• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.3. Nilai Tambah Serbuk Gergaji

Budidaya jamur tiram yang menggunakan bag log buatan sendiri merupakan kegiatan yang memberikan manfaat ekonomi diantaranya tambahan pendapatan, munculnya nilai tambah pada bahan baku serta penyerapan tenaga kerja karena membutuhkan sumberdaya manusia dalam proses pengolahannya.

48

Perhitungan nilai tambah dalam penelitian ini menggunakan Metode Hayami. Analisis ini berguna untuk mengetahui nilai tambah yang terdapat pada satu kilogram serbuk gergaji yang diolah. Analisis nilai tambah terdiri dari beberapa komponen utama pembentuk biaya produksi meliputi bahan baku, sumbangan input lain, tenaga kerja dan keuntungan untuk komponen utama yang digunakan.

Proses analisis nilai tambah serbuk gergaji dilakukan mulai dari proses penyaringan, pencampuran, pengemasan, pengangkutan, sterilisasi, dan inokulasi. Analisis nilai tambah tidak hanya melihat besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan, tetapi juga distribusi dari pemanfaatan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan manajemen. Dasar perhitungan analisis nilai tambah pada penelitian ini menggunakan perhitungan per kilogram bahan baku serbuk gergaji yang dilakukan selama satu tahun. Harga bag log yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah ini adalah harga bag log yang dijual oleh home industry Cijulang Asri yaitu sebesar Rp 1 200/kg.

Rata-Rata Variabel Input Output Bahan Baku dan Faktor Konversi

Masa pembuatan bag log oleh home industry Cijulang Asri dilakukan dalam setiap periode produksi budidaya jamur tiram (satu periode = 4 bulan). Pembuatan bag log dalam satu tahun pada home industry Cijulang Asri setelah dikonversikan ke satuan berat adalah sebanyak 45.000 kg. Bag log tersebut dihasilkan dari serbuk gergaji sebanyak 60.750 kg. Perhitungan nilai tambah pada

home industry Cijulang Asri dihitung dalam satuan tahun yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Faktor konversi pada budidaya jamur tiram adalah 0,74. Nilai konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai bag log yang dihasilkan dengan serbuk gergaji yang digunakan. Hal tersebut menandakan untuk setiap satu kilogram serbuk gergaji yang digunakanakan menghasilkan 0,74 kg bag log.

Rata-Rata Variabel Faktor Koefisien Tenaga Kerja

Koefisien tenaga kerja adalah nilai pembagian dari jumlah hari orang kerja dalam satu tahun (HOK/tahun) dengan jumlah bahan baku (kg/tahun) yang digunakan dalam kegiatan produksi pada unit usaha. Jumlah hari orang kerja

49 adalah total penjumlahan hari tenaga kerja bekerja dalam satu tahun. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya orang yang diperlukan untuk mengolah Tabel 9. Perhitungan Nilai Tambah Serbuk Gergaji Home Industry Cijulang Asri

Tahun 2012.

No. Variabel Nilai

Output, Input dan Harga

1. Bag log yang dihasilkan (kg/tahun) 45.000,00

2. Serbuk gergaji yang digunakan (kg/tahun) 60.750,00

3. Tenaga kerja (HOK/tahun) 624,00

4. Faktor konversi (1/2) 0,74

5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,01

6. Harga bag log (Rp/kg) 1.200,00

7. Upah tenaga kerja (Rp/HOK) 18.028,85

Pendapatan dan Keuntungan (Rp/kg bag log)

