• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (Sebuah Studi Kasus di Tanah Laut Kalsel) Oleh I.H.Subandi dan Pardjimin Emil:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (Sebuah Studi Kasus di Tanah Laut Kalsel) Oleh I.H.Subandi dan Pardjimin Emil:"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (Sebuah Studi Kasus di Tanah Laut Kalsel)

Oleh I.H.Subandi dan Pardjimin Emil: pwsoloeks@yahoo.co.uk

I. LATAR BELAKANG

Penciptaan lembaga keuangan yang adil bagi pertumbuhan akses keluarga miskin pedesaan dipandang penting dan strategis untuk disikapi oleh pengambil kebijakan di daerah maupun di tingkat pemerintah. Munculnya lembaga keuangan mikro di pedesaan dengan beragamnya sistem operasinal dan periode/pola pelayanan maupun bunga yang diberlakukan bagi masyarakat keluarga miskin sangat menjadi beban. Walaupun ditawarkan berbagai kemudahan dengan didorong atas inisiatif kuat untuk memberdayakan dirinya melalui instrument simpan pinjam tersebut, tidaklah percaya begitu saja.

Program PISEW memiliki platform yang pro pore guna meningkatkan kinerja dan pendapatan keluarga miskin. Untuk menyempurnakan penyusunan pedoman umum dan pedoman teknis bagi pengembangan program mikro kredit di perdesaan maka dipandang perlu untuk melakukan kajian. Fokus kajian dimaksud adalah identifikasi potensi lembaga keuangan perdesaan yang berjalan di kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Fokus pengidentifikasian mikro kredit berdasarkan :

1) Lembaga yang layak menjadi pengelola kredit mikro pisew adalah memilki kemampuan memberdayakan ruimah tangga miskin pedesaan, dengan instrumen uang untuk mengembangkan produktifitas, pengelolaan dan peningkatan pendapatan keluarga.

2) Yang memilki standar operasional pengelolaan lembaga keuangan yang layak menurut kaidah-kaidah umum di lembaga keuangan

3) Memilki status kerangka hukum kelembagaan yang jelas

Atas dasar itu maka perlu dilakukan kajian lebih detail untuk menjadi bahan pembelajaran dan pengambilan keputusan pengelolaan keuangan mikro kredit di lingkungan Pisew. Untuk memperkuat hasil kajian juga dilakukan kunjungan dan diskusi terbatas dengan pengambilan kebijakan pemerintah daerah seperti BPMD dan pimpinan keuangan swasta seperti BRI

II. Metodologi Kajian

Melakukan observasi langsung di lapangan dan pengumpulan dokumen pendukung dengan melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif melalui instrmen kesehatan perbankan menjadi pilihan metodologi kajian yang dipilih. Mengidentifikasi potensi kelembagaan mikro kredit di daerah sebagai instrument pengembangan mikro kredit program Pisew selama tiga bulan dengan melakukan wawancara mendalam dan melihat langsung status masyarkat maupun keuangan kepada berbagai kelompok sasaran. Kelompok sasaran itu seperti 1) Lembaga simpan pinjam Berbasis Masyarakat (LSPBM) kecamatan Batu Ampar 2) Asosiasi LSPBM Kab. Tanah Laut 3) BPMD Kab.Tanah Laut 4) Kepala Cabang BRI Tanah Laut 5) Pelaku dan fasilitator PNPM

(2)

Perdesaan dan PNPM Perkotaan di Kabupaten Tanah Laut 6) Bappeda Kabupaten Tanah Laut dan 7) LSPBM di kabupaten Tanah Laut

III. HASIL KAJIAN:

1. Komitment Pemda:

a. Arah pengembangan kebijakan pengembangan kelembagaan kredit mikro di Kabupaten Tanah Laut telah dilakukan melalui fasilitasi alokasi APBD untuk kelembagaan keuangan FSPBM

b. Melalui BPMD Kabupaten menjalankan fungsi asistensi teknis, manajemen, supervisi dan penyediaan alokasi dana bagi asosiasi LSPBM sebesar 1,2 M untuk tahun 2008

c. Strategi pemberdayaan dilakukan oleh BPMD-BKMD melalui pendekatan desa dalam menjalankan pendampingan keluarga miskin yang tergabung dalam keanggotaan lembaga FSPBM di seluruh desa

d. Fasilitasi SDM yang memilki perhatian kuat di bidang lembaga mikro kredit di lingkungan 2. Status LSPBM :

