• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh R. David Purba Irawan NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh R. David Purba Irawan NIM"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS

PADA SISWA KELAS X SMA PANCASILA PURWOREJO

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

R. David Purba Irawan NIM 082110033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PURWOREJO 2012

(2)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS

PADA SISWA KELAS X SMA PANCASILA PURWOREJO

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

R. David Purba Irawan NIM 082110033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PURWOREJO 2012

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama mahasiswa : R. David Purba Irawan

NIM : 082110033

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi inidikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil jiplakan, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 18 Juli 2012 Yang membuat pernyataan,

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong (Q.S. Al-Baqarah: 107).

“Jenius adalah 1 persen ide cemerlang dan 99 persen kerja keras”.

(Thomas Alfa Edison)

“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah”.

(Kahlil Gibran)

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”.

(Lessing)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ayah dan Bunda tercinta atas segala dukungan dan doa.

2. Kakek dan Nenek tersayang yang telah memberikan petuah, doa, dan motivasi.

(7)

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt. Berkat rahmat, hidayah dan Inayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Gambar sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Ekspositoris pada Siswa Kelas X SMA Pancasila Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012”. Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Drs. H. Hartono, M.M., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

3. Drs. H. Bagiya, M.Hum., Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas

(8)

Muhammadiyah Purworejo dan sebagai pembimbing I yang sabar memberikan kritik dan saran yang sangat berperan penting dalam terwujudnya skripsi ini.

4. Umi Faizah, M.Pd., sekretaris Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

5. Prof. Dr. H. Sukirno, M.Pd., pembimbing II yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan motivasi serta arahan dari penyusunan proposal hingga telah selesai skripsi ini.

6. Seluruh dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan.

7. Karyawan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan adminitrasi.

8. Setyo Tjipto. B.A., Kepala sekolah SMA Pancasila Purworejo yang telah memberikan izin penelitian.

9. Satijo, S.Pd., guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMA Pancasila Purworejo yang telah bekerjasama membantu terlaksanakannya penelitian ini. 10. Ayah dan Bunda tercinta yang tidak pernah berhenti berdoa dan memberikan

(9)

11. Teman-teman Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2008 yang memberikan semangat dan menjadi tempat untuk bertukar pikiran.

Peneliti tidak dapat menyebutkan satu per satu pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Hanya doa yang tulus, semoga semua kebaikannya akan mendapatkan pahala dari Allah Swt. dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin.

Purworejo, 6 Juli 2012

(10)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii PENGESAHAN ... iii PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR DIAGRAM... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

(11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka ... 9 B. Kajian Teoretis ... 11 1. Hakikat Menulis ... 11 2. Tujuan Menulis... 14 3. Pengertian Karangan ... 16 4. Karangan Narasi ... 20

5. Bentuk-Bentuk Karangan Narasi ... 25

6. Media ... 27

7. Gambar ... 29

8. Media Gambar ... 30

9. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Gambar ... 31

10. Kerangka berpikir ... 32

11. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 34

B. Subjek penelitian ... 35

C. Prosedur penelitian ... 36

D. Tahap pengumpulan data... 43

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian data hasil penelitian

1. Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Pancasila Purworejo Setelah Menerima Pembelajaran Menulis Karangan

Narasi dengan Media Gambar ... 51 2. Prestasi Siswa Kelas X SMA Pancasila

Purworejo Setelah Menerima Pembelajaran

Menulis Karangan Narasi dengan Media Gambar ... 54 B. Pembahasan data hasil penelitian

1. Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Pancasila Purworejo Setelah Menerima Pembelajaran Menulis Karangan

Narasi Dengan Media Gambar... 57 2. Prestasi siswa Kelas X SMA Pancasila

Purworejo Setelah Menerima Pembelajaran

Menulis Karangan Narasi dengan Media Gambar ... 65

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 73 B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Kriteria Penilaian Kecakapan Akademik ...44

Tabel 2: Hasil Observasi Prasiklus ...52

Tabel 3: Hasil Observasi Siklus I ...52

Tabel 4: Hasil Observasi Siklus II ...53

Tabel 5: Kemampuan Awal Siswa Menulis Narasi ...54

Tabel 6: Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Siklus I ...55

Tabel 7: Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi Siklus II ...56

Tabel 8: Perbandingan Hasil observasi ...61

Tabel 9: Hasil Tes Prasiklus Menulis Karangan Narasi...66

Tabel 10: Hasil Tes Menulis Narasi Siklus I ...67

Tabel 11: Hasil Tes Menulis Narasi Siklus II ...69

Tabel 12: Skor Kemampuan Menulis Narasi Siswa Tertinggi, Sedang, dan Terendah pada Prasiklus...71

Tabel 13: Skor Kemampuan Menulis Narasi Siswa Tertinggi, Sedang, dan Terendah pada siklus I ...71

Tabel 14: Skor Kemampuan Menulis Narasi Siswa Tertinggi, Sedang, dan Terendah pada siklus II ...71

(14)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 1. Hasil Tes Prasiklus Keterampilan Menulis Karangan Narasi ...55 Diagram 2. Hasil Tes Siklus I Keterampilan Menulis Karangan Narasi ...56 Diagram 3. Hasil Tes Siklus II Keterampilan Menulis Karangan Narasi ...57

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1: Model Prosedur Siklus Penelitian ... 35

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Instrumen penelitian... 1

Surat permohonan izin penelitian ... 4

Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 5

Lembar observasi ... 6

Jurnal siswa ... 9

Daftar nilai siswa ... 16

Dokumentasi foto... 17

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 20

Gambar ... 35

Hasil karya siswa ... 38

(17)

