Skor
P1 P2
Kolmogorov – Smirnov Z 0, 473 0,774
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,979 0,588
Uji Kolmogorov – Smirnov untuk data kelompok 1 (kategori gambar tata ruang supermarket baik – gambar tata ruang supermarket buruk) terlihat
dan 0,588. Probabilitas 0,979 > 0,05 dan probabilitas 0,588 > 0,05. Oleh karena itu
al.
Hasil Uj 2
Kelompok 2 (Kategori B)
bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) 0,979
Ho diterima dan Hi ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi pada kelompok 1 adalah norm
Tabel 7
i Normalitas kelompok
Skor
P1 P2
Kolmogorov – Smirnov Z 0, 733 0,360
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,655 0,999
Uji Kolmogorov – Smirnov untuk data kelompok 2 (kategori gambar tata ruang supermarket buruk – gambar tata ruang supermarket baik) terlihat bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) 0,655 dan 0,999. Probabilitas 0,655 > 0,05 dan probabilitas 0,999 > 0,05. Oleh karena itu Ho diterima dan Hi ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi pada kelompok 2 adalah normal.
3.
wa tingkat signifikansi untuk
4.
Uji hipotesis mayor dilakukan dengan Paired Sample t – test
menggunakan SP kukan :
Tab
Hasil Uji Hipotesis Mayor Skor Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil uji Levin’s test, diperoleh bah
perlakuan 1 adalah 0,149 dan tingkat signifikansi untuk perlakuan 2 adalah 0,543. Dengan demikian probabilitas 0,149 > 0.05 dan 0,543 > 0,05 sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kedua varian adalah homogen. Artinya sampel yang digunakan mempunyai varians yang sama.
Uji Hipotesis
SS 15.0 for Windows. Hasil dari uji yang dila
el 8 mpok 1 mpok 2 Kelo Kelo t 9,517 -7,453 Sign. (2-tailed) .000 .000 P1 P2 P1 P2 Mean 50,06 29,12 37,29 56,76
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, harga t untuk kelompok 1 = 9,517 dengan taraf signifikansi p < 0,05. Harga t untuk kelompok 2 = (-7,453) dengan taraf signifikansi p < 0,05. Tanda negatif pada harga t untuk kelompok 2 menunjukkan bahwa perlakuan 1 nilainya lebih kecil daripada perlakuan 2. Harga t untuk kelompok 1 dan 2 menunjukkan bahwa hipotesis
yang
pok 1 P2 dan kelompok 2 P1. Hal ini menunjukkan bahwa tata ruang rket yang baik memiliki skor
keputus sumen
pada tata ruang supermarket yang tida
Uji hipotesis minor juga dilakukan dengan Paired e t – test
mengg .0 for Windows. H ri uji hipotes or :
Tabel 9
Hasil Uji Hipotesis Minor (Pencahayaan) Skor
menyatakan persepsi pada tata ruang supermarket mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli barang diterima.
Selain itu, nilai mean untuk P1 kelompok 1 dan P2 kelompok 2 lebih tinggi daripada nilai mean pada kelom
superma
an konsumen yang lebih tinggi daripada skor keputusan kon k baik.
Sampl
unakan SPSS 15 asil da is min
Kelompok 1 Kelompok 2
t 7,194 -5,721
Sign. (2-tailed) .000 .000
P1 P2 P1 P2
Mean 19,59 13,00 15,06 22,76
Harga t untuk kelompok 1 = 7,194. Harga t untuk kelompok 2 = (-5,721) dengan taraf signifikansi p < 0,05. Tanda negatif pada harga t untuk kelompok 2 menunjukkan bahwa perlakuan 1 nilainya lebih kecil daripada perlakuan 2. Harga t untuk kelompok 1 dan 2 menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada perbedaan antara pencahayaan terang dan pencahayaan gelap terhadap keputusan konsumen dalam membeli barang diterima.
Nilai mean pada tabel di a jukkan bahwa pencahayaan terang
(kelompok 1 P1 dan an konsumen yang
lebih tinggi daripada skor keputusan konsumen pencahayaan gelap (kelom k 1 P2 dan kelompok 2 P1).
Tabel 1
Hasil Uji Hipotesis Minor (Ruang rak dan Display barang) ko
tas menun
kelompok 2 P2) memiliki skor keputus pada po 0 S r Kelompok 1 Kelompok 2 t 4,442 -3,197 Sign. (2-tailed) .000 .006 P1 P2 P1 P2 Mean 10,00 6,12 7,65 10,71
Harga t untuk kelompok 1 = 4,442. Harga t untuk kelompok 2 = (-3,197) dengan taraf signifikansi p < 0,05. Tanda negatif pada harga t untuk kelompok 2 menunjukkan bahwa perlakuan 1 nilainya lebih kecil daripada perlakuan 2. Harg
enunjukkan bahwa ruang rak luas dan
display barang unik (kelompok 1 P1 dan kelompok 2 P2) memiliki skor keputusan konsumen yang da skor keputusan konsumen p
a t untuk kelompok 1 dan 2 menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada perbedaan antara ruang rak luas, display barang unik dan ruang rak sempit, display barang biasa terhadap keputusan konsumen dalam membeli barang diterima.
