• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Kajian Teoretis

4. Karangan Narasi

Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang (a) pengertian narasi, (b) jenis karangan narasi, dan (c) struktur narasi.

a. Pengertian Narasi

Ahmadi (1991: 37) menyatakan bahwa narasi adalah tulisan yang meyakinkan pembaca dengan menggunakan rincian khusus, dengan mengikuti suatu urutan yang jelas dan mudah dipahami, dan dengan menceritakan secara panjang lebar ceritanya dengan maksud agar pembaca dapat memperoleh pengalaman dalam hidupnya sendiri.

Finoza (2002: 191) menyatakan bahwa narasi (berasal dari

narration: bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha

menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu. Karangan narasi dapat pula

dikatakan sebagai susunan paragraf yang isinya mengisahkan satu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seakan-akan melihat dan mengalami kejadian itu sendiri.

Sukirno (1990: 48) mengatakan bahwa paragraf narasi atau cerita adalah paragraf yang di dalamnya menceritakan rangkaian peristiwa yang disusun menurut urutan waktu. Sukirno (2008: 33) menyatakan bahwa wacana narasi berusaha untuk menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi ?” jadi, narasi setidaknya memilikik tiga unsur yang terlibat, yaitu unsur pelaku, peristiwa, dan waktu. Keraf (2007: 135) mengemukakan bahwa narasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang berisi cerita sesuai dengan kronologi tempat dan waktu yang telah terjadi, baik itu berupa cerita kehidupan nyata maupun cerita khayalan atau hasil dari imajinasi.

Keraf (2007: 156) mengatakan bahwa ciri utama yang membedakan deskripsi dari sebuah narasi adalah aksi atau tindak-tanduk. Tanpa rangkaian tindak-tanduk, maka narasi itu akan berubah menjadi sebuah deskripsi, karena semuanya dilihat dalam keadaan yang statis.

b. Jenis Karangan Narasi

Karangan narasi terdiri atas karangan narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang hanya memberikan informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Narasi sugestif adalah narasi yang memiliki tujuan menimbulkan daya imajinasi pembaca (Keraf, 2007: 136). Menurut pendapat di atas, terdapat dua jenis dalam karangan narasi, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.

Sukirno (2008: 34) menjelaskan bahwa narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan proses secara umum yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Contoh narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah cara membuat roti, cara membuat kerajinan tangan. Karangan narasi ekspositoris memiliki tujuan untuk memberikan pemikiran kepada pembaca mengenai apa yang dikisahkan di dalam karangan narasi tersebut. Karangan narasi ekspositoris dapat bersifat generalisasi dan khusus. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang menceritakan pengalaman seseorang seperti autobiografi, biografi, dan sejarah.

Karangan narasi sugestif ditulis dengan tujuan menjelaskan makna, peristiwa, atau kejadian sebagai sebuah pengalaman. Narasi sugestif mengajak pembaca untuk berkhayal dan berimajinasi sesuai dengan alur cerita. Contoh narasi sugestif adalah dongeng, cerita pendek, dan novel.

Menurut Keraf (2007: 138), perbedaan antara narasi sugestif dan ekspositoris adalah sebagai berikut ini.

c. Struktur Karangan Narasi

Menurut Sukirno (2008: 40-41), pada dasarnya karangan narasi memiliki tiga bagian utama, yaitu awal, tengah, dan akhir sehingga diperoleh struktur narasi yang lengkap. Sudiyati dan Widyamartaya menggolongkan struktur fiksi menjadi enam yaitu (1) alur, (2) penokohan, (3) latar, (4) sudut pandang, (5) amanat, dan (6) tema. 1) Tema

Menurut arti katanya, tema berarti sesuatu yang telah diuraikan, sesuatu yang telah ditempatkan. Secara etimologi, tema berasal

NARASI

Sugestif Ekspositoris

Menyampaikan suatu makna atau amanat yang tersirat.

Memperluas pengetahuan.

Menimbulkan daya khayal. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian. Penalaran hanya berfungsi

sebagai alat untuk menyampaikan makna sehingga tidak harus ada.

Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.

Bahasanya lebih condong ke bahasa yang figuratif yang condong ke penggunaan kata konotatif.

Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata denotatif.

dari kata tithenai (bahasa Yunani) yang berarti menempatkan, meletakkan. Tema berfungsi melayani visi, visi di sini adalah response total sang pengarang terhadap lingkungan yang dihadapinya. Menurut Keraf (1980: 107), tema merupakan suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. 2) Alur

Alur (plot) adalah unsur fiksi yang dangat penting. Rangkaian peristiwa di dalam karangan narasi menggunakan alur sebagai media penceritaan. Keraf (2007: 147) mengemukakan bahwa alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis. Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah.

3) Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan diberbagai peristiwa dalam cerita (Raminah, 1985: 20). Dalam cerita, ada tokoh utama dan tokoh pendamping. Penokohan adalah penggambaran tokoh cerita yang dikisahkan oleh penulisnya. Penggambaran tokoh cerita dapat dilihat dari cara berhias, kostum, ukuran fisik, pola pikir, cara bicara dan kebiasaan- kebiasaan. Ada tokoh baik, tokoh jahat, tokoh yang memegang prinsip dan tokoh serius.

4) Latar

Di samping tindak-tanduk, karakter (tokoh) dan pikiran atau suasana hati yang menjadi dasar sebuah plot, ada beberapa faktor lain yang harus diperhatikan dalam sebuah alur, yaitu latar (setting) dan waktu. Tindak-tanduk dalam sebuah narasi biasanya berlangsung dengan mengambil sebuah tempat tertentu yang dipergunakan sebagai pentas. Tempat atau pentas itu disebut latar atau setting (Keraf, 2007: 148).

5) Sudut Pandang

Sudjiman mengatakan antara sudut pandang (point of view) dan pusat pengisahan berbeda. Sudut pandang bermula dari sudut pencerita dengan kisahannya. Sementara pusat pengisahan bermula dari tokoh mana yang disoroti (Raminah, 1985: 28).

6) Amanat

Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Pesan adalah teks menunjukkan arti-arti (Raminah, 1985: 31). Amanat dapat tersurat dan tersirat di dalam sebuah karangan narasi. Amanat bersifat tersurat adalah secara langsung disampaikan penulis di dalam karangan tersebut.

Dokumen terkait