ABSTRAK

R. David Purba Irawan. 082110033. Penggunaan Media Gambar

sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas X SMA Pancasila Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: (1) seberapa besar pengaruh media gambar terhadap motivasi belajar siswa melalui pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar terhadap siswa kelas X SMA Pancasila Purworejo, (2) seberapa besar pengaruh media gambar terhadap prestasi siswa melalui pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar terhadap siswa kelas X SMA Pancasila Purworejo.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pancasila Purworejo yang berjumlah 17 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik observasi, tes, nontes dan dokumentasi foto. Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis tindakan proses yang dilakukan secara kualitatif dan analisis hasil tindakan yang dilakukan secara kuantitatif. Langkah-langkah pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu prasiklus, siklus I, dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Menulis karangan narasi dengan media gambar mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa seperti perhatian, antusias siswa, respon positif terhadap media yang digunakan, keaktifan siswa dan sikap atau perilaku siswa selama proses pembelajaran. Hasil observasi dalam penelitian ini terlihat adanya perubahan positif terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap prasiklus, perhatian siswa yang penuh terhadap guru sebesar 71% kemudian meningkat pada siklus I menjadi 82% dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 88%. Pada aspek siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab, pada tahap prasiklus 41% kemudian meningkat pada siklus I menjadi 71% dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 82%. Pada aspek siswa yang antusias dan serius, pada tahap prasiklus 56% kemudian meningkat pada siklus I menjadi 82% dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 100%. Pada aspek siswa yang lancar dalam mengerjakan tugas, pada tahap prasiklus 47% kemudian meningkat pada siklus I menjadi 65% dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 100%. Untuk prestasi siswa dalam menulis karangan narasi pada prasiklus, siklus I, dan siklus II juga mengalami peningkatan. Pada prasiklus skor rata-rata mencapai 45 kemudian meningkat pada siklus I sebesar 65 dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 78. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa telah terbukti penggunaan media gambar pada pembelajaran menulis karangan narasi dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi siswa kelas X SMA Pancasila Purworejo.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi. Dalam berkomunikasi, alat yang digunakan adalah bahasa. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pentingnya bahasa itu hampir mencakup segala bidang kehidupan manusia. Segala sesuatu yang dirasakan, dilakukan, dan dipikirkan oleh seseorang hanya akan diketahui orang lain jika telah diungkapkan dengan bahasa.

Melalui bahasa, manusia berkomunikasi dengan manusia lain untuk berbagai keperluan dalam kehidupannya, baik secara lisan maupun tulis dan secara langsung maupun tidak langsung. Keaneragaman bahasa juga dapat kita jumpai diberbagai daerah dengan ciri yang berbeda. Hal ini dapat menempatkan bahasa sebagai sesuatu yang unik.

Dalam bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa, Tarigan (2008: 1) menjelaskan keempat keterampilan berbahasa, yaitu: 1) keterampilan menyimak (listening skills), 2) keterampilan berbicara (speaking

skills), 3) keterampilan membaca (reading skills), dan 4) keterampilan menulis

(writing skills).

Tarigan (2008: 4) mengatakan bahwa menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil

(19)

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Slameto (2010: 2) mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pada hakikatnya belajar bahasa, khususnya bahasa Indonesia adalah belajar untuk dapat memahami dan menguasai empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut adalah dasar siswa untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya yaitu sebagai sarana berfikir dan bernalar. Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa, juga diharapkan dapat melatih siswa untuk berpikir dan bernalar.

Tidak ada manusia yang begitu lahir langsung menguasai keterampilan berbahasa secara tiba-tiba, tetapi semua itu membutuhkan proses melalui pembelajaran dan pelatihan secara bertahap. Hal itu tidak terkecuali keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menulis. Dalam kehidupan sekarang ini, keterampilan menulis sangat dibutuhkan karena keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang pandai dan terpelajar.

Sehubungan dengan hal di atas, Morsey mengatakan bahwa menulis dipergunakan, melaporkan/memberitahukan, dan mempengaruhi, maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat menyusun pikirannya dan

(20)

mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat (Tarigan, 2008: 4).

Keterbatasan dan kurangnya kemampuan menulis pada siswa menyebabkan mereka sulit menuangkan ide-ide kreatif yang mereka punya ke dalam bentuk tulisan. Hal tersebut terjadi karena mereka sering beranggapan bahwa pelajaran menulis merupakan pelajaran yang kurang menyenangkan. Peran guru harus diperhatikan dalam pembelajaran. Metode yang biasa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran menulis biasanya menggunakan metode tradisional, yaitu metode ceramah. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan pendekatan tradisional dan media seadanya. Kenyataan tersebut menyebabkan siswa akan lebih cepat bosan dengan materi yang diberikan oleh guru.

Di dalam bahasa Indonesia terdapat jenis-jenis menulis, yaitu argumentasi, deskripsi, eksposisi, narasi, dan persuasi. Argumentasi adalah karangan yang berisi tentang pendapat. Deskripsi adalah karangan yang isinya menggambarkan sesuatu hal dengan jelas dan terperinci. Eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan. Narasi adalah cerita yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis, sedangkan persuasi adalah karangan yang berisi bujukan, rayuan atau menyarankan.

Dari berbagai macam jenis menulis di atas, satu yang menarik bagi peneliti untuk dijadikan sebagai materi penelitian adalah menulis narasi. Finoza (1993: 191) mengatakan bahwa narasi adalah suatu bentuk tulisan yang menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia

(21)

dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Alasannya sangat jelas karena karangan dalam bentuk narasi sering dijumpai oleh siswa dikehidupan sehari-hari khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia.

Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa mengenai materi menulis karangan narasi adalah mampu menuliskan gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk karangan narasi. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa tersebut tidaklah mudah, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi awal pada tahap prasiklus mengenai nilai siswa yang diambil ketika siswa diberi tugas untuk menulis karangan. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif yang baru di dalam pembelajaran menulis khususnya menulis karangan narasi.

Media gambar merupakan sebuah karya seni yang banyak disukai siswa. Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa siswa akan lebih mudah tertarik dengan gambar-gambar yang mereka tangkap oleh indera penglihatannya. Sebagai contoh banyak siswa yang ketika disuruh gurunya untuk membaca sebuah buku akan lebih suka membuka buku dengan lebih cepat untuk melihat gambar yang terdapat pada buku tersebut. Penggunaan media tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi karena Sudjana (2010: 4) mengatakan bahwa sebuah poster sederhana yang dapat menggugah pentingnya memelihara kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran film mengenai gambaran sebuah kota yang

(22)

bersih, untuk sekedar mencapai tujuan pengajaran berkenaan dengan sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan.

Peneliti memilih judul penelitian “Penggunaan Media Gambar sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Ekspositoris pada Siswa Kelas X SMA Pancasila Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012” karena penelitian ini belum pernah dilakukan untuk kepentingan pembelajaran bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh media gambar terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMA Pancasila Purworejo setelah menerima pembelajaran menulis karangan narasi?

