• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM PADA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 428 PK / Pdt / 2009

A. Kasus Posisi

Sengketa perdata yang menjadi fokus dalam tesis ini terkait wasiat dan pembagian hartaadalah putusan sengketa perdata yang memiliki relevansi dengan masalah pelaksanaan balik nama waris yang melanggar hak dan kedudukan ahli waris dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 428 PK/ Pdt / 2009. Secara garis besar, kedudukan para pihak dalam putusan tersebut dirinci dalam skema berikut ini :

1. Dalam perkara ini, Penggugat I adalah istri almarhum S. Siburian yang merupakan anak ke 10 (sepuluh) dari almarhumC. Siburian dan almarhumahR.Br . Sianturi. C. Siburianmeninggal pada 19 April 1982, dari R. Br. Sianturi meninggal pada 22 Juni 1984. C. Siburian semasa hidupnya dikenal dengan gelar Oppu Ruslan. Oppu Ruslan tersebut memiliki 10 (sepuluh) orang anak, yaitu :

a. Sm. Siburian

b. A. Siburian (Almarhum) c. H. Siburian (Almarhum) d. W. Siburian (Almarhum) e. O. Siburian (Tergugat I ) f. B. Siburian (Almarhum) g. J. Br . Siburian

h. P. Siburian (Almarhum)

i. T. Siburian (Almarhum)

j. S. Siburian (Almarhum, suami Penggugat I dan ayah Penggugat II) Almarhum S. Siburianmenikah dengan S. Br. Situmorang (Penggugat I) dan memperoleh 5 (lima) orang anak, yaitu:

a. A. Siburian (Penggugat II ) b. N. Br. Siburian

c. R. Siburian d. C. Br. Siburian e. E. Siburian

2. Obyek sengketa adalah berupa sebidang tanahpertapakan seluas kurang lebih 375 M2, dahulu di atas sebagiantanah tersebut berdiri rumah milik Oppu Ruslan, yang terletak di Simpang Salak, Kelurahan Batang Beruh,Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi. Rumah tersebut seluas 135 M2 yang terdaftar pada Sertifikat HakMilik No. 20/Batang Beruh atas nama C. Siburian.Sebidang tanah pertapakan yang dahulunya adalah rumah tinggal keluarga besar dari yangbergelar Oppu Ruslan.

Menurut keterangan dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 428 PK/ Pdt / 2009, rumah tempat tinggal yang bergelar Oppu Ruslantersebut pada tanggal 13 Agustus 1980 habisterbakar dan kemudian dibangun kembali denganbangunan semi permanen dari hasil swadaya dan sumbangan masyarakat. Pada saat acara syukuran setelah rumah tersebut selesai dibangun, Oppu Ruslan mengumpulkan keluarga dan kerabat, kemudian Oppu Ruslan menyatakan dihadapan keluarga dan kerabat

bahwa ia menyerahkan rumah yang telah dibangun kembalitersebut menjadi hak milik dari almarhum S. Siburiansebagai anak bungsuatau siapudan. Setelah yang bergelar Oppu Ruslan kedua- duanyameninggal dunia, antara tahun 1990-1994 rumah tersebut yang saat inimenjadi sengketa terbakar lagi hingga habis.

3. Posisi kasus dalam penelitian tesis ini dimulai ketika semasa hidupnya almarhum S. Siburian dan S. Br. Situmorang (Penggugat I) adalah Pegawai Negeri Sipil dengan mempunyai 5 (lima) orang anak yangmenjadi tanggung jawabnya, berada dalam kondisi hidup yangpas-pasan sehingga tidak memungkinkan untuk sering-seringmengunjungi serta membangun kembali tanah pertapakan yangkosong karena terbakar tersebut, jadi tanah pertapakan itudibiarkan kosong.

Tanpa sepengetahuan dan persetujuan para penggugat,secara melawan hukum dan melawan hak, Tergugat I mendirikanbangunan tempat berusaha di atas tanah pertapakan kosong yang saat ini jadi obyek sengketa. Kemudian diketahui, ternyata Tergugat I mengalihnamakan pemegang hak atas Sertifikat Hak Milik No. 20 yang semula atas namaC.

Siburian menjadi atasnama O. Siburian (Tergugat I). Pengalih namaan Sertifikat Hak Milik tersebut dilakukan Tergugat I dengan cara melawan hak dan melawan hukum,yaitu Tergugat I melalui orang yang disuruhnya membuatSurat Keterangan Ahli Waris tertangga l8 April 1991 yang turutdisaksikan dan dibenarkan oleh Kepala Kelurahan Batang Beruhdan dikuatkan oleh Camat Sidikalang, yang isinya menyatakan bahwa

O.Siburian (Tergugat I) adalah satu-satunya anak kandung dari C. Siburian dan R. Br. Sianturi.

Semasa hidupnya almarhum S. Siburian dansetelahnyapun para Penggugat telah berulang kali bermusyawarahdengan Tergugat I baik secara langsung maupun denganmelibatkan sanak keluarga termasuk tetua-tetua masyarakatsetempat, namun Tergugat I tidak bersedia mengosongkan danmenyerahkan pertapakan yang saat ini jadi obyek sengketakepada para Penggugat. Upaya musyawarah yang dilakukan selalu gagal, maka cara terakhir yang dapat ditempuh oleh para Penggugat adalah dengan mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Sidikalang. Untuk mengantisipasi tindakan Tergugat I yang secara nyata berusaha untuk menjual atau mengalihkan objek sengketa kepada pihak lain, maka para Penggugat memohon agar objek sengketa diletakkan sita jaminan sehingga gugatan yang diajukan para Penggugat tidak sia-sia.