No Komponen Status

1 Pendirian Didirikan rata-rata Akhir 2004

Tumbuh dari keswadayaan masyarakat pedesaan atas fasilitasi program CRD

2 Keanggotaan Rata-rata basis desa, nersifat sukarela, berkelompok dengan beranggotakan rata-rata tiap FPBS 235-200 3 Ssitem organisasi Rapat anggota sebagai kekuasaan rapat tertinggi,

memilih pengruus dan pengawas, menetapkan AD dan rencana kerja tahunan

4 Legalitas Status badan hukum adalah lembaga yang memilki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang dikukuhkan oleh akte notari s dalam bentuk perikatan .

5 Sumber dana Diperoleh dari tabungan para anggota (murni ) baik bersifat modal (SW,SP) maupun utang (S sukarela, simpanan khusus)

6 Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pelayanan dilakukan setiap hari oleh pengurus secara bergiliran (dari status sukarela , sampai hari ini memperoleh honor tiap kehadiran

(3)

sebesar Rp 15.000

Belum ada pembagian tugas dan tanggungjawab 7 Sistem operasi Ada peneriman tabungan, melayani pinjaman,

mengerjakan akuntansi, pembuatan laporan keuangan bulan.ada pola kebijakan dan aturan pinjaman, pada awalnya pelayanan pinjaman tidak mensyaratkan pinjaman kecuali karakter,

kemampuan pengembalian utang, kelayakan usahanya, rekomendasi.

Setelah berjalan 2 tahun berjalan ditemukan masalah –masalah tunggakan maka lembaga cenderung memberlakukan jaminan yang berupa sertifikat tanah, BPKB dan rumah atas sepengatuhan ketua RT RW

Mekanisme pengawasan Dilakukan satu bulan sekali oleh pengawas, pemeriksaan rutin kurang dilakukan

3. Profil Keuangan LSPBM No Aspek LSPBM Lestari LSPBM Budi Bakti LSPBM Budi Utomo 1 Tanggal pendirian 24 Desember

2005 10 Desember 2003 11 Desember 2004 2 Jumlah anggota 266 233 258

3 Jumlah Aset per 31 maret 2009 377.528.936 387.733.144 38.1247.107 4 Posisi Pinjaman Annggota 294.855.000 282.733,500 25.2250.000 5 Pinjaman kumulatif 1.042.605.000 1.320.130.000 1.438.100.000 6 Perputaran uang rata-rata per

tahun

1,41 1,36 1,9

7 Kategori Kredit Macet 2.700.000 36.507.500 6.650.000

Tingkat Pengembalian 99,1 % 87,1 % 97,4 %

Jumlah tabungan anggota:

Simpanan pokok 13.400.000 20.091.423 25645000

Simpanan wajib 22.425.000 24.600.042 37680.000

8 Simpanan sukarela 205.010.645 100.747.761 166908560

(4)

10 Pendapatan perbulan 6.8 00.000 6.9 00.000 5.7 00.000

11 Biaya operasional 4.100.000 5.200.000 3.700.000

12 Surplus berjalan 2.700.000 1.700.000 2.000.000

13 Bunga pinjaman 2,5 % flat 2,5 % flat 2,5 % flat

14 Jenis Pelayanan kredit Produksi primer(pertanian, perikanan, peternakan) 51,6 % 41,9 % 65,8 % Industri pengolahan 0,2% 0,9 % 0 % Perdagangan 22,5 % 39,7 % 29,8 % Jasa 3,4 % 4,8 % 0,5 % Kesejahteraan 22,3 % 4,5 % 2,1 % 4. Status LSPBM

Asosiasi ini didirikan sebagai dari exit strategi program untuk meneruskan fungsi pembinaan, monitoring dan pengembangan. Asosiasi didirikan berdasarkan wakil-wakil dan mandat dari LSPBM sebagai organisasi sekunder LSPBM. Pembentukannnya di pusatkan di kabupaten.