8. Harga serbuk gergaji (Rp/kg bahan baku) 214,28

9. Sumbangan input lain (Rp/kg output) 390,67

10. Nilai bag log (4 x 6) (Rp) 888,89

11. a. Nilai Tambah (10 - 9 - 8) (Rp/kg) 283,94

b. Rasio Nilai Tambah ((11a/10x100%) 31,94

12. a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp/kg input) 185,18

b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a)x100% 65,21

13. a. Keuntungan (11a-12a)(Rp/kg input) 98,75

b. Tingkat keuntungan ((13a/11a)x100%) 34,78

Balas Jasa terhadap Faktor Produksi

14. Marjin (10-8) (Rp/kg) 674,60

a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14)x100%) 27,45

b. Sumbangan input lain ((9/14)x100%) 57,91

c. Keuntungan Pemilik Usaha ((13a/14)x100%) 14,64 Sumber: Data primer diolah, 2013

untuk mengolah satu-satuan input (Hayami et al. 1987). Nilai koefisien tenaga kerja langsung untuk pembuatan bag log di home industry Cijulang Asri adalah 0,01 yang memiliki artian dalam mengolah 100 kilogram serbuk kayu gergaji menjadi 74 kg bag log membutuhkan tenaga kerja langsung sebanyak 1 HOK. Koefisien tenaga kerja sebesar 0,01 juga mengindikasikan bahwa dalam pengolahan satu kg serbuk gergaji menjadi bag log membutuhkan waktu sebanyak 0,01 HOK atau 4 menit 55 detik. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pembuatan bag log adalah dua orang dengan hari orang kerja masing-masing pegawai setara dengan delapan jam kerja. Upah rata-rata per HOK untuk budidaya jamur tiram pada home industry Cijulang Asri adalah Rp 18.028,85. Nilai tersebut diperoleh dengan membagi total upah tenaga kerja langsung dengan total hari kerja yang digunakan dalam satu tahun.

50

Rata-Rata Variabel Nilai Output

Nilai output rata-rata dari hasil penjualan bag log yang didapat oleh home industry Cijulang Asri adalah sebesar Rp 888,89/kg bag log. Rata-rata variabel nilai output didapat dari hasil perkalian antara faktor konversi dengan harga

output. Semakin tinggi nilai output rata-rata penjualan bag log mempengaruhi besaran nilai tambah yang didapat oleh home industry Cijulang Asri.

Rata-Rata Variabel Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produk dengan biaya bahan baku serta biaya input lain. Bahan baku utama pembuatan bag log terdiri dari serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, kapur, gipsum, dan air. Bahan baku penunjang berasal dari alkohol, lampu, spiritus, tabung gas, pengkukus, cangkul, spatula, sekop,dan pengayak. Nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan serbuk gergaji menjadi bag log pada home industry Cijulang Asri adalah sebesar Rp 283,94/kg dengan rasio 31,94 persen. Nilai tersebut menyatakan bahwa setiap satu kilogram serbuk gergaji akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 283,94. Nilai tambah yang sedikit dikarenakan pembuatan bag log bukan sebagai usaha utama melainkan sebagai bagian dari usaha budidaya jamur tiram.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dipekerjakan di home industry Cijulang Asri berjumlah dua orang. Tenaga kerja yang dipekerjakan mencakup semua aktivitas, yaitu tenaga pengangkutan, penyaringan, pengemasan, sterilisasi, dan inokulasi. Imbalan bagi tenaga kerja langsung pada produksi bag log di home industry

Cijulang Asri adalah Rp 185,18/kg atau sebesar 65,21 persen dari nilai tambah produk. Imbalan bagi tenaga kerja langsung adalah pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja sebagai hasil perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja langsung tidak termasuk dalam nilai tambah yang diperoleh perusahaan.

51 Keuntungan Usaha Pembuatan Bag Log

Keuntungan yang didapatkan oleh unit usaha home industry Cijulang Asri sebesar Rp 98,75/kg. Keuntungan dihitung dari nilai tambah dikurangi pendapatan tenaga kerja. Tingkat keuntungan yang didapat diperoleh dari perhitungan dimana keuntungan dibagi dengan nilai tambah yang didapat kemudian dikalikan 100 persen. Tingkat keuntungan yang didapat oleh home industry Cijulang Asri sebesar 34,78 persen.

Marjin Produk

Marjin menunjukkan kontribusi faktor-faktor produksi selain bahan baku. Besaran marjin dapat dilihat balas jasa terhadap faktor produksi yang terdiri dari balas jasa tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan perusahaan. Pada usaha pembuatan bag log, sebagian besar marjin yang diterima unit usaha didistribusikan pada sumbangan input lain. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase balas jasa terhadap faktor produksi sumbangan input lain yaitu sebesar 57,91 persen. Balas jasa terhadap keuntungan usaha sebesar 14,64 persen. Pendapatan tenaga kerja pada home industry ini sebesar 27,45 persen.

