• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

4.1.1 Jenis Kelamin Pasien MDRPA di RS USU Medan dan RSUP H. Adam Malik Medan

Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 6 (30%) pasien MDRPA pada periode Juli – September 2019 di RS USU Medan, sedangkan terdapat 14 (70%) pasien MDRPA pada periode September 2019 di RSUP H. Adam Malik Medan ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita MDRPA

Rumah Sakit Jumlah Sampel (n) Persentase

Laki-laki Perempuan Tidak diketahui (%)

RS USU 1 4 1 30

RSUP H. Adam Malik 7 6 1 70

Total 8 10 2 100

Dari data distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pasien MDRPA paling banyak diderita oleh pasien perempuan yaitu 10 orang (50%), kemudian pasien laki-laki berjumlah 8 orang (40%) dan yang tidak diketahui jenis kelaminnya 2 orang (10%). Hal ini terjadi karena tidak adanya informasi dari kertas hasil Vitek pasien. Satu isolat dari RS USU Medan yang berasal dari stok isolat yang disimpan, sedangkan satu isolat dari RSUP H. Adam Malik Medan berasal dari seorang bayi. Menurut Bejestani et al (2015), anak-anak merupakan

populasi yang mudah terserang oleh penyakit karena sistem imun yang belum sempurna. Lebih banyaknya pasien perempuan daripada pasien laki-laki disebabkan oleh perbedaan biologis, seperti fungsi reproduksi dan ekspresi gen pada kromosom XY serta perubahan hormon yang fluktuatif pada wanita serta memiliki respon imun yang lebih aktif untuk memerangi patogen yang menyerang tubuh. Namun sistem kekebalan dapat bekerja secara berlebihan dan menyebabkan penyakit autoimun (Zagrosek, 2012).

Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Peymani et al (2015) di Iran, dimana pasien wanita MDRPA lebih banyak yaitu sejumlah 156 pasien (52%) dan 144 (48%) pasien pria. Penelitian yang dilakukan oleh Matos et al (2016) di Brazil juga menemukan pasien wanita MDRPA lebih banyak (26 pasien) 51,9% dan pria 26 pasien (48,1%).

4.1.2 Distribusi MDRPA dari Berbagai Spesimen Klinis di RS USU Medan dan RSUP H. Adam Malik Medan

Sebanyak 20 isolat terkumpul dari bulan Juli – September 2019 yang diisolasi dari berbagai spesimen klinis yang masuk ke Laboratorium Mikrobiologi Klinis RS USU Medan dan Instalasi Laboratorium Mikrobiologi Klinis RSUP H. Adam Malik Medan dan data asal spesimen ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Asal Spesimen MDRPA

No Spesimen Klinis Jumlah Sampel (n) Persentase (%)

1 Jaringan 1 5 dengan masing-masing persentase 40%, sedangkan spesimen klinis paling sedikit berasal dari potongan jaringan dan swab tenggorok dengan masing-masing persentase sebesar 1%, kemudian spesimen urin 10%. Sampel MDR P. aeruginosa yang dikoleksi dari RSUD Arifin Achmad di Pekanbaru oleh Anggraini et al (2018) kebanyakan berasal dari pus yaitu 70,2% dan sputum 32,7%. Penelitian yang sama

urin 14,3% dan jaringan 11,6%. Penelitian oleh Nithyalakshmi et al (2016) di India juga menemukan spesimen klinis yang paling banyak dikoleksi pada pus (61), sputum (38). Begitu juga dengan penelitian oleh Ahmad et al (2016) di Pakistan yang menemukan spesimen klinis terbanyak pada pus yaitu 162 sampel (48,5%).

P. aeruginosa dapat ditemukan pada permukaan kulit yang memiliki area kelembapan dan dapat mengkoloni jalur respiratori bagian atas dari pasien di rumah sakit (Hoque et al., 2015). Spesies Pseudomonas ditemukan sebagai bagian dari mikrobiota pada kulit manusia. Hal ini menyebabkan infeksi pada individu yang sehat dan juga menyebabkan infeksi yang serius pada pasien immunokompromis yang memiliki luka bakar atau luka operasi (Shidiki et al., 2019). Bakteri melekat dan mengkoloni pada selaput mukosa atau kulit, menginvasi secara lokal, dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh pili, enzim, dan eksotoksin A, suatu transferase ADP-ribosa yang berfungsi menghambat sintesis protein eukariota (Putra dan Kusmiati, 2015). Sebagian besar infeksi P. aeruginosa, gejala dan tandanya tidak spesifik dan berkaitan dengan organ yang terserang. P.

aeruginosa dapat dilihat pada sediaan hapusan yang diwarnai dengan Gram, dan hasil biakan yang positif (Jawetz et al., 2001). Pus merupakan hasil dari proses infeksi bakteri yang terjadi akibat akumulasi jaringan nekrotik, netrofil mati, makrofag mati dan cairan jaringan. Setelah proses infeksi dapat ditekan, pus secara bertahap akan mengalami autolisis dalam waktu beberapa hari, kemudian produk akhirnya akan diabsorpsi ke jaringan sekitar. Pada beberapa kasus, proses infeksi sulit ditekan sehingga mengakibatkan pus tetap diproduksi. Hal tersebut dapat disebabkan bakteri yang menginfeksi mengalami resistensi terhadap antibiotik (Nurmala et al., 2015).

