BIOGRAFI USTADZ SOFIYUDIN BIN FADLI ZAEN, KARYA-KARYANYA DAN METODE BERFIKIRNYA
B. Karya-Karya Ustadz Sofiyuddin bin Fadli Zaen
Semua buah karya beliau tidak diterbitkan dipenerbitan umum karena keterbatasan saran dan prasaran, yang serta terbatas karya-karya beliau adalah sebagai berikut:
7. Mencari Diri Menemui Ulahi diterbitkan oleh Pondok Pesantren Nurul
Ihsan, Karya Mukti XII, Peninjauan. OKU Sumatra Selatan, 1999
2. Rahasia H uruf Hijaiyah diterbitkan oleh Pondok Pesantren Nurul Ihsan,
Karya Mukti XII, Peninjauan, OKU Sumatra Selatan, 1999
3. Selamat Tinggal Manusia, Kami Kembali Kelangit diterbitkan oleh
Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Karya Mukti XII, Peninjauan, OKU Sumatra Selatan, 2001
4. Satria Paningit Tumbal Negara diterbitkan oleh Pondok Pesantren Nurul
Ihsan, Karya Mukti XII, Peninjauan, OKU Sumatra Selatan, 2001
5. Bisakah ke Allah, Sebuah Perjalanan di Bawah Puing-Puing ke Kufur an
diterbitkan oleh Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Karya Mukti XII, Peninjauan, OKU Sumatra Selatan, 2002
6. Sajak-Sajak Buat Tuhan diterbitkan oleh Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Karya Mukti XII, OKU Sumatra Selatan, 2004
7. Syair Buat Pengantin Baru dan Pengantin Lama diterbitkan oleh Pondok
Pesantren Nurul Ihsan, Karya Mukti XII, OKU Sumatra Selatan, 2005
C. Metode Berfikirnya
Ustadz Sofiyuddin mempunyai metode berfikir yang unik, beda dengan tokoh-tokoh yang lain, kemerdekaan kebebasan merupakan salah satu cara yang paling menonjol, dalam mendidik anak didiknya untuk mengantarkan mereka menuju terbentuknya pribadi muslim yang mengenal dirinya dan kebenaran yang mereka yakini, sehingga anak didiknya terlatih untuk berlatih dan tenis berlatih dalam berbenah, kreatif, aktif, produktif, sampai pada penemuan diri mereka masing-masing.16 Beliau lebih cenderung pada hal yang bersifat hakikat, non formal, artinya dengan berfikir mendalam
9
terhadap fenomena kenyataan yang terjadi di dunia khususnya pada negeri tercinta ini. Memahami Islam tidak hanya dengan zhohimya saja namun Islam dipahami secara mendalam baik dari sisi dhohir dan batin; dhohir syariat dilaksanakan dengan baik batin nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran syariat, beliau menggabungkan pribadi Islam yang kaffah dengan Aqidah (tauhid) syariat (fiqih) dan ahlak (tasawuf) ketiganya digabung menjadi satu dalam pribadi muslim.17
16Amin Syarifuddin, op. cit., him. 1
Bebas tapi berprinsip pada ajaran Islam, sulit tapi tidak dipersulit, mudah tapi jangan dipermudah, tegas tapi tidak kaku, lentur tapi tidak kabur, tengah dan sedang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan itulah beberapa ungkapan beliau dalam menyikapi masalah-masalah yang berkembang. Beliau menyikapi suatu masalah sangat kritis “contoh” dalam hal pendidikan beliau berkata:
’’Ilmu-ilmu yang diajarkan disemua lembaga pendidikan, khususnya yang umum berinti pada untuk membina, mengkader, dan mengarahkan siswa serakah dan cinta dunia serta ingkar pada Allah. Rasulullah dengan tegas mengatakan “barang siapa yang mencari ilmu 1S karena mengharap dunia maka diharamkan menghirup udara surga”.
