• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebakaran Lahan dan Hutan

D. Isu Utama Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi Tahun 2014

3. Kebakaran Lahan dan Hutan

a. Status

Isu kebakaran lahan dan hutan merupakan isu yang selalu diangkat ke permukaan setiap tahun oleh semua pihak, namun tidak pernah diselesaikan secara tuntas. Isu ini akan ramai dibicarakan pada saat kondisi kualitas udara di wilayah Provinsi Jambi memburuk sebagai akibat dari kegiatan pembakaran lahan dan hutan atau terbakarnya lahan dan hutan, dan akan menghilang seketika apabila hujan turun selama beberapa hari yang menyebabkan hilangnya kabut asap yang ditimbulkan oleh kegiatan pembakaran lahan dan hutan atau terbakarnya lahan dan hutan tersebut.

Deteksi dini mengenai adanya kebakaran lahan dan hutan dilakukan melalui monitoring titik panas (hotspot) yang sumber informasinya berasal dari satelit NOAA. Banyaknya titik panas (hotspot) menjadi indikasi dari banyaknya kebakaran lahan dan hutan yang terjadi pada suatu wilayah, walaupun tidak semua titik panas (hotspot) yang terpantau tersebut ada kejadian kebakaran lahan dan hutan. Karena yang terpantau tersebut titik panas bukan titik api, bisa jadi di lokasi tersebut terdapat kandungan batubara atau kawasan industri batu bata yang sedang melakukan pembakaran batu bata secara bersama-sama.

Selama 3 (tiga) tahun terakhir jumlah titik panas (hotspot) yang terpantau di wilayah Provinsi Jambi mengalami fluktuasi turun naik. Pada tahun 2012 titik panas (hotspot) yang terpantau mencapai 2.279 titik api. Jumlah ini menurun pada tahun 2013 menjadi 1.135 titik api, dan meningkat kembali pada tahun 2014 menjadi 1.226 titik api sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Jumlah Titik Api di Wilayah Provinsi Jambi Periode Tahun 2012-2014.

No. Bulan Tahun

2012 2013 2014 1. Januari 154 20 11 2. Februari 12 55 124 3. Maret 141 136 171 4. April 46 42 14 5. Mei 146 37 38

6. Juni 428 209 111 7. Juli 257 113 227 8. Agustus 412 322 97 9. September 596 165 293 10. Oktober 70 28 92 11. November 10 6 43 12. Desember 7 2 5 Jumlah 2.279 1.135 1.226

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, 2015.

Dari Tabel 1.2. di atas dapat dilihat bahwa bulan-bulan di mana kualitas udara di wilayah Provinsi Jambi memburuk terjadi pada saat jumlah titik api yang terpantau berada di luar kisaran normal yaitu pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Pada bulan-bulan tersebut kondisi iklim di wilayah Provinsi Jambi memasuki musim kering yang ditandai dengan intensitas curah hujan yang rendah dan ketersediaan air tanah yang berkurang. Pembakaran lahan dan hutan baik untuk kegiatan pertanian atau kegiatan lainnya sangat tidak dianjurkan pada kondisi seperti ini, karena asap yang ditimbulkannya tidak akan mampu dinetralisir secara alami dan pada akhirnya berdampat pada timbulnya kabut asap.

b. Tekanan

Kabut asap yang ditimbulkan dari kegiatan pembakaran lahan dan hutan atau terbakarnya lahan dan hutan di wilayah Provinsi Jambi berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan di wilayah Provinsi Jambi, di wilayah-wilayah tetangga Provinsi Jambi dan di negara tetangga di mana kabut asap tersebut terbawa angin.

Untuk wilayah Provinsi Jambi sendiri telah menyebabkan meningkatnya masyarakat yang menderita penyakit Infeksi Saluran pernapasan Akut (ISPA) terutama bagi anak-anak dan orang lanjut usia. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi menunjukkan bahwa selama 2 (dua) tahun terakhir penyakit Infeksi Saluran pernapasan Akut (ISPA) menduduki peringkat pertama dari 10 (sepuluh) jenis penyakit utama yang diderita penduduk Provinsi Jambi, masing-masing sebanyak 203.859 jiwa pada tahun 2013 dan 103.348 jiwa pada tahun 2014. Di samping itu kabut asap juga menyebabkan berkurangnya jarak pandang pada landasan pacu Bandara Sultan Thaha Jambi yang berakibat pada tertundanya penerbangan beberapa maskapai yang menghubungkan Kota Jambi dengan Kota Jakarta atau Kota Jambi dengan Kota Batam.

