• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III 34 Kecamatan Nama Sunga

6. Kawasan Budidaya

A

A.. KKaawwaassaannPPeerruunnttuukkaannHHuuttaannPPrroodduukkssii

Kawasan peruntukan hutan produksi dimaksudkan untuk menyediakan komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk keperluan industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi dari kerusakan akibat pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali.

Kawasan budidaya hutan produksi, dibedakan menjadi hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat dikonversi. Kawasan peruntukan Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam. Kawasan peruntukan Hutan Produksi Tetap (HP) adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam dan hutan tanaman. Sedangkan kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi (HOK) adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi perkembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain.

Tabel 3.13. Klasifikasi Kawasan Hutan Produksi

No. JENIS

KAWASAN DEFINISI KRITERIA

1 Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT)

Kawasan yang dipergunakan bagi hutan produksi terbatas, dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih dan tanam

Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapang, jenis tanah, curah hujan yang mempunyai nilai skor 125-174 di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan konversi lainnya (SK Mentan No. 683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/11/1980)

2 Kawasan Hutan Produksi Tetap

Kawasan yang diperuntukan bagi produksi tetap dinamis eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau habis dan tanam

Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapang, jenis tanah, curah hujan yang mempunyai nilai skor 124/kurang di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan konversi lainnya (SK Mentan No. 683/Kpts/Um/8/1981dan

837/Kpts/Um/11/1980) 3 Kawasan Hutan

Produksi Konversi

Kawasan hutan yang bilamana diperuntukkan dapat dialihgunakan

Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapang, jenis tanah, curah hujan yang mempunyai nilai skor 124/kurang di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan hutan produksi konversi lainnya (SK Mentan No. 683/Kpts/Um/8/1981dan 837/Kpts/Um/11/1980)

BAB III - 43

Seperti halnya pada kawasan lindung, penetapan kawasan hutan produksi di Kabupaten Solok harus memperhatikan arahan penetapan kawasan peruntukan hutan produksi yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Barat 2009-2029. Sebaran dan arahan penetapan kawasan hutan produksi di Kabupaten Solok berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Barat 2009-2029, dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 3.14. Rencana Luas dan Usulan Perubahan Luas Kawasan Hutan Produksi

di Kabupaten Solok Peruntukan Hutan Produksi Luas Awal Menurut SK Menhut No 422 Tahun 1999 (Ha)

Luas Akhir Menurut Usulan Perubahan/ Rencana RTRW (Ha) Perubahan Luas (Ha) Persentase Perubahan (%) Hutan Produksi Terbatas (HPT) 13.461 12.078 -3.383 -21,88 Hutan Produksi Tetap (HP) 9.075 3.505 -3.570 -61,38 Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) 12.697 11.443 -1.254 -9,87

Sumber :Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya (Hutan Produksi) RTRW Provinsi Sumbar 2009-2029

Dengan menggunakan acuan penetapan sebaran dan luas lahan hutan produksi yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Barat 2009-2029 tersebut, serta dengan memperhatikan hasil dari analisis kesesuaian lahan, maka rencana peruntukan luas lahan untuk kawasan hutan produksi di Kabupaten Solok menurut wilayah kecamatan, dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.

Tabel 3.15. Luas Rencana Kawasan Hutan Produksi Menurut Kecamatan di Kabupaten Solok Tahun 2030 (dalam Ha)

No KECAMATAN Luas Kawasan Hutan Produksi Total %

HP HPK HPT

1 Bukik Sundi 1.633,87 1.633,87 6,05 2 Danau Kembar 158,51 158,51 0,59 3 Gunung Talang 365,71 365,71 1,35 4 Hiliran Gumanti 52,42 52,42 0,19 5 IX Koto Sungai Lasi 474,17 3.336,77 370,96 6.181,90 22,87 6 Junjung Sirih 0,00 0,00 7 Kubung 94,77 984,21 1.078,98 3,99 8 Lembah Gumanti 240,43 3.360,81 3.601,24 13,33 9 Lembang Jaya 48,54 48,54 0,18 10 Pantai Cermin 0,42 0,42 0,00 11 Payung Sekaki 393,20 2.094,85 3.498,63 7.986,68 29,55 12 Tigo Lurah 635,85 2.794,76 3.430,61 12,69 13 X Koto Diatas 1.093,81 1.393,30 2.487,11 9,20 14 X Koto Singkarak 0,00 0,00 TOTAL 3.504,99 11.443,00 12.078,00 27.025,99 100

