• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RANTAI PASOK BUAH PEPAYA TESIS. Oleh. Suhela Putri Nasution /MAG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS RANTAI PASOK BUAH PEPAYA TESIS. Oleh. Suhela Putri Nasution /MAG"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RANTAI PASOK BUAH PEPAYA

(Studi Kasus : Pasar Induk Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan)

TESIS

Oleh

Suhela Putri Nasution 167039006/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ANALISIS RANTAI PASOK BUAH PEPAYA

(Studi Kasus : Pasar Induk Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan)

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanianpada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

Suhela Putri Nasution 167039006/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

Judul : Analisis Rantai Pasok Buah Pepaya

(Studi Kasus : Pasar Induk Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan)

Nama : Suhela Putri Nasution

NIM : 167039006

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui:

Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M.App.Sc) (Dr. Ir. TaviSupriana, M.S)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) (Dr. Ir. Hasanuddin, M.S)

(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Kamis, 22 November 2018

Tim Penguji:

Ketua : Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M.App.Sc Anggota : Dr. Ir. TaviSupriana, MS

Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul : ANALISIS RANTAI PASOK BUAH PEPAYA

(Studi Kasus : Pasar Induk Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan)

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, November 2018 Yang membuat pernyataan,

Suhela Putri Nasution

NIM. 167039006/MAG

(6)

Dipersembahkan kepada :

Bapak, Ibu, dan Seluruh Keluarga

(7)

ABSTRAK

Suhela Putri Nasution (167039006) dengan judul tesis “ Analisis Rantai Pasok Buah Pepaya Studi Kasus : Pasar Induk Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan “. Penulis tesis ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M. App.Sc Sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS Sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Buah pepaya adalah tanaman buah berupa herba dari family Carecacae yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan. Rantai pasok merupakan hal yang penting bagi setiap kegiatan bisnis, yang perlu diteliti adalah rantai pasok buah pepaya di pasar induk, karena permintaannya yang cukup tinggi sementara pasokan buah pepaya masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis alur distribusi rantai pasok buah pepaya di pasar induk Kota Medan (2) Menganalisis kinerja rantai pasok buah pepaya di pasar induk Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif.

Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan analisis margin pemasaran, farmer’s share, dan analisis rasio biaya dan keuntungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua model rantai pasok buah pepaya di pasar induk yaitu model buah pepaya Batang Kuis dan model buah pepaya Aceh. Model Batang Kuis mempunyai 7 (tujuh) rantai, sedangkan model Aceh mempunyai 6 (enam) rantai. Rantai pasok buah pepaya di pasar induk belum efisien karena panjangnya alur distribusi. Kedua model rantai pasok masih belum mencapai kinerja optimal. Saluran pemasaran memiliki nilai rasio biaya dan keuntungan rendah walaupun margin dan farmer’s share bernilai tinggi.

Kata kunci: buah pepaya, rantai pasok, farmer’s share, margin pemasaran, analisis rasio biaya dan keuntungan.

ABSTRACT

Suhela Putri Nasution (167039006) with the title of the thesis, “An Analysis on Supplying Chain of Papaya; A Case Study at Pasar Induk of Medan Tuntungan Sub-district, Medan.” Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M. App. Sc as the Chairperson of the Supervising Committee and Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as the Member of the Supervising Committee.

Papaya is an herbal fruit from family Carecacae which has high economic value and profitable in business. Supplying chain is an important thing in business activity. The supplying chain of papaya at the Pasar Induk needs to be studied due to its lack of supply. The objective of the research was 1) to analyze the papaya distribution channel of supplying chain at Pasar Induk, Medan, and 2) to analyze the performance of papaya supplying chain at Pasar Induk, Medan. The research used qualitative and quantitative method. The performance of supplying chain was done by using marketing margin analysis, farmer’s share, and cost and profit ratio analysis. The result of the research showed that there were two models of papaya supplying chain at the Pasar Induk:

Batang Kuis papaya model and Aceh papaya model. Batang Kuis papaya model had 7 (seven) supplying models while Aceh papaya model had 6 (six) supplying models. It was found that the papaya supplying model at the Pasar Induk was not efficient due to long distribution channel and the performance of both supplying chain models was not optimal. The marketing channel has low value of cost and profit ratio even though the margin and the farmer’s share have high value.

Keywords: Papaya, Supplying Chain, Farmer’s Share, Marketing Margin, Analysis on Cost and Profit Ratio

(8)

RIWAYAT HIDUP

SUHELA PUTRI NASUTION, lahir di Medan, pada tanggal 01 Juni 1991 dari Bapak Chairul Anwar Nasution dan Ibu Elis Suryani. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar (SD) dari SD swasta IRA Medan Tembung, tamat tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari SMP Prayatna Medan, tamat tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dari SMA Budisatrya Medan, tamat tahun 2010.

4. Tahun 2010 masuk di Program Studi Agribisnis di Universitas Medan Area, tamat tahun 2014.

5. Tahun 2016 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister

Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Penguji.

4. Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku Sekretaris Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Penguji.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M.App.Sc dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan kesabaran yang tiada batas kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua tercinta Bapak Chairul Anwar Nst dan Ibu Elis Suryani yang

telah memberikan kasih sayang, doa, motivasi dan kesabaran yang tiada batas

kepada penulis.

(10)

8. Rekan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara, atas bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh studi dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2018

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Buah Pepaya... 8

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Rantai Pasok... 10

2.2.2. Struktur Rantai Pasok ... 16

2.2.3. Mekanisme Rantai Pasok ... 20

2.2.4. Kelembagaan Rantai Pasok... 21

2.2.5. Tantangan Dalam Mengelola Rantai Pasok ... 23

2.3. Penelitian Terdahulu ... 26

2.4. Kerangka Pemikiran ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 34

3.2. Metode Penentuan Data ... 34

3.2.1. Populasi ... 34

3.2.2. Sampel ... 35

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.3.1. Data Primer ... 36

3.3.2. Data Sekunder ... 37

3.4. Metode Analisis Data ... 37

3.4.1. Analisis Deskriptif Kualitatif ... 38

3.4.2. Analisis Kuantitatif ... 38

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 40

3.5.1. Definisi ... 40

3.5.2. Batasan Operasional... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 43

(12)

