• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Tanda Vital dan Gejala Klinis Subjek Penelitian

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Karakteristik Tanda Vital, Gejala Klinis, Pemeriksaan Laboratorium, dan

4.4.1. Karakteristik Tanda Vital dan Gejala Klinis Subjek Penelitian

Tabel 4.10. Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas RSUD Cengkareng Tahun 2013-2014 Berdasarkan Kriteria Diagnosis

Kriteria Diagnosis Frekuensi (n) Persentase (%) Kriteria Mayor

Batuk 75 77,3

Dahak 52 53,6

Demam (T >37,80) 19 19.6

Kriteria Minor

Sesak Napas (RR>20/menit) 68 70.1

Frekuensi Nadi (HR>100/menit) 16 16.5

Nyeri Dada 21 21,6

Auskultasi Suara Napas Ronkhi 46 47,4

Leukositosis (>12.000 sel/mm3) 61 62.9

Pada tabel 4.10., diketahui kriteria diagnosis untuk pasien pneumonia komunitas yang dibagi menjadi kriteria mayor dan kriteria minor. Kriteria mayor mencakup batuk, dahak, dan demam yang melebihi 37,80. Sedangkan kriteria minor mencakup sesak napas yang memiliki frekuensi pernapasan lebih dari 20 kali/menit, frekuensi nadi yang lebih dari 100 kali/menit, nyeri dada, auskultasi suara napas

ronkhi, dan leukosit lebih dari 12.000 sel/mm3. Adapun distribusi frekuensi setiap kriteria dapat dilihat pada tabel 10. Pada kriteria mayor, frekuensi batuk sebanyak 75 pasien (77,3%), dahak 52 pasien (53,6%), dan demam 19 pasien (19,6%). Sedangkan pada kriteria minor, frekuensi pernapasan lebih dari sebanyak 20 kali/menit 68 pasien (70,1%), frekuensi nadi lebih dari 100 kali/menit 16 pasien (16,5%), nyeri dada 21 pasien (21,6%), auskultasi suara napas ronkhi 46 pasien (47,4%), dan leukositosis 61 pasien (62,9%).

Tanda vital merupakan salah satu pemeriksaan yang umumnya dilakukan pada penderita pneumonia yang dirawat inap untuk memprediksi diagnosis pneumonia komunitas. Sehingga pada beberapa jurnal mengatakan bahwa ketidaknormalan tanda vital dapat menjadi diagnosis pneumonia komunitas. Di mana pada penelitian Nolt (2007) mengemukakan bahwa adanya peningkatan abnormalitas pada tanda vital, meningkatkan hubungannya terhadap pneumonia komunitas sesuai dengan penelitian sebelumnya Heckerling (1990). 32 Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa suhu yang lebih dari 37,8OC dan frekuensi nadi yang lebih dari 100 kali/menit merupakan faktor prediktor independen yang signifkan untuk pneumonia komunitas. Pada penelitian lain Gennis (1990) dan Metlay (2003) menyatakan bahwa batas perlunya pemeriksaan radiologi pada pneumonia komunitas adalah pada ketidaknormalan tanda vital baik dari suhu 37,8OC, frekuensi nadi lebih dari 100 kali/menit, dan frekuensi napas lebih dari 20 kali/menit.51,52 Pemeriksaan tanda vital ini memiliki tingkat sensitivitas sebesar 97% untuk mendeteksi pneumonia komunitas yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi thoraks.32 Pada hasil penelitian ini yang memiliki frekuensi terbesar adalah frekuensi napas yaitu sebanyak 68 pasien (70,1%) dibanding suhu 19 pasien (19,6%) dan frekuensi nadi 16 pasien (16,5%). Sehingga frekuensi napas lebih dari 20 kali/menit dapat menjadi faktor prediktor utama untuk pneumonia komunitas setelah pemeriksaan radiologi thoraks di RSUD Cengkareng. Hal ini sesuai dengan penelitian Abdullah (2012), di mana tanda vital yang tersering terdapat peningkatan adalah frekuensi napas (84%).36 Lebih lanjut pada penelitian Nolt B,dkk(2007) mengatakan adanya peningkatan derajat ketidaknormalan tanda vital, yaitu suhu lebih dari 38,6OC, frekuensi nadi lebih dari 120 kali/menit, dan frekuensi napas

lebih dari 30 kali/menit.32 Varibel ini sebenarnya sudah termasuk pada kriteria Pneumonia Severity Index(PSI) yang akan dibahas kemudian.

Tabel 4.11. Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas RSUD Cengkareng Tahun 2013-2014 Berdasarkan Status Kesadaran dan Tekanan Darah

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Status Kesadaran Compos Mentis 90 92,8 Apatis 4 4,1 Somnolen 2 2,1 Coma 1 1,0 Tekanan Darah Normal 64 66,0 Pre-Hipertensi 9 9,3 Hipertensi Derajat I 10 10,3 Hipertensi Derajat II 14 14,3

Berdasarkan hasil dari tabel 4.11., diketahui beberapa tanda-tanda vital dan distribusinya yang berguna untuk menunjang diagnosis pasien CAP. Dari tabel tersebut didapatkan pada tanda vital status kesadaran yang terbanyak adalah compos mentis, yaitu sebanyak 90 pasien (92,8%), diikuti oleh apatissebanyak 4 pasien (4,1%), somnolen 2 pasien (2,1%), dan coma1 pasien (1%). Adapun pada tanda vital tekanan darah menggunakan kriteria JNC 7,53 lebih banyak yang memiliki tekanan darah dalam batas normal, yaitu 64 pasien (66%). Jumlah interpretasi lain dalam tekanan darah, yaitu pre-hipertensi didapat sebanyak 9 pasien (9,3%), hipertensi derajat I 10 pasien (10,3%), dan hipertensi derajat II 14 pasien (14,3%).