2. Bagaimanakah prestasi siswa kelas X SMA Pancasila Purworejo setelah menerima pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

1. menjelaskan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran menulis karangan narasi dengan media gambar terhadap siswa kelas X SMA Pancasila Purworejo;

2. menjelaskan prestasi siswa kelas X SMA Pancasila Purworejo setelah menerima pembelajaran menulis karangan narasi dengan media gambar.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian kependidikan bermanfaat untuk perkembangan sistem pendidikan. Penelitian ini dapat berguna bagi siswa, guru, dan peneliti.

1. Bagi Siswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dan dapat dijadikan motivasi untuk membantu meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi.

2. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau inspirasi untuk guru untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan dapat memanfaatkan media pendidikan dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini untuk mengetahui kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas X SMA dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi penelitian yang sejenis.

(24)

E. Penegasan Istilah

Dalam penegasan istilah dijelaskan tentang hal-hal sebagai berikut ini. 1. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik

yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1993: 21).

2. Karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan (Finoza, 1993: 184).

3. Narasi adalah karangan yang berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1980: 109).

4. Narasi Ekspositoris adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan (Keraf, 2007: 136).

5. Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Anitah, 2010: 3).

6. Smaldino mengatakan bahwa gambar adalah gambaran tentang sesuatu, seperti: binatang, orang, tempat, atau peristiwa (Anitah, 2010: 8).

7. Media gambar adalah penyampai pesan melalui gambar yang menyangkut indera penglihatan (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 45).

(25)

F. Sistematika Skripsi

Pada bagian ini berisi tentang gambaran secara garis besar dan tata urutan isi skripsi yang disajikan secara naratif sehingga tidak sesuai dengan daftar isi.

Pada bab I, peneliti memaparkan latar belakang pemilihan judul, merumuskan permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

Pada bab II, peneliti memaparkan tentang tinjauan pustaka, kajian teoretis, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Kajian teori berisi paparan teori-teori yang akan digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam bab III berisi tentang rancangan penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, tahap pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Dalam bab IV berisi penyajian dan pembahasan data hasil penelitian. Peneliti menguraikan tentang data awal penelitian, data siklus 1,dan data siklus II.

Dalam bab V berisi penutup yang mengulas simpulan dan saran. Simpulan adalah isi dari skripsi yang ditulis secara singkat dan saran adalah pendapat peneliti kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan objek penelitian. Bagian akhir adalah daftar pustaka dan lampiran.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kajian secara komprehensif terhadap penelitian atau kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukukan sehingga diketahui perbedaan yang khas antara bagian terdahulu dengan kajian yang akan dilakukan. Penelitian mengenai pembelajaran karangan narasi dan penelitian mengenai pembelajaran dengan menggunakan media gambar pernah dilakukan oleh Ines Endah Siswantari (2010) dan Indah Anisa Iskandar (2011).

Siswantari mengkaji “Pembelajaran Menulis Wacana Narasi dengan Menggunakan Media Komik sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi bagi Siswa Kelas X Sma Negeri 5 Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011”. Siswantari menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar siswa kelas X.5 SMA Negeri 5 Purworejo ketika pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media komik. Antara penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Ines Endah Siswantari mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah antara penelitian Siswantari dan penilitian yang dilakukan peneliti adalah penggunaan materi uji yang sama yaitu keterampilan menulis khususnya menulis narasi terhadap proses pembelajaran siswa.

Perbedaan dengan penelitian Siswantari dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu peneliti meneliti tentang kemampuan siswa dalam

(27)

menuliskan topik karangan, meyusun dan mengembangkan kerangka karangan dan kemampuan siswa dalam menulis narasi dengan menggunakan media gambar. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Ines Endah Siswantari meneliti pembelajaran menulis wacana narasi dengan menggunakan media komik.

Iskandar mengkaji “Upaya Peningkatan Pembelajaran Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V MIN Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo Tahun Pembelajaran 2011/2012”. Antara penelitan yang dilakukan peneliti dengan penelitian Iskandar mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah antara penelitian Iskandar dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama menggunakan media gambar, sama-sama-sama-sama meneliti tentang kemampuan siswa dalam menuliskan topik karangan, kemampuan siswa dalam mengumpulkan data, serta kemampuan siswa terhadap proses pembelajaran. Selanjutnya, perbedaannya terletak pada materi yang diuji. Pada penelitian Iskandar, materi yang diujikan mengenai menulis deskripsi, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan mengujikan materi tentang menulis narasi. Selain itu, Iskandar meneliti pembelajaran menulis pada tingkat sekolah dasar, sedangkan peneliti akan meneliti mengenai pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkat sekolah menengah atas.

(28)

B. Kajian Teoretis

Dalam kajian teoretis ini memaparkan mengenai kerangka teoretis yang memuat materi dari berbagai sumber secara terpilih untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Dalam kajian teori ini peneliti membahas mengenai (1) keterampilan berbahasa, meliputi (a) hakikat menulis, (b) tujuan menulis, (2) karangan narasi, meliputi (a) pengertian karangan, (b) pengertian narasi, (c) jenis-jenis narasi, (d) struktur narasi, (3) media, yang terdiri atas (a) pengertian media, (b) manfaat media pendidikan, serta (c) macam media pendidikan, (4) gambar, dan (5) pembelajaran menulis karangan narasi dengan media gambar. Pada bagian keenam berisi kerangka berpikir, dan yang terakhir adalah hipotesis.

1. Hakikat Menulis

Menulis merupakan salah satu dari ke empat keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Kegiatan berkomunikasi dapat dilakukan dengan menulis. Dalam menulis dituntut untuk mahir dalam pemakaian ejaan, komposisi yang baik dalam bentuk pengembangan paragraf secara tepat, dan terampil dalam memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Keterampilan menulis menghendaki ketuntasan bermacam-macam keterampilan antara lain ketepatan dan kebakuan struktur.

Tarigan (2008: 2) mengatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu

(29)

bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Selanjutnya, Ahmadi (1991: 103) menjelaskan bahwa menulis boleh disebut sebagai suatu bentuk berpikir, yakni berpikir untuk pembaca yang telah kita pertimbangkan dan untuk suatu tujuan serta keadaan tertentu.

Tarigan (2008: 4) menjelaskan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan pengetahuan. Kegiatan menulis dengan syarat terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Disebut sebagai kegiatan produktif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan menulis kepada pembaca. Selanjutnya, Tarigan (2008: 23) mengatakan bahwa menulis adalah suatu bentuk berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu.

