• Tidak ada hasil yang ditemukan

01. Buku I Laporan SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "01. Buku I Laporan SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014"

Copied!
304
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI JAMBI

TAHUN 2014

(2)

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI JAMBI

TAHUN 2014

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR GUBERNUR JAMBI ………. i

KATA PENGANTAR KEPALA BLHD PROVINSI JAMBI ………. ii

DAFTAR ISI ………. iii D. Isu Utama Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi Tahun 2014 ….. I-11 1. Konflik Lahan dan Hutan ……….. I-14 a. Status ………... I-14 b. Tekanan ……….. I-16 c. Respon ……… I-18 2. Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas ….. I-19 a. Status ……….. I-19 E. Indek Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Daerah Provinsi Jambi I-26 1. Indikator dan Parameter IKLH ………. I-27 d. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) ………. I-34 F. Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi .. I-36 BAB II. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA ……. II- 1

(8)

2. Kawasan Hutan Menurut Fungsinya ………... II- 9 a. Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam …… II- 11

1). Cagar Alam ……….… II- 11 b. Deforestasi Kawasan Hutan di Provinsi Jambi ..………. II- 23

5. Lahan Kritis ………..……… II- 26

6. Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air …..…… II- 28 7. Kerusakan Tanah di Lahan Kering ………..……… II- 29 8. Kerusakan Tanah Di Lahan Basah ………..……… II- 29 9. Kerusakan Hutan Menurut Penyebabnya ………..…………. II- 29 10. Konversi Hutan Menurut Peruntukan ………..………… II- 31

(9)

a). pH ………..……….. II- 57

a. Inventarisasi DanauWaduk/Situ/Embung ……….... II- 86 b. Pemantauan Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung .. II- 86

3. Air Sumur/Air Tanah .………..… II- 88

a. Analisa Curah Hujan Berdasarkan Kriteria ……….. II-109 b. Analisa Curah Hujan Berdasarkan Sifat Hujan ……….. II-116 c. Informasi Banyaknya Hari Hujan ………..… II-117 d. Informasi Curah Hujan Ekstrim ………. II-118

2. Suhu Udara ………. II-119

(10)

G. Bencana Alam ……….. II-126

1. Banjir ………. II-127

2. Kekeringan ……….. II-129

3. Kebakaran Lahan/Hutan ……… II-131

4. Tanah Longsor ……… II-134

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ………. III- 5

5. Pola Migrasi Penduduk ………. III- 7

6. Pendidikan ……….. III- 7

7. Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut ……….…..…… III- 9

B. Permukiman ………..…… III-10

1. Jumlah Rumah Tangga Miskin ………..….. III-11 2. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum ………..…. III-12 3. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air

Besar ………..…….. III-14

4. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah

Per Hari ……… III-15

C. Kesehatan ……….... III-18

1. Jenis Penyakit Utama Yang Diderita Penduduk ……… III-18 2. Limbah Padat dan Limbah Cair dari Rumah Sakit ………… III-20

D. Pertanian ………..……. III-23

1. Konsumsi Energi dari Sektor Transportasi …………..…….. III-45 2. Konsumsi Energi dari Sektor Industri .. ………..…… III-47 3. Konsumsi Energi dari Rumah Tangga …...………..….. III-48

H. Transportasi ………..… III-51

I. Pariwisata ………..… III-54

1. Obyek Wisata ……….... III-55

2. Hotel dan Penginapan .………. III-57

(11)

BAB IV. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ……….... IV- 1

A. Rehabilitasi Lingkungan ……….... IV- 1

1. Realisasi Kegiatan Penghijauan ……….. IV- 2 2. Realisasi Kegiatan Reboisasi ………... IV- 5 3. Kegiatan Fisik Lainnya Terhadap Perbaikan Kondisi

Lingkungan ……….. IV- 6

B. Dokumen Izin Lingkungan …….………... IV- 9 1. Rekomendasi Dokumen Izin Lingkungan .………. IV- 9

2. Pengawasan Izin Lingkungan ………. IV-10

C. Penegakan Hukum ……….... IV-11

1. Jenis Pengaduan Masyarakat Terhadap Masalah

Lingkungan ……….. IV-11

2. Status Pengaduan Masyarakat ……….... IV-12

D. Peran Serta Masyarakat ………... IV-13

1. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ……….. IV-13 a. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) ……… IV-14 b. Wahanha Pelestarian Alam dan Advokasi Hutan

Sumatera (Walestra) ……….. IV-14

c. Frankfurt Zoological Society (FZL) ………... IV-15

d. Yayasan Setara ………... IV-15

e. Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau

Sumatera (PKHS) ……… IV-15

f. Yayasan CAPPA-Keadilan Ekologi ……….. IV-16

g. Gita Buana ……… IV-16

h. The Zoological Society of London (ZSL) ………. IV-17 2. Penghargaan Lingkungan Hidup ……….. IV-17 3. Kegiatan Sosialisasi Lngkungan Hidup ……….. IV-19

E. Kelembagaan ……….. IV-19

1. Produk Hukum Bidang Lingkungan Hidup ………... IV-20 2. Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup ……….. IV-20 3. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup ………. IV-23

DAFTAS PUSTAKA ………... DP-1

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Nama Tabel Halaman

Tabel 1.1. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Beserta Jumlah

Penduduknya Tahun 2014 ……….. I- 3

Tabel 1.2. Jumlah Titik Api di Wilayah Provinsi Jambi Periode Tahun

2012-2014 ……….. I-23

Tabel 1.3. Komponen Penyusun IKLH Provinsi Jambi Tahun 2014 …………... I-28 Tabel 1.4. IKLH Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 ………. I-31 Tabel 1.5. Indeks Pencemaran Air (IPA) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2013 dan 2014 ……….. I-32

Tabel 1.6. Indeks Pencemaran Udara (IPU) Kabupaten/Kota di Provinsi

Jambi Tahun 2013 dan 2014 ………. I-33

Tabel 1.7. Indeks Tutupan Hutan (ITH) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2013 dan 2014 ……….. I-34

Tabel 1.8. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten/Kota di

Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014 ………... I-35 Tabel 1.9. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Jambi Tahun

2014 ……… I-35

Tabel 2.1. Luas Penggunaan Lahan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013

dan 2014 ………... II- 9

Tabel 2.2. Luasan Kawasan Hutan Lindung di Provinsi Jambi Tahun 2014 …. II- 15 Tabel 2.3. Luasan Kawasan Hutan Produksi di Provinsi Jambi Tahun 2014 … II- 16 Tabel 2.4. Luasan Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II- 16 Tabel 2.5. Luasan Kawasan Hutan Produksi Konversi di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II- 17 Tabel 2.6. Luasan Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di Wilayah Provinsi

Jambi ………... II- 18 Tabel 2.7. Tutupan Lahan di Kawasan Lindung di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014……… II- 20

