• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian

1. Karekter Anak

Beberapa karakteristik anak yang mempengaruhi pola pengasuhan adalah:

a. Usia: Semakin bertambahnya usia anak, interaksi antara orang tua- anak berubah. Sewaktu bayi, tugas orang tua adalah memberi makan, mengganti pakaian, memandikan,

menenangkan. Selama masa prasekolah, orang tua memperluas teknik kedisiplinan terhadap anak termasuk penawaran, instruksi, isolasi, hukuman, dan ganjaran. Selama masa usia sekolah, orang tua mendorong anak untuk lebih bertaggung jawab terhadap tingkah laku mereka, termasuk membuat keputusan dan menanggung konsekuensinya. Selama masa remaja, orang tua mengalami konflik potensial dengan anak yang dapat diselesaikan dengan diskusi, pemecahan masalah kolaboratif, dan kompromi.

b. Temperamen: Temperamen merupakan kombinasi karakteristik bawaan yang menentukan sensitivitas individual pada berbagai pengalaman dan tanggung jawab pada pola interaksi sosial. Walaupun temperamen individual ditentukan saat lahir, faktor lingkungan memiliki peran penting untuk menentukan gaya tingkah laku dapat dimodifikasi. Temperamen orang tua juga berpengaruh. Temperamen orang tua mempengaruhi pola pengasuhan dan bagaimana mereka merespon terhadap tingkah laku anak.

c. Gender: Orang tua menyediakan lingkungan sosialisasi yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuan. Mereka memberikan nama, pakaian, dan mainan yang berbeda. Tipe permainan yang dilakukan juga berbeda. Orang tua mendorong anak perempuan agar lebih tergantung, penuh kasih sayang,

dan emosional. Sedangkan laki-laki, semakin bertambah usianya, semakin mendapatkan kebebasan yang lebih dibandingkan yang didapat anak perempuan.

d. Adanya ketunaan: Adanya ketunaan pada anak dapat mempengaruhi pola pengasuhan orang tua. Reaksi orang tua terhadap diagnosis bermacam-macam. Reaksi umum yang ditimbulkan adalah marah, yaitu marah kepada Tuhan, lingkungan, dokter, diri sendiri, dan pasangannya. Masyarakat mengharapkan orang tua menyayangi anaknya. Saat orang tua mengalami perasaan negatif terhadap kelahiran anak, umumnya orang tua merasa bersalah. Tidak dapat menerima perasaannya atau menolak, orang tua dapat menyalahkan diri mereka sendiri dalam mengalami emosi yang tidak sesuai dengan orang tua yang baik.

2. Karakteristik Keluarga (Konteks)

a. Jumlah Saudara: Antara orang tua dan anak dipengaruhi jumlah anak dalam keluarga semakin banyak jumlah anak, lebih banyak interaksi yang terjadi dalam keluarga, tetapi interaksi tersebut kurang individual. Orang tua dari keluarga yang besar, terutama dengan lingkungan rumah yang sempit dan ekonomi terbatas, cenderung lebih otoriter dan lebih sering menggunakan hukuman fisik dan kurang menjelaskan peraturan mereka dibandingkan keluarga kecil.

b. Konfigurasi: Sejumlah penelitian meunjukan bahwa perlakuan terhadap anak pertama dan anak bungsu berbeda, meski dalam usia yang sama. Anak pertama memperoleh perhatian, kasih sayang, dan stimulus verbal yang lebih dibandingkan anak lain. Mereka juga lebih disiplin dan dibantu orang tua.

c. Kemampuan Coping dan Stres: Orang tua yang merasa lelah, khawatir, atau sakit dan yang merasa kehilangan kontrol dari kehidupannya sering merasa tidak sabar. Hal ini dapat menimbulkan stres. Namun, tidak semua tekanan menyebabkan disfungsi dalam keluarga. Tipe stressor, keperibadian dan hubungan dalam keluarga serta dukungan sosial mempengaruhi kemampuan orang tua untuk mengatasi tekanan tersebut.