Berdasarkan manfaat menulis dari pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mengerti dan paham dengan simbol-simbol bahasa tersebut. Menulis atau mengarang dapat mewakili perasaan seseorang untuk mengungkapkan isi hati saat mengalami peristiwa yang menyentuh, sedih, dan suka. Menulis sebagai sarana untuk memahami sesuatu, pada saat menulis seseorang mengungkapkan ide, gagasannya

(30)

atau sesuatu yang tidak dapat ia utarakan secara langsung (lisan) ke dalam suatu bentuk tulisan sehingga ia dapat memperoleh pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal yang sedang ditulisnya.

Menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Dengan menulis seseorang bisa menjangkau tempat-tempat yang jauh dan yang tak terbayangkan. Menulis menjadi kegiatan yang ringan dan mengasyikkan, untuk menata pikiran, merumuskan keadaan diri, meninggalkan jejak pemikiran yang jelas dan mendidik diri dalam kejujuran.

Secara tidak langsung menulis dapat juga sebagai sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi, rasa bangga karena jika karya tulisnya dapat diterima oleh masyarakat, akan menjadi suatu motivasi untuk selalu melahirkan karya-karya yang baru. Dengan menulis, secara tidak langsung ide-ide baru akan muncul. Menulis juga dapat merangsang daya pikir yang dapat mencetuskan suatu ide dan informasi baru jika dilakukan secara intensif. Sikap objektif yang ada pada diri seseorang secara tidak langsung akan terlatih, maksudnya bahwa dengan menulis berarti seseorang akan menuangkan ide yang ada pada pikirannya ke dalam suatu tulisan. Ini berarti akan melatih seseorang untuk membiasakan diri memilih salah satu ide yang paling baik dan dituangkan dalam tulisan.

Melalui menulis, seseorang dapat menyerap dan memproses informasi yang ada. Apabila akan menulis sebuah topik, penulis harus

(31)

mempelajari topik tersebut dengan baik, karena dengan mempelajari topik tersebut dengan baik, maka berguna untuk mengasah dan mempertajam kemampuan diri sendiri dalam memproses informasi.

Menulis dapat dijadikan pelatihan seseorang untuk berpikir aktif. Secara tidak sadar dengan menulis ide-ide baru akan muncul sehingga menjadikan seseorang tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi dapat menjadikan seseorang tersebut sebagai pemberi informasi.

2. Tujuan Menulis

Hartig menjelaskan tujuan penulisan suatu tulisan sebagai berikut: 1) Assignment purpose (tujuan penugasan), 2) Altruistic purpose (tujuan altruistik), 4) Persuasive purpose (tujuan persuasif), 3) Informational

purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), 5) Self ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri), 6) Creative purpose (tujuan kreatif),

serta 7) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah) (Tarigan, 2008: 25).

D’Angelo menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penulis adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari pembaca. Berdasarkan batasan ini dapat dikatakan bahwa: 1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informative (informative discourse), 2) Tulisan yang bertujuan untuk menyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive

(32)

atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse), dan 4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse) (Tarigan, 2008: 25 ).

D’ Angelo mengatakan bahwa perlu diperingatkan di sini bahwa dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang telah disebutkan tadi sering bertumpang tindih, dan setiap orang mungkin saja menambahkan tujuan-tujuan lain yang belum tercakup dalam dalam daftar. Namun, dalam kebanyakan tujuan menulis ada satu tujuan yang menonjol atau dominan; dan yang dominan inilah yang memberi nama atas keseluruhan tujuan tersebut (Tarigan 2008: 25).

Menurut Peck dan Schulz, menulis seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, menulis merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya, menulis membutuhkan pelatihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang terprogram. Program-program dalam bahasa tulis direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut: 1) membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas, 2) mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan, 3) mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi

(33)

dalam ekspresi tulis, 4) mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas (Tarigan, 2008: 9). Selanjutnya, menurut akhadiah (1986: 14), menulis dapat melatih untuk berpikir dan bernalar.

Seseorang yang melakukan kegiatan menulis pastilah mempunyai sebuah tujuan. Dengan menentukan tujuan, penulis dapat mengetahui apa yang harus dilakukan. Keuntungan dari kegiatan menulis tersebut adalah bahwa penulis dapat lebih banyak menyerap dan menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis serta dapat mengetahui kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

3. Pengertian Karangan

Finoza (2002: 184) menjelaskan bahwa mengarang merupakan pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea dalam rangka menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan.

Menurut Finoza (2002: 184), karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.

Dalam setiap karangan mempunyai tiga unsur yaitu pendahuluan, isi, penutup. Bagian pendahuluan mempunyai peran sebagai salah satu

(34)

atau kombinasi hal-hal sebagai berikut: 1) menarik minat pembaca, 2) mengarahkan pembaca ke isi karangan , dan 3) menjelaskan secara singkat ide pokok karangan.

Bagian isi karangan merupakan jembatan penghubung yang menghubungkan antara bagian pendahuluan dan penutup. Pada bagian isi seluruh ide pokok diuraikan secara runtut dan seluruh materi karangan diuraikan oleh penulis. Oleh karena itu, bagian isi merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah karangan.

Bagian penutup adalah bagian terakhir dalam sebuah karangan. Penutup dalam karangan mempunyai fungsi sebagai salah satu atau kombinasi dari hal-hal sebagai berikut: kesimpulan, penekanan bagian-bagian klimaks, pelengkap, merangsang pembaca agar mengerjakan sesuatu berdasarkan apa yang sudah dijelaskan atau diceritakan.

Ketiga bagian karangan tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh dan terpadu. Antara yang satu dengan yang lain saling memiliki keterkaitan. Bagian pendahuluan memberikan gambaran ide pokok secara umum, bagian isi menjelaskan secara terperinci, dan bagian penutup memberikan kesimpulan.

Karangan yang baik adalah karangan yang dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, pemilihan kata, ketepatan struktur kalimat, akurat pemilihan kata-kata penghubung, pengorganisasian ide-ide yang padu dan lain-lain harus diperhatikan secara lebih serius. Pembaca

(35)

akan mudah memahami karangan yang telah dibuat jika pengungkapan-pengungkapan diuraikan secara jelas, tepat, dan benar.