Jika yang teijadi demikian maka umat Islam telah jelas menghina Rasulullah, dan sekarang sulit untuk menerima kebenaran ajaran Islam karena dalam hati umat Islam sudah tumbuh syirik yang halus.19
Rasulullah mengajarkan pada para shahabat untuk mentauhidkan Allah dengan benar dan berakhlak mulia. Hal ini bisa terlihat hasil pendidikan beliau yang melahirkan pribadi-pribadi yang dapat dicontoh untuk mengembang tugasnya sebagai hamba Allah dan Kholifatullah Fil Ardl, padahal kenyataan yang teijadi adalah perlawanan dengan apa yang di bawa oleh Rasulullah.
Setiap individu satu sama lain diciptakan berbeda, sehingga menyebabkan adanya berbedaan nilai dan tujuan, jika akal lemah berfikir kreatif maka dia akan cenderung pada prilaku hina cenderung pada dunia dan
k
]SIbid., him. 9
,9Sofiyuddin bin Fadli Zaen, Satria Paningit Tumbal Negara, Ponpes Nurul Ihsan, Karya Mukti XII, Peninjauan, OKU, Sumatra Selatan, 2001, him. 28
Islam ibarat sebuah kehidupan bebas dalam kemutlakan yang suci dan fungsinya selamanya hanya mengatur subyek penganut (manusia) jadi tergantung pada manusianya bagaimana. Islam selamanya tetap suci, jaya, teijaga sebagai aturan Allah dan Aliahlah yang akan menjaganya.
Pengakuan diri sebagai umat Islam dengan ditandai dengan ketaatan beribadah yang banyak namun masih kuat kecenderungan dan keserakahan terhadap dunia maka akan menghantarkan diri hina dihadapan Allah.21 Tidak adanya kepedulian umat Islam sekarang merupakan cerminan bobroknya pendidikan hal ini disebabkan pondasi tauhid sebagai dasar pendidikan Islam untuk dijadikan pegangan hidup rapuh bahkan tidak dibangun, yang akhirnya menyebabkan terpuruknya kondisi (krisis) yang tidak ada jalan keluar kecuali dibangun lagi dengan kootniksi yang sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam melaksanakan Islam hams dilaksanakan secara total baik lahir maupun batin sehingga diri manusia mau tunduk dan berserah diri pada Allah dengan mengikuti Rasulullah. Jika ada sebagian unsur yang tidak dimasuki maka akan menyebabkan pribadi keluar dari Islam, karena tujuan penciptaan manusia memang hanya mengabdi kepada Allah :
(0*\ : ol> j\
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.22
i
21 Amin Syarifuddin, loc. cit.
Islam ibarat sebuah kehidupan bebas dalam kemutlakan yang suci dan fungsinya selamanya hanya mengatur subyek penganut (manusia) jadi tergantung pada manusianya bagaimana. Islam selamanya tetap suci, jaya, teijaga sebagai aturan Allah dan Aliahlah yang akan menjaganya.
Pengakuan diri sebagai umat Islam dengan ditandai dengan ketaatan beribadah yang banyak namun masih kuat kecenderungan dan keserakahan terhadap dunia maka akan menghantarkan diri hina dihadapan Allah.21 Tidak adanya kepedulian umat Islam sekarang merupakan cerminan bobroknya pendidikan hal ini disebabkan pondasi tauhid sebagai dasar pendidikan Islam untuk dijadikan pegangan hidup rapuh bahkan tidak dibangun, yang akhirnya
menyebabkan terpuruknya kondisi (krisis) yang tidak ada jalan keluar kecuali
dibangun lagi dengan kontmksi yang sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam melaksanakan Islam harus dilaksanakan secara total baik lahir maupun batin sehingga diri manusia mau tunduk dan berserah diri pada Allah dengan mengikuti Rasulullah. Jika ada sebagian unsur yang tidak dimasuki maka akan menyebabkan pribadi keluar dari Islam, karena tujuan penciptaan manusia memang hanya mengabdi kepada Allah :
(0*\ t
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.22
k
2'Amin Syarifuddin, loc. cit.