BAB III - 44

Penetapan kawasan hutan produksi ditujukan untuk mewujudkan kawasan hutan produksi yang dapat memberikan manfaat :

a. Mendorong peningkatan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;

b. Mampu meningkatkan fungsi lindung, menjaga keseimbangan tata air dan lingkungan serta pelestarian kemampuan sumberdaya hutan;

c. Mampu menjaga kawasan lindung terhadap pengembangan kawasan budidaya;

d. Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan, meningkatkan pendapatan daerah, dan meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar hutan;

e. Meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan industri pengolahannya dan meningkatkan ekspor; atau

f. Mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat sekitar hutan.

B

B.. KKaawwaassaannPPeerruunnttuukkaannPPeerrttaanniiaann

Pada dasarnya kawasan peruntukan pertanian mencakup kawasan pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan holtikultura. Penetapan kawasan peruntukan pertanian diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan pertanian yang dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. memelihara dan meningkatkan ketahanan pangan;

b. meningkatkan daya dukung lahan melalui pembukaan lahan baru untuk pertanian tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, palawija, kacang- kacangan, dan umbi-umbian) hortikultura, dan pendayagunaan investasi; c. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta

kegiatan ekonomi sekitarnya;

d. meningkatkan upaya pelestarian dan konservasi sumber daya alam untuk pertanian serta fungsi lindung;

e. menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat;

f. meningkatkan pendapatan daerah;

g. mendorong perkembangan industri hulu dan hilir melalui efek kaitan;

h. mengendalikan adanya alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian agar keadaan lahan tetap abadi;

i. melestarikan nilai sosial budaya dan daya tarik kawasan perdesaan; dan/atau j. mendorong pengembangan sumber energi terbarukan.

Peruntukan kawasan pertanian di Kabupaten Solok, dapat diklasifikasikan menjadi pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering dengan kriteria seperti pada tabel berikut:

BAB III - 45

Tabel 3.16. Klasifikasi Peruntukan Kawasan Pertanian

No. JENIS

KAWASAN DEFINISI KRITERIA

1 Kawasan Pertanian Lahan Basah Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan lahan basah dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis.

Ketinggian <1000 m dpl kecuali lahan yang sudah ditanami tanaman tahunan dan tidak mengganggu kelestarian tanah dan air

Mempunyai sistem dan atau potensi pengembangan pengairan dan drainase

Kemiringan tanah <30 % kecuali jenis tanah regosol, litosol, rezina, dan organosol dengan kemiringan <15 %

Kedalaman efektif tanah >30 cm

Bukan daerah kritis/bahaya lingkungan beraspek geologi seperti daerah patahan aktif, erosi dan longsoran 2 Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan yang diperuntukan bagi lahan kering untuk tanaman palawija, dan hortikultura atau tanaman tahunan

Ketinggian <1000 m dpl kecuali lahan yang sudah ditanami tanaman tahunan dan tidak mengganggu kelestarian tanah dan air

Nilai skor fisik wilayah <125

Kemiringan tanah <40 % kecuali jenis tanah regosol, litosol, rezina, dan organosol dengan kemiringan <15 %

Kedalaman efektif tanah >30 cm

Mempunyai tipe iklim A, B1, B2, C2 atau D2 menurut Oldeman

Bukan Daerah kritis/bahaya lingkungan: daerah longsoran, patahan aktif, daerah krisis erosi permukaan

Sumber: Keppres No 57 Tahun 1989 tentang Kawasan Budidaya

Rencana pengembangan budidaya pertanian, baik itu pertanian lahan basah maupun lahan kering dan hortikultura, diarahkan untuk pemanfaatan secara intensif sebagai tanaman pangan pada lahan-lahan yang belum dimanfaatkan dan tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Solok. Adapun rencana pengembangan kawasan pertanian lahan basah serta pertanian lahan kering dan hortikultura di Kabupaten Solok dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.17. Luas Rencana Kawasan Peruntukan Pertanian Menurut Kecamatan di Kabupaten Solok Tahun 2030

