• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.2 Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) di Rumah

4.2.4. Karbohidrat

Kesesuaian zat gizi karbohidrat diet TKTP I pada pasien TB Paru di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan berdasarkan standar diet TKTP I dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Ketersediaan Zat Gizi Karbohidrat Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas I Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Berdasarkan Standar Diet TKTP I

Kandungan Karbohidrat Dalam Diet TKTP Di Ruang Kelas I

Pasien Kandungan

Karbohidrat

Persentase Terhadap Standar Diet TKTP I

I 276 gram 71%

II 264,1 gram 68%

III 206,7 gram 53%

IV 175,6 gram 45%

Keterangan: Sesuai = (90-110%), Tidak Sesuai= (<90% dan>110%)

Dari Tabel 4.12. di atas dapat dilihat bahwa dari 1 (satu) hari penyajian diet pasien tinggi kalori tinggi protein I (TKTP) pada pasien TB Paru di ruangan kelas I Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan, semua mengandung karbohidrat yang tidak sesuai, yaitu rata-rata 230,6 gram atau 59% dari standar diet pasien.

Tabel 4.13. Distribusi Ketersediaan Zat Gizi Karbohidrat Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas II Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Berdasarkan Standar Diet TKTP I

Kandungan Karbohidrat Dalam Diet TKTP Di Ruang Kelas II Pasien Kandungan

Karbohidrat

Persentase Terhadap Standar Diet TKTP I

I 257,7 gram 66%

II 261,3 gram 67%

III 252 gram 65%

IV 240,8 gram 62%

V 213,2 gram 55%

Keterangan: Sesuai = (90-110%), Tidak Sesuai= (<90% dan >110%)

Dari Tabel 4.13. dapat dilihat bahwa dari 1 (satu) hari penyajian diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas II Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan, dari 5 diet mengandung karbohidrat yang tidak sesuai, dengan rata-rata 245 gram atau 63% dari standar diet pasien.

Tabel 4.14. Distribusi Ketersediaan Zat Gizi Karbohidrat Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Berdasarkan Standar Diet TKTP I

Kandungan Karbohidrat Dalam Diet TKTP Di Ruang Kelas III Pasien Kandungan

Karbohidrat

Persentase Terhadap Standar Diet TKTP I

I 108,7 gram 28%

II 121,7 gram 31%

III 94,7 gram 26%

IV 97,4 gram 26%

V 96,4 gram 25%

VI 117,2 gram 36,8%

Keterangan: Sesuai = (90-110%), Tidak Sesuai= (<90% dan >110%)

Dari Tabel 4.14. di atas dapat dilihat bahwa dari 1 (satu) hari penyajian diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas III RS Martha Friska Pulo Brayan, dari

6 (enam) diet yang disajikan di ruang kelas III mengandung zat gizi karbohidrat yang tidak sesuai, dengan rata-rata kandungan karbohidrat dalam diet pasien 111,6 gram atau 29% dari standar TKTP I.

54

5.1 Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein Pada Pasien TB Paru di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan

Terapi gizi diberikan guna mempercepat penyembuhan penyakit baik akut maupun kronis, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien dengan intervensi yang telah diberikan, agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun (Untoro, 2003).

Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP I) di RS Mrtha Friska Pulo Brayan di berikan pada pasien dengan hasil pemeriksaan klinis positif TB Paru. Dimana tingkat kesembuhan pasien sangat rendah dengan lama rawat 10 hari sampai dengan 30 hari.

Pemberian diet TKTP II tidak diberikan, karena menurut mereka pasien tersebut sudah cukup mendapat diet TKTP I saja.

Penyedian diet dari instalasi gizi sesuai kebutuhan pasien yang sudah dianjurkan oleh dokter yang merawat, sedangkan dengan milihat kondisi fisik pasien sangat memungkinkan untuk mendapat diet TKTP II. Hal ini tidak dilakukan oleh petugas instalasi gizi dengan alasan tidak ada anjuran dari dokter yang merawat pasien TB Paru.