Islam selalu mendorong para pengikutnya untuk memelihara pribadi dari syirik dan keraguan, menerapkan kepasrahan dan kecintaan pada Allah dengan menyebarkan kasih sayang dan kedamaian pada sesama mahluk. Islam bagai perahu keselamatan yang akan membawa seseorang yang sanggup mentaati norma-norma didalamnya, menuju pertemuan dengan Allah.
"Pendidikan, Islam sekarang memang jaya dalam pandangan lahir dari TK sampai PT berdiri dimana-mana diseluruh dunia pesantren dan lembaga lainnya tumbuh subur dan berkembang pesat. Namun hancur dalam alam rohani, karena kontruksi yang dibangun salah, dan tujuan yang keliru, sehingga lembaga-lembaga yang ada hanya melahirkan pribadi yang sombong dan ingkar Allah, serta serakah terhadap dunia.23
Ustadz Sofiyuddin lebih mengutamakan substansi bukan formalitas substansi Islam adalah kasih sayang, kedamaian, ketentraman, amanah, dan nilai-nilai luhur semuanya, bukan sekedar ibadah formal. Walau sholat, puasa, haji, zikir, namun tidak peduli terhadap fakir miskin dan orang-orang lemah maka Islamnya menipu dan sekarang ini teijadi. “Pegang teguh syariat, dan
0
tonjolkan ahlak" 24 25 Dengan demikian ada keseimbangan dan dengan keseimbangan akan membentuk kedamaian. Percuma kamu ibadah jika dengan orang susah kamu tidak peduli, karena sebaik-baik orang adalah orang yang paling peduli dan bermanfaat bagi orang lain.
23Sofiyuddin bin Fadli Zaen, Satria Paningit Tumbal Negara, Ponpes Nurul Islam, Karya Mukti, Peninjauan, OKU, Sumsel, 2002, him. 3
24Amin Sarifiiddin, loc. cit.
Keyakinan, ilmu, pemahaman, pengamalan, begitulah seharusnva kita
dalam berislam, dan juga dalam kehidupan, termasuk juga pendidikan dan
inilah yang paling penting. Jika tujuan pendidikan hanya berorientasi pada
pencapaian kepuasan dunia maka tunggulah kehancurannya. Karena jika ingin
selamat kuncinya maka tujuan pendidikan harus dikembalikan pada
pembentukan pribadi yang taat dan cinta pada Allah, secara total dalam keyakinan dan kepasrahan yang tercermin dalam terjalinnya hubungan baik dengan mahluk dan ketaatan penuh pada Allah dan Rasul.26
Dalam Islam kedudukan niat sangat penting sampai niat baik saja udah dapat pahala (kebaikan) satu, disisi lain jika niatnya ielek (keliru) maka
amalan baik dan banyak tetap tertolak. Ustadz Sofiyuddin juga menekankan
niat pengabdian kepada Allah dan mengikuti contoh Rasulullah semata dalam
setiap perbuatan apapun disetiap langkah kehidupan, misal pada saat kita buang air, meludah, sisi, membuang sisa-sisa makanan dianjurkan untuk memberi makan pada binatang yang ada di bawah tanah, tidak boleh membuang air panas di tanah, karena takut kalau-kalau menyakiti hewan yang ada di bawah tanah, sebagai bukti kasih sayangnya Allah kepada mahluk lewat manusia, maka manusia yang baik adalah manusia yang disetiap perbuatannya mencerminkan sifat-sifat Allah Tuhannya. Dan jika seseorang sudah bisa meniatkan seluruh perbuatannya untuk Allah, otomatis semua perbuatannya merupakan ibadah pengabdian kepada Rabbnya.