No KECAMATAN Kawasan Pertanian Total % Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering & hortikultura 1 Bukik Sundi 7.070,41 1.578,09 8.648,50 6,67 2 Danau Kembar 25,80 496,00 521,80 0,40 3 Gunung Talang 3.775,20 3.729,10 11.504,30 8,87 4 Hiliran Gumanti 1.520,96 3.213,46 6.734,42 5,19 5 IX Koto Sungai Lasi 549,89 7.324,20 7.874,09 6,07

BAB III - 46 No KECAMATAN Kawasan Pertanian Total % Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering & hortikultura 6 Junjung Sirih 63,35 94,40 157,76 0,12 7 Kubung 3.321,65 2.373,89 7.695,55 5,94 8 Lembah Gumanti 81,50 18.940,86 19.022,36 14,67 9 Lembang Jaya 4.003,55 2.819,11 6.822,65 5,26 10 Pantai Cermin 5,33 11.924,43 11.929,77 9,20 11 Payung Sekaki 651,69 19.090,89 19.742,59 15,23 12 Tigo Lurah 1.162,03 8.073,68 9.235,72 7,12 13 X Koto Diatas 766,64 6.816,07 7.582,71 5,85 14 X Koto Singkarak 3.520,38 8.640,91 12.161,29 9,38 TOTAL 30.518,39 99.115,10 129.633,50 100,00

Sumber: Hasil Rencana, 2010

Dengan memperhatikan hasil dari analisis kesesuaian lahan di Kabupaten Solok, alokasi ruang untuk lahan pertanian lahan kering dan hortikultura relatif lebih besar dibandingkan pertanian lahan basah. Hingga tahun 2030, luas rencana pengembangan untuk pertanian lahan kering dan hortikultura mencapai 99.115,10 Ha, sedangkan untuk pertanian lahan basah mencapai 30.518,39 Ha.

Dari rencana pengembangan tersebut, dapat dilihat bahwa alokasi peruntukan untuk kawasan pertanian yang cukup besar ada di Kecamatan Payung Sekaki dengan luas mencapai 19.742,77 Ha atau sekitar 15,23%, diikuti oleh Kecamatan Lembah Gumanti dengan luas mencapai 19.022,65 Ha atau sekitar 14,67 % dari total luas rencana lahan pertanian yang akan dikembangkan hingga tahun 2030 di Kabupaten Solok.

C

C.. KKaawwaassaannPPeerrttaanniiaannLLaahhaannBBaassaahh

Sebaran pengembangan kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Solok mencakup seluruh wilayah kecamatan dengan luas rencana mencapai 30.518,39 Ha. Berdasarkan data BPS, luas lahan sawah yang sudah diusahakan menurut jenis pengairannya tahun 2008 baru mencapai 23.555 Ha. Terdapat selisih luas lahan 6.963,39 Ha yang dapat dikembangkan menjadi lahan sawah baru.

Rencana pengembangan kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Solok hingga tahun 2030, dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.18. Luas Rencana Kawasan Pertanian Lahan Basah Menurut Kecamatan di Kabupaten Solok Tahun 2030

No KECAMATAN Luas (Ha) %

1 Bukik Sundi 7.070,41 23,17 2 Danau Kembar 25,80 0,08 3 Gunung Talang 3.775,20 18,92 4 Hiliran Gumanti 1.520,96 4,98

BAB III - 47

No KECAMATAN Luas (Ha) %

5 IX Koto Sungai Lasi 549,89 1,80 6 Junjung Sirih 63,35 0,21 7 Kubung 3.321,65 17,44 8 Lembah Gumanti 81,50 0,27 9 Lembang Jaya 4.003,55 13,12 10 Pantai Cermin 5,33 0,02 11 Payung Sekaki 651,69 2,14 12 Tigo Lurah 1.162,03 3,81 13 X Koto Diatas 766,64 2,51 14 X Koto Singkarak 3.520,38 11,54 TOTAL 30.518,39 100,00

Sumber: Hasil Rencana, 2010

Berdasarkan tabel tersebut, rencana pengembangan kawasan pertanian lahan basah yang relatif besar luasannya meliputi Kecamatan Bukik Sundi (7.070,41 Ha) , diikuti oleh Kecamatan Gunung Talang dan Kecamatan Kubung, masing-masing seluas 3.775,20 Ha dan 3.321,65 Ha.