Berdasarkan hasil penelitian (Riama, 2012) pada pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP di RS Swadana Daerah Tarutung kandungan kalori dalam diet yang diberikan oleh rumah sakit hanya berkisar 1579-2088 kkal/orang/hari.

Kandungan protein dalam diet TKTP yang diberikan kepada masing-masing pasien tidak sesuai, dengan rata-rata kandungan karbohidrat dalam diet pasien 111,6 gram atau 29% dari standar TKTP I.

55

tidak ada yang sesuai dengan standar diet TKTP I karena kandungan protein dalam diet yang diberikan oleh rumah sakit hanya berkisar 65-82 gr/orang /hari.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi (2009), yang menemukan bahwa asupan protein dari 3 orang pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP rata-rata sebesar 88,40% dari angka kecukupan protein untuk diet TKTP yaitu masih belum sesuai dengan standar diet TKTP.

5.2. Ketersediaan Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein Pada Pasien TB Paru di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan

Diet TKTP yang diberikan kepada pasien TB Paru di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan adalah diet TKTP I, diet TKTP II tidak diberikan. Perhitungan kebutuhan gizi pasien TB Paru juga tidak dilakukan karena setiap pasien dianggap sama dan hanya diberikan diet TKTP I. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, pemberian diet TKTP I masih belum sesuai dengan standar diet TKTP I yang seharusnya. Pemberian diet TKTP I ini dilakukan setelah pemeriksaan klinis pasien positif TB Paru.

5.2.1 Ketersediaan Energi Dalam Diet TKTP I

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 4.3) berhubungan dengan kandungan energi dalam diet TKTP I untuk ruangan kelas I dapat dilihat bahwa dari empat diet yang diobservasi, terdapat 1 (satu) diet yang mengandung energi (91%) sesuai dengan standar diet TKTP I yaitu pada diet pasien II, sedangkan 3 (tiga) diet lainnya tidak mengandung energi sesuai dengan standar diet TKTP I. Kurangnya ketersediaan energi disebabkan tidak ada pedoman diet dan standar porsi yang dipergunakan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan. Rata-rata kandungan

energi pada diet pasien TB Paru yang dirawat diruangan kelas I adalah 1753,8 gram atau 67% dari standar 2600 kkal energi.

Pada diet di ruangan kelas II (tabel 4,4) dari 5 (lima) dieit yang diobservasi terdapat 1 (satu) diet dengan kandungan energi yang sesuai dengan standar diet TKTP I dijumpai pada diet 1 (satu) sampai dengan IV, sedangkan 1 (satu) diet lainnya kandungan energi berada dibawah standar yaitu 1553,9 gram. Kurangnya kandungan energi ini disebabkan oleh kurangnya penyediaan makanan yang tinggi energi. Rata-rata kandungan energi dalam diet TKTP pada pasien TB Paru diruangan kelas II Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan adalah 2304 gram atau 89% dari standar diet TKTP I.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustamin (2010) di RS. DR.

Tadjuddin Chalid Makassar menemukan bahwa asupan energi pada diet TKTP untuk pasien kusta rata-rata sebesar 2.205,12 kkal per hari yaitu dibawah standar TKTP I (<2340 kkal).

Berbeda halnya dengan diet yang diberikan untuk pasien di ruangan kelas III (tabel 4.5) dari penyajian diet TKTP I tidak ada yang sesuai dengan standar diet TKTP I, semua berada sangat jauh dibawah standar diet TKTP I. Rata-rata kandungan zat energi dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru adalah 1149,4 gram atau 44% dari standar diet TKTP I. Kurangnya kandungan energi ini disebabkan oleh tidak diberikan makanan selingan pada pasien di ruangan kelas III dimana pemberian makanan tambahan hanya sebutir telur pada sore hari, hal ini disebabkan karena perbedaan biaya perawatan pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Mayasari, (2011) yang menemukan bahwa pemberian energi dalam diet TKTP untuk pasien pascabedah sectiocaesaria di RSUD Sidikalang masih lebih sedikit dari standar diet TKTP I,