Hal yang tidak kalah penting dalam karangan adalah ketepatan penggunaan bahasa yaitu struktur, bentuk, dan isi. Oleh karena itu, karangan atau tulisan yang baik harus didukung dengan penggunaan bahasa yang memadai. Bahasa digunakan sebagai alat pengungkapan isi dan sangat berpengaruh terhadap baik buruknya sebuah karangan. Jadi, bahasa sangat berperan penting dalam ketepatan pengungkapan isi karangan.

Berdasarkan tujuan dan isi pembicaraan, ada lima jenis karangan, yaitu karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Karangan narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Pengarang bertindak sebagai sejarawan atau tukang cerita. Pengarang mempunyai maksud dan tujuan tertentu dalam menulis karangan narasi yaitu ingin meyakinkan para pembaca atau pendengar dengan jalan menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui. Karangan yang tergolong dalam jenis karangan ini adalah cerpen, novel, dan semua karya prosa imajinatif. Tujuan karangan narasi adalah bermaksud menyajikan peristiwa atau mengisahkan apa yang terjadi.

Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai

(36)

(melihat, mendengar, merasakan, dan mencium) apa yang dilukiskan sesuai dengan citra penulisnya. Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskriptif berhubungan dengan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasaan. Tujuan deskripsi adalah menggambarkan sesuatu sesuai dengan apa yang dilihat oleh pengarang. Untuk menulis suatu deskripsi yang baik seorang pengarang harus dekat kepada objek serta masalahnya dengan semua pancainderanya.

Karangan eksposisi adalah karangan yang menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca. Pengarang eksposisi akan menggunakan pengembangan secara analisis, ruangan dan kronologis. Tujuan eksposisi adalah menjelaskan, menerangkan sesuatu, atau memberikan informasi kepada pembaca sehingga pembaca memperoleh informasi sejelas-jelasnya.

Karangan argumentasi adalah karangan yang berusaha untuk memberikan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Biasanya karangan argumentasi memuat bukti dan alasan yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pendapat tersebut benar. Pengarang argumentasi selalu memberikan pembuktian dengan objektif dan meyakinkan. Tujuan argumentasi adalah untuk mengubah atau mempengaruhi pikiran pembaca, serta mengubah sikap dan pandangan pembaca.

(37)

Karangan persuasi adalah karangan yang berisi tentang ajakan atau himbauan agar pembaca mau menerima pendapat atau kemauan penulis, jenis karangan ini mengandung bukti atau fakta. Tujuan persuasi adalah menghimbau pembaca agar dengan sukarela melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penulis. Untuk mempengaruhi sikap pembaca, diperlukan alasan dan bukti nyata sehingga pembaca mempercayai penulis. Dalam penelitian ini siswa diminta untuk menulis karangan narasi dengan media gambar.

4. Karangan Narasi

Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang (a) pengertian narasi, (b) jenis karangan narasi, dan (c) struktur narasi.

a. Pengertian Narasi

Ahmadi (1991: 37) menyatakan bahwa narasi adalah tulisan yang meyakinkan pembaca dengan menggunakan rincian khusus, dengan mengikuti suatu urutan yang jelas dan mudah dipahami, dan dengan menceritakan secara panjang lebar ceritanya dengan maksud agar pembaca dapat memperoleh pengalaman dalam hidupnya sendiri.

Finoza (2002: 191) menyatakan bahwa narasi (berasal dari

narration: bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha

menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu. Karangan narasi dapat pula

(38)

dikatakan sebagai susunan paragraf yang isinya mengisahkan satu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seakan-akan melihat dan mengalami kejadian itu sendiri.

Sukirno (1990: 48) mengatakan bahwa paragraf narasi atau cerita adalah paragraf yang di dalamnya menceritakan rangkaian peristiwa yang disusun menurut urutan waktu. Sukirno (2008: 33) menyatakan bahwa wacana narasi berusaha untuk menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi ?” jadi, narasi setidaknya memilikik tiga unsur yang terlibat, yaitu unsur pelaku, peristiwa, dan waktu. Keraf (2007: 135) mengemukakan bahwa narasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang berisi cerita sesuai dengan kronologi tempat dan waktu yang telah terjadi, baik itu berupa cerita kehidupan nyata maupun cerita khayalan atau hasil dari imajinasi.

Keraf (2007: 156) mengatakan bahwa ciri utama yang membedakan deskripsi dari sebuah narasi adalah aksi atau tindak-tanduk. Tanpa rangkaian tindak-tanduk, maka narasi itu akan berubah menjadi sebuah deskripsi, karena semuanya dilihat dalam keadaan yang statis.

(39)

b. Jenis Karangan Narasi

Karangan narasi terdiri atas karangan narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang hanya memberikan informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Narasi sugestif adalah narasi yang memiliki tujuan menimbulkan daya imajinasi pembaca (Keraf, 2007: 136). Menurut pendapat di atas, terdapat dua jenis dalam karangan narasi, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.

Sukirno (2008: 34) menjelaskan bahwa narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan proses secara umum yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Contoh narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah cara membuat roti, cara membuat kerajinan tangan. Karangan narasi ekspositoris memiliki tujuan untuk memberikan pemikiran kepada pembaca mengenai apa yang dikisahkan di dalam karangan narasi tersebut. Karangan narasi ekspositoris dapat bersifat generalisasi dan khusus. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang menceritakan pengalaman seseorang seperti autobiografi, biografi, dan sejarah.

Karangan narasi sugestif ditulis dengan tujuan menjelaskan makna, peristiwa, atau kejadian sebagai sebuah pengalaman. Narasi sugestif mengajak pembaca untuk berkhayal dan berimajinasi sesuai dengan alur cerita. Contoh narasi sugestif adalah dongeng, cerita pendek, dan novel.

(40)

Menurut Keraf (2007: 138), perbedaan antara narasi sugestif dan ekspositoris adalah sebagai berikut ini.

c. Struktur Karangan Narasi

Menurut Sukirno (2008: 40-41), pada dasarnya karangan narasi memiliki tiga bagian utama, yaitu awal, tengah, dan akhir sehingga diperoleh struktur narasi yang lengkap. Sudiyati dan Widyamartaya menggolongkan struktur fiksi menjadi enam yaitu (1) alur, (2) penokohan, (3) latar, (4) sudut pandang, (5) amanat, dan (6) tema. 1) Tema

Menurut arti katanya, tema berarti sesuatu yang telah diuraikan, sesuatu yang telah ditempatkan. Secara etimologi, tema berasal

NARASI

Sugestif Ekspositoris

Menyampaikan suatu makna atau amanat yang tersirat.