Untuk wilayah-wilayah tetangga Provinsi Jambi kabut asap belum dapat dipastikan secara nyata mencapai wilayah mana saja. Informasi yang didasarkan pada data arah angin dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi menyebutkan bahwa wilayah Provinsi Jambi diapit oleh 2 (dua) wilayah sumber arah angin yaitu Provinsi Sumatera Selatan dari arah tenggara dan Provinsi Riau dari arah utara. Kedua wilayah provinsi ini merupakan sumber titik panas (hotspot) tertinggi di Pulau Sumatera dan secara bergantian selalu menempati peringkat pertama dan peringkat kedua dari jumlah titik panas (hotspot) yang terpantau di Pulau Sumatera.

Sementara untuk wilayah negara tetangga yang hampir selalu menerima kiriman asap dari wilayah Provinsi Jambi adalah Singapura. Hal ini disebabkan karena kabut asap yang berasal dari wilayah Provinsi Jambi atau yang berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan wilayah Provinsi Riau yang tertiup angin dan masuk ke dalam wilayah Provinsi Jambi akan dibawa oleh angin memasuki wilayah Singapura.

Kondisi seperti ini yang membuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura sering memanas dan Singapura sudah beberapa kali melakukan protes kepada Indonesia atas terjadinya kiriman kabut asap dari wilayah Provinsi Jambi khususnya dan wilayah Pulau Sumatera umumnya ke dalam wilayah negara Singapura.

c. Respon

Dalam upaya mencegah timbulnya kabut asap dan menanggulangi kabut asap yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi, maka Pemerintah Provinsi Jambi telah melakukan upaya-upaya yang meliputi :

1. Deteksi dini melalui pemantauan titik panas (hotspot) dilakukan setiap hari.

2. Memberikan informasi titik panas (hotspot) kepada Posko Dalkarlahut Kabupaten/Kota.

3. Sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat pengguna lahan. 4. Patroli kebakaran lahan dan hutan.

5. Gelar regu dalam rangka kesiapsiagaan kebakaran lahan dan hutan. 6. Menyiapkan peralatan kebakaran lahan dan hutan.

7. Monitoring peralatan pada perusahaan bidang perkebunan, kehutanan dan pertambangan.

8. Membuat pengumuman Gubernur Jambi tentang pencegahan kebakaran lahan dan hutan.

9. Pembuatan leaflet/booklet untuk kampanye pencegahan kebakaran lahan dan hutan. 10. Melaksanakan pemadaman.

Selain upaya-upaya di atas, juga dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat yang berbasis lahan yang meliputi :

1. Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dengan pencadangan seluas 49.703 ha di Kabupaten Tebo, Sarolangun, Muaro Jambi, Batanghari, Tanjung Jabung Barat, Merangin, dan Kerinci.

2. Pengembangan Hutan Desa (HD) dengan pencadangan seluas 9.723 ha di Kabupaten Bungo, Batanghari, dan Merangin.

3. Hutan Rakyat.

4. Hutan Kemasyarakatan. 5. Hutan Adat.

6. Pembangunan Hutan Tanaman Pola Kemitraan.

7. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan lainnya yang melibatkan masyarakat. Upaya lainnya berupa kegiatan penanganan darurat asap yang meliputi : 1. Operasi Darat

Pengerahan personil koordinasi dan komando, penyampaian data dan komando dilaksanakan oleh penanggungjawab yang terdiri dari : Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, Tim Reaksi Cepat, TNI, Polda, Badan Usaha, dan Masyarakat.

2. Operasi Udara 1

Melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) oleh BNPB, BPPT, dan Penerbad. 3. Operasi Udara 2

Melalui Water Booming oleh BNPB, BPPT dan Penerbad.