Nilai mean pada tabel di atas m
lebih tinggi daripa
ada ruang rak sempit dan display barang biasa (kelompok 1 P2 dan kelompok 2 P1).
Tabel 11
Hasil Uji Hipotesis Minor (Warna) Skor Kelompok 1 Kelompok 2 t 8,353 -5,570 Sign. (2-tailed) .000 .000 P1 P2 P1 P2 Mean 20,41 9,76 15,06 23,00
dengan taraf signifikansi p < 0,05. Tanda negatif pada harga t untuk kelompok 2 menunjukkan bahwa perlakuan 1 nilainya lebih kecil daripada perlakuan 2. Harga t untuk kelom
menyatakan ada perbedaan antara tata ruang supermarket yang berwarna dan tata ruang supermarket yang tidak berwarna / monochromatic terhadap keputusan konsumen dalam membeli barang diterima.
Nilai mean pada tabel di atas menunjukkan bahwa tata ruang supermarket yang berwarna (kelompok 1 P1 dan kelompok 2 P2) memiliki skor keputusan konsumen yang lebi
konsumen pada tata warna / monochromatic
(kelompok 1 P2 dan kelompok 2 P1).
E. Pembahasan
Pada uji hipotesis di atas, dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa persepsi pada tata ruang supermarket mempengaruhi keputusan konsumen
Harga t untuk kelompok 1 = 8,353. Harga t untuk kelompok 2 = (-5,570)
pok 1 dan 2 menunjukkan bahwa hipotesis yang
h tinggi daripada skor keputusan ruang supermarket yang tidak ber
untuk membeli barang diterima. Pernyataan ini berarti persepsi pada tata ruang supermarket mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli barang. Hasil penelitian ini sangat menguatkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Bell (1999) yang memaparkan bahwa komponen dalam sebuah toko dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk berbelanja. Selain itu penelitian ini juga menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Thang & Tan (2003) yang memaparkan bahwa stimulus eksternal yang ada pada sebuah toko dapat
i proses perilaku konsumennya. Hal ini sekaligus membuktikan pat
ka , 1986).
h dilakukan, diperoleh n
mempengaruh
bahwa keputusan konsumen dipengaruhi oleh lokasi dan keadaan toko tem konsumen a n membeli barang (Asri
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang suda data dalam be tuk grafik sebagai berikut :
Grafik 1
Hasil Eksperimen Kelompok 1
0 50 150 100 200 250 300 350 PT-PG RRLDBU-RRSDBB B-M kategori A kategori B
Grafik 2
Hasil Eksperimen Kelompok 2
0 50 100 150 200 250 300 400 350 PG-PT RRSDBB-RRLDBU M-B kategori B kategori A Keterangan : PG = Pencahayaan Gelap
RRLDBU = Ruang rak luas, Display barang unik PT = Pencahayaan Terang
RRSD
B = Berwarna (full – colour)
Kategori B = pencahayaan gelap – ruang rak sempit – display barang biasa – BB = Ruang rak sempit, Display barang biasa
M = Monochromatics (tidak full – colour)
Kategori A = pencahayaan terang – ruang rak luas – display barang unik – berwarna.
monochromatics.
Grafik 1 dan 2 menunjukkan bahwa kategori A memiliki skor yang lebih tinggi daripada kategori B. Pencahayaan terang skornya lebih tinggi daripada pencahayaan gelap. Ruang rak luas dan display barang unik memiliki skor yang lebih tinggi daripada ruang rak sempit dan display barang biasa. Berwarna juga memiliki skor yang lebih tinggi daripada monochromatic. Skor yang tinggi pada
indikator – indikator di atas menunjukkan bahwa subjek penelitian memberikan nilai tinggi untuk gambar tata ruang supermarket yang pencahayaannya terang, ruang rak luas, display barang unik, dan berwarna.
Pencahayaan terang lebih tinggi skornya daripada pencahayaan gelap pada grafik 1 dan 2. Hal ini menunjukkan bahwa pencahayaan terang dalam supermarket membuat konsumen memutuskan untuk membeli barang. Konsumen mampu menangkap stimulus cahaya terang yang ada di dalam supermarket. Hal ini membuat konsumen melihat barang – barang yang ada di sekelilingnya, sehingga ia dapat memutuskan untuk membeli barang yang dilihat. Persepsi konsumen terhadap pencahayaan terang inilah yang membuatnya memutuskan untuk membeli barang. Namun, apabila pencahayaan yang ada dalam supermarket terlalu terang, konsumen akan dengan cepat melintasi daerah tersebut sehingga ia kurang dapat beraktivitas secara optimal (Peter, 2000).