yang artinya tidak sesuai dengan standar diet TKTP I, kurangnya ketersediaan energi dalam diet TKTP oleh tidak disebabkan oleh tidak adanya tambahan makanan yang disajikan sesuai dengan anjuran dalam diet TKTP I. Dimana pihak rumah sakit hanya menambahkan satu butir telur ayam rebus untuk jenis diet TKTP I.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Almatsier di beberapa RSU di Jakarta Tahun 1991 menunjukkan bahwa 20-60% pasien menderita kurang gizi pada saat dirawat di RS (Depkes RI, 2005).

Timbulnya masalah gizi kurang secara langsung disebabkan oleh faktor utama yaitu asupan zat gizi dari makanan dan keadaan kesehatan atau penyakit yang diderita pasien. Disamping disebabkan oleh penyakit, juga disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Salah satunya adalah ketersediaan makanan, baik secara kuantitas maupun secara kualitas (Anonim, 2011).

5.2.2. Ketersediaan Protein Dalam Diet TKTP I

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 4.6; 4.7; 4.8) menunjukkan bahwa dari 4 (empat) diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas I, 5 (lima) diet di kelas II dan 6 (enam) diet di kelas III dijumpai bahwa kandungan zat protein tidak ada yang sesuai dengan standar, dimana rata-rata kandungan protein dalam diet TKTP I diruangan kelas I adalah 52,7 gram, di kelas II 59,1 gram dan dikelas III 47,6 gram dari standar diet TKTP I. Perbedaan kandungan protein pada setiap ruangan kelas

disebabkan tidak ada standar porsi yang digunakan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan.

Begitu juga dari hasil penelitian Budi (2009), menemukan bahwa asupan protein dari 3 orang pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP rata-rata sebesar 89,40 % dari angka kecukupan protein untuk diet TKTP yaitu masih belum sesuai dengan standar diet TKTP.

Kurangnya kandungan protein ini disebabkan oleh kurangnya penyediaan makanan yang kaya protein dalam setiap pemberian makanan. Dimana sumber protein yang diberikan hanya ekstra telur, sehingga kandungan proteinya tidak mencapai standar. Hal ini tidak sesuai dengan teori Almatsiar, 2006 yang menyatakan bahwa dalam makanan biasa dapat ditambah susu, daging, gula pasir, formula komersial.

Berdasarkan penelitian Retnani dalam Lilyani (2007), ada hubungan antara asupan energi dari makanan Rumah Sakit dengan perubahan status gizi dan ada hubungan antara asupan protein dari Rumah Sakit dengan perubahan status gizi. Hal ini menunjukkan bahwa jika asupan protein di Rumah Sakit baik, maka status gizi pasien akan baik.

5.2.3. Ketersediaan Lemak Dalam Diet TKTP I

Dari hasil penelitian (tabel 4.9) dapat menunjukkan dari 4 (empat) diet yang diobservasi di kelas I, dijumpai diet I dengan kandungan lemak sesuai dengan standar diet TKTP yaitu (72,5 gram) dan 3 (tiga) diet lainnya dijumpai kandungan zat lemak tidak sesuai dengan standar yaitu 2 (dua) diet yaitu diet pasien III dan IV dengan

kandungan zat lemak <64,8 dan 1 (satu) diet yaitu diet pasien II dengan kandungan zat lemak >79,2 gram.

Perbedaan ketersediaan lemak ini desebabkan oleh tidak ada standar porsi yang digunakan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan.

Rata-rata kandungan zat lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas I adalah 80,7 gram atau 112% dari standar diet TKTP I.