(^
^
j
^
<
5
j J?
oJ j*
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,2
Ayat di atas menjelaskan pengakuan seorang hamba yang beriman yang menyerahkan seluruh kehidupannya pada Allah.Orang yang ingin memahami Islam harus memahami Islam (berislam) sesuai dengan Islamnya Rasulullah, 27 28 jika tidak maka yang terjadi adalah “penguburan" dan “pengkaburan” terhadap sunnah Rasul, dan yang rtfereka menganut (mengikuti) Islam berdasarkan atas keumuman kebanyakan orang (khaknak umum), padahal Islam yang mumi haruslah berdasarkan Islamnya Rasulullah Islam selalu mementingkan pada pembenahan hati dan mental si^aya tidak cenderung pada dunia, walau dia mempunyai pangkat, harta, dan krdudnkaw. tetapi dia menggunakan pada jalan yang benar sebagai sarana ketaatan pada Allah dan Rasulullah. Kasih sayang pada sesama, peduli pada si papa, menyembunyikan ibadah khusus pada Allah, kesetiaan dan pengorbanan menjadi perilaku Rasulullah, namun sekarang nilai-nilai seperti ini kian hari kian tampak kabur dan hilang karena manusia lupa pada panutan utamanya.
Dalam memegang syariat umat Islam harus kukuh dan tegas sesuai dengan garis-garis ketentuan yang telah ada, dengan penerapan yang bijaksana sesuai dengan pemahaman seseorang terhadap Islam, yaitu sebagaimana
k firman-Nya:
27Departemen Agama RI., op.cit., him. 216 28Amin Syarifuddin, op.cit., him. 14
“Allah tidak akan membebani hamba kecuali sesuai dengan 29
kemampuannya ... .”
Dengan sikap arif bijaksana dalam penerapan hukum Islam merupakan bukti bahwa hukum Islam itu luwes sesuai dengan kondisi perkembangan zaman.
Dalam dunia pendidikan beliau menekankan adanya kesamaan tujuan antara siswa dengan guru yaitu sama-sama ingin membentuk-pribadi pengabdi kepada Allah dengan mengikuti contoh Rasul, keihlasan antara kedua pihak merupakan syariat dalam keberhasilan belajar menuju terbentuknya pribadi muslim. Guru membimbing murid dengan keihlasan penuh hanya mengharap ridho Allah, kasih sayang terbuka, baik sangka, kreatif, aktif produktif, memberi contoh yang baik sehingga muritpun akan bisa diarahkan guna mencapai tujuan pendidikan. Kita tidak boleh kaku dalam berislam karena dengan kekakuan akan berakhir pada pengakuan bahwa dirinya yang paling benar, beliau menegaskan, dalam pendidikan yang terpenting adalah pemberian pondasi tauhid pada anak, ini bisa diusahakan pada usia 0 sampai 6 tahun.29 30 Disinilah peran seorang ibu kemudian anak belajar yang lain. Dengan demikian jika ada suatu pengaruh baru yang masuk ke dalam diri anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai tauhid. Dan secara otomatis akan bisa
29Departemen Agama RI., o p .c ithim. 72 30Wawancara Pribadi, 15-06-05
menyaring, yang pada ahimya akan melahirkan generasi yang beriman kuat
dan berahlak mulia.
Pondasi bangunan pendidikan harus ditata seperti bangunan gedung,
pondasi (cakar ayam), cor dasar, bata, sampai dinding, begitu juga dengan
pendidikan pertama pendidikan aqidah, syariat, ahlak (tasawuf). Setelah
bangunan jadi dengan pondasi yang kuat maka Insya Allah akan bertahan walau diterpa angin badai dan sebagainya, seperti halnya pendidikan setelah anak dibekali dengan aqidah yang kuat, penanaman ahlak yang mulia, maka mau diberi ilmu apapun dia pasti akan dapat menyaring mana yang sesuai dengan kebenaran Islam dan yang tidak, kemudian jika pandai dalam bidang teknologi ia akan gunakan kejalan Allah, pedagang, jujur, pemimpin yang adil Han apapun kemampuan yang dia miliki akan ia gunakan untuk bekal dalam peijalanan ke Allah.31
PANDANGAN USTADZ SOFIYUDDIN BIN FADLI ZAEN DAN PARA