• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sektor perikanan di Kota Tegal terdiri dari perikanan laut, perikanan darat (tambak/kolam), dan perairan sungai. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut di Kota Tegal tersaji di Tabel 2.3. Potensi sumberdaya ikan di lokasi penelitian umumnya berasal dari kawasan perairan Laut Jawa. Perkembangan produksi perikanan laut di Kota Tegal sejak tahun 2008 sampai dengan 2012 bersifat fluktuatif, tetapi cenderung mengalami kenaikan (Tabel 2.3). Nilai produksi perikanan laut dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami kecenderungan kenaikan yang cukup signifikan. Peningkatan nilai produksi perikanan laut menunjukkan bahwa jenis ikan yang ditangkap mempunyai nilai jual ekonomis yang tinggi selain harga ikan yang terus meningkat.

Tabel 2.3 Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut di Kota Tegal sejak tahun 2008-2012 (BPS Kota Tegal 2013)

2008 2009 2010 2011 2012

Produksi perikanan laut (kg) 19.539.491 25.285.303 20.323.865 29.516.013 27.178.122 Nilai produksi perikanan laut

(Ribu Rupiah) 124.899.612 147.611.365 135.616.286 198.911.948 206.770.092 Sumber: Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal

Dibawah ini disajikan keadaan sarana kapal penangkap ikan laut yang beroperasi di Kota Tegal tahun 2008-2012. Dari tabel 2.4 terlihat bahwa jenis perahu tanpa motor jumlahnya dari 16 perahu di tahun 2008, turun menjadi 3 perahu, dan sejak tahun 2010 tidak ada lagi nelayan yang menggunakan perahu tanpa motor di Kota Tegal (BPS Kota Tegal 2013). Untuk motor tempel jumlahnya mengalami penurunan pada tahun 2009 dan kondisinya stagnan sejak tahun 2010. Umumnya motor tempel digunakan untuk kapal-kapal di bawah 10 GT (Lampiran 1).

Tabel 2.4 Banyaknya perahu menurut kategori di Kota Tegal tahun 2008-2012 Tahun Kapal Motor Motor Tempel Perahu Tanpa Motor

(1) (2) (3) (4) 2008 531 544 16 2009 562 376 3 2010 683 260 0 2011 583 260 0 2012 683 270 0

22

Gambar 2.6 Keadaan perahu menurut kategori di Kota Tegal tahun 2008-2012 (BPS Kota Tegal 2013)

Perkembangan jumlah nelayan yang ada di Kota Tegal secara umum mengalami kenaikan sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Hanya pada tahun 2010 jumlahnya mengalami penurunan dari 12,113 nelayan menjadi 11,784 nelayan yaitu sebesar 2.716%. Untuk keadaan jumlah nelayan yang ada di Kota Tegal dapat disajikan pada Gambar 2.7 di bawah ini.

Gambar 2.7 Keadaan perkembangan jumlah nelayan di Kota Tegal tahun 2008- 2012 (BPS Kota Tegal 2013)

Komposisi alat tangkap yang digunakan nelayan skala kecil di Kota Tegal dapat dilihat pada Gambar 2.8. Dari Gambar 2.8 tersebut terlihat bahwa alat tangkap dominan yang digunakan nelayan skala kecil di Kota Tegal adalah alat

23 tangkap arad sedangkan alat tangkap bundes jumlahnya paling sedikit dibandingkan alat tangkap lainnya (Lampiran 1).

Gambar 2.8 Komposisi alat tangkap yang digunakan nelayan skala kecil di Muarareja Kota Tegal tahun 2013 -2014

Sektor perikanan laut di Kota Tegal dikelola dan di bawah kendali Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal yang berkedudukan di Kota Tegal. Dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya maka Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal dipimpin oleh seorang Kepala Dinas beserta jajaran pendukungnya sesuai Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 11 tahun 2008 dan Peraturan Walikota Tegal nomor 20 tahun 2009 tentang uraian tugas jabatan struktural pada Dinas Daerah Kota Tegal (Dislantan Kota Tegal 2014a).