memiliki penglihatan yang spesifik untuk ketinggian, lebar, dan Grafik 1 dan 2 menunjukkan skor ruang rak luas dan display barang unik lebih tinggi daripada skor ruang rak sempit dan display barang biasa. Artinya, konsumen cenderung memutuskan untuk membeli barang ketika ia berada di dalam sebuah supermarket yang memiliki ruang rak luas dan display barang unik daripada ruang rak yang sempit dan display barang biasa. Ruang rak yang luas lebih banyak dipilih oleh konsumen sebagai tempat yang nyaman untuk membuat keputusan membeli barang atau tidak. Hal ini dikarenakan konsumen dapat leluasa melewati tiap rak sehingga ada kenyamanan bagi mereka untuk melihat – lihat barang yang ingin mereka beli (Peter, 2000). Menurut Forgus (1966), bagian retina manusia
kedal
en untuk membeli barang daripada display barang biasa. Hal ini sekal
erung memutuskan untuk membeli barang ketika ia berada di se
aman suatu tempat. Ketiga stimulus ini akan dipersepsi sebagai tempat yang nyaman atau tidak. Ruang rak supermarket yang luas merupakan salah satu contoh stimulus jenis lebar suatu tempat yang dilihat secara spesifik oleh retina mata sebagai tempat yang nyaman. Oleh karena itu, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ruang rak luas, sebagai tempat yang nyaman, dapat membuat konsumen memutuskan untuk membeli barang yang ditawarkan. Sedangkan sebuah display
barang yang unik dapat membuat konsumen tidak mudah melupakan apa yang ia lihat (Forgus, 1966). Display barang unik yang tidak mudah dilupakan ini membuat konsumen tertarik untuk melihat-lihat barang yang disajikan. Grafik 1 dan 2 juga menunjukkan bahwa display barang unik lebih mempengaruhi keputusan konsum
igus membuktikan pendapat Peter (2000) yang mengatakan bahwa konsumen memutuskan untuk membeli barang ketika barang tersebut disajikan dalam bentuk
display yang unik.
Sebuah ruangan yang berwarna akan mampu mempengaruhi store image
dari sebuah pusat perbelanjaan dan mampu mengarahkan perilaku konsumennya (Joel & Evans, 1998). Grafik 1 dan 2 menunjukkan bahwa skor keputusan konsumen dalam sebuah ruangan yang berwarna lebih tinggi daripada skor keputusan konsumen dalam sebuah ruangan monochromatic. Hal ini menandakan bahwa konsumen cend
buah supermarket dengan tata ruang yang berwarna. Sebaliknya, konsumen cenderung memutuskan untuk tidak membeli barang ketika mereka berada di
sebuah supermarket dengan ruangan monochromatic (meminimalisir warna/tidak
full colour).
Pada grafik 1 dan 2 juga dapat dilihat indikator dari tata ruang supermartket yang memiliki peluang besar untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli baran
a. Perbedaan yang cukup kstrem antara berwarna dan monochromatic menunjukkan bahwa warna
emiliki pengaruh yang kuat untuk membuat konsumen memutuskan membeli arang atau tidak.
Selain beberapa hal di atas, grafik 1 dan 2 juga menunjukkan bahwa eputusan konsumen untuk membeli barang masih dipengaruhi oleh beberapa dikator dari kategori B. Beberapa subjek dalam penelitian ini masih memilih encahayaan gelap, ruang rak sempit, display barang biasa, dan ruangan yang
onochromatic sebagai tata ruang supermarket yang dapat mempengaruhi eputusan konsumen untuk membeli barang. Hal ini terlihat dari grafik pada ategori B yang memiliki nilai > 0. Walaupun indikator kategori B ini juga mempengaruhi keputusan konsumen pengaruhnya tidak lebih besar dari indikator kategori A.
g. Indikator pencahayaan dan berwarna / monochromatic memiliki perbedaan yang cukup mencolok antara kategori A dan kategori B. Perbedaan grafik pada pencahayaan terang dan pencahayaan gelap yang cukup ekstrem menunjukkan bahwa indikator pencahayaan memiliki pengaruh yang kuat untuk membuat konsumen memutuskan membeli barang ketika mereka berada dalam sebuah supermarket. Begitu pula dengan indikator warn
e m b k in p m k k , namun
Pemilihan kategori B ini dipengaruhi oleh faktor keputusan konsumen yaitu faktor ga
me ket pad
ket dengan supermarket yang biasa
mereka k per dal me seb jug
ya hidup (Berman & Evans, 1998). Beberapa subjek penelitian yang milih gambar tata ruang supermarket dari kategori B sebagai pertimbangan ika mereka akan membuat keputusan. Hal ini karena mereka sering berbelanja
a sebuah supermarket dengan kondisi seperti pada kategori B. Oleh karena itu ika mereka dihadapkan gambar yang sesuai
unjungi, mereka akan memutuskan untuk membeli barang.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sepsi pada tata ruang supermarket dapat mempengaruhi keputusan konsumen am membeli barang. Indikator pencahayaan terang dan ruangan yang berwarna miliki pengaruh yang kuat untuk membuat konsumen membeli barang dalam uah supermarket. Selain itu, ruang rak yang luas dan display barang yang unik a mempengaruhi konsumen untuk membeli barang.
BAB V