Lanjutan

4.1.1. Keadaan Demografi ... 44

4.1.1.1. Jumlah Penduduk ... 44

4.1.1.2. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ... 45

4.1.1.3. Sektor Pertanian ... 46

4.1.1.4. Keuangan Daerah ... 47

4.1.1.5. Gambaran Umum Pasar Induk ... 47

4.1.1.6. Harga Lapak/Kios di Pasar Induk ... 49

4.2. Analisis Alur Distribusi Rantai Pasok Buah Pepaya ... 49

4.2.1. Struktur Rantai Pasok ... 49

4.2.2. Anggota Rantai Pasok ... 59

4.2.2.1. Anggota Primer Rantai Pasok ... 60

4.2.2.2. Anggota Sekunder Rantai Pasok ... 60

4.2.2.3. Aktivitas Anggota Rantai Pasok ... 61

4.2.2.4. Aliran Dalam Rantai Pasok ... 62

4.2.3. Sasaran Rantai Pasok ... 65

4.2.3.1. Produk ... 65

4.2.3.2. Pasar ... 65

4.2.3.3. Stakeholder ... 66

4.2.4. Manajemen Rantai Pasok ... 66

4.2.4.1. Struktur Manajemen ... 66

4.2.4.2. Kesepakatan Kerjasama ... 67

4.2.4.3. Sistem Transaksi ... 68

4.2.5. Sumberdaya Rantai Pasok ... 68

4.2.5.1. Sumber Daya Fisik ... 68

4.2.5.2. Sumber Daya Teknologi ... 69

4.2.5.3. Sumber Daya Manusia ... 69

4.2.5.4. Sumber Daya Permodalan ... 70

4.2.6. Proses Bisnis Rantai Pasok ... 71

4.2.6.1. Hubungan Kegiatan Bisnis Rantai Pasok . 71 4.2.6.2. Pola Distribusi ... 72

4.2.6.3. Pendukung Anggota Rantai Pasok ... 74

4.2.6.4. Aspek Resiko ... 74

4.2.6.5. Proses Trust Building ... 75

4.2.7. Kunci Sukses ... 76

4.3. Kinerja Rantai Pasok Buah Pepaya ... 78

4.3.1. Analisis Margin Pemasaran ... 79

4.3.2. Analisis Farmer’s Share ... 79

4.3.3. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya ... 80

4.3.4. Evaluasi Rantai Pasok ... 84

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1. Kesimpulan ... 89

5.2. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN ... 94

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1.1. Komposisi buah dan daun pepaya ... 2

1.2. Data produksi buah pepaya di Provinsi Sumatera Utara... 3

1.3. Konsumsi Buah Pepaya Per Kapita Tahun 2013 - 2017 ... 3

1.4. Perkembangan Harga Buah Pepaya di Kota Medan ... 4

2.5. Penelitian Terdahulu tentang Rantai Pasok Komoditas Pertanian ... 26

4.6. Jumlah Penduduk di Kota Medan Tahun 2011 - 2016 ... 44

4.7. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun 2016 ... 45

4.8. Jumlah Penduduk Berumur 15 Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2016 .... 46

4.9. Luas Areal Pertanian dan Luas Panenan Tanaman Pangan di Kota Medan ... 46

4.10. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Perkapita di Kota Medan Tahun 2013-2016 ... 47

4.11. Daftar Pemasok Buah Pepaya dalam Rantai Pasok ... 60

4.12. Fungsi dan aktivitas Anggota Rantai Pasok Buah Pepaya di Pasar Induk dari Batang Kuis ... 61

4.13. Fungsi dan aktivitas Anggota Rantai Pasok Buah Pepaya di Pasar Induk dari Aceh. ... 62

4.14. Harga pada buah pepaya di Pasar Induk pada bulan Juli – Agustus 2018 ... 73

4.15. Analisis Margin Pemasaran,

Farmer’s Share

dan

Rasio Keuntungan dan Biaya Rantai Pasok Buah Pepaya di Pasar

Induk. ... 81

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1. Buah Pepaya ... 8

2.2. Model Rantai Pasok dan 3 macam aliran yang dikelola perusahaan . 14 2.3. Struktur Rantai Pasok Pertanian ... 20

2.4. Ketidakpastian Pada Rantai Pasok ... 25

2.5. Kerangka Pemikiran ... 33

4.6. Model Rantai Pasok Buah Pepaya di Pasar Induk ... 51

4.7. Model Rantai Pasok Buah Pepaya dari petani Batang Kuis yang masuk ke Pasar Induk. ... 52

4.8. Model Rantai Pasok Buah Pepaya dari petani Aceh yang masuk ke Pasar Induk. ... 56

4.9. Aliran dalam Rantai Pasok Buah Pepaya di Pasar Induk ... 63

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Kuisioner Penelitian ... 94 2. Dokumentasi Lokasi Penelitian ... 102 3. Denah Lokasi Pasar Induk ... 107

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sektor pertanian yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah buah- buahan, dimana sektor tersebut memiliki prospek (peluang) dalam pengembangannya dan harus terus ditingkatkan produksinya. Permintaan terhadap buah-buahan yang semakin tinggi dapat membuka peluang bagi peningkatan agribisnis buah (Ramadhian, Ivan Nur, 2012).

Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein dan serat. Setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri, seperti rasa yang lezat dan beraroma yang khas dalam buah itu sendiri. Buah-buahan dewasa ini semakin mendapat perhatian dari masyarakat, baik sebagai menu makanan maupun sebagai komoditas ekonomi yang bernilai tinggi (Widodo, 1996).

Buah pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari family

Carecacae yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menguntungkan untuk

diusahakan. Buah pepaya juga merupakan salah satu bahan pangan yang

memegang peranan untuk keseimbangan gizi tubuh, sehingga harus tersedia setiap

saat dengan jumlah yang cukup. Dengan mutu dan kualitas yang baik, aman untuk

di konsumsi masyarakat dengan harga yang terjangkau serta dapat di akses oleh

seluruh lapisan masyarakat. Buah pepaya mengandung enzim papain yang sangat

aktif dan memiliki kemampuan mempercepat proses pencernaan, protein,

karbohidrat, dan lemak yang di butuhkan oleh tubuh manusia. Buah pepaya juga

dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, kosmetik kecantikan, serta sebagai

pakan ternak. Buah pepaya juga dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan

dan minuman seperti pasta, manisan dan jus. Bahkan bijinya pun dapat diolah

(17)

menjadi minyak (Purba, 2008). Berikut adalah tabel komposisi buah dan daun pepaya.

Tabel 1.1. Komposisi Buah dan Daun Pepaya

Komposisi Buah Masak Buah Mentah Daun Pepaya

Energi (kal) 46,00 26,00 79,00

Air (gr) 86,70 92,30 75,40

Protein (gr) 0,50 2,10 8,00

Lemak (gr) - 0,10 2,00

Karbhohidrat (gr) 12,20 4,90 11,90

Vitamin A (IU) 365,00 50,00 18.250,00

Vitamin B (mg) 0,04 0,02 0,15

Vitamin C (mg) 78,00 19,00 140,00

Kalsium (mg) 23,00 50,00 353,00

Besi (mg) 1,70 0,40 0,80

Fosfor (mg) 12,00 16,00 63,00

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI, 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan gizi tertinggi yang terdapat dalam buah pepaya adalah vitamin A, yaitu 365 IU pada buah masak, 50 IU pada buah mentah, dan 18.250 IU pada daun pepaya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa buah pepaya sangat penting dikonsumsi oleh tubuh manusia.

Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi buah tersebut, dapat meningkatkan permintaan terhadap buah pepaya sehingga jumlah pasokan buah pepaya juga harus ditingkatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perkembangan budidaya buah pepaya dan peningkatan produksi.

(18)

Tabel 1.2. Data produksi buah pepaya di Provinsi Sumatera Utara Tahun Produksi Pepaya (Ton) Produksi Pepaya (%)

2012 31,658 23,94

2013 27,757 20,99

2014 26,238 19,84

2015 26,305 19,89

2016 20,235 15,30

Sumber : BPS Sumatera Utara, 2017

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah produksi buah pepaya paling tinggi pada tahun 2012 sebesar 31,658 ton dengan persentase 23,94 %, dan pada tahun 2016 jumlah produksi pepaya mengalami penurunan sebesar 20,235 ton dengan presentase 15,30%. Jumlah produksi buah pepaya dari tahun ke tahun semakin berkurang, hal ini bisa disebabkan oleh adanya hama penyakit yang menyerang tanaman buah pepaya serta penggunaan faktor produksi yang kurang tepat, sehingga menyebabkan hasil produksi buah pepaya berkurang.

