• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sektor pertanian yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah buah-buahan, dimana sektor tersebut memiliki prospek (peluang) dalam pengembangannya dan harus terus ditingkatkan produksinya. Permintaan terhadap buah-buahan yang semakin tinggi dapat membuka peluang bagi peningkatan agribisnis buah (Ramadhian, Ivan Nur, 2012).

Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein dan serat. Setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri, seperti rasa yang lezat dan beraroma yang khas dalam buah itu sendiri. Buah-buahan dewasa ini semakin mendapat perhatian dari masyarakat, baik sebagai menu makanan maupun sebagai komoditas ekonomi yang bernilai tinggi (Widodo, 1996).

Buah pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari family

Carecacae yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menguntungkan untuk

diusahakan. Buah pepaya juga merupakan salah satu bahan pangan yang

memegang peranan untuk keseimbangan gizi tubuh, sehingga harus tersedia setiap

saat dengan jumlah yang cukup. Dengan mutu dan kualitas yang baik, aman untuk

di konsumsi masyarakat dengan harga yang terjangkau serta dapat di akses oleh

seluruh lapisan masyarakat. Buah pepaya mengandung enzim papain yang sangat

aktif dan memiliki kemampuan mempercepat proses pencernaan, protein,

karbohidrat, dan lemak yang di butuhkan oleh tubuh manusia. Buah pepaya juga

dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, kosmetik kecantikan, serta sebagai

pakan ternak. Buah pepaya juga dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan

dan minuman seperti pasta, manisan dan jus. Bahkan bijinya pun dapat diolah

menjadi minyak (Purba, 2008). Berikut adalah tabel komposisi buah dan daun pepaya.

Tabel 1.1. Komposisi Buah dan Daun Pepaya

Komposisi Buah Masak Buah Mentah Daun Pepaya

Energi (kal) 46,00 26,00 79,00

Air (gr) 86,70 92,30 75,40

Protein (gr) 0,50 2,10 8,00

Lemak (gr) - 0,10 2,00

Karbhohidrat (gr) 12,20 4,90 11,90

Vitamin A (IU) 365,00 50,00 18.250,00

Vitamin B (mg) 0,04 0,02 0,15

Vitamin C (mg) 78,00 19,00 140,00

Kalsium (mg) 23,00 50,00 353,00

Besi (mg) 1,70 0,40 0,80

Fosfor (mg) 12,00 16,00 63,00

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI, 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan gizi tertinggi yang terdapat dalam buah pepaya adalah vitamin A, yaitu 365 IU pada buah masak, 50 IU pada buah mentah, dan 18.250 IU pada daun pepaya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa buah pepaya sangat penting dikonsumsi oleh tubuh manusia.

Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi buah tersebut, dapat meningkatkan permintaan terhadap buah pepaya sehingga jumlah pasokan buah pepaya juga harus ditingkatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perkembangan budidaya buah pepaya dan peningkatan produksi.

Tabel 1.2. Data produksi buah pepaya di Provinsi Sumatera Utara Tahun Produksi Pepaya (Ton) Produksi Pepaya (%)

2012 31,658 23,94

2013 27,757 20,99

2014 26,238 19,84

2015 26,305 19,89

2016 20,235 15,30

Sumber : BPS Sumatera Utara, 2017

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah produksi buah pepaya paling tinggi pada tahun 2012 sebesar 31,658 ton dengan persentase 23,94 %, dan pada tahun 2016 jumlah produksi pepaya mengalami penurunan sebesar 20,235 ton dengan presentase 15,30%. Jumlah produksi buah pepaya dari tahun ke tahun semakin berkurang, hal ini bisa disebabkan oleh adanya hama penyakit yang menyerang tanaman buah pepaya serta penggunaan faktor produksi yang kurang tepat, sehingga menyebabkan hasil produksi buah pepaya berkurang.

