• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya di lingkungan Magister Kenotariatan Sumatera Utara menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini belum pernah dilakukan. Akan tetapi, ditemukan beberapa judul tesis yang berhubungan dengan topik dalam tesis ini antara lain:

1. Irlia Rozalin, NIM. 127011154/MKn USU, dengan judul tesis “Pembagian Harta Warisan Dalam Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Medan Area Kelurahan Tegal Sari III Kota Medan”

Pemasalahan yang dibahas :

a. Bagaimana pembagian harta warisan dalam masyarakat Minangkabau di Kecamatan Medan Area Kelurahan Tegal Sari III Kota Medan?

b. Bagaimana faktor penyebab perubahan pandangan masyarakat Minangkabau di di Kecamatan Medan Area Kelurahan Tegal Sari III Kota Medan?

2. Rizki Mutia, NIM. 147011037/MKn USU, dengan judul tesis “Perkembangan Hukum Waris Adat Minangkabau Dalam Pembagian Warisan Pada

Masyarakat Minangkabau di Aceh (Studi di Kecamatan Tapaktuan Aceh Selatan”

Pemasalahan yang dibahas :

a. Bagaimana perkembangan hukum waris adat di Minangkabau di Tapaktuan?

b. Bagaimana pelaksanaan pembagian warisan dan masyarakat Minangkabau di Tapaktuan?

c. Bagaimana hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan hukum waris adat Minangkabau di Tapaktuan?

3. Cahaya Masita Nasution, NIM. 047011007/MKn USU, dengan judul tesis

“Pelaksanaan Pembagian Warisan pada Masyarakat Adat Minangkabau (Studi di Kabupaten Agam)”

Pemasalahan yang dibahas :

a. Bagaimana penerapan hukum waris adat dan hukum waris Islam pada masyarakat adat Minangkabau di Kabupaten Agama?

b. Bagaimana peranan Mamak Kepala Waris dalam pembagian harta warisan pada masyarakat adat Minangkabau di Kabupaten Agama?

c. Bagaimana cara penyelesaian sengketa harta warisan yang terjadi pada masyarakat Minangkabau di Kabupaten Agama?

Dari judul penelitian tersebut tidak ada kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Dengan demikian judul ini belum ada yang membahasnya sehingga penelitian ini dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. 15 Suatu teori harus dikaji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.

16Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi perbandingan pegangan teoritis.17

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Receptio in Complexudan Teori receptio a contrario.

Teori receptio a contrario ini dapat ditemukan dalam hubungan antara hukum agama dan hukum adat. Hukum agama (Islam) diterima secara keseluruhan oleh masyarakat sekitar Minangkabau yang memeluk agama tersebut.

Hukum adat Minangkabau mengikuti hukum agama yang dipeluk oleh masyarakat Minangkabau yaitu agama Islam.18

Hukum Adat yang hendak diterapkan sebagai hukum, harus lebih dulu dipertanyakan dan diujikan kepada Syariat Islam, apakah ketentuan Hukum Adat yang hendak diterapkan dan diberlakukan itu tidak bertentangan dengan syariat.

Jika ternyata bertentangan, Hukum Adat tersebut harus disingkirkan. Dan untuk menguji bertentangan atau tidaknya Hukum Adat yang hendak diterapkan dengan

15 JJJ.Wuisman, penyunting M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, FE UI Jakarta, 2006, hal.203

16 Eddy Warman, Methode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), Pustaka Bangsa Press,, Medan, 2011, hal. 32

17 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 2003, hal.80.

18 Rahman Ardianto, Teori-Teori Penelitian hukum Adat dan penerapannya, Pustaka Ilmu Jakarta, 2009, hal.27.

Hukum Islam, para fungsionaris adat mempertanyakan dulu kepada ulama atau guru agama setempat.19

Hukum Adat timbul semata-mata dari hubungan kepentingan hidup kemasyarakatan yang ditaati oleh anggota masyarakat itu, yang apabila ada pertikaian atau konflik maka diselesaikan oleh penguasa adat dan hakim pada pengadilan negeri. Sementara itu, sengketa-sengketa yang berada dalam ruang lingkup Hukum Agama (Islam) diselesaikan di peradilan agama. Artinya, Hukum Adat baru berlaku jika tidak bertentangan dengan hubungan Hukum Agama yang dianut oleh agama masyarakat tersebut.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam suatu hubungan hukum adat dan hukum agama maka hukum adat mengikuti hukum agama dalam hal ini adalah agama Islam. Apabila hukum adat Minangkabau tersebut bertentangan dengan hukum Islam maka hukum adat Minangkabau tersebut tidak digunakan dalam ketentuan hukum adat Minangkabau tersebut.

Pembagian warisan menurut Hukum Adat Minangkabau maka pembagian maka pembagian warisan oleh pewaris kepada ahli waris yang sah tersebut harus berdasarkan asas keadilan, dimana para ahli waris memperoleh haknya masing-masing sesuai dengan ketentuan hukum waris adat Minangkabau yang berlaku di masyarakat Minangkabau.

2. Konsepsi

Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan “definisi operasional”.20

19 Achmad Anwar, Hukum Adat, Alumni, Bandung, 2012, hal. 64

Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.

Menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan yaitu:

a. Hukum adat adalah hukum /peraturan tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang di dalam suatu kelompok masyarakat dan ditaati oleh kelompok masyarakat tersebut secara turun temurun dan apabila dilanggar akan memperoleh sanksi sosial dari pengetua adat maupun masyarakat hukum adat itu sendiri.21

b. Masyarakat hukum adat adalah komunikasi manusia yang patuh pada peraturan atau hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam hubungannya satu sama lain berupa keseluruhan dari kebiasaan dan kesusilaan yang benar-benar hidup karena diyakini dan dianut, dan jika dilanggar pelakunya mendapat sanksi adat dari pemuka adat.22

c. Masyarakat hukum adat Minangkabau adalah kelompok masyarakat yang berasal dari daerah Minangkabau yang memiliki ketentuan hukum adat yang tidak tertulis namun berlaku secara turun temurun diantara kelompok masyarakat hukum adat Minangkabau tersebut.23

d. Hukum waris adalah suatu ketentuan hukum adat yang mengatur tentang tata cara pembagian harta warisan bagi pewaris dan ahli warisnya berdasarkannya

20 Bambang Sunggono, Methode Penelitian Hukum, Harvarindo, Jakarta, 2013, hal.59

21 Imam Judiat, Pengantar Hukum Adat di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2003, hal. 29

22 Hendrawan Harsono, Hukum Adat dan Perkembangannya di Indonesia, Grafity Press, Jakarta, 2013, hal. 85

23 Zainul Imam Piliang, Hukum Adat Minangkabau, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 77

ajaran yang hidup dan berkembang secara turun temurun di dalam masyarakat adat tersebut. 24

e. Harta warisan adalah sesuatu harta yang ditinggalkan oleh pewaris yang telah meninggal baik berupa uang atau materi lainnya yang merupakan harta pencaharian dari pewaris tersebut.25

f. Wasiat adalah pemberian barang-barang tertentu oleh pewaris sebelum ia meninggal dunia kepada orang tertentu yang dilaksanakan secara tertulis dengan menggunakan akta autentik notaris, yang merupakan pernyataan sepihak dari pewaris tersebut dan harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di bidang hukum wasiat. 26

g. Harta pusaka tinggi adalah harta yang diperoleh dari hasil kerjasama, gotong royong antara mamak dan kemenakan dalam suatu suku atau kaum pada masa lalu yang diperuntukkan manfaatnya bagi saudara dan kemenakan perempuan menurut suku atau kaum dari garis keturunan ibu sesuai konsep materilineal.27

h. Harta pusaka rendah adalah harta pencaharian yang diperoleh oleh pewaris selama masa hidupnya dari hasil pekerjaanya atau upayanya yang dapat diwariskan kepada anak-anaknya sebagai ahli waris.28

24Sugondo Hardiman, Pengantar Hukum Waris Indonesia, Citra Ilmu, Jakarta, 2013, hal. 39

25 Ibid, hal. 40

26 Komara Rasmanto, Dasar-Dasar Hukum Wasiat di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hal. 46

27 Zainul Imam Piliang, Op.Cit, hal. 78

28 Zainul Imam Piliang, Op.Cit, hal. 79

G. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia. Dengan demikian metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif, di mana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam bidang hukum adat pada umumnya dan hukum waris adat pada khususnya.

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, maksudnya adalah dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat, bagaimana menjawab permasalahan dalam menyimpulkan suatu solusi sebagai jawaban dari permasalahan tersebut.29

2. Sumber Data

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder,30 yang meliputi : a. Bahan hukum primer yang berupa norma/peraturan dasar dan perauran

perundang-undangan yang berhubungan. Dalam penelitian ini bahan

29 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, UI Press, Jakarta, 2006, hal.30.

30 Penelitian Normatif data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hal. 14.

hukum primer Undang-Undang Peraturan Agraria No. 5 Tahun 1960, Kompilasi Hukum Islam dan Putusan Mahkamah Agung No.195.K/PDT/2001.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah tentang hukum adat pada umumnya, hukum adat Minangkabau dan hukum waris adat Minangkabau.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, kamus adat, ensiklopedia.

3. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Alat pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen untuk memperoleh data sekunder, dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisa data primer yakni peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang masalah wasiat atas harta pusaka rendah menurut hukum Adat Minangkabau .

4. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan menggunakan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang

disarankan oleh data.31 Di dalam penelitian hukum normatif, maka maksud pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis, sistematisasi yang berarti membuat klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.32 Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan. Setelah itu keseluruhan data tersebut akan dianalisis dan disistematisasikan secara kualitatif.

Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari suatu penelitian, yang dilakukan dengan cara menjelaskan dengan kalimat sendiri dari data yang ada, baik data sekunder yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tertier, sehingga menghasilkan kualifikasi yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, untuk memperoleh jawaban yang benar mengenai permasalahan pelaksanaan prosedur dan tata cara pembagian wariasn menurut hukum waris adat Minangkabau yang hidup dan berkembang di masyarakat Minangkabau, hukum waris Islam serta Putusan Mahkamah Agung No.195.K/PDT/2001, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat dengan metode deduktif, yaitu melakukan penarikan kesimpulan, diawali dari hal-hal yang bersifat umum untuk kemudian ditarik kesimpulan terhadap hal-hal yang bersifat khusus, sebagai jawaban yang benar dalam pembahasan permasalahan yang terdapat pada penelitian ini.

31 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Banyu Media Malang, 2005, hal 81

32 Raimon Hartadi, Methode Penelitian Hukum Dalam Teori Dan Praktek, Bumi Intitama Sejahtera, Jakarta, 2010, hal.16

BAB II

KETENTUAN YANG BERLAKU DALAM HUKUM ADAT