Tabel 2.8. Tutupan Lahan di Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya di

Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014 ……… II- 20 Tabel 2.9. Kawasan Berhutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan

2014 ……… II- 22

Tabel 2.10. Lahan Kritis Di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan di Provinsi

Jambi Tahun 2013 dan 2014 ……….. II- 28 Tabel 2.11. Kerusakan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014 ……..… II- 31 Tabel 2.12. Sungai di Wilayah Provinsi Jambi Menurut Kelasnya ………. II- 42 Tabel 2.13. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Hari yang Tidak Memenuhi

Baku Mutu Tahun 2014 ……… II- 45

Tabel 2.14. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai

Batang Hari Tahun 2013 dan 2014 ……… II- 55 Tabel 2.15. Perbandingan Konsentrasi Parameter yang Tidak Memenuhi Baku

Mutu Sungai Batang Hari Tahun 2013 dan 2014. II- 55

Tabel 2.16. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Merangin yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014 ……… II- 56

Tabel 2.17. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai

(13)

Mutu Sungai Batang Merangin Tahun 2013 dan 2014 ………... Tabel 2.19. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tebo Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014 ……… II- 63

Tabel 2.20. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai

Batang Tebo Tahun 2013 dan 2014 ……….. II- 67 Tabel 2.21. Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku

Mutu Sungai Batang Tebo Tahun 2013 dan 2014 ………... II- 67 Tabel 2.22. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Bungo Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014 ……… II- 68

Tabel 2.23. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai

Batang Bungo Tahun 2013 dan 2014 ………... II- 71 Tabel 2.24. Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku

Mutu Sungai Batang Bungo Tahun 2013 dan 2014 ………... II- 72 Tabel 2.25. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tabir Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014 ……… II- 72

Tabel 2.26. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai

Batang Tabir Tahun 2013 dan 2014 ………... II- 76 Tabel 2.27. Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku

Mutu Sungai Batang Bungo Tahun 2013 dan 2014 ………... II- 77 Tabel 2.28. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tembesi Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014 ……… II- 78

Tabel 2.29. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi

Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai

Batang Tembesi Tahun 2013 dan 2014 ……… II- 83 Tabel 2.30. Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku

Mutu Sungai Batang Tembesi Tahun 2013 dan 2014 ……….... II- 83 Tabel 2.31. Sungai-Sungai di Provinsi Jambi dan Parameter Pencemarnya

Tahun 2014 ……….... II- 84

Tabel 2.32. Hasil Pemantauan Kualitas Air Danau Sipin Yang Tidak Memenuhi

Baku Mutu Tahun 2014 ……… II- 87

Tabel 2.33. Hasil Pemantauan Kualitas Air Danau Kerinci Yang Tidak

Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014 ……… II- 88

Tabel 2.34. Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014……… II- 92

Tabel 2.35. Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014………..………. II- 94

Tabel 2.36. Konsentrasi Oksidan (O3) di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 .. II- 96 Tabel 2.37. Konsentrasi Parameter Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan di

Wilayah Provinsi Jambi ……… II- 98

Tabel 2.38. Konsentrasi SO2 di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2013 dan

2014 ……… II- 99

Tabel 2.39. Konsentrasi NO2 di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2013 dan

2014 .……… II- 99

Tabel 2.40. Konsentrasi O3 di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2013 dan

2014 ……… II-100

Tabel 2.41. Kualitas Air Hujan Di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan

2014 ……..……….. II-101

Tabel 2.42. Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Air Laut di Provinsi

Jambi Tahun 2014 ……… II-103 Tabel 2.43. Tutupan Vegetasi Mangrove di Wilayah Provinsi Jambi ……… II-106 Tabel 2.44. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Januari di Wilayah Provinsi

(14)

Tabel 2.45. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Februari di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2014 ……… II-110

Tabel 2.46. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Maret di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II-110

Tabel 2.47. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan April di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II-111

Tabel 2.48. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Mei di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II-112

Tabel 2.49. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Juni di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II-112 Tabel 2.50. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Juli di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II-113

Tabel 2.51. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Agustus di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2014 ……… II-113

Tabel 2.52. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan September di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2014 ……… II-114

Tabel 2.53. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Oktober di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2014 ……… II-115

Tabel 2.54. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan November di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2014 ……… II-115

Tabel 2.55. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Desember di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2014 ……… II-116

Tabel 2.56. Tabel Analisa Sifat Hujan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 ... II-117 Tabel 2.57. Tabel Informasi Banyaknya Hari Hujan di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II-117 Tabel 2.58. Tabel Informasi Curah Hujan Ekstrim di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II-118

Tabel 2.59. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun

2014 ………...………. II-120

Tabel 2.60. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Kota Jambi Tahun 2013-2014 …... II-121 Tabel 2.61. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Depati Parbo Tahun

2013-2014 …….………. II-123

Tabel 2.62. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Bandara Padang Kemiling

Tahun 2013-2014 ………. II-124

Tabel 2.63. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Bandara Internasional

Minangkabau Padang Tahun 2013-2014 ………. II-125 Tabel 2.64. Bencana Alam yang Terjadi di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013

dan 2014 ……… II-127

Tabel 2.65. Jumlah Titik Api di Wilayah Provinsi Jambi Periode Tahun

2011-2014 ……… II-131

Tabel 3.1. Kepadatan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2014 …...……….. III- 4 Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… III- 8

Tabel 3.3. Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut Provinsi Jambi Tahun 2014 III-10 Tabel 3.4. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2013 dan 2014 ….……… III-11

Tabel 3.5. Perbandingan Penggunaan Sumber Air Minum Penduduk Provinsi

Jambi Tahun 2013 dan 2014 ……….. III-13

Tabel 3.6 Perbandingan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Penduduk

Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014 ………….……….. III-15 Tabel 3.7. Status Kepemilikan Rumah Sakit di Wilayah Provinsi Jambi .……... III-21 Tabel 3.8. Perbandingan Jumlah Limbah Yang Dihasilkan Rumah Sakit di

(15)

Provinsi Jambi Tahun 2014 ………. III-26 Tabel 3.11. Pemakaian Pupuk Untuk Tanaman Padi dan Palawija di Provinsi

Jambi Tahun 2014 ………...………. III-27

Tabel 3.12. Pemakaian Pupuk Pada Tanaman Padi dan Palawija di Wilayah

Provinsi Jambi pada Tahun 2013 dan 2014 ….……… III-28 Tabel 3.13. Perhitungan Emisi CO2 dari Tanaman Padi dan Palawija di

Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014.………. III-29 Tabel 3.14. Jumlah Emisi Gas Metan (CH4) Hewan Ternak di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………...……… III-34

Tabel 3.15. Jumlah Emisi Gas Metan (CH4) dari Kegiatan Peternakan Tahun

2013 dan 2014 ……….. III-34

Tabel 3.16. Jumlah Emisi Gas Metan (CH4) Hewan Unggas di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… III-36