No Komponen Status

1 Pendirian Didirikan 24 September 2005

2 Keanggotaan Beranggotakan 49 LSPBM yang tersebar di 5 kecamatan (Batu ampar, Plaihari, Tambang ulang, Kurau, Kintab)

3 Ssitem organisasi Rapat anggota sebagai kekuasaan rapat tertinggi, memilih pengruus dan pengawas, menetapkan AD dan rencana kerja tahunan

4 Legalitas Status badan hukum adalah lembaga yang memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang dikukuhkan oleh akte notaris dalam bentuk perikatan .

5 Sumber dana Diperoleh dari pemerintah daerah kabupaten baik untuk fasilitasi permodalan LSPBM maupun operasional kantor dan gaji pengurus asosiasi.

(5)

Departermen perumahan untuk program perumahan sebesar Rp 7,5 M

6 Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pelayanan dilakukan setiap hari oleh pengurus secara bergiliran

Belum ada pembagian tugas dan tanggungjawab secara teknis dan keahlian.

7 Sistem operasi Melayani pinjaman, mengerjakan akuntansi, pembuatan laporan keuangan bulan.standart operasional procedure terkait pola kebijakan dan aturan pinjaman, pelayanan pinjaman

Setelah berjalan 2 tahun berjalan ditemukan masalah –masalah tunggakan maka lembaga cenderung memberlakukan jaminan yang berupa sertifikat tanah, BPKB dan rumah atas sepengatuhan ketua RT RW

Mekanisme pengawasan Dilakukan satu bulan sekali oleh pengawas, pemeriksaan rutin kurang dilakukan

5. Profil Keuangan Asosiasi LSPBM

Data keuangan Asosiasi LSPBM Per Desermber 2008

Kegiatan Bulan lalu (Rp) Bulan ini (Rp) Perkembvangan

Simpanan Pokok 24.500.000 24.500.000 0 % Simpanan wajib 11.910.000 11.870.000 0,7 % Simpanan Sukarela 111.670.013 11.870.000 1,8 % Simpanan Khusus 89.576.071 90.471.832 1,0 % Penyertaan 55.200.000 50.400.000 0 % Hibah Operasional 771.458 771458 0 %

Hibah Pemda Tanah laut 1.200.000.000 1.200.000.000 0 % Saldo Pinjaman Anggota 1.435.322.000 1.202.710.000 3,4 % Pinjaman Komulatif 3.470.500.000 3.626.200.000 7,9 %

(6)

Pendapatan 151.850.445 168.768.551 10,3 %

Biaya 120.093.836 135.804.492 5,2 %

Rugi/laba 31.756.609 32.964.059 29,3 %

Total kekayaan asosiasi sampai sekarang 1.653.823.788

Indikator Kinerja 49 LASPBM bulan Desember 2008:

Uraian Bulan lalu Bulan ini Perkembangan

Anggota Laki-laki 2.156 2.201 2,0 % Perempuan 4.265 4.465 4,7 % Total tabungan Rp.2.893.071.778 Rp..2.867.485.584 -0,8 % Akumulasi pinjaman Laki-laki Rp.6.193.904.900 Rp.6.337.631.850 2,3 % Perempuan Rp.12.656.196.450 12.669.783.700 0,1 % Total Pendapatan Rp. 824.205.025 Rp.827.105.075 0,3 % Laba/Rugi Rp. 381.422.122 360.515.421 -5,5 % Total kekayaan 49 LSPBM Rp.6.581.595.889

IV. ANALISIS KAJIAN 4.1. Komitmen Pemda

Kemauan pemerintrah daerah dalam pendampingan teknis dan non teknis di kabupaten Tanah Laut telah dijalankan dengan memberikan fasilitas dana oleh Bupati melalui Badan Pemberdayaan masyarakat Desa sebesar 1,2 milyard kepada Asosiasi LSPBM bisa dipandang strategis dalam memberjalankan kegiatan kredit mikro pedesaan yang telah terorganisir selama lima tahun setelah berjalan.