Memperluas pengetahuan.

Menimbulkan daya khayal. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian. Penalaran hanya berfungsi

sebagai alat untuk menyampaikan makna sehingga tidak harus ada.

Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.

Bahasanya lebih condong ke bahasa yang figuratif yang condong ke penggunaan kata konotatif.

Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata denotatif.

(41)

dari kata tithenai (bahasa Yunani) yang berarti menempatkan, meletakkan. Tema berfungsi melayani visi, visi di sini adalah response total sang pengarang terhadap lingkungan yang dihadapinya. Menurut Keraf (1980: 107), tema merupakan suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. 2) Alur

Alur (plot) adalah unsur fiksi yang dangat penting. Rangkaian peristiwa di dalam karangan narasi menggunakan alur sebagai media penceritaan. Keraf (2007: 147) mengemukakan bahwa alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis. Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah.

3) Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan diberbagai peristiwa dalam cerita (Raminah, 1985: 20). Dalam cerita, ada tokoh utama dan tokoh pendamping. Penokohan adalah penggambaran tokoh cerita yang dikisahkan oleh penulisnya. Penggambaran tokoh cerita dapat dilihat dari cara berhias, kostum, ukuran fisik, pola pikir, cara bicara dan kebiasaan- kebiasaan. Ada tokoh baik, tokoh jahat, tokoh yang memegang prinsip dan tokoh serius.

(42)

4) Latar

Di samping tindak-tanduk, karakter (tokoh) dan pikiran atau suasana hati yang menjadi dasar sebuah plot, ada beberapa faktor lain yang harus diperhatikan dalam sebuah alur, yaitu latar (setting) dan waktu. Tindak-tanduk dalam sebuah narasi biasanya berlangsung dengan mengambil sebuah tempat tertentu yang dipergunakan sebagai pentas. Tempat atau pentas itu disebut latar atau setting (Keraf, 2007: 148).

5) Sudut Pandang

Sudjiman mengatakan antara sudut pandang (point of view) dan pusat pengisahan berbeda. Sudut pandang bermula dari sudut pencerita dengan kisahannya. Sementara pusat pengisahan bermula dari tokoh mana yang disoroti (Raminah, 1985: 28).

6) Amanat

Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Pesan adalah teks menunjukkan arti-arti (Raminah, 1985: 31). Amanat dapat tersurat dan tersirat di dalam sebuah karangan narasi. Amanat bersifat tersurat adalah secara langsung disampaikan penulis di dalam karangan tersebut.

5. Bentuk-bentuk Karangan Narasi

Keraf (2007: 141-144) masih membagi narasi ke dalam beberapa bentuk khusus, yaitu:

(43)

a. Autobiografi dan Biografi

Pada hakikatnya autobiografi dan biografi merupakan sebuah wacana yang mengisahkan pengalaman-pengalaman dan kehidupan pribadi seseorang. Perbedaan antara autobiografi dan biografi terletak pada siapa yang menulis kisah tersebut. Pada autobiografi kisah pengalaman hidup ditulis oleh dirinya sendiri, sedangkan pada biografi kisah pengalaman hidup tentang seorang tokoh ditulis oleh orang lain. Tujuan tulisan ini lebih pada manfaat dari pengalaman hidup seseorang untuk orang lain.

b. Anekdot dan Insiden 1) Anekdot

Semacam cerita pendek yang bertujuan menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau suatu hal lain. Anekdot ini menjadi bagian dari narasi yang lebih luas. Daya tarik cerita ini terletak pada suatu gagasan atau suatu amanat yang biasanya muncul menjelang akhir cerita.

2) Insiden

Insiden (Kejadian atau Peristiwa) merupakan sebuah cerita tentang kejadian ataupun peristiwa yang memiliki karakter lebih bebas dibanding anekdot. Cerita dalam insiden biasanya lebih mengasyikkan, karena berisi tentang suatu kejadian kecil tapi menegangkan.

(44)

c. Sketsa

Sketsa adalah suatu bentuk wacana singkat, yang selalu dikategorikan dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan atau tindakan yang berlangsung tidak menonjol. Sketsa bertujuan menyajikan hal-hal penting secara garis besar. Bentuk ini tidak memaparkan secara panjang lebar, hanya memberikan gambaran tentang suatu peristiwa.

d. Profil

Profil bukan suatu bentuk narasi murni melainkan gabungan antara narasi, deskripsi, dan eksposisi. Profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang mendeskripsikan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya.

6. Media

Peneliti pada bagian ini akan menjelaskan (a) pengertian media, (b) manfaat media pendidikan , dan (c) macam media pendidikan.

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan (Djamarah dan Zain, 2010: 120).

(45)

b. Manfaat Media Pendidikan

Media memiliki peranan yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik (Djamarah dan Zain, 2010: 121).

Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Seorang guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan terlebih dahulu.

Saripuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/perpusstakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan (Djamarah dan Zain, 2010: 121).

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuuan bagi anak didik. Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual.

(46)

Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan intruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri.

c. Macam Media Pendidikan

Djamarah dan Zain (2010: 121) menyatakan bahwa media yang dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri atas dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.

Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam: 1) media auditif, 2) media visual, 3) media audiovisual (audiovisual diam dan

audiovisual gerak). Dilihat dari daya liputnya, media dibagi ke dalam:

1) media dengan daya liput luas dan serentak, 2) media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, 3) media untuk pengajaran individual. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi ke dalam: 1) media sederhana dan 2) media kompleks (Djamarah dan Zain, 2010: 124-126).

7. Gambar

Gerlach dan Ely mengatakan bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil. Smaldino mengatakan bahwa gambar atau fotografi adalah gambaran tentang sesuatu, seperti: binatang, orang, tempat, atau peristiwa (Anitah, 2010: 7-8). Gambar termasuk di dalam media visual yang bermakna hanya dapat

(47)

dilihat. Meski hanya dilihat, gambar sebagai media memiliki kelebihan diantaranya bersifat konkret. Bersifat konkret berarti melalui media gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dijadikan materi untuk dibicarakan dan didiskusikan. Gambar mempunyai kelebihan untuk dijadikan media pembelajaran, antara lain: 1) dapat menejermahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata, 2) banyak tersedia dalam buku-buku, 3) sangat mudah dipakai, 4) relatif tidak mahal, dan 5) dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi (Anitah, 2012: 8).