Peluang pengembangan buah pepaya di Indonesia tidak lepas dari tingkat konsumsi masyarakat akan buah pepaya tersebut. Konsumsi buah pepaya di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Konsumsi Buah Pepaya Per kapita Tahun 2013-2017

Tahun Konsumsi Kapita/Minggu (Kg) Konsumsi Kapita/Tahun (Kg)

2013 0,035 1,825

2014 0,040 2,086

2015 0,043 2,242

2016 0,055 2,868

2017 0,102 5,319

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian

Tabel 1.3. dapat dilihat bahwa konsumsi buah pepaya per kapita pada tahun 2013-2017 mengalami kenaikan. Konsumsi rumah tangga per kapita per minggu paling tinggi adalah tahun 2017 sebesar 0,102 kg dengan konsumsi rumah tangga per kapita per tahun sebesar 5,319 kg dan pada tahun 2013 konsumsi rumah tangga per kapita per

(19)

minggu sebesar 0,035 kg dengan konsumsi rumah tangga per kapita per tahun sebesar 1,825 kg. Hal ini menunjukkan bahwa buah pepaya banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Dalam permasalahan ini, Pasar Induk Kota Medan memerlukan pasokan buah pepaya sebanyak 15 ton/hari untuk melengkapi kebutuhan konsumen. Akan tetapi, jumlah pasokan di Provinsi Sumatera Utara yang ditujukan untuk pasar Kota Medan belum mencukupi untuk kebutuhan tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kelangkaan dan tingginya harga buah pepaya tersebut.

Permintaan buah pepaya di Pasar Induk kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan berbeda dengan beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara. permintaan buah pepaya di Provinsi Sumatera Utara berfluktuasi karena jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahun. Permintaan buah pepaya juga berpengaruh dengan fluktuasi harga di Kota Medan. Perkembangan harga buah pepaya di Kota Medan Tahun 2017 – 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Perkembangan Harga Buah Pepaya di Kota Medan Tahun 2017 – 2018

Tahun Harga per Kg

(Rp)

2017 5.684

2018 7.000

Jumlah 12.684

Sumber : Disperindag, diolah

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa perkembangan harga buah pepaya di Kota Medan pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp 7.000/kg dan pada tahun 2017 yaitu Rp 5.684/kg.

Semakin rendah pasokan buah pepaya yang berada di pasar induk, secara langsung berpengaruh terhadap harga buah pepaya. Berdasarkan teori ekonomi jika semakin sedikit pasokan yang masuk ke pasar induk, maka harga akan cenderung meningkat apabila permintaan dari buah pepaya itu tetap atau bahkan meningkat.

(20)

Dengan demikian penting membangun kelembagaan kemitraan usaha yang saling membutuhkan, dan saling menguntungkan serta menerapkan manajemen mutu yang handal, agar komoditas buah pepaya dapat memenuhi permintaan pasar. Kelembagaan kemitraan tergabung dalam satu jaringan atau rantai yang biasa disebut dengan rantai pasok yang melaksanakan penyaluran barang atau jasa dari produsen sampai ke pelanggan. Indrajit dan Djokopranoto (2005) mengemukakan bahwa supply chain menyangkut hubungan terus menerus mengenai barang, uang dan informasi. Barang umumnya mengalir dari hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu.

Rantai pasok adalah suatu proses mengatur aliran barang atau produk dari suatu aliran rantai pasokan. Model rantai pasok mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tujuan utama dari rantai pasok adalah pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh rantai pasok, mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi (Damayanti, 2009).

Pujawan (2010) mengungkapkan bahwa semakin panjang rantai pasok yang dilalui, maka biaya yang dikeluarkan semakin tinggi. Sehingga harga jual komoditi semakin tinggi. Hal ini berlaku pada pasokan buah pepaya di pasar induk. Pasokan buah pepaya yang melewati rantai pasokan terlalu panjang dapat menghambat jalannya distribusi dan mengakibatkan tingginya harga buah pepaya yang diterima konsumen.

Sehingga perlu adanya pemangkasan rantai pasok yang dapat mengurangi harga buah pepaya, dan komoditi dapat masuk ke pasar induk tepat waktu sehingga tidak terjadi kelangkaan.

Berdasarkan implementasi rantai pasok maka di harapkan pasokan buah pepaya di pasar induk dapat di pasok produksinya dengan stabil dan didistribusikan secara

(21)

merata, sehingga harga buah pepaya tidak melambung naik dan tetap memberikan keuntungan bagi para setiap rantai pasok buah pepaya di pasar induk.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana alur distribusi rantai pasok buah pepaya di Pasar Induk Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

2. Bagaimana kinerja rantai pasok buah pepaya di Pasar Induk Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis alur distribusi rantai pasok buah pepaya di Pasar Induk Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

2. Menganalisis kinerja rantai pasok buah pepaya di Pasar Induk Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan, masukan atau saran membuat rencana jangka panjang yang terkait dengan rantai pasok buah pepaya.

2. Bagi akademik, sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan rantai pasok.

3. Bagi peneliti, sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam

penerapan ilmu yang telah diperoleh.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buah Pepaya

Buah Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexico dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah tropis maupun subtropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi. Berdasarkan taksonominya, tanaman buah pepaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Kelas : Angiospermae, Bangsa : Caricales, Suku : Caricaceae, Marga : Carica.

Gambar 2.1. Buah Pepaya

Buah Pepaya memiliki bentuk berbagai macam dari ukuran kecil sampai yang besar, serta memiliki rasa yang manis. Buah pepaya banyak mengandung vitamin A, B, dan vitamin C yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia (Rukmana, 2003). Kandungan buah pepaya tidak hanya terdapat pada buahnya akan tetapi terdapat juga pada bagian daun dan bunga yang dapat digunakan sebagai sayuran, dan obat tradisional, sedangkan buah pepaya bermanfaat untuk memperlancar proses pencernaan. Menurut Tohir (1978), adapun manfaat buah pepaya adalah sebagai berikut :

(23)

1. Buah masak yang populer sebagai “buah meja”, selain untuk pencuci mulut juga sebagai pensuplai nutrisi/gizi terutama vitamin A dan C. Buah pepaya masak yang mudah rusak perlu diolah dijadikan makanan seperti sari pepaya dan dodol pepaya. Buah pepaya sering dijadikan bahan baku pembuatan (pencampur) saus tomat pada industri makanan, yakni untuk penambah cita rasa, warna dan kadar vitamin .

2. Dalam industri makanan, akarnya dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit ginjal dan kandung kencing.

3. Daunnya sebagai obat penyembuh penyakit malaria, kejang perut dan sakit panas. Bahkan daun mudanya enak dilalap dan untuk menambah nafsu makan, serta dapat menyembuhkan penyakit beri-beri dan untuk menyusun ransum ayam.

4. Batang buah muda dan daunnya mengandung getah putih yang berisikan enzim pemecah protein yang disebut “papaine” sehingga dapat melunakan daging untuk bahan kosmetik dan digunakan pada industri minuman (penjernih), industri farmasi dan textil.

5. Bunga pepaya yang berwarna putih dapat dirangkai dan digunakan sebagai

“bunga kalung” pengganti bunga melati atau sering dibuat urap. Batangnya dapat dijadikan pencampur makanan ternak melalui proses pengirisan dan pengeringan.

Selain itu, Buah Pepaya termasuk tanaman tropis, tumbuh pada 32

o

Lintang Utara dan 32

o

Lintang Selatan serta tumbuh baik pada daerah ekuator.