6.4 Internalisasi Biaya Eksternal

Perhitungan internalisasi biaya eksternal dilakukan dengan dua tipe perhitungan yang menghitung nilai intangible dan nilai tangible. Nilai tangible

dan intangible tersebut kemudian akan dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya eksternal yang telah diinternalisasi.

Nilai Intangible

Biaya eksternal yang telah diinternalisasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat terkait perubahan lingkungan akibat keberadaan timbunan limbah bag log jamur tiram. Biaya eksternal yang bersifat intangible ini dihitung menggunakan konsep Willingness To Accept (WTA) dari metode

Contingent Valuation Method (CVM). Hasil pelaksanaan metode CVM adalah sebagai berikut:

52

1. Membangun Pasar Hipotetis

Pembuangan limbah bag log jamur secara langsung tanpa melalui pengolahan menyebabkan kerusakan lingkungan diantaranya kondisi tanah yang menjadi asam, mengganggu pemandangan, bau tidak sedap, dan menyebabkan gangguan kesehatan seperti asma dan gangguan pernafasan. Masyarakat yang menjadi responden adalah masyarakat RT V di Desa Kopo, Kecamatan Cisarua. Berdasarkan hasil wawancara dengan 60 orang responden, 43 orang bersedia menerima pembayaran kompensasi atas kerusakan lingkungan sedangkan 17 orang lainnya menolak menerima biaya kompensasi. Rasio responden yang setuju menerima dan yang menolak biaya kompensasi dapat dilihat pada Gambar 15.

Sumber : Data Primer Diolah, 2013.

Gambar 14. Persentase Responden yang Menerima dan Menolak Kompensasi Responden yang menolak menerima kompensasi memiliki beragam alasan di antaranya responden yang merupakan buruh tani yang pernah pekerja di kumbung jamur tersebut, responden yang tidak merasakan kerugian, dan respoden yang menganggap bahwa kompensasi tidak menyelesaikan permasalahan akibat limbah bag log jamur tiram. Frekuensi responden yang menolak dapat dilihat pada Tabel 10 dengan total 17 orang.

Walaupun program pengelolaan limbah jamur yang direncanakan sebagian biaya investasinya ditanggung oleh pelaku usahatani namun diperlukan partisipasi dari masyarakat untuk ikut mengelolah limbah bag log jamur. Responden diberikan informasi bahwa usahatani jamur tiram akan memberlakukan pemberian dana kompensasi terhadap masyarakat di sekitar usahatani yang terkena eksternalitas negatif. Kompensasi diberikan sebagai biaya pengganti atas kerugian yang dirasakan akibat terjadinya eksternalitas negatif. Dana kompensasi ini

72% menerima

kompensasi 28% menolak

biaya kompensasi

53 mencerminkan besarnya nilai kerugian yang dirasakan oleh warga serta kesediaan menerima kompensasi atas menurunnya kualitas lingkungan.

Tabel 10. Responden Menolak WTA

Alasan menolak WTA Frekuensi (orang) Persentase (%)

Pernah bekerja sebagai buruh

di usahatani jamur. 7 41.17

Biaya kompensasi tidak menyelesaikan masalah lingkungan.

2 11.76

Anggapan limbah log tidak merusak kesehatan dan lingkungan.

8 47.05

total 17 100

Sumber : Data Primer Diolah, 2013.

2. Memperoleh Nilai WTA (Obtaining Bids)

Berdasarkan pertanyaan yang ditawarkan dalam kuesioner melalui metode

payment card, maka diperoleh besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima oleh responden. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh rata-rata nilai WTA responden sebesar Rp 15.348,83. Umumnya responden menginginkan dana kompensasi yang tinggi sebagai biaya atas kerusakan lingkungan yang diakibatkan limbah log jamur.