Grafik 4.2. Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas RSUD Cengkareng Tahun 2013-2014 Berdasarkan Gejala Klinis Dari data grafik 4.2., diketahui distribusi gejala klinis pasien pneumonia komunitas, didapatkan gejala batuk sebanyak 75 keluhan (77,3%), dahak sebanyak 52 keluhan (53,6%), demam sebanyak 54 keluhan (55,7%), sesak napas sebanyak 76 keluhan (78,4%), nyeri dada sebanyak 21 keluhan (21,6%) dan suara napas ronkhi sebanyak 46 keluhan (47,4%), sulit tidur sebanyak 9 keluhan (9,3%), dan BB turun sebanyak 28 keluhan (28,9%).

Gejala lain yang cukup sering adalah gejala dari sistem gastrointestinal, berupa mual sebanyak 72 keluhan (74,2%), muntah sebanyak 43 keluhan (44,3%), lemas sebanyak 42 keluhan (43,3%), dan nyeri perut sebanyak 27 keluhan (27,8%).

28 9 27 42 43 72 21 46 76 54 52 75 69 88 70 55 54 25 76 51 21 43 45 22 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Berat Badan Turun Sulit Tidur Nyeri Perut Lemas Muntah Mual Nyeri Dada Gangguan Suara Napas Sesak Napas Demam Dahak Batuk Gejala Klinis Tidak Ya

Jumlah keluhan melebihi jumlah pasien, hal ini dikarenakan seorang pasien bisa memiliki lebih dari satu keluhan.

Pada hasil penelitian ini didapatkan gambaran gejala klinis yang tersering adalah sesak napas sebanyak 76 pasien (78,4%) diikuti dibelakangnya tidak jauh berbeda yaitu gejala batuk sebanyak 75 pasien (77,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian El-Solh (2001) yang mendapatkan pada hasil penelitiannya, gejala klinis yang tersering adalah sesak napas (82%) dan yang tersering kedua adalah batuk (49%).46 Namun berbeda dengan penelitian Onyedum (2010) gejala tersering adalah demam (75%), batuk (71,3), sesak napas (55%), dan nyeri dada (50%).34 Berbeda lagi dengan penelitian Abdullah (2012) di India dan Viegi (2006), gejala yang paling mendominasi adalah batuk (74%) dan (73,3%). Perbedaan-perbedaan ini kemungkinan diakibatkan adanya variasi gejala dan etiologi penyakit pada setiap negara.33,36

Grafik 4.3. Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas RSUD Cengkareng Tahun 2013-2014 Berdasarkan Warna Dahak Adapun pada klinis dahak, dari 52 pasien yang memiliki batuk berdahak, dapat ditemukan jenis-jenis warna dahak yang dapat dilihat pada grafik 4.2. Di mana warna dahak dibagi menjadi warna putih sebanyak 34 pasien (35,1%), hijau sebanyak 4 pasien (4,1%), kuning sebanyak 7 pasien (7,2%), dan kemerahan sebanyak 6 pasien (6,2%). Selain itu juga dapat ditemukan jenis konsistensi dahak

35 (67%) 4 (8%)

7 (13%)

6 (12%)

Warna Dahak

yang dapat dilihat pada grafik 4.3. Di mana konsistensinya dibagi menjadi kental sebanyak 24 pasien (24,7%), dan encer sebanyak 28 pasien (28,9%).

Grafik 4.4. Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas RSUD Cengkareng Tahun 2013-2014 Berdasarkan Konsistensi Dahak Tabel 4.12. Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas RSUD Cengkareng Tahun 2013-2014 Berdasarkan Karakteristik Sesak Napas

Gejala Klinis Frekuensi (n) Persentase (%)

Sesak Napas 76 78,4

Menggunakan otot bantu pernapasan 25 32,9 Irama Teratur 18 23,7 Tidak Teratur 58 76,3 Kedalaman Normal 45 59,2 Dalam 20 26,3 Dangkal 11 14,5

Berdasarkan data pada tabel 4.12., dari 76 pasien dapat ditemukan klinis pasien yang menggunakan otot bantu napas sebanyak 25 pasien (32,9%), irama

24 (46%) 28 (54%)

Konsistensi Dahak

yang terbagi dua menjadi teratur sebanyak 18 pasien (23,7%) dan tidak teratur sebanyak 58 pasien (76,3%), dan kedalaman yang terbagi tiga menjadi normal sebanyak 45 pasien (59,2%), dalam sebanyak 20 pasien (26,3%), dan dangkal sebanyak 11 pasien (14,5%).

Dokumen terkait