Tabel 3.17. Jumlah Emisi Gas Metan (CH4) dari Kegiatan Peternakan Unggas

Tahun 2013 dan 2014 ………. III-37

Tabel 3.18. Jumlah Produksi Industri di Provinsi Jambi Tahun 2014 ……… III-38 Tabel 3.19. Pertambangan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014 … III-44 Tabel 3.20. Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2013 dan 2014 ……….……… III-47

Tabel 3.21. Pemakaian Bahan Bakar Untuk Industri di Provinsi Jambi Tahun

2013 dan 2014 ………...……… III-48

Tabel 3.22. Pemakaian Bahan Bakar Untuk Rumah Tangga di Provinsi Jambi

Tahun 2013 dan 2014 ………...……… III-50

Tabel 3.23. Perkiraan Emisi CO2 Dari Sektor Energi di Provinsi Jambi Tahun

2013 dan 2014 ……….. III-51

Tabel 3.24. Perbandingan Volume Limbah Padat Pada Sarana Transportasi di

Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014 ………... III-53 Tabel 3.25. Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung dan Luas Kawasan di

Provinsi Jambi Tahun 2014 ….……… III-55

Tabel 3.26. Sarana Hotel di Provinsi Jambi Tahun 2014 ……..……….. III-57 Tabel 3.27. Perkiraan Volume Limbah Padat dan Beban Limbah Cair Hotel di

Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014………………. III-58 Tabel 4.1. Realisasi Kegiatan Penghijauan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2013 dan 2014 …..……….. IV- 4

Tabel 4.2. Realisasi Kegiatan Reboisasi Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2013 dan 2014 ….………. IV- 6

Tabel 4.3. Jumlah Staf Fungsional di Lingkup Pemerintah Provinsi Jambi

Tahun 2013 dan 2014 ………. IV-23

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Gambar Halaman

Gambar 1.1. Fosil Yang Ditemukan Oleh Masyarakat Yang Menggemparkan

Dunia Geologi Internasional ……… I- 7 Gambar 1.2. Wisatawan Internasional dan Peneliti Mengunjungi Lokasi

Geopark …..……….. I- 7

Gambar 1.3. Danau Gunung Tujuh Yang Keberadaannya Dikelilingi Oleh 7

(tujuh) Buah Gunung …..………... I- 7

Gambar 1.4. Wisata Danau Gunung Tujuh Dengan Perahu Kano Masyarakat

Setempat ……… I- 7

Gambar 1.5. Pemeluk Agama Budha Sedang Beribadah di Candi Muaro

Jambi …... I- 8 Gambar 1.6. Penemuan Makara oleh Pendeta Budha ……… I- 8 Gambar 1.7. Situs BLHD Provinsi Jambi www.blhdprovjambi.or.id I-10 Gambar 1.8. Situs BLHD Provinsi Jambi blhd.jambiprov.go.id I-10 Gambar 1.9. Situs BLHD Provinsi Jambi http://jambi.silh.menlh.go.id I-10 Gambar 1.10. Banyaknya Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi

Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2014 ……….. I-15 Gambar 1.11. Sebaran Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi

Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2014 ……….. I-16 Gambar 1.12. Jenis Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi

Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2014 ……….. I-17 Gambar 1.13. Aktivitas Pertambangan Tanpa Izin Bahan Galian Emas di

Wilayah Kabupaten Merangin Tahun 2014 ……… I-20 Gambar 1.14. Aktivitas Pertambangan Tanpa Izin Bahan Galian Emas di

Wilayah Perairan Kabupaten Bungo Tahun 2014 ………. I-21 Gambar 1.15. Penghancuran Mesin Tambang (Dompeng) Hasil Operasi

Penertiban Oleh Polda Jambi ………... I-22 Gambar 2.1. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 ….. II- 3 Gambar 2.9. Luasan Kawasan Hutan Menurut Statusnya di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………... II- 10 Gambar 2.10. Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW .Provinsi Jambi Tahun

2014 ………... II- 19

Gambar 2.11. Luas Penutupan Lahan di Dalam dan Luar Kawasan Hutan di

Provinsi Jambi Tahun 2014 ……… II- 21 Gambar 2.12. Luasan Kawasan Berhutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun

2014 ……….……….. II- 22 Gambar 2.13. Grafik Luasan Lahan Terdeforestasi di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……… II- 24 Gambar 2.14. Grafik Luasan Lahan Terdeforestasi di Kawasan Hutan Provinsi

Jambi Tahun 2014 ……… II- 24 Gambar 2.15. Angka Deforestasi di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 ……... II- 25 Gambar 2.16. Angka Deforestasi Pada Masing-Masing Tipe Hutan di Wilayah

(17)

Gambar 2.18. Flora dan Fauna yang Dilindungi di Taman Nasional Kerinci

Seblat ………. …... II- 35

Gambar 2.19. Flora dan Fauna yang Dilindungi di Taman Nasional Berbak …… II- 37 Gambar 2.20. Hewan Langka Jenis Gajah Yang Mati Dibunuh Pemburu Liar di

Kawasan Hutan Kabupaten Tebo ………. II- 40

Gambar 2.21. Grafik Nilai pH Air Sungai Batang Hari Tahun 2014 ….…………. II- 47 Gambar 2.22. Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Hari Tahun 2014 ..… II- 48 Gambar 2.23. Grafik Konsentrasi BOD Air Sungai Batang Hari Tahun 2014 ….. II- 50 Gambar 2.24. Grafik Konsentrasi Air

Cl

2 Sungai Batang Hari Tahun 2014 ……. II- 51 Gambar 2.25. Grafik Konsentrasi T-P Air Sungai Batang Hari Tahun 2014 …… II- 52 Gambar 2.26. Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Air Sungai Batang Hari

Tahun 2014 ………...…… II- 54

Gambar 2.27. Grafik Konsentrasi Total Coliform Air Sungai Batang Hari

Tahun 2014 ……… II- 54

Gambar 2.28. Grafik Nilai pH Air Sungai Batang Merangin Tahun 2014 …... II- 57 Gambar 2.29. Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Merangin Tahun 2014 II- 58 Gambar 2.30. Grafik Konsentrasi BOD Air Sungai Batang Merangin Tahun

2014 ……… II- 59

Gambar 2.31. Grafik Konsentrasi DO Air Sungai Batang Merangin Tahun 2014 II- 60 Gambar 2.32. Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Air Sungai Batang

Merangin Tahun 2014 ……… II- 61

Gambar 2.33. Grafik Nilai pH Air Sungai Batang Tebo Tahun 2014 …... II- 64 Gambar 2.34. Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Tebo Tahun 2014 …. II- 65 Gambar 2.35. Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Air Sungai Batang Gambar 2.45. Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Tembesi Tahun 2014 II- 80 Gambar 2.46. Grafik Konsentrasi BOD Air Sungai Batang Tembesi Tahun