3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA (Estimating Mean WTA)

Dugaan nilai rataan WTA responden dihitung berdasarkan data distribusi WTA responden. Data distribusi WTA responden dapat dilihat pada Tabel 11. Perhitungan terhadap dugaan nilai rataan WTA (EWTA) menghasilkan nilai sebesar Rp 15 348,83. Nilai tersebut mencerminkan besarnya kerugian setiap individu yang terkena eksternalitas negatif limbah bag log usahatani jamur tiram. Tabel 11. Distribusi WTA Responden di Desa Kopo

No Nilai WTA (Rp) Frekuensi (orang) Frekuensi Relatif Mean WTA(Rp)

1. 5.000 4 0.07 465.11

2. 10.000 11 0.26 2 558.13

3. 15.000 6 0.14 2 093.02

4. 20.000 22 0.51 10 232.55

Total 43 1 15 348.83

54

4. Menduga Bid Curve

Kurva lelang (bid curve) WTA responden dibentuk berdasarkan nilai WTA responden terhadap dana kompensasi yang diinginkan. Kurva ini menggambarkan hubungan tingkat WTA yang diinginkan (dalam Rp) dengan jumlah responden yang bersedia menerima pada tingkat WTA tersebut (orang). Hasil survei yang dilakukan pada responden untuk nilai WTA yang bersedia diterima disajikan pada Gambar 16.

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Gambar 15. Dugaan Bid Curve WTA Responden di Desa Kopo

5. Evaluasi Pelaksanaan CVM

Hasil analisis regresi berganda yang dilakukan menghasilkan nilai R2 sebesar 63,3 persen. Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R2 hingga 15 persen menurut Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993). Hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian mengenai WTA ini dapat diyakini kebenaran dan keandalannya (reliable). Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman WTA responden sebesar 63,3 persen dapat dijelaskan oleh variabel dalam model sedangkan sisanya 36,7 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Model regresi linier berganda harus memenuhi asumsi tidak ada masalah multikolinieritas, autokorelasi, homoskedastisitas, dan uji asumsi normalitas. Hasil uji tersebut adalah disajikan sebagai berikut:

1. Uji Multikolinieritas

Pengujian terhadap multikolinieritas didasarkan pada nilai VIF pada model. Nilai VIF terlihat bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai yang

0 5 10 15 20 25 0 5000 10000 15000 20000 25000 F re ku ensi ( orang) Nilai WTA (Rp) Nilai WTA

55 kurang dari sepuluh (VIF < 10). Nilai tersebut menunjukkan tidak terjadinya pelanggaran multikolinieritas.

2. Uji Autokorelasi

Pelanggaran terhadap autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson. Nilai statistik DW yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu sebesar 1,62. Nilai tersebut berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus, 2004).

3. Uji Homoskedastisitas

Pemeriksaaan asumsi homoskedastisitas dilakukan dengan melihat sebaran pada scatterplot. Plot Versus Fits yang terdapat pada Gambar 17 terlihat tidak membentuk pola apapun atau dengan kata lain menyebar bebas, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat pelanggaran asumsi homoskedastisitas.

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Gambar 16. Residual Plot Uji Homoskedatisitas 4. Uji Asumsi Normalitas

Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (KS). Untuk memenuhi asumsi normalitas nilai KS- hitung harus dibandingkan dengan nilai KS-tabel. Jika lebih kecil dari KS-tabel maka asumsi normalitas terpenuhi. Pada output komputer terlihat nilai KS sebesar 0,087, sedangkan nilai KS-tabel untuk 43 responden adalah 0,135. Hal ini menunjukkan bahwa nilai KS-hitung lebih kecil dari KS-tabel sehingga memenuhi asumsi normalitas atau galat menyebar normal.

