• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PEWARTAAN NABI AMOS

A. Latar Belakang Umat Israel

1. Keadilan Sosial

Membaca kitab Amos, orang segera memperoleh kesan kuat bahwa nabi adalah pembela keadilan. Apa yang diwartakan Amos sebenarnya bukan atas hasil renungan dan pertimbangan nabi sendiri. Amos dalam hal ini sungguh memiliki kesadaran total bahwa apa yang ia lakukan semata- mata atas kehendak Allah. Membaca dari Kitab Suci, ada beberapa alasan yang membuat Amos mengecam bangsa-bangsa lain selain bangsa Israel. Bangsa Damsyik karena melakukan perbuatan jahat kepada daerah Gilead dengan mengirik Gilead dengan eretan pengirik dari besi (Am 1:3c). Mengirik dalam hal ini menunjukkan kebengisan Damsyik yang telah merusak daerah Gilead sedemikian seperti eretan pengirik besi membinasakan mayang dan bulir gandum. Bangsa Gaza karena mereka telah mengangkut ke dalam pembuangan suatu bangsa seluruhnya, untuk diserahkan kepada Edom (Am 1:6c). Yang dimaksudkan di sini ialah Gaza telah melakukan suatu “pengangkutan lengkap” pengangkutan terhadap seluruh penduduk desanya

dengan tidak memandang umur dan jenis kelamin. Penduduk akan dijual kepada bangsa Edom kemudian diperlakukan sebagai budak dan akhirnya dibinasakan. Tirus karena mereka telah menyerahkan tertawan suatu bangsa seluruhnya kepada Edom dan tidak mengingat perjanjian persaudaraan (Am 1:9c). Maksudnya di sini ialah Tirus dengan kejahatannya telah menjual orang Israel sebagai budak, hal ini membuktikan bahwa mereka tidak mengingat dan tidak berlaku sesuai dengan “perjanjian persaudaraan” yaitu suatu perjanjian yang dianggap suci oleh Allah. Edom karena ia mengejar saudaranya dengan pedang dan mengekang belas kasihannya (Am 1:11c). Edom dalam hal ini telah bersalah melawan saudara-saudaranya dalam arti sanak saudara yang sebenarnya. Edom mendendam denga n menahan amarahnya untuk selamanya dan ini merupakan dosa yang berat karena belas kasih diperuntukkan pertama-tama untuk saudara kandung. Amon karena mereka membelah perut perempuan-perempuan hamil di Gilead (Am 1:13c). Yang dilakukan Amon di sini sebenarnya adalah untuk memperluas daerah mereka sendiri dengan merebut selatan Gilead. Semua penduduk yang ada di Gilead mereka musnahkan dan dengan penuh nafsu mereka membelah perut perempuan-perempuan hamil di Gilead. Moab karena ia telah membakar tulang-tulang raja Edom menjadi kapur (Am 2:1c). Di sini Moab tidak dihukum karena kejahatannya yang dilakukan kepada Israel atau Yehuda, tetapi karena tindakannya terhadap raja negeri Edom. Yang ditekankan di sini ialah yang baik dan yang jahat. Betapa jahatnya Moab membakar mayat raja Edom. Padahal pembakaran mayat menurut tradisi kuno sangatlah tidak disetujui. Orang yang mati dibakar berarti orang tersebut tidak diijinkan untuk beristirahat di dalam kubur, sehingga jiwa orang yang mati terpaksa dibiarkan mengembara. Dalam hal ini Moab sangat memandang

rendah perikemanusiaan, Moab juga tidak tidak mempunyai rasa hormat terhadap mayat seseorang dan terhadap ketenangan jiwa orang yang mati itu. Dan kemudian Yehuda karena mereka telah menolak hukum Tuhan (Am 2:4c). Maksudnya di sini ialah bangsa Yehuda tidak lagi memperdulikan kesepuluh Firman yang telah ditetapkan Allah lewat perantaraan Musa. Bangsa Yehuda semakin jauh dari Allah dengan membiarkan diri menyembah dewa-dewa yang sama sekali tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan Allah (Boland, 1966: 7-18).

Alasan-alasan di atas semuanya berkaitan dengan kejahatan yang dilakukan oleh bangsa lain terhadap bangsa-bangsa tetangga. Tetapi di samping itu, alasan ini bukanlah alasan utama mengapa Amos mengecam bangsa Israel. Kini alasan itu bukan lagi soal kejahatan perang terhadap bangsa lain, melainkan kejahatan perang terhadap bangsanya sendiri! Israel akan menghadapi hukuman Tuhan karena melakukan penindasan kepada saudara-saudara sebangsanya sendiri yang miskin dan lemah.

Dengan penuh keberanian Amos memperjuangkan keadilan bagi masyarakat bawahan. Dalam nubuatnya melawan Israel, ia mengecam mereka yang mempraktekkan ketidakadilan kepada orang benar (dalam arti hukum), orang miskin, orang lemah, orang-orang sengsara, perempuan muda, mereka yang mengalami kesulitan ekonomis sehingga harus menggadaikan pakaiannya dan tidak bisa membayar pinjaman sehingga didenda. Korban-korban ketidakadilan adalah mereka yang tidak mempunyai kekuatan untuk membela hak mereka. Dan bagi kepentingan merekalah Amos dengan tegas menyuarakan kehendak Allah dan tidak tinggal diam saat mereka ditindas (Subagya, 1996: 10).

Tema keadilan sosial ini selanjutnya diperkembangkan secara tersebar di dalam kitab Amos. Hal ini dapat dilihat dalam kecaman Amos terhadap wanita-wanita kaya Samaria yang diibaratkan “lembu- lembu basan” mereka dikecam dengan gaya hidup mereka, yakni berpesta dengan hasil pemerasan orang lemah dan miskin yang dilakukan oleh “tuan-tuan” atau suami-suami mereka (Am 4:1-3). Amos juga mengkritik mereka yang mengubah keadilan menjadi “racun” dengan tindakan-tindakan tidak suka proses pengadilan yang dilakukan di pintu gerbang kota, dengan pemerasan dan penindasan orang lemah (Am 5:7-13). Dengan nada yang sama pula, Amos mengecam mereka yang mempraktekkan ketidakadilan pada orang lemah, sengsara dan miskin dengan berlaku tidak jujur dalam perdagangan demi keuntungan diri sendiri (Am 8:4-8).

Pada ketiga perikop di atas (Am 4:1-3, 5:7-13, dan 8:4-8) hal yang sama dikatakan dengan tegas oleh Amos: bahwa kegagalan dalam mempraktekkan keadilan pada sesama, terutama mereka yang seharusnya dibela karena miskin, lemah dan sengsara, mengantarkan bangsa Israel pada hukuman. Oleh karena menyaksikan ketidakadilan dalam masyarakat ini, Amos mendambakan situasi saat keadilan menjadi kenyataan. Katanya: “Biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air, dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (Am 5:24). Hubungan dengan Tuhan haruslah mendapatkan dasarnya pada hubungan yang benar dengan umat-Nya, bahkan umat yang mengikat perjanjian khusus dengan Tuhan. Tindakan-tindakan orang Israel bisa diibaratkan seperti sumber air di gurun yang sering kali kering. Tanaman hanya bisa hidup jika diberi air terus-menerus, demikian juga dengan bangsa Israel harus disirami dengan air keadilan dan kebenaran agar tetap hidup dalam perlindungan Allah.

Dokumen terkait