Pada (tabel 4.10) menunjukkan dari 5 (lima) diet yang diobservasi di kelas II dengan kandungan zat lemak tidak ada yang sesuai dengan standar diet TKTP yaitu 4 (empat) diet yaitu diet pasien I sampai dengan IV dijumpai kandungan zat lemak diatas standar (>79,2 gram), 1 (satu) diet yaitu diet pasien V kandungan zat lemaknya di bawah standar (42,2 gram) yaitu < 90% dari 72 gram lemak. Rata-rata kandungan zat lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas II adalah 123,8 gram atau 172% dari standar diet TKTP I. Perbedaan ketersediaan lemak disebabkan oleh tidak ada pedoman diet dan standar porsi yang digunakan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan.

Begitu juga dari hasil penelitian Budi (2009), menemukan bahwa asupan protein dari 3 (tiga) orang pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP rata-rata sebesar 89,40 % dari angka kecukupan protein untuk diet TKTP yaitu masih belum sesuai dengan standar diet TKTP.

Sedangkan pada (tabel 4.11) dapat dilihat 6 (enam) diet yang diobservasi di kelas III, 1 (satu) diet dengan kandungan zat lemak sesuai dengan standar yaitu diet pasien VI yaitu 76,6 gram. 5 (lima) diet lainnya dijumpai kandungan zat lemak <66,8 gram yaitu kurang dari standar diet TKTP I.

Perbedaan ketersediaan lemak disebabkan oleh tidak ada pedoman diet dan standar porsi yang digunakan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan. Rata-rata kandungan zat lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas III adalah 47 gram atau 65%. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustamin (2010), bahwa asupan lemak pada pasien penderita kusta sebesar 55,54 gram dari angka kecukupan diet TKTP.

Lemak selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga berfungsi sebagai alat transportasi zat gizi lain dan merupakan bagian dari sel tubuh. Oleh karena itu ketersediaan zat lemak dalam diet pasein ini sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi pasien. Lemak memiliki nilai lebih tinggi dari karbohidrat, oleh karena itu nutrient ini turut menentukan kandungan energi pada makanan (Almatsier, 2009).

5.2.4. Ketersediaan Karbohidrat Dalam Diet TKTP I

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 4.12; 4.13; 4.14) menunjukkan bahwa kandungan zat karbohidrat dari empat diet yang diobservasi diruangan kelas I dengan rata-rata 230,6 gram atau 59% dari standar, 5 (lima) diet yang diobservasi diruangan kelas II dengan rata-ratakandungan zat karbohidrat 245 gram atau 63% dari standar dan 6 (enam) diet yang diobservasi diruangan kelas III dengan rata-rata kandungan zat karbohidrat 111,6 gram atau 29% dari standar diet TKTP I, dimana kandungan zat karbohidrat dari semua diet kurang dari standar yaitu <351 gram dari 390 gram karbohidrat.

Kurangnya kandungan karbohidrat ini disebabkan kurangnya penyediaan jenis makanan yang mengandung zat karbohidrat tinggi dalam setiap jenis dan porsi

makanan yang diberikan. Sumber utama karbohidrat di dalam makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan, yang mana karbohidrat nabati di dalam makanan manusia terutama berasal dari tumbuhan yaitu biji, batang seperti (pisang, sawo, nangka, sukun dan kelewih, beras), akar, umbi-umbian, kacang-kacangan serta ekstra tepung seperti sagu. Sedangkan karbohidrat hewani terutama terdapat di dalam otot (daging) dan hati (Paath, 2005).

Keadaan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit. Seiring terjadi, kondisi pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya, guna perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit kekurangan gizi dan memerlukan terapi gizi (Depkes RI, 2005).

Asupan makanan dari Rumah Sakit merupakan salah satu faktor pendukung perubahan status gizi yang terjadi pada pasien rawat inap di Rumah Sakit, dimana semakin baik asupan gizi dari makanan Rumah Sakit maka semakin baik perubahan status gizinya (Retnani, 2007), Sebaliknya dengan pemberian makanan dengan jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat memperlambat penyembuhan serta biaya pengobatan akan meningkat, bahkan akibatnya akan lebih fatal terhadap pasien (Ferry, 2006).

62 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap observasi diet TKTP I bagi pasien TB Paru di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan, dapat disimpulkan bahwa diet TKTP yang disajikan oleh bagian instalasi gizi adalah diet TKTP I.