Dalam melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah dibidang Kelautan dan Pertanian di Kota Tegal maka disusun Rencana Strategis yang merupakan suatu rangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Visi Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal adalah menjadi mitra bagi nelayan, petani dan peternak dalam mewujudkan produk yang berdaya saing tinggi dan aman (Dislantan Kota Tegal 2014a). Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam mencapai visi misi yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) kelautan dan pertanian, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan pembinaan pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan pertanian, peningkatan peran aktif pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan pertanian dalam produksi dan pemasaran. Tabel 2.5 memperlihatkan berbagai program yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2014 khususnya di sektor kelautan dan perikanan

24

Tabel 2.5 Sasaran dan Program Dinas Kelautan dan Perikanan khususnya di Sektor Kelautan dan Perikanan tahun 2014 (Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal 2014a)

No Sasaran Program

1 Meningkatnya kualitas

SDM kelautan dan

pertanian

Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran hasil perikanan

 Kegiatan optimalisasi pengelolaan dan pemasaran hasil perikanan

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat Pesisir

 Kegiatan pembinaan ekonomi masyarakat pesisir

2 Meningkatnya sarana

dan prasarana bidang Kelautan, Pertanian dan Peternakan

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

 Kegiatan sarana dan prasarana pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (DAK 2014)

 Kegiatan Minapolitan (bantuan keuangan dari Provinsi Jawa Tengah)

 Kegiatan sarana dan prasarana perikanan budidaya (bantuan keuangan dari Provinsi Jawa Tengah)

Program Pengembangan Perikanan Tangkap

 Kegiatan lembaga usaha perikanan tangkap

 Kegiatan pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap

Program pengembangan budidaya perikanan

 Kegiatan pengembangan sarana dan prasarana produksi perikanan budidaya (DAK 2014) Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

 Kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pengolahaan, peningkatan dan pemasaran hasil perikanan (DAK 2014)

Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar

 kegiatan pengembangan perikanan budidaya laut, air payau dan air tawar

3 Peningkatan pembinaan

pelaku utama dan

pelaku usaha kelautan dan pertanian

Program pengembangan perikanan tangkap

 Kegiatan operasional TPI

Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat

 Kegiatan penyuluhan budaya kelautan 4 Peningkatan peran aktif

pelaku utama dan

pelaku usaha kelautan dan pertanian dalam produksi dan pemasaran

Program peningkatan kesejahteraan petani

 Kegiatan penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agribisnis

25 Program-program pemberdayaan maupun peningkatan sarana dan pra sarana sektor kelautan dan perikanan ini telah dilaksanakan Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal pada tahun anggaran 2014. Hal ini dilakukan untuk mencapai visi, misi dan tujuan Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal. Bantuan program ini ada yang dibiayai anggaran Dinas dan Pertanian Kota Tegal melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) 2014 maupun anggaran yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, dan yang berasal dari pemerintah pusat. Dilihat dari fokus program dan sasaran Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal dapat disimpulkan bahwa program dan sasaran yang dikerjakan tersebut lebih banyak ditujukan kepada pelaku nelayan baik itu nelayan tangkap, nelayan pembudidaya maupun nelayan pengolah, serta masyarakat nelayan yang berdiam di wilayah pesisir. Hal ini dapat dimengerti karena kontur alam Kota Tegal sebagian besar berada di wilayah pesisir pantai.

3

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI NELAYAN

SKALA KECIL

Pendahuluan

Perikanan merupakan sektor yang memanfaatkan sumber daya yang terdapat di alam dan merupakan salah satu aset penting yang dapat memberi manfaat dari segi ekonomi. Manfaat ekonomi yang ditimbulkan dari sektor perikanan adalah sebagai sumber mata pencaharian, sumber pendapatan negara, menciptakan lapangan pekerjaan secara padat karya, maupun penyedia produk bahan pangan hewani bagi masyarakat. Untuk mendapatkan manfaat ekonomi tersebut, maka pengelolaan sumberdaya tersebut harus dilakukan dengan cara-cara pengelolaan yang tepat dan bertanggung jawab agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Di sisi lain, adanya eksploitasi perikanan secara berlebihan dan degradasi lingkungan telah mengancam kelangsungan sumberdaya pesisir dan laut yang pada akhirnya akan mengancam mata pencaharian nelayan di kawasan pesisir (Ahmed et al. 2013) Permasalahan klasik yang umumnya dihadapi nelayan skala kecil terkait dengan persoalan kemiskinan baik dalam skala rumah tangga maupun komunitas (Allison and Ellis 2001, Bene 2003), marginalisasi, kerentanan, keterbelakangan, atau permasalahan menurunnya potensi sumberdaya ikan (Allison and Ellis 2001).