P. aeruginosa merupakan patogen opportunistik yang hanya menyerang pasien yang memiliki gangguan pertahanan pada paru-paru, seperti fibrosis kistik, bronchiectasis (pelebaran jalur udara paru-paru) dan beberapa penyakit kronis dari paru-paru. Pada fibrosis kistik, infeksi P. aeruginosa mengarah pada penurunan fungsi paru-paru dan kegagalan pernafasan dan kematian. Infeksi kronis diasosiasikan dengan penyakit paru-paru yang meluas dan menghambat aliran udara.

P. aeruginosa memiliki afinitas mukus yang tinggi dan memungkinkan penurunan kerja mukosiliari dan pelancaran dahak yang berdampak pada aliran udara pada

bronkus karena sekresi mukus yang berlebihan, meningkatkan kekentalan mukus dan kehilangan silia, dan mempengaruhi kolonisasi (Davies et al., 2006). P. aeruginosa ditemukan sebanyak 5,4% pada sputum berwarna kekuningan, 38,3% pada sputum kehijauan dan 43,2% pada sputum kecoklatan (Allegra et al., 2005).

4.1.3 Distribusi MDRPA Berdasarkan Lokasi Perawatan Pasien di RS USU Medan dan RSUP H. Adam Malik Medan

Distribusi MDRPA berdasarkan lokasi perawatan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.3 yang terbagi menjadi 3 ruang perawatan yaitu Ruang Perawatan Intensif, Ruang Perawatan Bedah, dan Ruang Rawat Inap.

Tabel 4.3 Distribusi MDRPA Berdasarkan Lokasi Perawatan

Lokasi Perawatan

Berdasarkan Tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa distribusi MDRPA pada RS USU Medan berasal dari Instalasi Bedah Pusat (IBP), Ruang Rawat Dewasa, dan yang tidak diketahui distribusinya yaitu masing-masing sebesar 2 sampel (10%).

Distribusi MDRPA pada RSUP H. Adam Malik Medan yang paling banyak berasal dari Ruang Rawat Dewasa yaitu sebanyak 10 sampel (50%), sedangkan distribusi MDRPA yang paling sedikit berasal dari ICU Dewasa, Stroke Corner, Perinatologi Anak, dan yang tidak diketahui distribusinya yaitu masing-masing sebanyak 1 sampel (5%).

Hasil penelitian oleh Ginawi et al (2014) di India memiliki pasien lebih banyak berada di ruang rawat inap (28%) dibandingkan dengan ruang rawat bedah (24,5%). Faktor yang mempengaruhi meningkatnya infeksi pada ruang perawatan adalah adanya pengunjung dengan jumlah yang banyak, kurangnya pengetahuan dan pemantauan yang tepat dari rumah sakit. Sedangkan peningkatan infeksi yang sedikit di rumah sakit kemungkinan dikarenakan rumah sakit memperhatikan proses-proses

yang telah ditetapkan dengan baik untuk membersihkan peralatan yang sudah rusak dan barang-barang lainnya yang kotor dengan menggunakan sterilisasi dan proses disinfeksi tingkat tinggi dan meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area riskan lainnya dimana dapat terjadi hal yang paling serius, paling sering dan terpapar oleh agen infeksi. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian Dimatatac et al (2003) di Filipina, yaitu sebanyak 50% pasien yang terinfeksi P. aeruginosa berasal dari ruang perawatan inap dimana paparan dan penggunaan antibiotik tertinggi dibandingan dengan ruangan lain di rumah sakit. Transmisi organisme multi resisten dari satu pasien ke pasien lainnya dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui pegawai medis sebagai vektor. Namun pasien yang berada di ruangan isolasi dan memiliki sedikit kontak dengan lainnya dapat dipertimbangkan (Mudau et al., 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Nouer et al (2005), menunjukkan bahwa pasien yang mengalami MDRPA memiliki riwayat pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya atau yang telah dirawat di rumah sakit selama 2 bulan. Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian Varaiya et al (2008), yang menunjukkan pasien yang memproduksi metallo β-laktamase (MBL) telah dirawat di rumah sakit selama kurang lebih 2 bulan.

4.2 Uji Fenotipe Multiple-Drug Resistant Pseudomonas aeruginosa dengan Vitek