharat, karena dianggap tidak memenuhi etika dan unsur yang mendidik, maklum saja mereka yang terekspos adalah publik figur yang banyak memiliki pengikut dan penggemar khususnya kalangan muda. Persoalan inilah yang akan menjadi masalah bagi banyak orang, bila idola mereka tersebut memberikan contoh yang buruk, yang akan di ikuti oleh para penggemarnya akibatnya maka akan sering terdengar perbuatan yang amoral yang dilakukan karena mencontoh idola yang diikutkan.

Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi, catatan buruk terkait tayangan infotaiment saat ini karena lebih mementingkan bisnis semata daripada aspek pembangunan moral bangsa. Atas dasar itulah pada akhir juli 2010 Majelis Ulama Indonesia telah mengharamkan konten gossip, fitnah dan ghibah dalam infotaiment. Jadi disini dijelaskan bahwa Majelis Ulama Indonesia tidak mengharamkan infotaimentnya, tetapi yang diharamkan adalah isi konten infotaiment yang berisi gossip, fitnah dan ghibah. Tidak sampai disitu saja yang dilakukan oleh Majelis ulama Indonesia, selanjutnya Majelis Ulama Indonesia merekomendasikan perlu dirumuskannya aturan untuk mencegah konten tayangan yang bertentangan dengan norma agama, keadaban, kesusilaan dan nilai luhur kemanusiaan. Juga direkomendasikan kepada Komite Penyiaran Indonesia

(KPI) diminta untuk meninjau ulang tayangan infotaiment untuk menjamin hak masyarakat memperoleh tayangan bermutu dan melindungi dari hal-hal yang negatif (Intelijen,2010:16).

Adapun mengenai fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia sebahagian responden memberikan contoh fatwa dan himbauan yang diberikan Majelis Ulama Indonesia sebagai berikut ini:

1. Mengeluarkan sertifikat halal terhadap produk makanan dan minuman. 2. Fatwa dibolehkannya memindahkan kuburan untuk kemaslahatan umum. 3. Himbauan mengenai bergesernya arah kiblat untuk sholat.

4. Fatwa haramnya perbuatan terorisme. 5. Fatwa haramnya nikah kontrak (mut’ah).

6. Fatwa haramnya tayangan infotainment mengumbarkan aib hidup seseorang. 7. Fatwa haramnya merokok

8. Fatwa tentang haramnya memakan bunga bank. 9. Fatwa tentang aliran ahmadiyah yang menyesatkan.

10.Himbauan dan kecamaan tentang pornografi dan pornoaksi.

11.Fatwa tentang haramnya pluraisme agama yang di suarakan oleh jaringan Islam Liberal.

12.Fatwa haramnya tindakan perjudian.

Dari sejumlah himbauan dan fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia tidak semuanya fatwa dan himbauan tersebut diikuti dan dijalankan oleh umat Islam karena terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat luas dan belum adanya kekuatan hukum yang memberikan sanksi bagi mereka yang tidak

mengikutinya, kalaupun ada sanksi masih berupa sanksi moral. Seperti contoh fatwa haramnya merokok yang mengundang banyak perdebatan dikalangan masyarakat luas, sedangkan contoh lain dari fatwa Majelis Ulama Indonesia yang mendapat perhatian dari masyarakat luas dan pemerintah Indonesia adalah mengenai fatwa yang menyatakan bahwa aliran Ahmadiyah sesat dan terlarang, serta pernyataan oleh menteri agama Indonesia yang menyatakan akan membubarkan dan melarang aliran-aliran yang dianggap menyimpang dari Islam.

Untuk persoalan Ahmadiyah bila ditelusuri lebih jauh banyak pihak-pihak yang berkepentingan dengan jamaah ini, namun hal ini tidak bisa dibiarkan terus menerus jika hal ini dibiarkan maka setiap saat berpotensi melahirkan konflik. Tidak hanya di Indonesia saja yang melarang ajaran ini, jauh hari sebelumnya para ulama yang tergabung dalam Organisasi Konfrensi Islam (OKI) juga menfatwakan bahwa aliran ini sesat dan terlarang, bahkan di Malaysia dan Brunai Darussalam juga melarang aliran ini. Kasus yang paling menarik adalah dimana aliran ahmadiyah ini dilahirkan (Pakistan) tidak diakui sebagai dari Islam, melainkan kepercayaan diluar Islam (Intelijen,2010: 24-25).