Pendapatan nelayan merupakan salah satu indikator sosial ekonomi yang mencerminkan seberapa besar tingkat kesejahteraan di kalangan nelayan (Cinner dan Pollnac 2004). Perubahan yang terjadi pada hasil tangkapan ikan nelayan akan berpengaruh pada produksi perikanan tangkap secara keseluruhan yang pada gilirannya memberi pengaruh pada nilai produksi perikanan ataupun sumber pendapatan di suatu daerah.

Perikanan tangkap nasional dicirikan dengan perikanan skala kecil (Hermawan 2006). Populasi nelayan di Indonesia didominasi oleh nelayan skala kecil sebanyak 95%, yang merupakan nelayan tradisional (Murdiyanto 2011). Nelayan skala kecil dicirikan sebagai nelayan yang mengoperasikan teknologi penangkapan tradisional, memiliki keterbatasan dalam menyediakan faktor-faktor produksi untuk menangkap ikan, dan lokasi fishing grounds (daerah penangkapan ikan) tidak jauh dari pantai (Murdiyanto 2011). Sebagian besar nelayan skala kecil ini pada umumnya dikategorikan standar kesejahteraan hidupnya rendah. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP 2012), keberadaan nelayan miskin berjumlah 7.87 juta orang atau 25.14 persen dari angka kemiskinan nasional secara keseluruhan.

Kehadiran perikanan skala kecil memberikan kontribusi signifikan terhadap masyarakat pesisir dalam memberikan kesempatan kerja dan juga menghasilkan pendapatan bagi Pemerintah daerah. Namun di sisi lainnya pengelolaan perikanan skala kecil pada umumnya tidak tertata dengan baik. Pendekatan pengelolaan konvensional yang dilakukan selama ini tidak mampu berpacu dengan kemajuan ekonomi, teknologi, populasi yang meningkat, kemiskinan maupun permintaan kenaikan pangan (Berkes et al. 2001). Pola

27 kebijakan pengelolaan saat ini lebih bertumpu pada dimensi ekologi yang bertujuan untuk mengembalikan stok ikan yang cenderung menurun, sedangkan isu-isu sosial budaya kurang mendapat perhatian, sehingga komunitas nelayan skala kecil harus berjuang untuk keluar dari pola kebijakan ini (Urquhart et al. 2014)

Aspek sosial, ekonomi, ekologi harus diperhatikan dalam kerangka pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan (Ahmed et al. 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi perikanan skala kecil merupakan mata rantai yang penting dalam menggambarkan kegiatan operasi penangkapan ikan. Pemahaman yang menyeluruh mengenai karakteristik sosial ekonomi dan kebutuhan nelayan skala kecil (Bene 2003) beserta faktor produksinya sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kegagalan dari sisi pengelolaan perikanan skala kecil. Stanford et al. (2013) menyatakan untuk memahami sektor perikanan secara utuh diperlukan juga pemahaman dari aspek sosial ekonomi, yang kadang kala komponen sosial ekonomi sering dilewatkan pada proses integrasinya.

Kegiatan perikanan tangkap yang ada di wilayah perairan Kota Tegal, merupakan salah satu contoh aktivitas perikanan yang sebagian besar merupakan usaha skala kecil, di mana nelayan yang beroperasi di wilayah pesisir Kota Tegal adalah nelayan skala kecil. Semua permasalahan yang telah dijelaskan di atas memerlukan analisis potret sosial ekonomi masyarakat setempat untuk memahami aspek pengelolaan perikanan skala kecil secara utuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor sosial ekonomi nelayan skala kecil di Kota Tegal. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memetakan tingkat kesejahteraan nelayan skala kecil di Kota Tegal.