Anitah (2012: 9) mengungkapkan bahwa media gambar juga memiliki kelemahan, antara lain: 1) terlampau kecil untuk kelas yang besar, 2) gambar mati adalah gambar dua dimensi, 3) tidak dapat menunjukkan gerak, dan 4) siswa tidak selalu mengetahui bagaimana membaca gambar.

8. Media Gambar

Media gambar merupakan bagian dari media visual yang disebut juga sebagai media pandang, karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Anitah (2012: 9) menjelaskan manfaat media gambar dalam pembelajaran, antara lain sebagai berikut: (1) menimbulkan daya tarik pada siswa, (2) mempermudah pengertian atau pemahaman siswa, (3) memperjelas bagian-bagian yang penting, dan (4) menyingkat suatu uraian panjang.

(48)

9. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Media Gambar Pembelajaran adalah suatu usaha sadar guru/pengajar untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Kustandi dan Sutjipto, 2011: 5). Pembelajaran memiliki tiga ciri khas yang terkandung di dalamnya yaitu rencana, kesalingketergantungan, dan tujuan.

Guru juga harus lebih selektif dalam memilih bahan untuk pembelajaran menulis, begitu juga halnya dalam menulis karangan narasi. Guru dapat menggunakan dan memilih media pembelajaran yang digunakan, media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sehingga hasil yang akan dicapai sesuai dengan kompetensi pencapaian.

Proses menulis pada hakikatnya adalah memindahkan suatu objek yang dilihat dan dirasakan ke dalam bentuk tulisan. Dalam karangan ini penggambaran suatu objek harus dituliskan secara detail. Media gambar dapat membantu siswa dalam menyusun karangan narasi karena dalam hal ini media gambar berfungsi sebagai rangsang bagi siswa dalam mengembangkan karangan narasi. Dengan demikian, media gambar sangat bermanfaat jika digunakan dalam proses pembelajaran.

Teknik menulis karangan dari gambar adalah suatu kegiatan pembelajaran yang diawali dari mengamati sebuah gambar, kemudian siswa berimajinasi dan memulai menulis berdasarkan gambar yang telah diamati. Teknik menulis dari gambar dapat dilakukan secara kelompok atau individu. Dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur

(49)

kemampuan individu siswa dalam menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar maka dalam kegiatan ini dilakukan secara individu.

Kesimpulannya, penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis dapat memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan pendidikan. Penggunaan dan pemanfaatan media gambar dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran, baik dalam bentuk pemahaman suatu konsep maupun penambahan kosakata karena siswa dengan sendirinya akan mengartikulasikannya dalam bentuk kata-kata.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan gambar kegiatan memancing, api unggun dan Candi Prambanan.

10. Kerangka Berpikir

Menulis menjadi suatu hal yang bermanfaat untuk berkomunikasi secara tidak langsung dalam kehidupan. Cara menguasai keterampilan tersebut juga sangatlah mudah yaitu dengan berlatih menulis secara terus-menerus. Semua keterampilan perlu adanya proses pembelajaran, begitu juga dengan keterampilan menulis. Orang membutuhkan latihan dan belajar secara terus menerus untuk menghasilkan tulisan yang dapat diterima oleh pembaca.

Di dalam proses belajar mengajar, seperti halnya menulis. penyampaian materi pelajaran akan lebih mudah dimengerti siswa apabila disertai dengan penggunaan media pendidikan yang tepat. Dalam upaya

(50)

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis, khususnya menulis karangan narasi, peneliti harus menerapkan pengetahuannya mengenai teknik dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti telah bekerjasama dengan guru untuk menggunakan teknik media pendidikan dengan menggunakan media gambar sebagai sarana kegiatan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media gambar diduga dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan media gambar bertujuan agar siswa dapat menulis karangan secara baik dan benar berdasarkan pengamatan dan identifikasi terhadap masalah.

Dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis karangan narasi kehadiran sebuah objek yang akan ditulis yang terdapat di dalam media gambar sangat membantu siswa untuk membayangkan kehadiran objek yang dimaksud sebelum menuangkan ke dalam bentuk tulisan. Media gambar di sini bersifat membantu dan mempermudah siswa dalam menuangkan ide kreatifnya.

11. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah jika pengajaran menulis dilaksanakan dengan menggunakan media gambar, keterampilan dan prestasi menulis siswa akan menjadi lebih baik dalam menulis karangan narasi.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti (Arikunto, 2008: 2). Penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action

Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk

mencermati memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan (Mulyana, 2011: 11). Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dikumpulkan dan terjadi dalam sebuah kelas bersama (Arikunto, 2008: 3). Sementara itu, Suwandi (2010: 10) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan tes kemampuan awal pada siswa. Pemberian tes kemampuan awal pada siswa ini bertujuan untuk mengetahui keadaan atau kemampuan awal siswa sebelum dilakukan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar. Siklus I dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi dengan menggunakan satu media gambar, setelah itu siswa

(52)

diberikan tugas untuk membuat karangan berdasarkan gambar yang telah ditampilkan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru. Siklus II bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa menulis karangan narasi menggunakan dua macam gambar. Dengan menggunakan dua siklus yang berbeda ini, akan dapat dilihat hasil yang akan dicapai oleh siswa, meningkat atau tidak. Peneliti menggunakan empat tahapan dalam masing-masing siklus yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap pelaksanaan siklus penelitian menurut Mulyasa (2011: 73)

Siklus I Siklus II

Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Siklus Penelitian B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.A SMA Pancasila Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012 yang dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2011 untuk prasiklus, 22 Mei 2011 siklus I dan 29 Mei 2011 siklus II. Pemilihan subjek penelitian pada penelitian ini berdasarkan pada

1. Rencana 4. Refleksi 2. Tindakan 3. Observasi 1. Rencana 4. Refleksi 3. Observasi 2. Tindakan

(53)

pertimbangan (1) strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis karangan narasi selama ini belum memuaskan dan belum mencapai hasil yang maksimal, (2) pihak yang bersangkutan mengizinkan diadakannya penelitian dan sanggup bekerjasama dengan peneliti untuk mengadakan tindakan perbaikan kelas, (3) penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang membutuhkan siswa dalam praktik penelitian. Objek penelitian ini adalah kemampuan menulis narasi dengan menggunakan media gambar.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas. Dalam tahap ini dilakukan pengamatan pembelajaran kelas dan tes. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data awal tentang pembelajaran menulis karangan narasi. Dari data awal ini, kemudian ditetapkan data yang akan diberikan. Setelah tindakan ditetapkan, dilanjutkan dengan aktivitas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tahap tersebut dilakukan berulang-ulang, pengulangan tahap tersebut dilakukan berdasarkan pada hasil refleksi yang diberikan pada setiap akhir siklus.

Penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus memiliki empat tahap, yaitu 1) perencanaan (persiapan), 2) tindakan (aksi), 3) observasi (pengamatan), dan 4) refleksi (evaluasi). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

(54)

1. Prosedur Tindakan Pendahuluan

Kegiatan yang dilakukan pada awal kegiatan adalah mewawancarai guru mata pelajaran yang bersangkutan mengenai waktu pelaksanaan penelitian, materi yang akan diajarkan dan bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran penelitiannya. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pendahuluan ini adalah kegiatan pengamatan kelas dan tes. Pengamatan kelas dilaksanakan untuk mengetahui keadaan pembelajaran yang sebenarnya, sedangkan tes dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh data awal tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam menulis karangan narasi.

Dari hasil tersebut diperoleh data dari siswa dan sebagian besar siswa mengalami kesulitan saat menentukan topik karangan dan menggembangkan topik tersebut dalam karangan narasi. Dari permasalahan tersebut maka peneliti melaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi dengan media gambar supaya hasil yang dicapai siswa dapat maksimal. Melalui penggunaan media gambar ini diharapkan siswa mudah memperoleh topik karangan dan membantu dalam penulisannya.

2. Prosedur Tindakan pada Siklus I

Prosedur tindakan kelas pada siklus I melalui empat tahapan, yaitu perencaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini dilaksanakan mulai awal hingga akhir untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam tahap ini dilakukan

(55)

perencanaan pembelajaran mengenai penulisan karangan narasi. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah kemampuan siswa dalam mengembangkan topik karangan yang diberikan oleh guru. Rencana kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) menyusun rencana pembelajaran, 2) menyusun pedoman observasi dan jurnal, 3) menyiapkan instrumen tes yang berupa pedoman penelitian, dan 4) menyiapkan alat dokumentasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap selanjutnya, pelaksanaan tindakan yang merupakan implementasi atau penerapan dari sisi rancangan. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media gambar.

Tindakan dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan, tahap tindak lanjut.

Tahap persiapan dilakukan dengan berdoa dan memberikan apersepsi kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran, melakukan tanya jawab dengan siswa tentang karangan narasi dan memberikan ilustrasi tentang gambar yang akan digunakan sebagai media pembelajaran.

Tahap inti guru menjelaskan tentang karangan narasi dan memberikan contoh teks karangan narasi kemudian siswa disuruh memahami contoh karangan narasi tersebut. Kegiatan dilanjutkan dengan guru membagikan sebuah gambar yang akan digunakan untuk

(56)

pembelajaran menulis narasi kemudian menyuruh siswa untuk membuat karangan narasi. Sebelum membuat karangan, siswa diminta untuk mengamati gambar yang telah diterima kemudian menentukan topik karangan, menyusun kerangka karangan dengan menuangkan ide atau gagasan yang sesuai dengan gambar yang disajikan, setelah itu dengan berpedoman pada kerangka karangan yang telah disusun, siswa disuruh untuk mengembangkannya menjadi karangan narasi. Setelah kegiatan membuat karangan narasi selesai, siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaanya.

Tahap penutup guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah berlangsung. Siswa kemudian diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang dianggap sulit atau kurang dipahami dalam membuat karangan.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi yang sudah dibuat. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan instrumen tes dan nontes. Data tes berupa hasil tulisan dari siswa, sedangkan data nontes berupa lembar pengamatan atau observasi yang berupa pengamatan terhadap perhatian dan sikap siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar dan keaktifan siswa saat pembelajaran.

(57)

d. Refleksi

Seluruh informasi yang diperoleh baik melalui hasil nontes yang berupa pengamatan dan tes kemampuan menulis karangan narasi dikaji dan dievaluasi agar didapatkan simpulan tentang tingkat kemampuan dan pendapat siswa tentang mengembangkan karangan narasi. Dari hasil evaluasi tersebut dianalisis untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi. Berdasarkan dari hasil karangan tersebut dapat dilakukan perbaikan terhadap rencana selanjutnya pada siklus II.

3. Prosedur Tindakan pada Siklus II

Tindakan pada siklus II merupakan upaya untuk peningkatan seberapa efektifnya media gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Hasil pembelajaran pada siklus I dijadikan sebagai dasar perencanaan dalam siklus II.

Prosedur tindakan pada siklus II juga dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II merupakan hasil refleksi dan evaluasi siklus I. Untuk mengetahui pencapaian siswa dalam menulis narasi, peneliti membuat evaluasi berupa tes. Tes yang digunakan untuk menilai peningkatan kemampuan menulis

Gambar

Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Siklus Penelitian  B.  Subjek dan Objek Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada fokus masalah, maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut (1) terdapat kontribusi yang signifikan dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah

Penciptaan lembaga keuangan yang adil bagi pertumbuhan akses keluarga miskin pedesaan dipandang penting dan strategis untuk disikapi oleh pengambil kebijakan di

Seperti yang telah dijelaskan, pemenuhan kebutuhan dapat ditemukan dalam film ‘You’ve Got Mail’ yang menceritakan tokoh utamanya yang memenuhi kebutuhanya dimulai

menyiapkan media MHA yang sudah padat, menyiapkan suspense bakteri Staphylococcus aureus, memipet 1 mikrometer suspense bakteri ke dalam media, Meratakan suspense

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner dari pengetahuan, sikap, dan upaya

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai suatu syarat kelulusan yang harus ditempuh dalam pendidikan Diploma III Program Studi Usaha Perjalanan Wisata Jurusan Administrasi

Dari keseluruhan hasil tangkapan yang diperoleh dapat dikatakan bahwa bagan rakit dapat dijadikan sebagai alat tangkap ikan hias karena mutu hasil tangkapannya masih dalam

Dari pengumpulan data yang telah diperoleh dapat terlihat bahwa siswa belum mampu untuk menyelesaikan dengan langkah-langkah yang benar. Kurangnya pemahaman siswa dalam