D

D.. KKaawwaassaannPPeerrttaanniiaannLLaahhaannKKeerriinngg

Untuk pengembangan pertanian lahan kering, sebaran lahannya meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Solok, dengan luasan mencapai 99.115,10 Ha. Kecamatan Payung Sekaki dan Kecamatan Lembah Gumanti merupakan kecamatan dengan luasan rencana kawasan pertanian lahan kering terbesar, yaitu mencapai 19.090,89 untuk Kecamatan Payung Sekaki dan 18.940,86 Ha untuk Kecamatan Lembah Gumanti.

Tabel 3.19. Luas Rencana Kawasan Pertanian Lahan Kering dan Hortikultura Menurut Kecamatan di Kabupaten Solok Tahun 2030

No KECAMATAN Luas (Ha) %

1 Bukik Sundi 1.578,09 1,59 2 Danau Kembar 496,00 0,50 3 Gunung Talang 3.729,10 5,78 4 Hiliran Gumanti 3.213,46 5,26 5 IX Koto Sungai Lasi 7.324,20 7,39 6 Junjung Sirih 94,40 0,10 7 Kubung 2.373,89 2,40 8 Lembah Gumanti 18.940,86 19,11 9 Lembang Jaya 2.819,11 2,84 10 Pantai Cermin 11.924,43 12,03 11 Payung Sekaki 19.090,89 19,26 12 Tigo Lurah 8.073,68 8,15 13 X Koto Diatas 6.816,07 6,88 14 X Koto Singkarak 8.640,91 8,72

BAB III - 48

No KECAMATAN Luas (Ha) %

TOTAL 99.115,10 100,00

Sumber: Hasil Rencana, 2010

E

E.. KKaawwaassaannPPeerrttaanniiaannHHoorrttiikkuullttuurraa

Hortikultura merupakan produk andalan bagi Kabupaten Solok, dengan produksi terbesarnya ada di Kecamatan Lembah Gumanti. Jenis tanaman hortikultura terdiri dari tanaman sayur–sayuran dan buah–buahan.Tanaman sayur-sayuran yang menjadi komoditi utama adalah kentang, kubis, bawang merah, tomat dan cabe. Daerah sentra produksi tanaman sayur-sayuran yaitu Kecamatan Gunung Talang, Lembang Jaya, Danau Kembar dan Lembah Gumanti. Kecamatan Junjung Sirih, Kubung dan Pantai Cermin merupakan sentra produksi bawang merah dan cabe.

Tanaman buah-buahan yang menjadi komoditi utama Kabupaten Solok adalah markisa, alpokat, durian, jeruk dan pisang. Kecamatan yang merupakan sentra produksi markisa dan alpokat adalah Kecamatan Payung Sekaki, Lembang Jaya, Gunung Talang, Danau Kembar, Lembah Gumanti dan Pantai Cermin

Berdasarkan potensi pengembangannya, kawasan peruntukan hortikultura akan diarahkan untuk dikembangkan di sekitar daerah Sungai Nanam (Kecamatan Lembah Gumanti) yang sekaligus juga sebagai sentra agropolitan sebagai salah satu kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.

F

F.. KKaawwaassaannPPeerruunnttuukkaannPPeerrkkeebbuunnaann

Kawasan perkebunan di Kabupaten Solok dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing memiliki prospek ekonomi cepat tumbuh. Menurut jenis komoditasnya, pengembangan perkebunan meliputi kopi, kakao, karet, pala, cengkeh, kayu manis dan lain-lain. Adapun produk unggulan bidang perkebunan yang mendukung ekonomi kerakyatan yaitu : (1) Kopi; (2) Kakao; (3) Karet; (4) Cengkeh. Keempat komoditi unggulan tersebut sangat potensial dikembangkan di Kabupaten Solok, karena iklim di daerah Solok sangat mendukung untuk tanaman tersebut ditambah sangat diminati oleh para pertani.

Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan dengan pemanfaatan potensi lahan yang memiliki kesesuaian untuk perkebunan, berada pada kawasan budidaya, dan menghindarkan timbulnya konflik pemanfaatan lahan dengan kawasan lindung, kawasan hutan produksi tetap dan produksi terbatas, kawasan industri, dan kawasan permukiman.