Mengenai fatwa rokok yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia maka akan didapati berbagai macam respon yang diberikan oleh masyarakat, ada yang mendukung fatwa tersebut, namun juga ada yang tidak setuju dengan fatwa tersebut. Berikut ini adalah tanggapan sejumlah responden mengenai fatwa haramnya merokok yang dipaparkan melalui tabel distribusi frekwensi berikut ini:

Tabel. 20 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Fatwa Haramnya Rokok Yang Dikeluarkan MUI Terhadap Umat Islam

No Uraian responden Frekwensi (f) Persentase (%) 1 Sangat Mendukung 23 23,23 2 Mendukung 42 42,42 3 Tidak Mendukung 34 34,34 Jumlah 99 100% Sumber : data primer dari quesioner 2010

Responden yang sangat mendukung dan mendukung dikeluarkannya fatwa haramnya rokok berjumlah 23 responden (23,23%) dan 42 responden (42,42%), sedangkan responden yang tidak mendukung fatwa MUI terhadap fatwa haram rokok berjumlah 34 responden (34,34%).

Responden yang mendukung fatwa Mejelis Ulama tentang fatwa haram merokok memberikan penjelasan sebagai berikut: apa yang dilakukan oleh lembaga Majelis Ulama Indonesia tentang fatwa tersebut sudah tepat dan patut mendapat dukungan seluruh pihak, karena melihat fakta dan realitanya bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh rokok bukanlah hal yang dapat dipandang sebelah mata, apalagi ini menyangkut nyawa banyak orang, kendatipun bisnis dari keuntungan rokok tersebut menyumbang pendapatan negara yang terbesar melalui cukai. Akan tetapi bahaya yang ditimbulkan dari efek negatif bukanlah hal yang dapat ditawar-tawar karena ini menyangkut nyawa yang tidak bisa ditukar dengan materi. Apalagi melihat realita sekarang ini sudah banyak anak-anak yang di jumpai menjadi perokok, pada akhirnya tidak sedikit bagi mereka yang merokok menjadi pemakai narkoba, tidak sampai disitu saja bagi mereka yang perokok pasif mempunyai resiko yang tinggi akibat bergaul didekat perokok aktif. Bukankah agama Islam melarang ummatnya untuk

melakukan suatu perkara/perbuatan yang mubazir dan dapat membunuh diri karena perbuatan tersebut merupakan pekerjaan yang sia-sia.

Sedangkan responden yang tidak mendukung fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang fatwa haramnya rokok memberikan penjelasan sebagai berikut ini: tidak semestinya lembaga Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa tentang rokok, karena sebelum lembaga ini mengeluarkan fatwa tersebut maka harus terlebih dahulu Mejelis Ulama Indonesia melakukan studi dampak yang di timbulkan akibat fatwa tersebut banyak pihak-pihak yang dirugikan seperti petani tembakau, buruh rokok, dan pedagang kecil yang notabene merekalah yang mengalami dampak yang sangat signifikan dari fatwa tersebut.

Untuk menerapkan fatwa tersebut tidaklah mudah karena ini menyangkut hidup banyak orang yang bergantung dari roda perputaran industri rokok, jika rokok dilarang secara menyeluruh maka bukan tidak mungkin angka pengangguran akan meningkat dengan banyak, yang pada akhirnya rakyat jugalah yang menjadi pihak yang dirugikan akibat adanya larangan tersebut, oleh karena itu perlunya solusi yang cerdas untuk menyelesaikan problem ini. Jadi bukan hanya mengeluarkan fatwa tersebut tanpa adanya study yang mendalam dan perlunya sosialisasi fatwa tersebut, karena walaupun fatwa rokok telah dikeluarkan masih banyak juga masyarakat yang melanggar fatwa itu.

Pengaruh dari sejumlah himbauan dan fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia terhadap umat Islam dapat dilihat berupa table dibawah ini:

Tabel. 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Fatwa Yang Dikeluarkan MUI Terhadap Umat Islam

No Uraian responden Frekwensi (f) Persentase (%) 1 Berpengaruh 48 48,48 2 Kadang-kadang 39 39,39 3 Tidak berpengaruh 12 12,12 Jumlah 99 100% Sumber : data primer dari quesioner 2010

Dari tabel diatas yang menerangkan mengenai pengaruh dari fatwa dan himbauan yang di sampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut ini. Responden yang memberikan jawaban bahwa himbauan dan sejumlah fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis ulama Indonesia memberikan pengaruh dalam kehidupan mereka berjumlah 48 responden (48,4%), dan yang menjawab bahwa himbauan dan fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia hanya terkadang saja yang berpengaruh dalam kehidupan mereka berjumlah 39 responden (39,39%), sedangkan yang menjawab bahwa fatwa-fatwa dan himbauan yang diberikan Majelis Ulama Indonesia tidak memiliki pengaruh berjumlah 12 responden (12,12).