Peran dan tugas pendampingan, monitoring, dan asistensi dilakukan oleh BPMD dengan menyediakan pendamping lapangan lima orang yang secara keseluruhan mantan fasilitator LSPBM di tingkat desa yang menjadi pegawai negeri/direkrut oleh Pemda. Mekanisme ini perlu dikembangkan mengingat cukup efektif dalam pengendalian dan monitoring program kredit mikro pedesaan

Keterkaitannya kehadiran banyaknya pembentukan program lembaga keusangan yang berjal;lan dalam konteks proyek tetap dipandang sebagai proses pembelajaran keluarga

(7)

miskin pedesaaan. Sehingga pada akhir waktu program selesai sebagai tugas dan peran yang diambil oleh pemda adalah menyediakan system operasional lembaga keuangan yang telah berjalan dijadikan contoh ba bagi lkelompok swadaya keuangan yang ada di tiap desa. Keberhasilan dis etiap lembaga keuangan desa yang telah teruji menjadi media pembelajaran desa lain . Oleh BPMD ini menjadi instrument pemberdayaan keluarga miskin yang sinergis mdengan SKPD lain walaupun melalui instrument keuangan.

4.2. LSPBM

LSPBM yang berkembang di tingkat desa menjadi strategis untuk menggerakkan ekonomi keluarga, karena seluruh keluarga terdorong untuk mengoptimalkan ladangnya, keahliannya, perdagangannya, konsumsinya untuk lebih baik. Perubahan perilaku yang ada adalah mulai tumbuhnya usaha mikro setiap anggota, meningkatnya penghasilan pertaniannya, tidak tergantungnya rentenir, terfasilitasinya kebutuhan sehari-hari dan penciptaan saling produktif, percaya, dan surplus dalam berorganisasi di tingkat desa.

Sistem operasional perkreditan telah berjalan dengan rendahnya tingkat kemacetan di setiap jebnis pinjaman akn berdampak pada meningkatnya pendapatan lembaga. Sistem manual yang telah ada menunjukkan kemauan yang kuat untuk memberjalankan kegiatan lembaga keuangan ini oleh [pengurus dan anggotanya.

Kelemahan masih banyaknya instrument pengendalian kesehatan keuangan lembaga LSPBM menjadi penting untuk ditindaklanjuti. Hal ini mengingat telah ada anggota yang cenderung kurang bagus pengembaliannya, yang selanjutnya ada kecenderungan pengurus untuk memberlakukan jaminan. Hal ini perlu dicermati kembali atas keputusan ini agar proo pore, pro job, dan pro pertumbuhan bisa tercipta di desa melalui lembaga ini.

Legalitas yang bersifat perikatan masih dipandang lemah karena tidak memiliki kekuatan hokum dipandang dari aspek legal lembaga keuangan secara umum. Didasarkan atruran dan pola pelayanan yang ada sebenarnya secara substansi mendekati bentuk Koperasi. Untuk itu perlu dilegalkan agar kepemiliukan asest dari tahun ke tahun semakin besar perlu disikapi segera.

4.3. Asosiasi LSPBM

Peran dan fungsi asosiasi berjalan pada pelayanan yang bersifat menunggu. Untuk itu sesungguhnya ketidakjelasan struktur organisasi dan legalitas asosiasi ini lemah maka kurang bisa memiliki kewenangan perintah langsung kepada LSPBM. Walaupun secara substansi mendekati koperasi sekunder yang anggotanya LSPBM di tibngkat desa.

Potensi pengembangan yang besar dan asset yang besar sudah waktunya untuk menggunakan system keuangan mikro secara professional. Mengingat keterbatasan SDM dalam pengendalian dan pengawasan Langgotanya akan berdampak pada menurunnya kualitas pinjaman dan pendistribusian sumber dana yang semakin meningkat. Oleh karenanya diperlukan kesiapan komputerisasi system pengelolaan keuangan, legalitas yang mendekati seperti koperasi sekunder, permagangan untuk meningkatkan kinerja staf, serta evaluasi dalam pendistribusian modal bagi LSPBM yang memiliki waiting list setiap bulannya.

(8)