2014 ……… II- 81

Gambar 2.47. Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Air Sungai Batang

Tembesi Tahun 2014 ……….. II- 81

Gambar 2.48. Grafik Konsentrasi H2S Air Sungai Batang Tembesi Tahun 2014 II- 82 Gambar 2.49. Grafik Tingkat Pencemaran Sungai di Provinsi Jambi

Berdasarkan Jumlah Pemantauan Yang Tidak Memenuhi Baku

Mutu Tahun 2014 ………. II- 85

Gambar 2.50. Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Air Sumur / Air

Tanah di Provinsi Jambi Tahun 2014 ……… II- 89 Gambar 2.51. Grafik Konsentrasi SO2 di Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………... II- 93 Gambar 2.52. Grafik Konsentrasi SO2 di Beberapa Kawasan di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………... II- 93 Gambar 2.53. Grafik Konsentrasi NO2 di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………... II- 95 Gambar 2.54. Grafik Konsentrasi NO2 di Beberapa Kawasan di Provinsi Jambi

(18)

Gambar 2.55. Grafik Konsentrasi O3 di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………... II- 96

Gambar 2.56. Grafik Konsentrasi O3 di Beberapa Kawasan di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………... II- 97 Gambar 2.57. Grafik Perbandingan Peningkatan Konsentrasi untuk Parameter

SO2, NO2 dan O3 di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan

2014 .……….. II-100 Gambar 2.58. Grafik Curah Hujan Rata-Rata Pada Masing-Masing Stasiun

Pengamatan Tahun 2014 ……… II-108

Gambar 2.59. Grafik Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2014 ……… II-108 Gambar 2.60. Grafik Perbandingan Curah Hujan di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2013 dan 2014 ………. II-119 Gambar 2.61. Grafik Suhu Udara Rata-Rata Provinsi Jambi Tahun 2014.……… II-120 Gambar 2.62. Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Bandara Sultan

Thaha Jambi Tahun 2013-2014 ….………... II-122 Gambar 2.63. Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Bandara

Depati Parbo Tahun 2013-2014 ……… II-123 Gambar 2.64. Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Bandara

Padang Kemiling Bengkulu Tahun 2013-2014 ……… II-123 Gambar 2.65. Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Bandara

Padang Internasional Padang Tahun 2013-2014 ……… II-126 Gambar 2.66. Peta Indeks Resiko Bencana Banjir di Provinsi Jambi ………….. II-129 Gambar 2.67. Peta Indeks Resiko Bencana Kekeringan di Provinsi Jambi …… II-130 Gambar 2.68. Jumlah Titik Api di Wilayah Provinsi Jambi ………. II-132 Gambar 2.69. Jumlah Titik Api per Bulan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 II-132 Gambar 2.70. Jumlah Titik Api di Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………... II-133 Gambar 2.71. Peta Indeks Resiko Bencana Tanah Longsor di Provinsi Jambi II-134 Gambar 3.1. Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Tahun 2014 …………... III- 3 Gambar 3.2. Grafik Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2014 ….... III- 4 Gambar 3.3. Grafik Kepadatan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2014 ………. III- 5 Gambar 3.4. Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan

Tahun 2014 ………... III- 6

Gambar 3.5. Perbandingan Tingkat Pendidikan di Provinsi Jambi Tahun 2014 III- 9 Gambar 3.6. Grafik Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin di Wilayah

Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014 ……….. III-12 Gambar 3.7. Sumber Air Minum Penduduk di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………... III-13

Gambar 3.8. Fasilitas Tempat Buang Air Besar Penduduk Provinsi Jambi

Tahun 2014 ………... III-14

Gambar 3.9. Perkiraan Timbulan Sampah Per Hari Per Jumlah Penduduk

Tahun 2014 ………... III-16

Gambar 3.10. Jumlah Timbulan Sampah Provinsi Jambi Tahun 2014 ………… III-17 Gambar 3.11. Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Provinsi Jambi Tahun

2014 ………... III-19

Gambar 3.12. Perbandingan Jumlah Penderita Penyakit Utama di Provinsi

Jambi Tahun 2013 dan 2014 ……….. III-19 Gambar 3.13. Volume Limbah Rumah Sakit di Wilayah Provinsi Jambi Tahun

2014 ……… III-22

Gambar 3.14. Total Produksi dari Lahan Perkebunan di Wilayah Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……….... III-24

Gambar 3.15. Perbandingan Pemakaian Pupuk Pada Lahan Perkebunan di

(19)

Gambar 3.16. Perbandingan Pemakaian Pupuk Untuk Tanaman Padi dan

Palawija di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 ………... III-28 Gambar 3.17. Perkiraan Emisi CH4 dari Lahan Sawah di Wilayah Provinsi

Jambi Tahun 2014 ………... III-30

Gambar 3.18. Jumlah Hewan Ternak di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 ... III-32 Gambar 3.19. Penyebaran Hewan Ternak di Wilayah Provinsi Jambi Tahun

2014 ... III-32 Gambar 3.20. Jumlah Hewan Unggas di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 … III-35 Gambar 3.21. Penyebaran Hewan Unggas di Wilayah Provinsi Jambi Tahun

2013………. III-36

Gambar 3.22. Beban Pencemaran Limbah Cair Berdasarkan Jenis Industri di

Provinsi Jambi Tahun 2014 ……… III-39

Gambar 3.23. Jumlah Kendaraan di Wilayah Provinsi Jambi Berdasarkan

Bahan Bakar yang Digunakan Tahun 2014 ……….. III-46 Gambar 3.24. Jumlah Kendaraan di Wilayah Provinsi Jambi Berdasarkan Jenis

Kendaraan Tahun 2014 ……….. III-46

Gambar 3.25. Pemakaian Bahan Bakar Untuk Industri di Provinsi Jambi Tahun

2014 ………... III-48

Gambar 3.26. ar Untuk Memasak pada Rumah Tangga di Provinsi Jambi Tahun

2014 ………... III-49 Gambar 3.27. Volume Limbah Padat Pada Sarana Transportasi di Provinsi

Jambi Tahun 2013 dan 2014 ………. III-52

Gambar 3.28. Volume Limbah Padat Obyek Wisata Kabupaten/Kota di Provinsi

Jambi Tahun 2014 ………... III-57

Gambar 4.1. Jenis Pengaduan Masyarakat Terhadap Masalah Lingkungan di

Provinsi Jambi Tahun 2014 ……….……….. IV-12

Gambar 4.2. Jumlah Personil BLHD Provinsi Jambi Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2014 ……….. IV-21