d. Lingkungan Sosial: Lingkungan sosial ini mencakup mikrosistem, misalnya anak dengan ibu, dengan tetangga, dan teman sekolah yang berhubungan secara langsung. Mensosistem, seperti teman anak dengan orang tua yang berhubungan secara tidak langsung melainkan melalui anak. Ekosistem dimana lingkungan yang tidak secara langsung mempengaruhi, seperti lingkungan kerja orang tua menpengaruhi anak. Makrosistem, seperti kebiasaan, budaya, kondisi Negara, dan sebagainya.

e. Status Ekonomi dan Sosial: Hal ini mencakup pendidikan orang tua, pendapatan, dan pekerjaan orang tua. Hal-hal yang

berhubungan dengan pekerjaan memiliki hubungan dengan pengasuhan seperti bagaimana orang tua membagi konsentrasi dan mengatasi stress.

f. Dukungan Sosial: Hal ini mencakup pendapat masyarakat mengenai tindakan orang tua terhadap anak. Dukungan sosial yang diberikan termasuk dukungan emosional, dukungan instrumental, seperti bantuan dan saran, serta model pangasuhan.

3. Karekteristik Orang Tua

a. Kepribadian: Orang dewasa berbeda dalam tingkat kedewasaan, tenaga, kesabaran, intelegensi, dan sikap. Hal ini mempengaruhi sensitivitas terhadap kebutuhan anak, serta kemampuan mengatasi tuntutan sebagai orang tua.

b. Sejarah Perkembangan Orang tua: hal ini termasuk masa kanak-kanak mereka yang mempengaruhi pola pengasuhan yang mereka terapkan. Saat mereka menjadi orang tua, mereka cenderung menerapkan pola yang mereka dapatkan kepada anak mereka.

c. Kepercayaan dan Pengetahuan: Orang tua memiliki ide masing-masing dalam mengasuh anak dan hal ini termasuk menambah pengetahuan mengenai anak lewat buku, diskusi, serta pengalaman dengan anak.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh yaitu keluarga memberikan hubungan sosial dan lingkungan yang penting pada proses pembelajaran mengenai manusia, situasi, dan keterampilan. Dalam keluarga yang memegang peranan penting adalah orang tua. Pengasuhan orang tualah yang mempengaruhi pembelajaran tersebut.

B. Perkembangan Emosi 1. Pengertian Emosi

Menurut Crow (Fatimah, 2010:104) emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan pada fisik seseorang. Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan pada fisik seseorang, seperti:

a. Reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona b. Peredaran darah bertambah cepat bila marah

c. Denyut jantung bertambah bila terkejut d. Bernapas panjang kalau kecewa

e. Pupil mata membesar bila marah

f. Air liur mongering bila takut atau tegang

g. Pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang h. Otot menjadi tegang atau bergetar

i. Komposisi darah berubah dan kelenjar lebih aktif\ j. Bulu roma berdiri kalau takut

Menurut Goleman (Ali dan Asrori, 2015:63) emosi merujuk kepada makna yang paling harfiah, yang memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Chaplin (Safaria dan Eka, 2012:12) dalam dictionary

of psychology mendefinisikan “Emosi sebagai suatu keadaan yang

terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku”. Ditambahkan Chaplin (Ali & Asrori, 2015:62) “Membedakan emosi dengan perasaan dan mendefinisikan perasaan (feeling) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun bermacam-macam keadaan jasmaniah”. Sedangkan menurut Mudjiran, (2007:95) emosi adalah “Suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, muak, haru, cinta”. Biasanya emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan dan surut dalam waktu yang singkat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan emosi adalah respon terhadap suatu rangsangan yang menyebabkan perubuhan fisiologis disertai perasaan yang kuat dalam bentuk tingkah laku.

Dokumen terkait