Peluang pengembangan buah pepaya di Indonesia tidak lepas dari tingkat konsumsi masyarakat akan buah pepaya tersebut. Konsumsi buah pepaya di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Konsumsi Buah Pepaya Per kapita Tahun 2013-2017

Tahun Konsumsi Kapita/Minggu (Kg) Konsumsi Kapita/Tahun (Kg)

2013 0,035 1,825

2014 0,040 2,086

2015 0,043 2,242

2016 0,055 2,868

2017 0,102 5,319

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian

Tabel 1.3. dapat dilihat bahwa konsumsi buah pepaya per kapita pada tahun 2013-2017 mengalami kenaikan. Konsumsi rumah tangga per kapita per minggu paling tinggi adalah tahun 2017 sebesar 0,102 kg dengan konsumsi rumah tangga per kapita per tahun sebesar 5,319 kg dan pada tahun 2013 konsumsi rumah tangga per kapita per

minggu sebesar 0,035 kg dengan konsumsi rumah tangga per kapita per tahun sebesar 1,825 kg. Hal ini menunjukkan bahwa buah pepaya banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Dalam permasalahan ini, Pasar Induk Kota Medan memerlukan pasokan buah pepaya sebanyak 15 ton/hari untuk melengkapi kebutuhan konsumen. Akan tetapi, jumlah pasokan di Provinsi Sumatera Utara yang ditujukan untuk pasar Kota Medan belum mencukupi untuk kebutuhan tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kelangkaan dan tingginya harga buah pepaya tersebut.

Permintaan buah pepaya di Pasar Induk kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan berbeda dengan beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara. permintaan buah pepaya di Provinsi Sumatera Utara berfluktuasi karena jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahun. Permintaan buah pepaya juga berpengaruh dengan fluktuasi harga di Kota Medan. Perkembangan harga buah pepaya di Kota Medan Tahun 2017 – 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Perkembangan Harga Buah Pepaya di Kota Medan Tahun 2017 – 2018

Tahun Harga per Kg

(Rp)

2017 5.684

2018 7.000

Jumlah 12.684

Sumber : Disperindag, diolah

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa perkembangan harga buah pepaya di Kota Medan pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp 7.000/kg dan pada tahun 2017 yaitu Rp 5.684/kg.

Semakin rendah pasokan buah pepaya yang berada di pasar induk, secara langsung berpengaruh terhadap harga buah pepaya. Berdasarkan teori ekonomi jika semakin sedikit pasokan yang masuk ke pasar induk, maka harga akan cenderung meningkat apabila permintaan dari buah pepaya itu tetap atau bahkan meningkat.

Dengan demikian penting membangun kelembagaan kemitraan usaha yang saling membutuhkan, dan saling menguntungkan serta menerapkan manajemen mutu yang handal, agar komoditas buah pepaya dapat memenuhi permintaan pasar. Kelembagaan kemitraan tergabung dalam satu jaringan atau rantai yang biasa disebut dengan rantai pasok yang melaksanakan penyaluran barang atau jasa dari produsen sampai ke pelanggan. Indrajit dan Djokopranoto (2005) mengemukakan bahwa supply chain menyangkut hubungan terus menerus mengenai barang, uang dan informasi. Barang umumnya mengalir dari hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu.

Rantai pasok adalah suatu proses mengatur aliran barang atau produk dari suatu aliran rantai pasokan. Model rantai pasok mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tujuan utama dari rantai pasok adalah pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai pasok, mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi (Damayanti, 2009).

Pujawan (2010) mengungkapkan bahwa semakin panjang rantai pasok yang dilalui, maka biaya yang dikeluarkan semakin tinggi. Sehingga harga jual komoditi semakin tinggi. Hal ini berlaku pada pasokan buah pepaya di pasar induk. Pasokan buah pepaya yang melewati rantai pasokan terlalu panjang dapat menghambat jalannya distribusi dan mengakibatkan tingginya harga buah pepaya yang diterima konsumen.

Sehingga perlu adanya pemangkasan rantai pasok yang dapat mengurangi harga buah pepaya, dan komoditi dapat masuk ke pasar induk tepat waktu sehingga tidak terjadi kelangkaan.

Berdasarkan implementasi rantai pasok maka di harapkan pasokan buah pepaya di pasar induk dapat di pasok produksinya dengan stabil dan didistribusikan secara

merata, sehingga harga buah pepaya tidak melambung naik dan tetap memberikan keuntungan bagi para setiap rantai pasok buah pepaya di pasar induk.

Dokumen terkait