Buah pepaya menyukai tanah dengan pH 6 – 6,5 dan tidak tahan terhadap

genangan air (Rukmana, 1995). Menurut Norkholis (1992) yang mengutip dari

(24)

Purseglove (1974), pepaya sering dibudidayakan pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Pada usia empat bulan sudah mulai berbunga dan pada usia lima sampai enam bulan buahnya sudah mulai dapat dipetik. Selanjutnya akan berbuah sepanjang tahun, dan pada tahun keempat sampai kelima produksi buahnya mulai menurun.

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Rantai Pasok

Disadari atau tidak, supply chain atau yang biasa disebut rantai pasok selalu ada di dunia bisnis manapun. Terlepas apakah rantai pasok tersebut dikelola atau tidak.

Walaupun suatu organisasi tidak secara aktif menjalankan konsep rantai pasok, namun sebagai fenomena bisnis, rantai pasok tersebut akan tetap ada.

Pada hakekatnya rantai pasokan adalah jaringan organisasi yang menyambung hubungan hulu (upstream supplier) dan ke hilir (downstream customer) dalam proses dan kegiatan yang berbeda, yang menghasilkan nilai yang terwujud dalam barang atau jasa di tangan pelanggan terakhir (ultimate customer). Menurut Porter (2004), terdapat 3 macam komponen rantai pasokan, yaitu:

1. Rantai Pasokan Hulu/Upstream Supply Chain

Di dalam upstream supply chain, meliputi aktivitas dari antar suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurnya dan aktivitas penyalur dengan penyalur (supplier).

Dalam upstream supply chain, yang diutamakan adalah pengadaan.

2. Manajemen Internal Rantai Pasokan/Internal Supply Chain Management

Bagian dari internal supply chain meliputi aktivitas manufaktur yang didistribusikan kepada distributor. Dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah manajamen produksi pabrikasi dan pengendalian persediaan.

3. Segmen Rantai Pasokan Hilir/Downstream Supply Chain Management Segment

(25)

Downstream (arah muara) supply chain meliputi aktivitas distributor kepada retail atau pengiriman produk ke pelanggan akhir. Yang menjadi perhatian dalam downstream supply chain adalah distribusi, pergudangan, transportasi dan after sales service.

Berdasarkan komponen supply chain yang telah dijelaskan, maka harus diperhatikan masing-masing aliran pasokan produk dari hulu ke hilir. Menurut Anatan dan Ellitan (2008), rantai pasokan dikelola oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu rantai nilai yang dilatar belakangi oleh dua alasan penting. Pertama, perusahaan berusaha untuk mendekatkan diri dengan konsumen, memberikan kepastian adanya tautan dengan pasar. Dalam hal ini yang dimaksud adalah adanya kepastian supply ketika permintaan pasar melonjak, sehingga konsumen tidak merasa dirugikan. Kedua, semua perusahaan yang terkoordinir dalam suatu rantai pasokan merumuskan tujuan bersama sebagai pedoman dalam aktivitas bisnis mereka. Dalam hal ini yang dimaksud adalah ketika aktor rantai pasokan saling bekerja sama untuk pemenuhan bisnis mereka, sehingga para aktor saling membutuhkan dan terwujudnya simbiosis mutualisme.

Sementara Chopra and Meindl (2001), menyebutkan supply chain berisi semua tahapan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya meliputi perusahaan dan pemasok tetapi juga dengan sarana transportasi, gudang, retailer dan konsumen itu sendiri. Fungsi-fungsi yang terlibat didukung oleh perkembangan produk baru, pemasaran, operasional dan distribusi, keuangan dan pelayanan konsumen. Dalam supply chain memiliki sifat yang dinamis dan meliputi aliran yang konstan mengenai informasi lain kepada konsumen yang selanjutnya konsumen mentransfer dana ke perusahaan untuk memperoleh produk yang diinginkan. Apabila perusahaan kekurangan pasokan maka mereka akan melakukan pemesanan ulang dengan menghubungi pemasok. Perusahaan akan mengirimkan dana pemasok setelah barang diterima. Dengan begitu terdapat aliran informasi, bahan baku dan dana dalam setiap tahapan supply chain.

(26)

Berdasarkan teori diatas ditekankan bahwa supply chain management menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat kerjasama. Jadi, manajemen rantai pasokan tidak hanya berorientasi pada urusan internal perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan mitra bisnis. Diperlukan adanya kolaborasi antar perusahaan pada rantai pasokan karena perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu rantai pasokan pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama, maka mereka harus bekerja sama untuk membuat produk yang lebih murah, mengirimkannya tepat waktu serta dengan kualitas yang baik. Hanya dengan kerjasama antar elemen-elemen pada rantai pasokan maka tujuan tersebut akan dapat tercapai dengan baik.

Dalam menjalankan kerjasama tersebut, tentunya semangat kerjasama juga didasari oleh kesadaran bahwa kuatnya sebuah rantai pasokan tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. Sebuah perusahaan yang sehat dan efisien tidak akan berarti apabila pemasoknya tidak mampu menghasilkan bahan baku yang berkualitas atau tidak mampu mengirimkan barang tepat waktu (Said, 2006).

Menurut Krawjeski dan Ritzman (2004) tujuan dasar supply chain adalah untuk mengendalikan persediaan dengan manajemen arus material. Persediaan adalah jumlah material dari pemasok yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan atau mendukung proses produksi barang dan jasa. Perusahaan dapat mengambil pendekatan supply chain yang efisien untuk mengkoordinasikan aliran material untuk meminimalkan persediaan dan memaksimalkan produktivitas perusahaan. Perusahaan saat itu lebih meyakini karena material itu menjadi satu alasan mengapa supply chain merupakan kunci competitive weapon.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka prinsip dasar supply chain menurut Said (2006) meliputi 5 hal, yaitu:

(27)

1. Prinsip Integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian supply

chain berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling

ketergantungan.

2. Prinsip Jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras.

3. Prinsip Ujung ke Ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen paling hilir.

4. Prinsip Saling Tergantung. Setiap elemen dalam supply chain menyadari bahwa mencapai manfaat bersaing diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan.

5. Prinsip Komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi landasan utama dalam jaringan untuk menjadi ketepatan informasi dan material.

Menurut Pujawan (2010), komponen dalam supply chain terbagi dalam tiga aliran utama, yaitu:

1. Komponen produk berisi aliran barang dari supplier (pemasok) ke konsumen.

2. Komponen informasi berisi pengiriman pesanan dan peninjauan status pengiriman.

3. Komponen keuangan (financial) terdiri dari batas kredit, pembayaran dan

jadwal pembayaran, ketepatan pengiriman dan identitas pemilik.

(28)

Model supply chain dan 3 macam aliran yang dikelola perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Finansial : Term Pembayaran

Material : Bahan Baku, Komponen, Produk Jadi Informasi : Kapasitas, Status Pengiriman

Finansial : Pembayaran Material : Retur, Repair Informasi: Order, Ramalan

Gambar 2.2. Model rantai pasok dan 3 macam aliran yang dikelola perusahaan (Pujawan, 2010)

Berdasarkan model supply chain menurut Pujawan (2010), suatu supply chain terdapat 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, ke pengecer lalu ke ritel, kemudian ke pemakai akhir. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya.

Rantai pasok produk pertanian mewakili manajemen keseluruhan proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan pascapanen, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Jadi, sistem manajemen rantai pasok dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada pelanggan (Marimin dan Magfiroh, 2010).

Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok perusahaan karena: (1) produk pertanian bersifat mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan, dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, (3) hasil

Supplier Tier 2

Supplier Tier 1

Manufacturer Distributor Ritel/Toko

(29)

panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit untuk ditangani (Marimin dan Magfiroh, 2010). Seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam desain manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks dari pada rantai pasok pada umumnya. Selain lebih kompleks, manajemen rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis (Yuniar, 2012).

Kegiatan manajemen rantai pasok merupakan bagian kegiatan dari rantai nilai (value chain) sehingga perbaikan manajemen rantai pasok akan berimplikasi positif pada rantai nilai tambah. Rantai nilai yang efektif akan memicu keunggulan nilai (value advantage) dan keunggulan produksi (productivity advantage) yang pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif.

2.2.2. Struktur Rantai Pasok

Menurut Hero (2011), struktur rantai pasok dalam menilai kesanggupan supplier dalam pasar untuk memenuhi konsumen tersebut dibedakan berdasarkan lima unsur, yaitu:

1. Pasar Akhir (End Markets)

Pasar akhir adalah masyarakat, bukan tempat. Pasar akhir menentukan karakteristik termasuk harga, kualitas, kuantitas dan waktu suatu barang atau jasa yang dihasilkan. Pembeli pasar akhir adalah suara berpengaruh dan insentif bagi perubahan.

Mereka sumber penting informasi permintaan, yang menyebarluaskan pembelajaran, dan dalam kasus tertentu bersedia berinvestasi dalam perusahaan berurutan lebih bawah pada rantai nilai. Pendekatan rantai nilai mengkaji semua peluang terkini dan berpotensial di semua pasar, mempertimbangkan kecenderungan, calon pesaing dan faktor-faktor dinamis lainnya.

2. Usaha dan Lingkungan Penunjang

Usaha dan Lingkungan Penunjang meliputi norma, kebiasaan, undang-undang, peraturan, kebijakan, perdagangan internasional dan prasarana umum (jalan, listrik, dan

(30)

lain-lain) serta layanan umum (pendidikan, kesehatan) untuk menunjang atau menghambat pergerakan suatu produk atau jasa di rantai nilainya. Lingkungan kebijakan nasional dan peraturan penting demi fungsi pasar dan perusahaan. Kinerja buruk pemerintah setempat, penegakan hukum serta rezim peraturan yang lemah meningkatkan biaya dan risiko transaksi, membatasi investasi dalam hubungan dan peningkatan mutu.

3. Hubungan Vertikal

Hubungan antar perusahaan di seluruh tingkatan rantai nilai penting untuk memindahkan produk atau jasa ke pasar akhir. Transaksi efisien antara perusahaan terkait secara vertikal dalam rantai nilai meningkatkan daya saing keseluruhan dari industri tersebut. Hubungan vertikal juga mempermudah penyerahan manfaat dan layanan terkait, pengalihan keterampilan dan informasi antar perusahaan baik ke atas dan bawah dalam urutan rantai nilai. Hubungan vertikal menguntungkan antar perusahaan terkait dapat meningkatkan akses Usaha Menengah Kecil (UMK) terhadap pasar, keterampilan baru dan berbagai layanan, dan mengurangi risiko pasar dengan menjamin penjualan di masa mendatang.

4. Hubungan Horizontal

Ada tegangan yang diperlukan antara kerjasama dan persaingan antar perusahaan yang menjalankan fungsi serupa dalam suatu rantai nilai. Hubungan antar perusahaan baik formal maupun informal mengurangi biaya transaksi bagi pembeli yang berurusan dengan pemasok kecil. Dengan menunjang pembelian bahan baku dalam jumlah besar, memungkinkan terpenuhinya pesanan besar, hubungan horizontal membantu perusahaan kecil untuk menghasilkan pendapatan

besar. Asosiasi industri memungkinkan penciptaan standar-standar industri dan pelaksanaan strategi pemasaran.

5. Pasar Pendukung (Supporting Markets)

Jasa pendukung adalah kunci peningkatan tingkat perusahaan. Jasa tersebut meliputi jasa keuangan; jasa lintas sektor seperti konsultasi bisnis, nasehat hukum dan

(31)

telekomunikasi; serta jasa khusus bagi sektor, misalnya, jasa perlengkapan irigasi atau jasa perancangan kerajinan tangan. Apabila dibutuhkan untuk waktu yang lama, jasa tersebut harus disediakan secara komersial atau melalui pasar. Pada satu sisi petani telah didorong untuk meningkatkan produksi tetapi ketika produksi berlebih pasar tidak mampu menyerap pasar. Jika dari sistem rantai pasok dan ketersediaan bahan baku dari petani, pengumpul, pedagang, eksportir sampai kepada konsumen dapat terpenuhi dengan baik dan sesuai dengan standar permintaan yang diminta maka prinsipnya networking siklus ini akan selalu saling berkelanjutan. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), hubungan organisasi dalam rantai pasok adalah sebagai berikut:

 Rantai 1 adalah supplier. Jaringan bermula dari sini. Supplier merupakan

sumber penyedia bahan pertama, mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa berbentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, dan suku cadang. Jumlah supplier bisa banyak ataupun sedikit. Supplier rantai pasok pertanian terdiri dari produsen dan tengkulak. Produsen bisa menjadi supplier untuk tengkulak atau langsung supplier untuk manufaktur.

 Rantai 1-2 adalah supplier → manufaktur. Pada rantai pasok pertanian,

manufaktur adalah pengolah komoditas produk pertanian yang memberikan nilai tambah untuk komoditas tersebut. Hubungan konsep

supplier partnering antara manufaktur dengan supplier mempunyai

potensi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.

 Rantai 1-2-3 adalah supplier → manufaktur → distributor. Barang yang

sudah jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelanggan. Cara yang umum

dilakukan adalah melalui distributor dan biasanya ditempuh dengan supply

chain. Barang yang berasal dari gudang pabrik disalurkan ke gudang

(32)

distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar kemudian barang tersebut disalurkan kepada pengecer dalam jumlah yang lebih kecil.

 Rantai 1-2-3-4 adalah supplier → manufaktur → distributor → retail.

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Dalam rantai pasok pertanian, pedagang besar sebagai distributor memasok produk pertaniannya kepada pengecer di pasar tradisional maupun di pasar moderen.

 Rantai 1-2-3-4-5 adalah supplier → manufaktur → distributor → retail →

pelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli.

Mata rantai pasok akan berhenti ketika barang tersebut tiba pada pemakai langsung.

Struktur rantai pasok produk pertanian menurut Marimin dan Maghfiroh (2011) memiliki keunikan karena tidak selalu mengikuti urutan rantai diatas. Petani dapat langsung menjual hasil pertaniannya langsung ke pasar selaku retail, sehingga telah memutus rantai pelaku tengkulak, manufaktur dan distributor. Manufaktur juga tidak harus memasok produk lewat distributornya ke retail, tapi bisa langsung ke pelanggan.

Pelanggan disini biasanya adalah pelanggan besar seperti restoran, rumah sakit, ataupun hotel. Manufaktur juga banyak menggunakan jasa eksportir selaku distributor untuk memasarkan produknya ke pelanggan internasional. Struktur rantai pasok pertanian ditunjukkan pada Gambar 2.3.