4. Istri dan anak almarhum S. Siburian mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Sidikalang. Para Penggugat mengajukan gugatan yang isinya yaitu:

a. Memohon agar Pengadilan Negeri Sidikalang meletakkan sita revindi catoir beslag atassebidang tanah dan segala benda tuntutan yang menjadi objek sengketa.

b. Menyatakan batal demi hukumSurat Keterangan Waris yang dibuat oleh Tergugat I tertanggal 8 April 1991, dan segala surat yang ditimbulkan dari padanya.

c. Menyatakan pencatatan pengalihan kepemilikan atas Sertifikat Hak Milik No. 20 / Batang Beruh yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Sidikalang(Tergugat II) atas permohonanTergugat I berikut segala hak yang timbul dari padanya sebagai perbuatan melawan hukum dan melawan hak, oleh karenanya cacat hukum dan tidak mengikat.

d. Menyatakan bahwa tanah obyek sengketa seluas lebih kurang 375M2 yang terletak di Simpang Salak,Kelurahan Batang Beruh, Kecamatan Sidikalang, KabupatenDairi, adalah hak milik waris almarhum S.

Siburian in casuparapara Penggugat.

Setelah sidang berjalan, akhirnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sidikalang memberikan putusan yang tercatat dalam Putusan Pengadilan Negeri Sidikalng No. 10/Pdt.G/2006/PN.Sdk tertanggal 2 Agustus 2006.

Isi dari putusan tersebut adalah menolak semua isi gugatan, alias para Penggugat kalah.

5. Hasil putusan Pengadilan Negeri Sidikalang tersebut tidak memuaskan para Penggugat. Oleh karena itu para Penggugat mengajukan Banding ke Pengadilan Tinggi Medan, dengan permohonan banding yang hampir sama dengan isi gugatan di Pengadilan Negeri Sidikalang.Kemudian Pengadilan Tinggi Medan memberikan putusan yang tercatat dalam Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.259/Pdt/2006/PT.Mdntertanggal 18 Januari 2007, dengan isi putusan yaitu menguatkan amar Putusan PengadilanNegeri Sidikalng No. 10/Pdt.G/2006/PN.Sdk tertanggal 2 Agustus 2006.

6. Pada tingkat banding,para Penggugat kembali kecewa dengan hasil putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan. Oleh sebab itu para Penggugat melanjutkan proses hukum selanjutnya yaitu Kasasi ke Mahkamah Agung.Kemudian Mahkamah Agung memberikan putusan yang tercatat dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 1089 K/Pdt /2007tertanggal 26 Pebruari 2008,dengan isi putusan yaitu menolak permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi.

7. Upaya hukum terakhir tetap ditempuh yaitu peninjauan kembali yang diajukan pada tanggal 26 Pebruari 2008, dan diberitahukan kepada para Pemohon Kasasi/para Penggugat pada tanggal 10 Nopember 2008, kemudian terhadapnya oleh para Pemohon Kasasi/para Penggugat diajukan permohonan PeninjauanKembali secara lisan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sidikalang pada tanggal 27 Januari 2009.Permohonan tersebut disertai dengan alasan-alasannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sidikalang pada tanggal 27 Januari2009. Hasil dari Peninjauan Kembali yang tercatat dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 428 PK/ Pdt/ 2009 tertanggal 01 April 2011, adalah menolak permohonan Peninjauan Kembali dari Para Pemohon Peninjauan Kembali. Alasan Mahkamah Agung menolak permohonan Peninjauan Kembali tersebut karena keberatan-keberatan yang diajukan oleh para Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dibenarkan, sebab bukti baru yang diajukan sudah pernah diajukan sebagai bukti dalam pemeriksaan judex facti. Menurut Mahkamah Agung, alasan-alasan para

Pemohon Peninjauan Kembali hanya berupa pendapat pribadi saja tentang siapa yang paling berhak atas objek sengketa tersebut.

KRONOLOGIS KASUS Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 428 PK/ Pdt / 2009

Objek sengketa terbakar dan di bangun kembali dengan hasil swadaya dan sumbangan masyarakat.

13 Agustus 1980

Wasiat lisan dilakukan saat acara syukuran.

28 Agustus 1980

objek sengketa terbakar lagi dan dibiarkan dengan keadaan kosong

1990 - 1994

TERGUGAT I secara Melawan Hukum membangun rumah dan melakukan proses Balik nama terhadap objek sengketa ke atas nama TERGUGAT I

Dengan dasar Surat Keterangan Ahli Waris waris tertanggal 8 April 1991, diketahui Lurah dan dikuatkan oleh Camat, yang berisi bahwa Tergugat I adalah satu-satunya anak kandung C. Siburian

Musyawarah diadakan dengan pihak keluarga almarhum S. Siburian atau PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II

PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II , memasukkan gugatan terhadap Objek Sengketa tersebutKe Pengadilan Negeri

Hasil Gugatan PEGGUGAT dari Pengadilan Negeri hingga Putusan Peninjauan Kembali tetap Kalah.