IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1. Keadaan Demografi
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.
Dengan demikian Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera dan keempat di Indonesia. Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk). Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk di Kota Medan Tahun 2011 - 2016
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
2011 2.117.224
2012 2.122.804
2013 2.123.210
2014 2.191.140
2015 2.210.624
2016 2.229.408
Sumber : BPS Kota Medan (2017)
Dilihat dari Tabel 4.6. jumlah penduduk Kota Medan meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan pertambahan penduduk kota Medan, maka kepadatan penduduk juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 kepadatan penduduk Kota Medan mencapai 8.409 jiwa/km2.
Di sisi lain, penyebaran penduduk masih belum merata. Kepadatan penduduk di Kota Medan masih belum merata. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi
adalah Kecamatan Medan Perjuangan, yaitu 23.456 jiwa/km2, dan yang paling rendah adalah Kecamatan Medan Labuhan, yaitu 3.233 jiwa/km2.
Tabel 4.7. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun 2016
No Kecamatan Presentase Penduduk Kepadatan
dari Total Populasi Penduduk per km2
1. Medan Tuntungan 3,88 4.179
Sumber : BPS Kota Medan (2017)
4.1.1.2 Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sebagian besar penduduk di Kota Medan bekerja di luar sektor pertanian. Hal ini disebabkan lahan di kota Medan semakin lama semakin sempit karena banyaknya alih fungsi lahan untuk dijadikan pemukiman. Urutan pertama menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin di kota Medan ditempati penduduk yang bekerja di sektor jasa sebanyak 661.266 jiwa. Sedangkan urutan yang kedua adalah penduduk yang bekerja di sektor manufaktur sebanyak 180.387 jiwa. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian menempati urutan ketiga sebanyak 34.141 jiwa.
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Berumur 15 Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2016
No Lapangan Pekerjaan Utama
Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah 1
Sumber : BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional (2017)
4.1.1.3 Sektor Pertanian
Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa lahan pertanian di Kota Medan semakin lama semakin sempit. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Luas Areal Pertanian dan Luas Panenan Tanaman Pangan di Kota Medan
Tahun Luas Areal (Ha)
Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan (2017)
4.1.1.4. Keuangan Daerah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan pada tahun 2016 atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 186.049 dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp 132.063.
Tabel 4.10. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Perkapita di Kota Medan Tahun 2013 – 2016
Uraian 2013 2014 2015 2016
ADHB 131.604 147.684 164.628 186.049 ADHK 110.795 117.528 124.277 132.063 Sumber : BPS Kota Medan (2017)
4.1.1.5. Gambaran Umum Pasar Induk
Pasar induk adalah pusat penjualan sayur dan buah yang dibangun pemerintah guna sebagai pasar tradisional yang bersih dan nyaman bagi para pembeli dan pedagang.
Pasar ini juga menjadi tempat penampungan bagi pedagang-pedagang pasar Sutomo yang direlokasi pemerintah. Pasar ini terletak di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.
Fasilitas jalan menuju pasar Induk cukup baik, jalan-jalannya besar dan cukup mulus sehingga tidak perlu takut masuk lubang. Dengan keadaan jalan yang mulus seperti ini diharapkan para pembeli mudah dan senang belanja ke pasar Induk ini. Meskipun jalan menuju pasar ini luas dan mulus, tetapi jalannya sangat sepi dan gelap, jarang sekali terlihat kendaraan seperti angkot, betor, sepeda motor dll.
Jalan menuju pasar ini tidak dilalui angkutan kota, angkutan kota hanya sampai disimpang jalan besar, jauh jarak yang harus ditempuh dari simpang menuju pasar ini, ini yang menyebabkan pasar ini sepi dari pembeli. Pasar Induk ini memiliki areal yang cukup luas, bangunan gedung dibuat lebih tinggi dari jalan sehingga tidak akan banjir saat hujan.
Atap nya terbuat dari rangka besi yang kuat dan seng kaleng berwarna silver dan lampu-lampu yang banyak dan sangat terang. Ada beberapa blok atau gedung di Pasar Induk,
ada yang terbuka gedungnya dan hanya beratapkan seng, ini gunanya agar sirkulasi angin dapat berjalan dengan lancar sehingga saat belanja tidak akan kepanasan. Digedung ini tidak ada pembatas antara lapak satu dengan yang lainnya sehingga para pedagang dengan mudah berinteraksi baik dengan pembeli atau dengan pedagang yang lain.
Pedagang disini merupakan distributor dari pedagang buah pepaya. Dari pengamatan penulis saat di lapangan terlihat jelas bahwa pedagang disini menjual barang-barang dengan jumlah sangat banyak, dengan kata lain gedung ini merupakan grosir nya buah dan bahan-bahan dapur lainnya. Pedagang juga menjual barang-barangnya dengan jumlah yang sangat banyak dan menggunakan pick up untuk mengangkutnya.
Setelah ada gedung utama yang diisi oleh pedagang atau distributornya maka ada pula lapak yang berada dibelakang dari gedung utama dengan nama gedung yaitu subgrosir. Berbeda dengan gedung utama, gedung ini tertutup dan hanya memiliki satu pintu masuk. Lapak-lapaknya juga berbeda, lapak di gedung ini mempunyai batasan-batasan yang terbuat dari tembok.
Gedung ini masih kosong tidak ada orang berjualan disini, tetapi ada beberapa lapak yang memiliki cat hijau dan berbeda dengan lapak yang lain karena lapak yang lain berwarna putih yang menandakan bahwa lapak ini sudah ada yang memiliki atau menyewa. Subgrosir berarti ini akan diisi oleh pedagang-pedagang eceran seperti yang ada di pasar-pasar lain yang direlokasi oleh pemerintah.
4.1.1.6. Harga Lapak/Kios di Pasar Induk
Dengan kondisi pasar Induk yang terdiri dari 2 jenis bangunan/gedung, yaitu gedung untuk pedagang grosir dan gedung subgrosir. Harga yang ditetapkan pengelola juga beragam tergantung strategis tidaknya lapak yang diberikan dan fasilitas apa yang disediakan. Harga disini artinya menyewa bukan menjadi milik pribadi pedagang. Durasi kontrak atau sewa tergantung kesepakatan antara pengelola dan pedagang. Disediakan penyewaan untuk perbulan dan juga pertahun.
Harga yang ditetapkan pengelola untuk lapak grosir mulai dari angka Rp15.000.000- Rp30.000.000/tahun. Sewa pertahun ini dapat dicicil beberapa kali dengan durasi 4 bulan. Harga yang berbeda dengan lapak/kios di gedung subgrosir (eceran), harga lapaknya dapat disewa perbulan dengan harga paling murahnya Rp500.000/bulan.
Dengan demikian minimal harga lapak pertahunnya dikisaran Rp6.000.000/tahun.