(33)

Gambar 2.3. Struktur Rantai Pasok Pertanian

2.2.3. Mekanisme Rantai Pasok

Pada hakekatnya, mekanisme rantai pasok produk pertanian secara alami dibentuk oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri. Pada negara berkembang seperti Indonesia, mekanisme rantai pasok produk pertanian dicirikan dengan lemahnya produk pertanian dan komposisi pasar. Adanya kelemahan-kelemahan produk pertanian, misalnya mudah rusak, musiman, jumlah yang banyak dengan nilai yang relatif kecil, tidak seragam, dan lain-lain akan mempengaruhi mekanisme pemasaran, seringkali menyebabkan fluktuasi harga yang akan merugikan pihak petani selaku produsen (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

Mekanisme rantai pasok produk pertanian dapat bersifat tradisional ataupun modern. Mekanisme tradisional adalah petani menjual produknya langsung ke pasar atau lewat tengkulak, dan tengkulak yang akan menjualnya ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Pada rantai pasok modern, petani sebagai produsen dan pemasok pertama produk pertanian membentuk kemitraan berdasarkan perjanjian atau kontrak dengan manufaktur, eksportir, atau langsung dengan pasar sebagai retail, sehingga petani memiliki posisi tawar yang baik. Perjanjian atau kontrak antara petani dan mitra berdampak baik untuk keduanya. Petani mendapatkan kepastian pembelian hasil panennya dengan harga yang telah disepakati, dan mitra mendapatkan produk pertanian yang memiliki spesifikasi mutu yang telah disepakati juga. Mekanisme ini tidak hanya

Supplier

Manufacturer

Distributor

Retailer Customer

(34)

memacu petani untuk terus meningkatkan mutu hasil pertaniannya, tapi juga memacu para pelaku rantai pasok yang lain seperti manufaktur, distributor, dan retail untuk menjamin kualitas produk yang diinginkan oleh pasar, sehingga produk dapat diterima oleh konsumen lokal maupun mancanegara (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

2.2.4. Kelembagaan Rantai Pasok

Kelembagaan rantai pasok adalah hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling mendukung di antara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas. Kelembagaan tersebut mencapai satu atau lebih tujuan yang menguntungkan semua pihak yang ada di dalam dan di luar kelembagaan tersebut.

Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok, mekanisme yang berlaku, pola interaksi antar pelaku, serta dampaknya bagi pengembangan usaha suatu komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku pada rantai pasok tersebut (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

Dalam perkembangannya, bentuk kelembagaan supply chain atau rantai pasok pertanian terdiri dari dua pola, yaitu pola perdagangan umum dan pola kemitraan. Pola perdagangan umum melibatkan berbagai pelaku tataniaga yang umum ditemukan di banyak lokasi, antara lain petani baik secara individu atau kelompok dan pedagang. Pola kemitraan rantai pasok adalah hubungan kerja diantara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu.

Keberhasilan kelembagaan rantai pasok komoditas pertanian tergantung sejauh mana pihak-pihak yang terlibat mampu menerapkan kunci sukses (key

success factor) yang melandasi setiap aktivitas di dalam kelembagaan tersebut.

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011) kunci sukses ini terindentifikasi melalui

(35)

penelusuran yang detail dari setiap aktivitas di dalam rantai pasokan. Kunci sukses tersebut adalah :

1. Trust Building

Kepercayaan yang terbangun di antara anggota rantai pasokan mampu mendukung kelancaran aktivitas rantai pasokan, seperti kelancaran pada transaksi penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar.

2. Koordinasi dan Kerjasama

Koordinasi di antara anggota rantai pasokan sangat penting guna mewujudkan kelancaran rantai pasokan, ketepatan pasokan mulai dari produsen hingga retail dan tercapainya tujuan rantai pasokan.

3. Kemudahan Akses Pembiayaan

Akses pembiayaan yang mudah, disertai dengan bentuk administratif yang tidak rumit akan memudahkan pihak-pihak di dalam rantai pasokan dalam mengembangkan usahanya. Dengan mudahnya akses pembiayaan tersebut, maka diharapkan pengembangan usaha di bidang agribisnis ini dapat berkembang dengan baik.

(36)

4. Dukungan Pemerintah

Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator sangat penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan struktur rantai pasokan yang mapan.

Distribusi informasi pasar yang disediakan oleh pemerintah, kebijakan-kebijakan yang mengatur rantai pasok komoditas pertanian, penyediaan infrastruktur yang memadai, pendampingan dan pembinaan oleh PPL serta pengadaan pameran atau ekshibisi produk pertanian dapat meningkatkan daya saing rantai pasokannya.

2.2.5. Tantangan dalam Mengelola Rantai Pasok

Menurut Pujawan (2010) mengelola rantai pasok melibatkan banyak pihak di dalam maupun diluar sebuah perusahaan serta menangani cakupan kegiatan yang sangat luas. Ditambah lagi dengan berbagai ketidakpastian yang ada di sepanjang rantai pasok serta semakin meningkatnya persaingan di pasar, maka dibutuhkan supply chain management dengan pendekatan dan model pengelolaan yang tepat. Selain itu, berbagai aturan dari pemerintah maupun masyarakat untuk tetap menjaga aspek lingkungan dalam kegiatan rantai pasok.

1. Kompleksitas struktur rantai pasok

Suatu supply chain biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak pihak di dalam maupun diluar perusahaan. Pihak-pihak tersebut seringkali memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Konflik yang terjadi merupakan tantangan besar dalam mengelola rantai pasok. Kompleksitas suatu rantai pasok juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zona waktu, dan budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

(37)

2. Ketidakpastian

Ketidakpastian merupakan sumber utama kesulitan pengelolaan suatu rantai pasok. Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang sudah dibuat sehingga perusahaan perlu menciptakan antisipasi pengamanan disepanjang rantai pasok baik berupa persediaan (safety stock), waktu (safety time), ataupun kapasitas produksi maupun transportasi. Ketidakpastian dalam manajemen rantai pasok dapat berasal dari tiga sumber, yaitu:

a. Ketidakpastian permintaan

Pada setiap alur produk dari hulu hingga ke hilir tidak terhindarkan dengan ketidakpastian baik itu dari toko atau supermarket yang tidak memiliki informasi yang pasti berapa suatu produk akan terjual pada minggu atau hari tertentu. Mereka hanya bisa meramalkan dan kemungkinan ramalan itu benar kecil. Bahkan, semakin ke hulu ketidakpastian permintaan ini biasanya semakin meningkat. Peningkatan ketidakpastian atau variasi permintaan dari hilir ke hulu pada suatu supply chain dinamakan bullwhip effect.

b. Arah supplier

Ini bisa berupa ketidakpastian lead time pengiriman, harga bahan baku atau komponen, ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang dikirim.

c. Ketidakpastian internal

Ketidakpastian internal yang dapat disebabkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu maupun kualitas produk.

(38)

Gambar 2.4. Ketidakpastian pada Rantai Pasok Sumber : Pujawan (2010)

Struktur rantai pasok dapat dianalisis secara kualitatif, dengan menganalisis kinerja atau performance yang dihasilkan. Analisis kinerja rantai pasok secara kualitatif didukung dengan adanya pengukuran kinerja yang kuantitatif agar menghasilkan hasil kinerja yang lebih terukur dan objektif. Proses tersebut saling terintegrasi antar anggota yang tergabung di dalamnya, pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan pendekatan tertentu. Kinerja rantai pasok didefinisikan sebagai titik temu antara konsumen dan beberapa yang memiliki kepenting dimana syarat keduanya telah terpenuhi dengan indikator kinerja dari waktu ke waktu.