Gambar 4.3. Jumlah Staf Fungsional di Lingkup Pemerintah Provinsi Jambi

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Nama Lampiran Halaman

Lampiran 1. Keputusan Gubernur Jambi Nomor 651/KEP.GUB/BLHD-5.1/2014 tentang Pembentukan Tim Penyusun Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Jambi Tahun

2014 ………... LAMP-1 Lampiran 2. Konflik Lahan dan Hutan di Provinsi Jambi Periode Tahun

1988 –2014 ……… LAMP- 4

Lampiran 3. Perhitungan Indeks Pencemaran Air (IPA) di Provinsi Jambi

Tahun 2014 ……….……… LAMP- 5

Lampiran 4. Perhitungan Indeks Pencemaran Udara (IPU) di Provinsi

Jambi Tahun 2014………. LAMP- 6

Lampiran 5. Perhitungan Indeks Tutupan Hutan (ITH) di Provinsi Jambi

Tahun 2014………. LAMP- 7

Lampiran 6. Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

(21)

ABSTRAK

Pemerintah Daerah diberikan kewenangan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan lingkungan hidup, di mana salah satunya menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan melalui pembangunan dan pengembangan sistem informasi yang berkaitan dengan kearsipan dan pendokumentasian informasi publik. Sistem informasi lingkungan hidup yang harus disediakan tersebut antara lain memuat informasi mengenai status lingkungan hidup yang menyediakan data dan informasi yang dapat dipergunakan dalam menilai, menentukan prioritas masalah, membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan.

Penyusunan status lingkungan hidup daerah Provinsi Jambi ini menggunakan pendekatan atau model P-S-R (Pressure-State-Response) dalam analisanya, dengan didasarkan pada hubungan sebab akibat (kausalitas) antara penyebab permasalahan, kondisi lingkungan hidup, dan upaya mengatasinya, di mana kegiatan manusia memberikan tekanan kepada lingkungan hidup (pressure) dan menyebabkan perubahan pada sumber daya alam dan lingkungan hidup baik secara kualitas maupun kuantitas

(state). Selanjutnya pemerintah dan masyarakat (stakeholder) melakukan reaksi terhadap perubahan ini baik melakukan adaptasi maupun mitigasi melalui berbagai kebijakan, program, maupun kegiatan (societal respons).

(22)

yang memiliki kecenderungan menjadi lebih baik dengan menurunnya frekuensi dan intensitas terjadinya bencana banjir, kekeringan, kebakaran lahan/hutan, serta tanah longsor, gempa bumi, dan angin puting beliung. Sementara kondisi iklim berada pada kisaran normal yang ditandai dengan penurunan kuantitas curah hujan rata-rata dari 203 mm menjadi 155 m, dan suhu udara yang tidak mengalami perbedaan yang mencolok. Secara umum kondisi lingkungan hidup cenderung menjadi lebih baik yang dapat dilihat dari Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Jambi tahun 2014 sebesar 82,74 atau meningkat sebesar 7,79 dari nilai IKLH tahun 2013 sebesar 74,95 dan masuk klasifikasi sangat baik.

Tekanan terhadap lingkungan pada tahun 2014 mengalami peningkatan bila dibandingkan pada tahun 2013 sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk dan kegiatan manusia pada sektor kesehatan, pertanian, industri, pertambangan, dan transportasi. Jumlah penduduk Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar 2,27 % dan berakibat pada peningkatan jumlah rumah tangga sebesar 1,02 % dan peningkatan jumlah rumah tangga miskin sebesar 7,78 %. Peningkatan jumlah penduduk juga berdampak pada peningkatan kebutuhan air minum dimana sumber pemenuhan air minum yang berasal dari PDAM meningkat sebesar 1,17 %, sumur sebesar 5,49 %, sungai sebesar 3,80, hujan sebesar 2,37 % dan air kemasan sebesar 0,92 %. Juga terjadi peningkatan jumlah fasilitas tempat buang air besar sebesar 1,11 %, meningkatnya jumlah timbulan sampah sebesar 2,17 % dan meningkatnya jumlah limbah rumah sakit sebesar 13,11 % yang meliputi limbah padat, limbah cair dan limbah B3. Sektor pertanian juga memberikan tekanan terhadap lingkungan dalam bentuk peningkatan emisi gas CO2 sebesar 5,75 % dan peningkatan emisi gas CH4 sebesar 14,84 %, sementara sektor industri memberikan tekanan dalam bentuk peningkatan beban limbah cair sebesar 13,66 %, sektor pertambangan memberikan tekanan dalam bentuk peningkatan produksi pertambangan sebesar 34,47 %, dan sarana transportasi memberikan tekanan dalam bentuk peningkatan volume limbah padat sebesar 1,32 %. Peningkatan tekanan terhadap lingkungan ini diimbangi dengan peningkatan pelayanan kesehatan dengan berkurangnya jumlah penderita penyakit utama sebesar 23,74 %, penurunan emisi gas CH4 sektor peternakan sebesar 20,31 %, penurunan emisi gas CO2 sektor transportasi sebesar 0,11 %, dan penurunan volume limbah padat obyek wisata sebesar 12,92 %,

(23)
(24)
(25)
(26)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 9 ayat 4. Pada pasal 11 ayat 1 dan ayat 3 dinyatakan bahwa urusan pemerintahan konkuren terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan, di mana urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat 2 huruf e merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, pada Pasal 7 ayat 2 dan ayat 3 dinyatakan bahwa badan publik wajib menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan melalui pembangunan dan pengembangan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Lebih lanjut dalam Pasal 8 disebutkan bahwa kewajiban badan publik yang berkaitan dengan kearsipan dan pendokumentasian informasi publik dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Keterbukaan informasi publik seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 di atas telah diadopsi keberadaannya dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan diatur dalam pasal khusus dan bab khusus yaitu pada Pasal 62 Bab VIII tentang Sistem Informasi.

(27)

Pelaporan status lingkungan hidup sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan hidup yang disediakan secara berkala dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai, menentukan prioritas masalah, membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan.

Oleh karena itu, sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas publik sebagaimana telah diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 di atas, Pemerintah Provinsi Jambi menyusun Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi Tahun 2014 yang memuat informasi tentang isu-isu lingkungan hidup, kondisi lingkungan hidup dan kecenderungannya, tekanan terhadap lingkungan, dan upaya pengelolaan lingkungan di Provinsi Jambi selama tahun 2014, yang dalam penyusunannya di bagi dalam 2 (dua) buah buku yaitu buku I berupa Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi Tahun 2014 dan buku II berupa Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi Tahun 2014.

B. Profil Daerah Provinsi Jambi

Dengan semboyan “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” yang bermakna satu kesatuan kebangsaan, satu kesatuan rakyat dan wilayah Jambi dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Menurut sejarah dari barbagai sumber yang ada,

“Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" diambil dari naskah Undang-Undang Piagam

Pencacahan Kisah Negeri Jambi yang ditulis oleh Ngebi Sutho Dilago Priyayi Rajo Sari pada tahun 1937 M.