Rencana pengembangan kawasan perkebunan diarahkan pada seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Solok dengan luasan mencapai 22.894,37 Ha. Luasan terbesar untuk rencana pengembangan kawasan perkebunan terdapat di Kecamatan X Koto Diatas, dengan luas mencapai 10.258,37 Ha atau sekitar 44,81% dari total luas rencana untuk pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Solok hingga tahun 2030, seperti pada tabel berikut.

BAB III - 49

Tabel 3.20. Luas Rencana Kawasan Perkebunan Menurut Kecamatan di Kabupaten Solok Tahun 2030

No Kecamatan Luas (Ha) %

1 Kec. Bukik Sundi 40,35 0,18

2 Kec. Danau Kembar 139,15 0,61

3 Kec. Gunung Talang 6.758,95 29,52

4 Kec. Hiliran Gumanti 24,77 0,11

5 Kec. IX Koto Sungai Lasi 194,55 0,85

6 Kec. Junjung Sirih 209,58 0,92

7 Kec. Kubung 500,11 2,18

8 Kec. Lembah Gumanti 1.070,15 4,67

9 Kec. Lembang Jaya 285,35 1,25

10 Kec. Pantai Cermin 81,43 0,36

11 Kec. Payung Sekaki 927,48 4,05

12 Kec. Tigo Lurah 764,64 3,34

13 Kec. X Koto Diatas 10.258,37 44,81

14 Kec. X Koto Singkarak 1.639,49 7,16

TOTAL 22.894,37 100,00

Sumber: Hasil Rencana, 2010

G

G.. KKaawwaassaannPPeerruunnttuukkaannPPeerriikkaannaann

Rencana pengembangan peruntukan perikanan di Kabupaten Solok diarahkan pada budidaya perikanan air tawar dan juga perikanan tangkap perairan danau. Budidaya ikan air tawar terdiri dari budidaya perikanan sungai, danau, telaga, kolam, dan sawah serta pembibitan ikan. Jenis ikan budidaya yang dikembangkan antara lain ikan garing, mas, nila, nilem, mujair, kulari, patin, baung, gabus, dan ikan betok.

Alokasi ruang untuk pengembangan kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Solok disesuaikan sesuai potensi dari masing-masing kecamatan yang ada, diantaranya:

1. Pengembangan kegiatan budidaya ikan di sawah di Kecamatan X Koto Singkarak, Kubung, Bukit Sundi dan Gunung Talang. Kegiatan ini banyak dilakukan pada areal persawahan yang berpengairan setengah teknis dan teknis.

2. Pengembangan kegiatan budidaya ikan karamba di Kecamatan Bukit Sundi dan Kubung. Untuk budidaya ikan karamba jaring apung diarahkan untuk dikembangkan di Danau Diatas Nagari Simpang Tanjuang Nan IV Kecamatan Danau Kembar.

3. Pengembangan kegiatan budidaya budidaya ikan di kolam air deras di Kecamatan X Koto Singkarak dan sebagian kecil di Kecamatan Lembang Jaya. 4. Pengembangan kegiatan budidaya ikan di saluran irigasi di Kecamatan Junjung

Sirih, X Koto Singkarak, Lembang Jaya, Bukit Sundi dan Kubung.

Sedangkan usaha kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Solok lebih banyak dilakukan di perairan danau terutama di danau Singkarak, Danau Diatas dan Danau

BAB III - 50

Dibawah. Kegiatan ini lebih banyak dilakukan jika dibandingkan dengan kegiatan penangkapan ikan di perairan sungai. Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Solok banyak dilakukan di sepanjang nagari yang dilewati oleh Batang Lembang. Kegiatan penangkapan ikan di sungai biasanya dilakukan untuk kebutuhan sehari-hari. Jenis penangkapan ikan di danau umumnya jenis ikan bilih, paweh/nilem, mas dan nila serta ikan lainnya.