V. Rekomendasi 1. Terkait LSPBM:

a. Untuk asosiasi dipetrlukan segera memberjalankan instrument pengendalian kesehatan keuangan lembaga, permagangan staf ke lembaga keuangan, membuat system pengelolaaan keuangan /IT dan legalitas Asosiasi

b. Untuk LSPBM diperlukan memberjalankan instrument kesehatan pengelolaan keuangan yang telah ada, legalitas LSPBM bila diperlukan, pengaturan kembali periodisasi dan pola pinjaman perdagangan, pertanian dann jenis pinjaman lainnya, ratio operasionalisasi lembaga khususnya gaji pengurus, peningkatan volume tabungan ke luar desa terdekat. c. Komitemn yang dijalankan oleh pemda yang sekarang berjalan bisa dikembangkan lebih

focus untuk fasilitasi system operasional melalui IT, permagangan, penyediaan modal untuk operasional, pendampingan, SDM, dan legalitas masih strategis diwujudkan d. Pemberdayaan melalui instrument uang bagi keluarga miskin akan memilki dampak bagi

pengentasan kemiskinan secara menyeluruh jika konsisten berbasis pada kinerja kelurga miskin pedesaan. Hal ini mengingat pelayanan bank konvensional tidak melayaninya secara menyeluruh akibat persyaratan collateral/jaminan.

e. Embrio lembaga keuangan yang diciptakan melalui proyek ( seperti UPK, KSM, KSPP, BKD, BUMDES dll) selama proyek berjalan harus dipandang sebagai proses pembelajaran masyarakat agar lebih berperilaku produktif, surplus, dan saling menolong. Namun setelah proyek selesai harus dijadikan starting penataan kembali oleh pemda tentang system pengelolaan keuangan yang standart dan professional dengan bisa dipertanggungfjawabkan ke seluruh kelompok kepentingan.

2. Terkait program Pisew

a. Ketidak adilan pelayanan perbankan umum atas pelayanan kepada keluarga miskin di pedesaan perlu ada lembaga keuangan yang cocok bagi peningkatan pendapatan keluarga miskin di pedesaan secara menyeluruh

b. Komitmen pemda yang diwujudkan dalam kebijakan pendampingan melalui BPMD ( sarana dan prasarana seperti kantor, filing cabinet, staf pengelola, modal hibah) menjadi pola yang bisa dikembangkan di kabupaten lain.

c. Pendekatan hibah modal ke setiap pemda untuk mikro kredit diperlukan kebijakan yang berpihak pada keluarga miskin, mengingat terbatasnya akses keluarga miskin kepada Kredit usaha rakyat melalui BRI yang berjalan sekarang ini. Kebijakan pemberlakuan tidak lebih dengan bunga yang berkembang sebesar 1,5 % flat setiap bulannya bagi keluarga miskin.

(9)

d. Persyaratan yang bisa dijadikan acuan bagi penerima program adalah yang memiliki system operasional standart yang fungsional, ada status badan hukum (koperasi) di tingkat kecamatan, peduli kepada keluarga miskin.

e. Khusus kepada lander, untuk bisa memberlakukan pinjaman ke keluarga miskin dengan bunga 0-6 % per tahun kepada kelompok simpan pinjam yang fungsional di tingkat kecamatan.

f. PMD selaku pengelola program segera mengundang BPMD kabupaten di 32 lokasi PNPM Pisew untuk meminta kesanggupan komitmen memberjalankan program mikro kredit segera, yang selanjutnya bisa dituangkan dalam MOU.

Referensi

Dokumen terkait

Intensitas pantulan diffuser pada satu frekuensi dan pada satu posisi sudut dihitung koreksi berdasarkan jarak antara diffuser dengan mikrofon dan pengeras suara dengan

Peraturan pemerintah yang dimaksud pada pasal ini adalah sebagai pengganti Undang-Undang, yang artinya seharusnya materi tersebut diatur dalam wadah Undang-Undang tetapi

Hasil pemeriksaan fisik, klinis, pemeriksaan darah lengkap dan ulas darah menunjukkan anjing kasus mengalami penyakit babesiosis yang disebabkan oleh Babesia spp. Pengobatan

Tekan selama urutan CPR untuk melanjutkan ke prompt Analysis [Analisa], diikuti dengan urutan Shock [Kejut].. Tekan # lalu 1 untuk memulai Scenario 1

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, serta shalawat dan salam senantiasa

Mobil Harapan di desain dengan konsep klasik yang bertujuan untuk mengingatkan kita kembali kepada sejarah pertama kali terciptanya mobil.Tujuan dari penulisan ini

“Muncullah pandangan, muncullah pengetahuan, muncullah pengertian, muncullah pengalaman langsung, muncullah kejelasan mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya:

Setiap peserta didik peserta didik harus mengetahui segala hal yang berkaitan dengan bidang tugasnya dan dapat meminta bantuan pada pendidik dan