Dari alasan yang diberikan oleh responden yang merasa bahwa fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia memberikan pengaruh beralasan bahwa fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya umat Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-hari agar sesuai dengan kaidah ajaran agama Islam, dan dengan adanya fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia umat muslim dapat mengetahui dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan adanya himbauan dan fatwa yang dikeluarkan oleh majelis ulama Indonesia

umat Islam tidak harus merasa khawatir dan was-was dalam berbuat dan berkeyakinan karena sudah ada syariat Islam yang disampaikan oleh para ulama.

Adapun penjelasan yang diberikan oleh responden yang menjawab hanya sebagian saja (kadang-kadang) fatwa dan himbauan yang diberikan oleh ulama memberikan pengaruh dalam kehidupan. Alasan yang diberikan bahwa fatwa dan himbauan yang dikeluarkan tidak semuanya menjadi acuan karena masih mengandung pro dan kontra dikalangan masyarakat seperti beberapa fatwa misalnya mengenai diharamkannya rokok, haramnya rokok tidak semua masyarakat yang sejalan mengenai itu. Hal ini karena dari sekian banyak fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia tidak semuanya benar-benar dijalankan dan memberi manfaat, karena tidak adanya wewenang oleh Majelis Ulama Indonesia untuk menghukum bagi yang melanggarnya, dan perlunya dibangun kesadaran diri masing-masing anggota masyarakat.

Sedangkan responden yang menjawab bahwa tidak ada pengaruh yang diberikan oleh Majelis Ulama Indonesia terhadap kehidupan, mereka berargumen bahwa fatwa-fatwa dan himbauan yang disampaikan oleh ulama (MUI) hanya bersifat pemberitahuan saja dan belum adanya kekuatan hukum atau peraturan berupa undang-undang untuk diikuti, hal ini juga disebabkan oleh belum banyaknya masyarakat muslim menjalankan aturan yang telah ditentukan oleh ajaran agama (syariat Islam).

Pada bulan juli 2010 Majelis Ulama Indonesia mengadakan musyawarah nasional (Munas) ke VIII yang dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, dalam munas tersebut dikeluarkan beberapa fatwa diantaranya adalah, mengharamkan nikah

kontrak, mengharamkannya perbuatan terorisme, mengharamkannya tayangan info tainment yang membuka aib seseorang, mengharamkannya bank sperma.

Terkait beberapa fatwa tersebut responden memberikan argument masing-masing ada yang mendukung dan yang tidak mendukung berikut ini seperti yang terlihat pada tabel distribusi frekwensi berikut ini:

Tabel. 22 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Beberapa Fatwa Yang Dikeluarkan MUI

No Uraian responden Frekwensi (f) Persentase (%) 1 Sangat mendukung 50 50,5 2 Mendukung 40 40,4 3 Tidak mendukung 9 9,0 Jumlah 99 100% Sumber : data primer dari quesioner 2010

Dari tabel menerangkan bahwa responden yang menyatakan sangat mendukung sejumlah fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia pada munas ke VIII berjumlah 50 responden (50,5%), dan yang menyatakan mendukung berjumlah 40 responden (40,4%), sedangkan yang tidak mendukung fatwa tersebut berjumlah 9 responden (9%).

Responden yang sangat mendukung dan mendukung fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia pada munas yang ke VIII memberikan berbagai pendapat diantaranya: karena fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia bertujuan agar umat Islam terhindar dari hal-hal yang tidak dibenarkan dalam syariat Islam, sehingga kedepan akhlak umat dapat terjaga dari segala macam kerusakan moral yang sedang melanda bangsa Indonesia. Agama Islam tidak

mengajarkan segala sesuatu yang mengandung mudharat oleh karena itu segala sesuatu yang tidak bersumber dari Al-Quran dan Sunnah pantang untuk dilakukan.

Responden yang tidak mendukung fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia memberikan alasan karena fatwa-fatwa yang diberikan terkadang tidak rasional dan mengandung multi tafsir. Jadi fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh MUI memberikan dampak yang sangat baik dalam kehidupan masyarakat khususnya pada umat Islam ini, hanya saja fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia tidak memiliki sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya dan kurangnya sosialisasi langsung yang diberikan pada masyarakat.

4.7. Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Untuk Mengikuti Dan