56 10000 5000 0 -5000 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 RESI1 P e rc e n t Mean -3,80719E-12 StDev 3264 N 43 KS 0,087 P-Value >0,150

Probability Plot of RESI1

Normal

Sumber : Data Primer Diolah. 2013

Gambar 17. Probability Plot Uji Kolmogorof-Smirnov Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah:

WTA = 13498 - 0,00267 PNDT - 85 PNDK + 70,3 UR - 3,30 JTT + 205 LT - 1603 LIM

Tabel 12. Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTA Responden

Variable Coef SE coef T P-value VIF

(constant) 13.498 3.737 3,61 0,001 PNDT -0,002674 0,001283 -2,08 0,044** 1,067 PNDK -85,3 207,6 -0,41 0,684 1,125 UR 70,30 55,28 1,27 0,212 1,724 JTT -3,302 1,722 -1,92 0,063*** 1,251 LT 204,94 53,60 3,82 0,001* 1,772 LIM -1.603 2.656 -0,60 0,550**** 1,093 R-Sq 63,7% R-Sq(adj) 57,6% R-Sq(pred) 46,00% Durbin-Watson statistic 1,65266

Sumber : Data Primer Diolah, 2013.

Keterangan : * nyata pada taraf α = 1 persen ** nyata pada taraf α = 5 persen *** nyata pada taraf α = 10 persen

Berdasarkan Tabel 12 tersebut di atas diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap model pada tingkat α 1,5 , dan 10 persen adalah pendapatan, jarak tempat tinggal, dan lama tinggal. Adanya variabel-variabel seperti tingkat pendidikan, umur, dan dummy limbah yang tidak berpengaruh nyata dalam model dikarenakan tingkat p-value yang lebih tinggi dari α = 15

57 persen. Variabel-variabel tersebut hanya menyebabkan perubahan kecil jika dibandingkan dengan variabel yang berpengaruh secara nyata atau signifikan.

Variabel pendapatan memiliki nilai P-value 0.044 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,05 (5 persen). Koefisien variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin tinggi pendapatan, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan responden dengan pendapatan tinggi memiliki dana tambahan untuk memperbaiki kualitas lingkungan sehingga biaya kompensasi yang diinginkan akan berkurang nilainya. Koefisien pendidikan adalah 0,002674 yang artinya bahwa jika pendapatan responden meningkat satu rupiah, maka rata-rata nilai WTA akan berkurang sebesar 0,002674 rupiah dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel jarak tempat tinggal memiliki nilai P-value 0,063 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,10 (10 persen). Koefisien variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin dekat jarak tempat tinggal dari lokasi pembuangan limbah, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin tinggi. Nilai dari koefisien adalah 3.302 yang artinya bahwa jika jarak tempat tinggal meningkat sebesar satu meter, maka diduga rata- rata nilai WTA akan meningkat sebesar 3.302 rupiah dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel lama tinggal memiliki p-value sebesar 0,001 sehingga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,01 (1 persen). Koefisien lama tinggal bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 204,94. Hal ini menggambarkan jika lama tinggal bertambah satu tahun, maka rata-rata nilai WTA akan naik sebesar 204,94 rupiah dengan asumsi ceteris paribus.

Nilai Tangible

Nilai tangible dari biaya eksternal dihitung dengan pendekatan analisis pendapatan usahatani. Usaha pengolahan limbah bag log menjadi pupuk kompos dilakukan selama satu periode, dimana satu periode sama dengan 40 hari. Nilai TR (Total Revenue) didapat dari perkalian harga output dengan jumlah output

58

dikalikan dengan 9,125 (hasil bagi dari 365 hari dengan 40 hari) sehingga diperoleh Rp 109.500.000/tahun. Perhitungan TR dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Total Cost (TC) dan Total Revenue (TR) Penjualan Pupuk Kompos

Keterangan Jumlah Harga (Rp) Umur teknis (tahun) Total (Rp/periode) Total (Rp/tahun) Total Fixed Cost Terpal 200 1.000 5 200.000 40.000,00 Cetakan 1 200.000 5 200.000 40.000,00 Mixer 1 200.000 5 200.000 40.000,00 Pencacah 1 9.000.000 5 9.000.000 1.800.000,00 Cangkul 10 50.000 3 500.000 166.666,67 Parang 15 25.000 3 375.000 125.000,00 Sekop 2 50.000 3 100.000 33.333,33 Spryer gendong 10 350.000 5 3.500.000 700.000,00 Spryer pompa 2 160.000 3 320.000 106.666,67 Spryer tangan 3 150.000 3 450.000 150.000,00 Pengayak 2 50.000 5 100.000 20.000,00 Total Variable Cost