H

H.. KKaawwaassaannPPeerruunnttuukkaannPPeerrttaammbbaannggaann

Pengembangan sektor pertambangan di Kabupaten Solok dihadapkan pada kenyataan bahwa di satu sisi keberadaan akan sumberdaya tambang seperti emas, perak, batubara, bijih besi cukup melimpah guna meningkatkan pendapatan daerah, namun pada sisi lain keberadaan sumberdaya tambang tersebut pada kawasan hutan lindung maupun hutan produksi. Oleh karena itu pengembangan sektor pertambangan ini di masa mendatang harus dapat menjawab tantangan bagaimana pengembangan sektor pertambangan bisa diintensifkan tanpa menimbulkan permasalahan dengan peraturan perundangan yang berlaku dan harus dipatuhi.

Kondisi geologi dan topografi Kabupaten Solok yang dominan berupa perbukitan dan pegunungan menempatkan keberadaan sebaran sumberdaya mineral umumnya berada di kawasan hutan lindung dan sedikit yang dijumpai di kawasan hutan produksi maupun hutan konversi sehingga memerlukan kehati-hatian dalam proses eksploitasi dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku selain juga secara teknis memperhatikan kondisi wilayah tersebut dengan adanya keterbatasan aksesibilitas karena belum adanya infrastruktur penopang eksploitasi tersebut.

Pengembangan kawasan pertambangan diarahkan untuk pengelolaan potensi sumber daya alam secara berimbang dan berkelanjutan dengan memprioritaskan aspek keseimbangan ekosistem dan pelestarian lingkungan hidup.

Potensi sumberdaya mineral di Kabupaten Solok tercatat tidak kurang dari 104 bahan galian, yang mencakup bahan galian golongan b dan c dengan besaran potensi dari mulai terindikasi hingga terukur, akan tetapi mayoritas data yang ada hingga sekarang adalah hanya teridikasi saja. Berdasarkan sebaran bahan pertambangan di Kabupaten Solok maka dapat dibagi ke dalam dua usaha pertambangan, yaitu :

1. Bahan galian batubara

2. Bahan galian mineral, meliputi:

a. Mineral logam, yang terdiri atas:Emas, Tembaga, Perak, Mangan, Timah Hitam, Biji besi, Air Raksa

b. Mineral bukan logam, terdiri atas: Pasir besi, Belerang, Feldspar, Fosfat, Tawas c. Batuan, meliputi: Batu Gamping/Batu Kapur, Dolomit, Marmer, Granit, Andesit dan Basalt, Batu Apung (Pumice), Batu Tulis (Slate),Obsidian, Perlit, Trass, Kaolin, Lempung/Tanah Liat (clay), Rijang, Oker, Pasir Kuarsa

BAB III - 51

Disamping itu bagian wilayah Kabupaten Solok juga termasuk dalam rencana wilayah pertambangan minyak dan gas bumi blok Bukit Barisan Barat Daya (Blok Singkarak),

serta Panas Bumi (geothermal). Penetapan kawasan pertambangan diharapkan dapat

memberikan manfaat diantaranya:

a. meningkatkan produksi pertambangan dan mendayagunakan investasi;

b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;

c. tidak mengganggu fungsi lindung; dan memperhatikan upaya pengelolaan kemampuan sumber daya alam;

d. meningkatkan pendapatan masyarakat; dan meningkatkan pendapatan daerah e. menciptakan ke empatan ke a dan kesejahteraan masyarakat

BAB III - 52

BAB III - 53

I

I.. KKaawwaassaannPPeerruunnttuukkaannPPeerrmmuukkiimmaann

Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan, dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan diupayakan tidak melakukan peralihan fungsi terhadap lahan pertanian teknis. Kawasan peruntukan permukiman harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, serta tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Kriteria dari pengembangan kawasan permukiman, diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3.21. Kriteria Pengembangan Ruang Kawasan Permukiman Klasifikasi

Permukiman Kriteria Kawasan Pengembangan Ruang

Permukiman perkotaan

• Kemiringan lereng relatif landai 0 -15 % • Tidak pada daerah

banjir

• Tidak pada daerah resapan air

• Tersedia air baku yang cukup

• Bebas dari bahaya gangguan setempat • Aksesibiltas dan

sirkulasi transportasi baik

• Tidak berada pada daerah rawan gempa • Berorientasi langsung

ke jalan arteri/kolektor • Berada dekat dengan

pusat kota

• Dapat dibangun akomodasi pariwisata perkotaan serta sarana sosial ekonomi sesuai kebutuhan • Pemanfaatan air tanah dalam/sumur bor harus

memperoleh izin Gubernur

• Pembangunan perumahan skala besar diwajibkan menyediakan lahan kuburan sesuai peraturan daerah, minimum 5% dari luas areal

