• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang merupakan warga dari masyarakat sekitar usahatani jamur tiram yang di wawancara mengenai kesediaan menerima kompensasi atas limbah log jamur tiram. Karakteristik responden yang diuraikan meliputi: jenis kelamin, usia, status, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, lama tinggal, dan jarak tempat tinggal dengan home industry jamur tiram.

Jenis Kelamin

Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dengan perbandingan responden laki-laki sebesar 58 persen dan responden perempuan 42 persen. Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Proporsi Responden Menurut Jenis Kelamin Usia

Tingkat usia responden bervariasi, dengan usia paling muda yaitu 19 tahun dan yang paling tua yaitu 70 tahun. Persentase tertinggi yaitu pada kelompok usia 19-28 tahun dengan persentase 35 persen. Kelompok usia tersebut mengindikasikan responden berada pada usia produktif. Responden dengan usia 29-38 tahun berjumlah 34 persen, usia 39-48 tahun berjumlah 20 persen, usia 49- 58 tahun berjumlah tiga persen, usia 59–68 tahun berjumlah lima persen, dan responden berusia antara 69–78 tahun berjumlah tiga persen. Usia responden berpengaruh pada nilai WTA yang akan diterima. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 7.

Laki-laki 58%

Perempuan 42%

38

Gambar 7. Sebaran Responden Menurut Umur Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan diklasifikasikan berdasarkan lama tahun menempuh pendidikan formal dimulai dari jenjang tidak sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 53 persen. Hal ini menyebabkan kurangnya kesadaran warga akan tercemarnya kualitas lingkungan akibat limbah bag log

jamur. Persentase jumlah responden untuk lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 25 persen diikuti dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 12 persen. Responden yang memiliki latar belakang lulusan Perguruan Tinggi sebesar tujuh persen. Responden yang tidak pernah menempuh pendidikan formal sebesar tiga persen. Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap besaran WTA yang akan diterima. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan yang menjadi mata pencaharian responden diantaranya adalah buruh tani, pegawai swasta, wirausaha, petani, dan lainnya (ibu rumah tangga). Berdasarkan hasil survei, mata pencaharian responden tertinggi adalah

Umur 19-28 35% Umur 29-38 34% Umur 39-48 20% Umur 49-58 3% Umur 59-68 5% Umur 69-78 3% SD 53% SMP 25% SMA 12% Perguruan Tinggi 7% Tidak Sekolah 3%

39 buruh tani dengan persentase sebesar 47 persen. Responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga (lainnya) sebesar 38 persen. Responden yang bekerja sebagai pegawai swasta, petani, dan wirausaha masing-masing sebesar lima persen. Sebaran jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 9.

Tingkat Pendapatan

Persentase responden dengan tingkat pendapatan terbesar terdapat pada kelompok pendapatan Rp 500.000 – 1.500.000 yaitu sebesar 60 persen. Hal ini dikarenakan mayoritas mata pencarian responden yang bekerja sebagai buruh dan ibu rumah tangga. Pendapatan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak mampu membayar biaya memperbaiki kerusakan lingkungan sehingga biaya

Gambar 9. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan

kompensasi yang diinginkan lebih tinggi. Sebanyak 38 persen responden memiliki tingkat pendapatan di bawah Rp 500.000. Sebanyak dua persen responden memiliki pendapatan antara Rp 1.500.001 – 2.500.000. Tingkat pendapatan responden berpengaruh pada nilai WTA yang akan diterima. Perbandingan distribusi tingkat pendapatan setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan per Bulan Buruh tani 47% Pegawai Swasta 5% Wirausaha 5% Petani 5% Lainnya 38% < Rp. 500.000 38% Rp. 500.000 - Rp. 1.500.000 60% Rp. 1.500.001 - Rp. 2.500.000 2%

40

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan yang dimaksud adalah tanggungan yang mencakup keluarga inti (istri dan anak) serta tanggungan bukan keluarga inti di rumah responden. Sebagian besar responden adalah kepala keluarga yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak kurang dari sama dengan dua orang yaitu persentasenya adalah 56 persen. Sebanyak 17 persen responden memiliki jumlah tanggungan keluarga sebesar tiga orang. Jumlah tanggungan mempengaruhi kompensasi yang diterima karena biaya tersebut digunakan sebagai biaya tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Responden dengan jumlah tanggungan empat yaitu sebesar 15 persen, sementara responden yang memiliki jumlah tanggungan lima orang sebesar lima persen. Jumlah tanggungan keluarga responden dengan jumlah lebih dari atau sama dengan enam orang memiliki persentase sebesar tujuh persen. Sebaran responden menurut jumlah tanggungan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Lama Tinggal

Lama tinggal responden sebagian besar berada pada kelompok lama tinggal 16-25 tahun dan lebih dari 35 tahun dengan persentase 32 persen dan 23 persen. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden merupakan penduduk asli yang sejak lahir sudah berada di Desa Kopo. Responden ini lebih peka dalam merasakan perubahan lingkungan sehingga mereka ada yang meminta kompensasi tinggi dan ada pula yang menolak diberi kompensasi. Responden pada rentang lama tinggal 26–35 tahun sebesar 22 persen. Responden yang lama tinggalnya kurang enam tahun yaitu sebesar 13 persen. Persentase terkecil terjadi pada kelompok responden dengan lama tinggal 6–15 tahun dengan persentase 10 persen. Lama tinggal berpengaruh terhadap nilai WTA yang akan diterima oleh responden. Sebaran lama tinggal responden disajikan pada Gambar 12.

≤ 2 orang 56% 3 orang 17% 4 orang 15% 5 orang 5% ≥ 6 orang 7%

41

Gambar 12. Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal Jarak Tempat Tinggal

Mayoritas tempat tinggal responden sebesar 58 persen berjarak kurang dari 500 m dari lokasi usaha jamur tiram. Sebanyak 42 persen sisanya bertempat tinggal antara 500 – 1.500 m dari lokasi usaha jamur tiram. Tingginya jumlah masyarakat yang tinggal dengan jarak kurang dari 500 m menyebabkan dampak negatif yang diterima begitu terasa sehingga meminta kompensasi kerugian yang cukup tinggi. Jarak tempat tinggal responden berpengaruh pada nilai WTA yang akan diterima. Persentase responden berdasarkan jarak tempat tinggal disajikan dalam Gambar 13.

Gambar 13. Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari Lokasi Usaha Jamur Tiram

Dokumen terkait