Pada kitab tersebut tertulis, makna Sepucuk Jambi tersebut adalah Pulau Umak dimana durian di takuk rajo sebelah ulu sialang belantak besi antara dengan tanah Minangkabau. Sedangkan makna dari Sembilan Lurah merupakan wilayah Kesultanan Melayu Jambi yang meliputi 9 (sembilan) lurah yang dialiri oleh anak-anak Sungai Batang Hari yaitu 1). Sungai Batang Asai; 2). Sungai Batang Merangin; 3). Sungai Batang Masurai; 4). Sungai Batang Tabir; 5). Sungai Batang Senamat; 6). Sungai Batang Jujuhan; 7). Sungai Batang Bungo; 8). Sungai Batang Tebo; dan 9.) Sungai Batang Tembesi. Wilayah Kesultanan Melayu Jambi tersebut meliputi wilayah pemerintahan Rang Kayo Hitam yaitu VIII-IX Koto, Petajin, Muaro Sebo, Jebus, Aer Itam, Awin, Penegan, Miji dan Binikawan.

(28)

(dua) kota pada tahun 1999 dan 2008. Wilayah tersebut mencakup Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh, dengan jumlah kecamatan 138 buah, desa 1.340 buah, dan kelurahan 213 buah.

Provinsi Jambi secara geografis terletak pada 0° 45¹ 3º 45¹ LS dan 101º 0¹ - 104º 55 BT di bagian tengah Pulau Sumatera dengan luas daratan 50.160,05 km2 dan luas perairan 425,50 km2. Wilayah Provinsi Jambi sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, dan sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu.

Dengan luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km2, luasan masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jambi beserta jumlah penduduknya pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Beserta Jumlah Penduduknya Tahun 2014.

No. Kabupaten/Kota Luas (km2) Jumlah Penduduk

1. Kabupaten Kerinci 3.355,27 247.895

2. Kabupaten Merangin 7.679,00 349.579

3. Kabupaten Sarolangun 6.184,00 331.354

4. Kabupaten Batanghari 5.804,00 319.175

5. Kabupaten Muaro Jambi 5.326,00 377.154

6. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 5.445,00 255.864

7. Kabupaten Tanjung Jabung Barat 4.649,85 319.997

8. Kabupaten Tebo 6.461,00 342.324

9. Kabupaten Bungo 4.659,00 339.031

10. Kota Jambi 205,43 712.937

11. Kota Sungai Penuh 391,50 105.724

Total 50.160,05 3.701.034

Sumber : Data Olahan Tabel DE-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.

(29)

yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat. Variasi ketinggian wilayah Provinsi Jambi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1). Daerah dataran rendah 0 – 100 meter, berada di wilayah timur sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.

2). Daerah dataran sedang dengan ketinggian 100 – 500 meter berada di wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari.

3). Daerah dataran tinggi dengan ketinggian > 500 meter berada di wilayah barat. Daerah pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.

Terdapat sungai-sungai besar yang membentuk 5 (lima) buah Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Provinsi Jambi yaitu DAS Batanghari, DAS Tungkal, DAS Mendahara, DAS Air Hitam dan DAS Air Dikit. Dari kelima DAS tersebut, DAS Batanghari merupakan DAS yang paling besar dibandingkan keempat DAS lainnya. DAS Batanghari dengan sungai utamanya adalah Sungai Batang Hari yang terbagi menjadi 5 (lima) Sub DAS yaitu Sub DAS Batang Merangin dengan sungai utamanya Sungai Batang Merangin, Sub DAS Batang Bungo dengan sungai utamanya Sungai Batang Bungo, Sub DAS Batang Tebo dengan sungai utamanya Sungai Batang Tebo, Sub DAS Batang Tabir dengan sungai utamanya Sungai Batang Tabir, dan Sub DAS Batang Tembesi dengan sungai utamanya Sungai Batang Tembesi.

Secara klimatologi, Provinsi Jambi memiliki iklim tropis dan kaya akan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati, namun juga tetap menjadi kerentanan terjadi perubahan iklim. Gejala perubahan iklim seperti kenaikan temperatur, perubahan intensitas dan periode hujan, pergeseran musim hujan/kemarau, dan kenaikan muka air laut, akan mengancam daya dukung lingkungan dan kegiatan seluruh sektor pembangunan. Sepanjang tahun 2014, Provinsi Jambi memiliki karakteristik curah hujan bervariasi mulai dari sedang hingga sangat tinggi. Rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2014 berkisar antara 120 – 180 mm. Suhu udara rata-rata mencapai 23,28oC pada daerah dataran tinggi di wilayah barat dan pada daerah lainnya suhu udara berkisar 27oC.

(30)

wilayah Kawasan Suaka Alam-Kawasan Pelestarian Alam (KSA-KPA), 179.926 Ha wilayah hutan lindung, 968.889 Ha wilayah hutan produksi, 261.453 Ha wilayah hutan produksi terbatas dan 11.416 Ha wilayah hutan produksi konversi. Pada wilayah KSA-KPA, wilayah Provinsi Jambi 4 (empat) buah Taman Nasional, 4 (empat) buah Cagar Alam, 2 (dua) buah Taman Hutan Raya, dan 1 (satu) Taman Wisata yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Jambi. Keempat Taman Nasional di Provinsi Jambi tersebut meliputi Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) dan Taman Nasional Berbak (TNB). Masing-masing taman nasional tersebut memiliki potensi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa endemik yang bernilai tinggi. Bahkan TNBD merupakan tempat bermukimnya komunitas Suku Anak Dalam (SAD). Sementara TNB merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara dengan keunikan berupa gabungan yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar yang terbentang luas di pesisir timur Pulau Sumatera.

Dengan kondisi lingkungan seperti yang dijelaskan di atas, Provinsi Jambi memiliki beberapa potensi ungggulan yang menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia tahun 2014, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tercatat sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera sejak tahun 2013 yang lalu dan mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Besarnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2014 mencapai angka 7,24 %, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional tercatat pada angka 5,11%. Dan dalam kurun waktu 4 tahun Provinsi Jambi telah tumbuh menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi cepat.

Salah satu potensi unggulan Provinsi Jambi adalah di sektor perkebunan meliputi perkebunan besar dengan komoditi kelapa sawit dan perkebunan rakyat dengan komoditi karet, kelapa, kopi, coklat, teh, cengkeh, tebu, tembakau, kapuk, kayu manis, lada, pinang, kemiri, aren, vanili dan nilam. Perkebunan karet yang memiliki areal perkebunan yang paling luas di wilayah Provinsi Jambi yaitu seluas 662.213 Ha dengan jumlah produksi 323.271 ton pada tahun 2014. Selain perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit juga merupakan potensi unggulan Provinsi Jambi di sektor perkebunan. Luas perkebunan kelapa sawit di wilayah Provinsi Jambi adalah seluas 593.422 Ha dengan jumlah produksi yang paling banyak diantara hasil perkebunan lainnya yaitu sebanyak 1.555.697 ton.