Kandungan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, lemak) sebagian besar berada dalam kategori tidak sesuai dengan standar atau sebagian besar masih jauh di bawah anjuran standar diet yang seharusnya. Dimana kandungan energi dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas I sebesar 56%-67%, diruangan kelas II sebesar 59%

dan di ruangan kelas III sebesar 39%-53%. Kandungan protein dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas I sebesar 48%-58%, di ruangan kelas II sebesar 50%-68% dan di ruangan kelas III sebesar 39%-63% semua berada dalam kategori dibawah standar. Kandungan lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas I sebesar 75% dibawah standar dan 182% diatas standar, di ruangan kelas II sebesar 80% dibawah standar dan 184%-206% diatas standar, di ruangan kelas III sebesar 51%-76% dibawah standar. Sedangkan kandungan karbohidrat dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas I sebesar 45%-71%, di ruangan kelas II sebesar 55%-67% dan di ruangan kelas III sebesar 25%-36,8%

semua berada dalam kategori dibawah standar.

6.2. Saran

1. Sebaiknya pihak Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan khususnya bagian instalansi gizi memiliki pedoman diet, standar porsi dalam bentuk ukuran rumah tangga (URT), dan standar resep dalam hal pemberian diet pada pasien TB Paru yaitu diet TKTP I, dimana pemberian diet harus benar.

2. Disarankan kepada pihak Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan untuk melakukan peningkatan dalam hal kuantitas dan kualitas makanan agar pemberian diet dilakukan secara tepat khususnya pada pasien yang dirawat di kelas III.

3. Disarankan kepada pihak RS Martha Friska menyediakan bahan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein dengan harga relatif murah, khususnya pada pasien yang dirawat di kelas III.

4. Disarankan kepada pihak RS Martha Friska supaya lebih memperhatikan peyelenggaraan diet TKTP khususnya pada penderita TB Paru sesuai dengan kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan Rs Dr.

Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Alsagaff, Mukty. 2002. Dasar-Dasar ILmu Penyakit Paru. Penerbit Air Langga University Press, Surabaya.

Anonim. 2009. Protein terhadap Status Gizi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Nabire. http://www.scribd.com/doc/51023668/studi-tentang-asupan- energi-dan-protein-terhadap-status-gizi-pasien-rawat-inap-dirumah-sakit-umum-nabire. Diakses tanggal 10 Januari 2013.

Ardan. 2012. Diet Pada TB Paru. http://blogspot.com/…/diet-pada-tbc-paru.html.

Diakses pada tanggal 16 Oktober 2012.

Budiningsari DR. 2004. Pengaruh Perubahan Status Gizi Pasien Dewasa terhadap Lama Rawat Inap dan biaya Rumah Sakit. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Volume I, no 1 diakses 14 Juli 2012.

Budi Handayani, Vynna. 2009. Gambaran Asupan Zat Gizi Makro dan Status Gizi Pada Penderita Tuberkulosis Paru Rawat Inap Di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Karya Tulis IlmiahL: Program Studi Diploma III Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Univesitas Muhammadiyah Surakarta.

Departemen Kesehatan Repudlik Indonesia. 1990. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, Jakarta diakses pada tanggal 14 juni 2012.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman Pelaksanaan Gizi Rumah Sakit Edisi Revisi 2005. DIrektorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta diakses pada tanggal 14 juni 2012.

Crockford, Evans. 1994. Penatalaksanaan Gizi pada Pasien TB Paru. Depkes RI.

http://blogspot.com/2010/11/penatalaksanaan-gizi-pada-pasien-tb.html.

Diakses pada tanggal 16 Oktober 2012.

Ferry. 2006. Tanggung Jawab Rumah Sakit Menyangkut Pemberian Diet Terhadap Pasien Rawat Inap Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Suatu Penelitian Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh). Skripsi Program Studi Ilmu Hukum. Fakultas Hukum Universitas Syiah kuala Darussalam-Banda Aceh.