Keberhasilan rantai pasok dapat dilihat dari tingkat kinerja yang dimilikinya, kinerja rantai pasok dapat diukur melalui kinerja yang efisien. Perhitungan biaya total rantai pasok terdiri dari penjumlahan harga di tingkat petani, biaya transportasi dan pengemasan, biaya mark-up, serta pemborosan akibat barang usaha dan biaya kehilangan dalam transportasi. Pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan analisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya.

Produk Akhir

Work In

Process Produk

Akhir Ketidakpastian

Pasokan

Ketidakpastian Internal

Ketidakpastian Permintaan

(39)

2.3. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.5. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kurniawan, dkk (2014) dengan judul Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Komoditas Cabai Merah Besar Di Kabupaten Jember, yang mana harga komoditas cabai merah besar di Kabupaten Jember cenderung fluktuatif sehingga dibutuhkan pengelolaan manajemen rantai pasokan agar lebih efisien. Analisis efisiensi dari penelitian Kurniawan (2014) hanya menggunakan analisis deskriptif analitik, sedangkan dalam penelitian ini dihitung dari data kuisioner tertutup dan diukur dengan menggunakan metode analisis margin pemasaran.

Pengukuran rantai pasok yang efisien dengan menggunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP) juga telah dilakukan oleh Yuniar (2012), perbedaannya adalah dalam penelitian yang dilakukan Yuniar hanya ingin mengetahui mekanisme rantai pasoknya saja, sedangkan penelitian ini menganalisis alur distribusi dan melihat bagaimana kinerja rantai pasok buah pepaya yang efisien.

Tabel 2.5. Penelitian Terdahulu tentang Rantai Pasok Komoditas Pertanian

No

Nama dan Tahun

Penulisan Judul Penelitian

Variabel dan Metode yang

Digunakan Hasil Penelitian 1. Rini Yuli

Susanti (2018)

Analisis Rantai Pasokan (supply chain) Buah Naga di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur

- Analisis Deskriptif - Snowballing

Sampling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi Kondisi rantai pasok buah nagadi Kabupaten Banyuwangi saat ini masih belum semua efisien dan baik. Jika dilihat dari pengukuran.

Kinerja rantai pasok, rantai pasok buah naga di Kabupaten Banyuwangi belum mencapai kinerja yang optimal

2. Dedet

Deveriky, Melinda Noer,

Mahdi

Analisis Manajemen Rantai Pasok Buah Manggis

- Analisis Deskriptif

Struktur ranta pasok manggis di Kenagarian Sungai Talang

dimulai dari petani, kelompok tani dan pedagang perantara.Tiga alur

(40)

Tabel 2.5. (Lanjutan)

N o

Nama dan Tahun

Penulisan Judul Penelitian

Variabel dan Metode

yang Digunakan

Hasil Penelitian

(2015) Oleh Kelompok Tani di Kenagarian

Sungai Talang Kabupaten 50 Kota Provinsi Sumatera Barat.

rantai pasokan adalah arus barang, aliran uang dan aliran informasi. Kinerja ke andalan rantai pasok adalah 30,60, kinerja responsivitas rantai pasok adalah 11,5 hari, dan nilai biaya rantai pasok adalah 1,21 dan hasil perhitungan indikator kunci kritis adalah 0,681.

3. Yuniar (2012)

Analisis Manajemen Rantai Pasok

Melon Di Kabupaten

Karanganyar

- Analisis Deskript if - Analityc

al Hierarch y Process (AHP)

- Mekanisme rantai pasok melon ada dua pola distribusi yaitu pola rantai pasok Sky Rocket dengan tujuan pasar tradisional dan pola

rantai pasok

Rock Melon

dengan tujuan pasar Modern dan ekspor - Untuk manajemen r

antai pasok melon supaya

efisien, alternatif ske nario

yang terpilih adalah memfasilitasi sarana dan prasarana untuk p etani.

4. Ratih Prihatiningt ys, Alim Setiawan S, Nur Hadi Wijaya (2015)

Analisis peningkatan kualitas pada Rantai pasok Buah pepaya Calina

Analisis Deskriptif

Tiga hasil atribut utama keinginan konsumen adalah rasa manis, warna, dan tekstur daging buah.

Aktivitas rantai pasok yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi berdasarkan analisis QFD adalah pemeliharaan (nilai 525) dalam budidaya.

Adanya dua atribut yang mengalami

ketidaksesuaian mutu, yaitu pepaya memar dan terserang hama penyakit.

(41)

Tabel 2.5. (Lanjutan)

N o

Nama dan Tahun

Penulisan Judul Penelitian

Variabel dan Metode

yang Digunakan

Hasil Penelitian

Penyebabnya adalah bahan baku, management, tenaga kerja, lingkungan, machine and method.

Prioritas tertinggi yang dapat dipilih sebagai alternatif . strategi adalah peningkatan kapasitas produksi, kualitas produk, dan jaminan keamanan dengan memperluas jaringan distribusi.

5. Chairul Furqon (2014)

Analisis Manajemen dan Kinerja

Rantai Pasokan Agribisnis Buah Stroberi di Kabupaten Bandung

- Deskript if - software

POMWI N

Bahwa Rantai Pasokan Stroberi di Kabupaten Bandung termasuk kategori multi saluran, manajemen rantai pasokannya meliputi pola tradisional dan kemitraaan, faktor pendorong utama adalah potensi pengembangan agrowisata dan permintaan yang tinggi, sementara faktor penghambat antara lain berkaitan dengan kesulitan perolehan bibit berkualitas, dan kelembagaan rantai pasokan; kinerja rantai pasokan termasuk kategori tidak efisien, dilihat dari besarnya margin, dan rantai pasok yang panjang.

6. Nur Ocvanny Amir, Syafrial, dan Djoko Koestiono (2014)

Analisis Manajemen Rantai Pasokan Komoditas Pisang Mas

Analisis Deskriptif

1. Kondisi rantai pasokan pisang mas Kirana yang menyangkut Kirana Aliran barang, aliran uang, dan aliran informasi termasuk dalam kategori baik 2. Performansi KUB

terbaik adalah KUB Tani Maju dan KUB Seka Rindu (100%) dan

(42)

Tabel 2.5. (Lanjutan)

N o

Nama dan Tahun

Penulisan Judul Penelitian

Variabel dan Metode

yang Digunakan

Hasil Penelitian

performansi KUB terendah adalah KUB Tugu Sari (20%), selanjutnya

performansi CV Suka dana memiliki nilai 90.5%,

3. Rata-rata semua pihak merasa percaya, memiliki komitmen sangat baik, sering melakukan komunikasi, merasa puas, dan sangat tergantung terhadap kinerja mitranya, dan

4. Perumusan prioritas masing-masing

tingkatan dalam pengukuran kinerja rantai pasokan pisang

mas Kirana

menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas pertama disetiap tingkatan adalah proses pengadaan (0.384), atribut reliabilitas (0.322), dan indikator pemenuhan pesanan sempurna (0.399).

7. Megawati Citra Alam (2017)

Analisis supply chain management Bawang Merah Di Kota Medan.

- Analisis Deskript if - Analityc

al Hierarch y Process (AHP)

Ada dua model supply chain bawang merah di Kota Medan yaitu model Bawang merah Lokal (Medan Dan Brebes) dan bawang merah impor.