(31)

mangan, emas, dan biji besi dengan jumlah luasan areal pertambangan 73.272,12 Ha dengan jumlah perusahaan pertambangan yang terdata sebanyak 100 buah perusahaan pertambangan.

Sektor pariwisata pun merupakan potensi unggulan bagi Provinsi Jambi yang belum tereksplorasi dan terekspos lebih mendalam. Provinsi Jambi memiliki potensi wisata yang cukup beragam pada setiap wilayahnya, tersebar mulai dari wisata alam dan agro pada daerah di dataran tinggi, hingga wisata bahari pada wilayah pesisir dan laut di bagian timur. Obyek wisata alam dan agro meliputi kawasan Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Kota, Hutan Adat, danau dan perkebunan teh. Obyek wisata bahari meliputi pantai-pantai di pesisir timur Pulau Sumatera.

Berkembangnya sektor pariwisata di Provinsi Jambi ditunjang oleh sarana dan prasarana hotel dan penginapan dari tingkatan hotel melati hingga hotel berbintang. Bahkan saat ini, telah terbangunnya hotel-hotel berskala nasional di beberapa wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Hal ini mengindikasikan telah banyaknya investor nasional yang telah menanamkan modalnya pada perkembangan pembangunan di Provinsi Jambi.

(32)

Gambar 1.1.

Fosil Yang Ditemukan Oleh Masyarakat Yang Menggemparkan Dunia Geologi

Internasional.

Gambar 1.2.

Wisatawan Internasional dan Peneliti Mengunjungi Lokasi Geopark.

Lebih ke arah barat lagi tepatnya di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci, terdapat sebuah danau yang menyimpan pesona yang unik. Danau ini berada di ketinggian 1.950 meter di atas permukaan laut (mdpl) di puncak Gunung Tujuh dan menjadi salah satu danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara dengan luas sekitar 960 Ha. Danau ini merupakan danau vulkanik nan menawan yang tercipta karena letusan gunung api yang menyebabkan terbentuknya kawah besar yang kemudian terisi air hujan sehingga membentuk sebuah danau. Danau ini berada di dalam kawasan TNKS dan dikelilingi oleh 7 (tujuh) puncak gunung yaitu Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl) dan Gunung Tujuh (2.735 mdpl) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.3. dan

Gambar 1.4.

Gambar 1.3.

Danau Gunung Tujuh Yang Keberadaannya Dikelilingi Oleh 7 (tujuh)

Buah Gunung.

Gambar 1.4.

(33)

Pesona wisata lain yang merupakan kebanggaan Provinsi Jambi adalah kompleks Candi Muaro Jambi yang merupakan situs peningggalan purbakala terluas di Indonesia dengan luas 12 km2. Membentang dari Barat ke Timur sejauh 7.5 km di tepian Sungai Batang Hari tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Candi ini merupakan warisan budaya yang menunjukkan bahwa di lokasi ini pernah menjadi pusat peribadatan agama Budha (Gambar 1.5. dan Gambar 1.6.).

Gambar 1.5.

Pemeluk Agama Budha Sedang Beribadah di Candi Muaro Jambi.

Gambar 1.6.

Penemuan Makara oleh Pendeta Budha.

Segala potensi yang dimiliki oleh Provinsi Jambi tersebut jika tidak terjaga dan terlestari akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan hilangnya identitas daerah. Perlunya pengelolaan yang terorganisir dan terpadu serta mengacu pada upaya pelestarian lingkungan dalam menjaga semua potensi yang ada. Hingga suatu waktu Provinsi Jambi dapat tumbuh dan berkembang tidak hanya dengan percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonominya tapi juga perkembangan budaya dan pariwisatanya disertai dengan pelestarian lingkungan yang semakin membaik.

C. Pemanfaatan Laporan SLHD

Dengan semakin banyaknya data dan informasi mengenai lingkungan baik air, udara, lahan, hutan, pesisir dan laut yang dihimpun dalam SLHD, membuat laporan SLHD Provinsi Jambi Tahun 2013 dan Tahun 2012 menjadi sumber referensi yang selalu ditanyakan oleh para pihak yang membutuhkan data dan informasi tentang kualitas lingkungan hidup di Provinsi Jambi pada saat mengadakan kunjungan ilmiah ke BLHD Provinsi Jambi, baik secara langsung maupun melalui korespondensi surat.

(34)

1. Pemanfaatan Internal

Data dan informasi yang dihimpun dalam SLHD Provinsi Jambi dipergunakan oleh Kepala BLHD Provinsi Jambi dan para pejabat terkait untuk bahan pada rapat-rapat utama yang meliputi MUSRESBANG, Forum SKPD, Rakor Camat, Rapat Anggaran, Rapat Dengar Pendapat dengan DPRD Provinsi Jambi, Bahan Publikasi HUT Provinsi Jambi, Dialog Interaktive di TVRI, Dialog Interaktive di Radio, serta Rapat Kepala SKPD dengan jajaran Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekretaris Daerah.

Selain itu juga dipergunakan untuk penyampaian ekspose kondisi lingkungan hidup di wilayah Provinsi Jambi pada saat pertemuan Gubernur dalam kunjungan kerja dengan Pejabat/DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia, Pejabat Kementerian, dan Pejabat Negara Tetangga seperti dari Pemerintah Singapura, juga pada saat Gubernur diwawancarai oleh wartawan lokal, wartawan nasional, dan wartawan luar negeri.

2. Pemanfaatan Eksternal

Beberapa pihak eksternal yang membutuhkan data dan informasi yang dihimpun dalam SLHD Provinsi Jambi Tahun 2013 dan Tahun 2012 terdiri dari :

1). Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi membutuhkan data dan informasi SLHD Provinsi Jambi untuk penyusunan Buku Jambi Dalam Angka.

2). Mahasiswa program S1, S2, dan S3 dari perguruan tinggi di Provinsi Jambi, di luar Provinsi Jambi, dan di luar Indonesia membutuhkan data dan informasi SLHD untuk materi penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi.

3). Dosen perguruan tinggi di Provinsi Jambi dan di luar Provinsi Jambi membutuhkan data dan informasi untuk bahan penyusunan laporan penelitian. 4). Konsultan yang bergerak di bidang penyusunan dokumen lingkungan baik yang

bergerak di bidang penyusunan AMDAL maupun di bidang PU, Perikanan, Kehutanan, Pertanian dan Perhubungan.

(35)

Provinsi Jambi sebanyak 2 (dua) buah yaitu www.blhdprovjambi.or.id dan blhd.jambiprov.go.id sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.7. dan Gambar 1.8.