Limbah bag log 8 300.000 - 2.400.000 21.900.000

Serasah daun 8 100.000 - 800.000 7.300.000 Kotoran ternak 8 20.000 - 160.000 1.460.000 Bioaktivator 12 20.000 - 240.000 2.190.000 Upah pegawai 3 500.000 - 1.500.000 13.687.500 Total Cost (TC) 286 11.176.000 - 20.045.000 49.759.166,67 Total Revenue (TR) Pupuk kompos 12.000 1.000 - 12.000.000 109.500.000,00 TR-TC - - - - 59.740.833,00

Sumber : Data Primer Diolah, 2013.

TVC (Total Variable Cost) terdiri dari biaya pengangkutan limbah bag log, biaya pengangkutan kotoran ternak, biaya pengangkutan serasah daun, biaya untuk membeli bioaktivator, dan upah tenaga kerja. Nilai TVC yang didapat sebesar Rp 5.100.000/periode atau Rp 46.537.500/tahun. Rincian perhitungan TVC dapat dilihat pada Tabel 13. Nilai TFC (Total Fixed Cost) didapat dari penjumlahan biaya-biaya tetap yang digunakan dalam proses pengolahan limbah

bag log jamur menjadi pupuk kompos. Biaya-biaya tetap ini terdiri dari biaya terpal, cetakan, mixer, pencacah, cangkul, parang, sekop, spryer gendong, spryer

pompa, spryer tangan, dan pengayak. Nilai TFC didapat dari perhitungan total nilai biaya dibagi dengan umur teknis. Nilai TFC untuk satu tahun sebesar Rp 3.221.666,67/tahun. Rincian perhitungan TFC dapat dilihat pada Tabel 13.

59 Pendapatan dihitung dengan rumus total revenue dikurangi dengan total fixed cost dan total variable cost. Perhitungan tersebut menghasilkan nilai pendapatan sebesar Rp 59.740.833/tahun. Nilai biaya eksternal tangible ini kemudian akan di total dengan nilai biaya eksternal intangible. Rincian perhitungan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 14.

Direct Use Value

Direct Use Value dihitung menggunakan rumus perhitungan nilai biaya

tangible yang dihitung dengan analisis pendapatan dijumlahkan dengan nilai biaya

intangible yang sebelumnya dihitung menggunakan nilai Willingness to Accept

(WTA). Rincian perhitungan tangible dan intangible value dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Tangible dan Intangible Values Pengolahan Limbah Bag Log Menjadi Pupuk Kompos Intangible Vakue (Nilai WTA, Rp) TR (Rp/ tahun) TFC (Rp/ tahun) TVC (Rp/ tahun) Pendapatan (Tangible Value) (Rp/tahun) ( TR - (TFC+TVC)) Tangible dan Intangible Value (Rp/ tahun) 10.744.181 109.500.000 3.221.666,67 46.537.500 59.740.833 70.485.014 Sumber : Data Primer Diolah, 2013.

Biaya tangible dihitung menggunakan analisis pendapatan dengan rumus perhitungan penerimaan dikurangi dengan biaya. Hasil perhitungan tersebut akan menghasilkan pendapatan (nilai tangible) sebesar Rp 59.740.833/tahun. Biaya

intangible dihitung melalui penghitungan Willingness to Accept (WTA) sehingga diperoleh nilai intangible sebesar Rp 10.744.181. Nilai WTA tersebut merupakan nilai yang sudah dikalikan dengan populasi warga dewasa yang berjumlah 700 orang. Direct value yang dihasilkan melalui penjumlahan nilai WTA dengan pendapatan adalah sebesar Rp 70.485.014/tahun. Direct value ini merupakan total biaya eksternal yang telah diinternalisasi oleh home industry Cijulang Asri dari pengolahan limbah bag log jamur tiram menjadi pupuk kompos.

60

Dokumen terkait