Untuk model bawang merah lokal dapat dibedakan berdasarkan 3 (tiga) daerah produsen, yaitu model Medan Marelan, Samosir, dan Simalungun. Model Medan Marelan dan

(43)

Tabel 2.5. (Lanjutan)

N o

Nama dan Tahun

Penulisan Judul Penelitian

Variabel dan Metode

yang Digunakan

Hasil Penelitian

Simalungun mempunyai 7(tujuh) rantai pasok, sedangkan Model Samosir mempunyai 8 (delapan) rantai pasok. Kondisi ini menunjukkan bahwa supply chain management bawang merahl okal di Kota Medan belum efisien karena panjangnya alur distribusi. Supply chain bawang merah impor lebih efisien karena memiliki alur distribusi yang lebih pendek dengan 5 (lima) rantai pasok .Selain itu, berdasarkan penilaian dan penetapan prioritas Analitycal Hierarchy Process (AHP), model yang digunakan AHP adalah supply chain management bawang merah yang efisien di Kota Medan. Faktor dari goal hierarki AHP adalah ketersediaan produk dan kestabilan harga. Aktor yang berpengaruh adalah pedagang pengumpul, produsen, pedagang dan distributor. Tujuan yang ingin dicapai adalah, keberlanjutan usaha produsen, peningkatan kesejahteraan produsen, peningkatan nilai produk dan keberlanjutan usaha distributor. Alternatif skenarionya adalah kebijakan pemerintah, fasilitas sarana dan prasarana produsen, dan akses informasi dan teknologi.

(44)

Tabel 2.5. (Lanjutan)

N o

Nama dan Tahun

Penulisan Judul Penelitian

Variabel dan Metode

yang Digunakan

Hasil Penelitian

8. Kurniawan, R.D, Suwandari, Ridjal (2014)

Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Komoditas Cabai Merah Besar di Kabupaten Jember

- Analisis Deskript if - Analisis

Margin pemasar an

- Aliran produk dapat dibedakan menjadi aliran produk berupa buah cabai merah besar dan aliran produk berupa produk olahan cabai merah besar dalam bentuk bumbu bali kemasan;

- Aliran Informasi terbagi menjadi aliran informasi secara horizontal dan aliran informasi secara vertikal;

- Aliran keuangan dibedakan menjadi 12 macam aliran, dimana sistem transaksi pembayaran sangat mempengaruhi kinerja dari setiap mata rantai;

- Rantai pasokan komoditas cabai merah besar di Kabupaten Jember adalah efisien jika dilihat dari: a) Nilai share keuntunganl ebih besar bila dibandingkan dengan share biaya (ski

> sbi) dan; b) Nilai share bagian harga setiap mata rantai dinilai adil atau proporsional sesuai dengan fungsi yang dilakukan;

- Masih terdapat saluran distribusi yang belum efisien bila dilihat dari

nilai pangsa

produsennya (PS) yang kurang dari 70%.

9. Dewa K. S, Sumaryanto, Swastika (2012)

Rantai pasok beras di Indonesia (Kasus Provinsi Jabar, Kalbar dan Kalsel)

- Analisis Deskript if - Granger

- Harga beras di pasar

induk jakarta

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

(45)

Tabel 2.5. (Lanjutan)

N o

Nama dan Tahun

Penulisan Judul Penelitian

Variabel dan Metode

yang Digunakan

Hasil Penelitian

Causalit y

harga gabah di Provinsi jabar, Kalbar dan Kalsel dengan harga beras di Bandung, pontianak dan Banjarmasin.

- Ada dua faktor yang memperkuat integrasi pasar, yaitu pasar beras baik antar provinsi maupun antarpulau berjalan lancar, karena beras merupakan kebutuhan pokok. Yang kedua adalah adanya intervensi pemerintah dalam pemasaran gabah dan beras.

- Dari analisis granger causality ditemukan bahwa harga gabah di tiga provinsi contoh berpengaruh nyata terhadap harga beras di masing-masing, tetapi harga beras di masing- masing kota provinsi tidak secara nyata memengaruhi harga gabah di provinsi masing-masing. Hal ini menandakan adanya transmisi harga yang tidak simetri antara harga beras dan gabah.

10 .

Rachmat, M, Hayati, M,

Rahmaniar, D. (2012)

Rantai Pasok Kentang (Studi Kasus di Kabupaten Garut, Jawa Barat)

- Analisis Deskriptif

- Supply chain management (SCM) kentang di Kabupaten Garut belum berjalan dengan baik karena: (1) Ketersedian benih kentang belum dapat memenuhi kebutuhan petani; (2) Kondisi jalan usahatani hanya dapat dilalui kendaraan roda

(46)

Tabel 2.5. (Lanjutan)

N o

Nama dan Tahun

Penulisan Judul Penelitian

Variabel dan Metode

yang Digunakan

Hasil Penelitian

2; (3) Kemampuan modal petani kecil; (4) Tanaman kentang rentan serangan OPT;

(5) Kurangnya data dan informasi tentang kemampuan produksi dari daerah sentra produksi.

- Penerapan SCM merupakan upaya membangun jejaring pelaku usaha dalam suatu sistem yang terpadu yaitu:(a) proses budi daya untuk menghasilkan produksi;

(b) mentrasformasikan hasil produksi bahan menjadi produk bermutu melalui penanganan panen dan pascapanen yang baik, dan (c) pengiriman produk ke konsumen melalui sistem distribusi yang baik.

2.4. Kerangka Pemikiran

Buah pepaya diperdagangkan dalam bentuk masak segar untuk dikonsumsi sebagai makanan buah ataupun mentah sebagai sayuran. Buah pepaya dikonsumsi oleh semua usia karena rasanya yang manis dan segar. Buah pepaya juga mengandung getah yang dipergunakan sebagai bahan baku industri. Buah pepaya banyak diminta oleh pasar tradisional, rumah-rumah makan, swalayan dan supermarket. Permintaan juga banyak berdatangan dari pedagang-pedagang buah yang bermunculan di berbagai tempat untuk

Gambar

Gambar 2.1. Buah Pepaya
Gambar 2.2. Model rantai pasok dan 3 macam aliran yang dikelola perusahaan (Pujawan,  2010)
Gambar 2.3. Struktur Rantai Pasok Pertanian
Gambar 2.4. Ketidakpastian pada Rantai Pasok  Sumber : Pujawan (2010)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Aktor-aktor utama yang berpengaruh terhadap strategi pengembangan manajemen rantai pasok sayuran organik di Pangalengan adalah petani dan pedagang, pemerintah,

Pelaku dan aktivitas agribisnis bawang merah sangat kompleks dimana memiliki beberapa rantai pasok yang terdiri dari beragam pelaku yang terlibat (petani, pedagang penangkar

Rantai pasok gambir yang dilakukan analisis nilai tambah pada penelitian ini yaitu saluran 1 pemasaran gambir dimulai dari petani, pedagang pengumpul, eksportir lokal dan konsumen

Dari Tabel 11 diketahui ternyata bobot risiko yang ditanggung oleh petani didalam struktur rantai pasok sangat tinggi yaitu 0,74 sementara profit yang dperoleh

Pada rantai pasok kentang, aliran infromasi pertama dimulai dari petani yang menginformasikan ke pedagang pengumpul mengenai hasil produksi yang dipanen, dan Pedagang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak-pihak yang terkait dalam rantai pasok agroindustri kopi luwak di Provinsi Lampung ini adalah terdiri dari petani kopi,

Kolaborasi Rantai Pasok Pada penelitian ini, kolaborasi rantai pasok Porang di kecamatan Cenrana dimulai dari petani selaku pemasok porang yang memiliki pasokan dari hasil budidaya

Dapat disimpulkan bahwa rantai pasok jagung sebagai bahan baku pakan ternak yang sudah berjalan di daerah penelitian ini adalah petani pemasok – pengusaha pakan ternak – pedagang pakan