• Pengembangan permukiman perkotaan harus didasarkan penataan sistem prasarana dasar

• Sistem Prasarana Drainase:

Koefisien pengaliran permukaan (run off) tidak lebih dari 25 % pada lereng atau tanah yang peka terhadap erosi harus ada rekayasa teknis sehingga kekeruhan drainase tidak mencapai 50 ppm Si02

Harus mempertimbangkan badan sungai yang ada sebagai saluran penerima

Perhitungan drainase berdasarkan banjir 10 tahunan

• Air Bersih

Pengambilan air baku diutamakan dari air permukaan

Untuk meningkatkan recharge air tanah dianjurkan membuat sumur resapan terutama pada tanah yang stabil dan mempunyai daya serap tinggi

Perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata 100 liter/orang/hari

Permukiman perdesaan

• Ketinggian <1000 m dpl kecuali lahan yang sudah ditanami tanaman tahunan dan tidak mengganggu

Diperkenankan adanya bangunan:

• Penelitian pengembangan petanian lahan basah dengan KDB maksimum 5 %

• Bangunan yang menunjang fungsi kawasan/kegiatan utama untuk kepentingan umum

BAB III - 54

Klasifikasi

Permukiman Kriteria Kawasan Pengembangan Ruang

kelestarian tanah dan air • Mempunyai sistem dan/ potensi pengembangan pengairan dan drainase • Kemiringan tanah <30 % kecuali jenis tanah regosol, litosol, rezina, organosol dg kemiringan <15 % • Kedalaman efektif tanah >30 cm • Bukan daerah kritis/bahaya lingkungan geologi (daerah patahan aktif, erosi dan longsoran

• Jalan sesuai dengan kebutuhan

• Permukiman perdesaan dan pariwisata/agrowisata memiliki kepadatan maksimum 5 rumah/Ha dan KDB maksimum 5%

Sumber: RTRW Kabupaten Solok Tahun 2012-2031

Pengembangan kawasan permukiman diarahkan untuk mendukung pengembangan pusat-pusat kegiatan dan pusat pelayanan yang tersebar sebagaimana Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten. Rencana kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Solok hingga tahun 2030, terdiri atas permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Guna mendukung perwujudan struktur ruang wilayah , maka sebaran kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Solok dikembangkan seperti pada tabel berikut

Tabel 3.22. Pengembangan Kawasan Permukiman pada Pusat-pusat Kegiatan di Kabupaten Solok hingga Tahun 2030

No Kecamatan Pusat Kegiatan Fungsi/Peran Klasifikasi permukiman

1 Gunung Talang Arosuka PKL Permukiman Perkotaan Talang PPK Permukiman Perkotaan

Kayu Jao Lubuk Selasih

PPL Permukiman Perdesaan

2 Lembah Gumanti Alahan Panjang-Sungai Nanam

PKLp Permukiman Perkotaan

Parak tabu lipek pageh

Aia Dingin Timur

PPL Permukiman Perdesaan

3 Kubung Selayo PKLp Permukiman Perkotaan Batu Palano

Tigo Kajai

PPL Permukiman Perdesaan

4 Junjung Sirih Paninggahan PPK Permukiman Perkotaan Kp Tangah

Parumahan

BAB III - 55

No Kecamatan Pusat Kegiatan Fungsi/Peran Klasifikasi permukiman

5 X Koto Diatas Sulit Air PPK Permukiman Perkotaan Laing

Gando

PPL Permukiman Perdesaan

6 Kec. X Koto Singkarak

Singkarak PPK Permukiman Perkotaan Pintu Rayo

Saningbakar

PPL Permukiman Perdesaan

7 IX Koto Sungai Lasi

Sungai Lasi PPK Permukiman Perkotaan Tarung-tarung Utara

Tarung-tarung Selatan

PPL Permukiman Perdesaan

8 Bukik Sundi Muara Panas PPK Permukiman Perkotaan Koto Panjang PPL Permukiman Perdesaan 9 Lembang Jaya Bukit Sileh PPK Permukiman Perkotaan

Batu banyak PPL Permukiman Perdesaan