Hartono, Andry, 2000, Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Irman Somantri, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

John E. Stark dkk, 1990. Manual Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Bina rupa Aksara, Jakarta.

Karyadi, Muhilai. 1992. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Made, Wiryana. 2007. Nutrisi pada Penderita Sakit Kritis. Cermin Dunia kedokteran. Volume 8, no.2 diakses 14 juli 2012.

Marsetyo H. dkk. 1990. Ilmu Gizi (Kolerasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja). Rineka Cipta, Jakarta.

Mayasari Sianturi, Veronika. 2011. Skripsi. Analisis Diet Pada Pasien Pascabedah Sectio caesarea di RSUD Sidikalang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Mustamin, dkk. Asupan Diet TKTP Dan Status Gizi Pasien Kusta Di RS. DR.

Tadjuddin Chalid Makassar. 2010. Media Pangan Gizi Volume IX Edisi I.

Moehyi, Sjahmien. 1997. Pengaturan Makanan dan Diet Untuk Penyembuhan Penyakit. Gramedia Pustaka Utama, Pelembang.

Path, dkk. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Propel Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan. 2013.

Retnani, Anandi. 2007. Hubungan Asupan Makanan Dari Rumah Sakit Dengan Perubahan Status Gizi Pada Pasien Demam Tifoid Di Rumah Sakit.

Undergraduate thesis, Program Studi Ilmu Gizi universitas Diponegoro.

Riama, L, 2012. Skripsi. Status Gizi Pasien Rawat Inap Yang Mendapat Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) di RSU Swadana Daerah Tarutung.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Sherry, L. B, 2012. Skripsi. Analisis Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Suandi, 1997, Diet pada anak sakit, EGC , Jakarta.

Syamsiatun, dkk. 2004. Hubungan Status Gizi Awal dengan Status Gizi Pulang dan Lama Rawat Inap Pasien Dewasa di Rumah Sakit. Jurnal Gizi Klinik Volume 1 no. 1 diakses pada tanggal 14 Juli 2012.

Untaro, R. 2003. Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis. Depkes RI Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat diakses pada tanggal 14 Juli 2012.

Usman, 2008, http://gizikom.wordpress.com/2008.05/03apa-sudah-waktunya-terapkan-ncp/.Diakses tanggal 5 Agustus 2012.

Daftar Ketenagaan Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Polu Brayan Tahun 2012

Sumber: Profil Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan, 2012 No

Karakteristik Pasien Penderita TB Paru dalam 1 Bulan Nama Pendidikan Jabatan Status

Daftar Pasien Penderita TB Paru Dengan Diet TKTP I Yang Di Rawat Inap di RS Martha Friska Pulo Brayan Dalam 1 Bulan

Sumber: Rekam Medik Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan, 2012

No

Karakteristik Pasien Penderita TB Paru dalam 1 Bulan Nama pasien Umur Jenis Kelamin Kelas

Kandungan Zat Gizi Setiap Frekuensi Makan Diet TKTP I Dalam Hitungan Satu Hari Penyajian Pada Setiap Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas I, II, III Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan

Jumlah

Pasien II

Pasien IV Sumber: Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan 2012

Menu Dalam Satu Hari Penyajian Diet TKTP Pada Pasien TB Paru Di RUmah Sakit Martha Friska Pulo Brayan

Kelas I : Pasien I Tn. S (Lk)/47 Tahun Jenis Makanan Berat Kandungan

Energi

Kelas I : Pasien II Tn. J (Lk)/52 Tahun Jenis

Makanan Berat Kandungan Energi

Kelas I : Pasien III Tn. Y (Lk)/33 Tahun Jenis Makanan Berat Kandungan

Energi

Kelas I : Pasien IV Tn. I (Lk)/41 Tahun Jenis Makanan Berat Kandungan

Energi

Kelas II : Pasien I Nn. R (Pr)/36 Tahun

Kelas II : Pasien I Nn. R (Pr)/36 Tahun

Dokumen terkait