Gambar 1.7. Situs BLHD Provinsi Jambi

www.blhdprovjambi.or.id

Gambar 1.8.

Situs BLHD Provinsi Jambi blhd.jambiprov.go.id

Selain kedua situs tersebut, BLHD Provinsi Jambi juga mendapat bantuan sebuat situs dari Kementerian Lingkungan Hidup dalam bentuk sub-sub domain dengan nama http://jambi.silh.menlh.go.id/ sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.9.

Bantuan ini diberikan kepada seluruh BLHD Provinsi/Kabupaten/Kota se Indonesia dalam rangka pengembangan program sistem informasi lingkungan hidup (SILH).

Gambar 1.9.

(36)

D. Isu Utama Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi Tahun 2014

Isu utama lingkungan hidup yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi selalu menarik untuk dikaji dari tahun ke tahun. Isu utama ini dapat berupa isu yang terjadi pada tahun sebelumnya dan belum dapat terselesaikan pada tahun berjalan sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut pada tahun berikutnya. Isu utama ini dapat juga berupa isu yang benar-benar baru yang belum timbul pada tahun-tahun sebelumnya.

Bila kita review kembali isu utama lingkungan hidup yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi pada 2 (dua) tahun terakhir yaitu pada tahun 2012 dan tahun 2013, maka terdapat isu yang berulang dan isu baru. Pada tahun 2012 isu utama yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup di Provinsi Jambi ada 3 (tiga) yaitu : (1). Kerusakan Lahan dan Hutan, (2). Pencemaran Air Sungai Batang Hari oleh Bakteri

Escherichia coli, dan (3). Peningkatan Sebaran Wilayah Banjir. Sementara pada tahun 2013 terjadi pergeseran isu utama yaitu (1). Kerusakan Lahan dan Hutan, (2). Bencana Banjir, dan (3). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas.

Isu utama yang berulang dan belum terselesaikan pada tahun 2012 adalah isu kerusakan lahan dan hutan, sehingga diangkat kembali pada tahun 2013. Isu pencemaran air Sungai Batang Hari oleh Bakteri Escherichia coli sudah dapat diminimalisir melalui kegiatan Batang Hari Bersih yang merupakan kegiatan berkelanjutan dalam bentuk bantuan WC dan sarana air bersih pada rumah tangga sasaran yaitu masyarakat yang berdomisili di sepanjang pinggiran Sungai Batang Hari yang tergolong pada masyarakat kurang mampu, sehingga isu ini tidak diangkat kembali pada tahun 2013. Isu lainnya berupa bencana banjir yang mengalami peningkatan bobot permasalahan, dimana pada tahun 2012 berada pada urutan ketiga dengan isu yang diangkat berupa peningkatan sebaran wilayah banjir dan pada tahun 2013 berada pada urutan kedua dengan isu yang diangkat berupa bencana banjir. Adapun isu baru yang tidak ada pada tahun 2012 dan diangkat pada tahun 2013 adalah Pertambangan Tanpa izin (PETI) Bahan Galian Emas.

(37)

Isu utama pada tahun 2013 yang menempati urutan pertama yaitu Kerusakan Lahan dan Hutan dikeluarkan dari bahasan isu utama pada tahun 2014 karena isu tersebut telah mendapat penanganan yang sistematis dan berkelanjutan melalui kegiatan Penanaman Satu Milyar Pohon atau One Billion Indonesian Trees (OBIT) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2010 sampai sekarang oleh Kementerian Kehutanan beserta seluruh jajarannya dari tingkat pusat, tingkat provinsi, sampai tingkat kabupaten kota.

Di Provinsi Jambi kegiatan ini pada tahun 2014 telah berhasil menanam pohon sebanyak 92.569.351 batang pada areal seluas 148.110,962 hektar yang terbagi pada penanaman pohon melalui kegiatan penghijauan seluas 147.534,226 hektar dan penanaman pohon melalui kegiatan reboisasi seluas 576,736 hektar.

Dampak nyata dari kegiatan ini adalah meningkatnya luas tutupan lahan berhutan pada tahun 2014 bila dibandingkan dengan luas tutupan lahan berhutan pada tahun 2013. Bila pada tahun 2013 luas tutupan lahan berhutan mencapai angka 25.81 % maka pada tahun 2014 angka tersebut meningkat menjadi 29.86 % (Buku Data Tabel SD-4), sedikit di bawah batas minimal yang dipersyaratkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu sebesar 30 %. Selain itu juga berkurangnya luas lahan kritis di mana pada tahun 2014 mencapai 779.774 hektar, menurun 45,11 % bila dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 1.420.602 hektar (Buku Data Tabel SD-5). Lahan kritis ini berada dalam kawasan hutan seluas 452.112,97 hektar atau 57,98 % dan di luar kawasan hutan seluas 327.661,03 hektar atau 42,02 %.

(Buku Data Tabel SD-5A).

Walaupun pada sisi lain terjadi peningkatan laju deforestasi dimana pada tahun 2013 angka deforestasi 4,54 % dan meningkat menjadi 6,09 % pada tahun 2014 (Buku Data Tabel SD-4A) atau terjadi peningkatan sebesar 1,55 %, namun laju deforestasi tersebut berhasil ditekan oleh laju reforestasi yang pada tahun 2014 mencapai luasan 148.110,962 hektar (Buku Data Tabel UP-1), meningkat dari tahun 2013 yang hanya seluas 24.226,65 hektar.

Selain itu peran aktif instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan penghijauan dan reboisasi di wilayah Provinsi Jambi melalui kegiatan fisik menunjukkan kepedulian yang cukup tinggi. Selama tahun 2014 kegiatan penghijauan dan reboisasi yang telah dilaksanakan meliputi :

1. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, PT. Wira Karya Sakti, dan SMAN 5 Kota Jambi melaksanakan penanaman pohon penghijauan di halaman SMAN 5 Kota Jambi. 2. PT. Telkom Cabang Jambi melaksanakan penanaman pohon penghijauan di

(38)

3. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi dan Pemerintah Kota Sungai Penuh melaksanakan penanaman pohon penghijauan di Kelurahan Cempaka, Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh.

4. STIKES Prima Jambi melaksanakan penanaman pohon mangrove di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

5. SMPN 23 Kota Jambi melaksanakan penanaman pohon di lingkungan sekolah di SMPN 23 Kota Jambi.

6. BLHD Kota Jambi dan SMPN 24 Kota Jambi melaksanakan penanaman pohon di lingkungan sekolah di SMPN 24 Kota Jambi.

7. BLHD Kabupaten Merangin melaksanakan reklamasi bekas lahan tambang biji besi di Desa Nalo Baru, Kecamatan Nalo Tantan, Kabupaten Merangin.

8. Masyarakat Desa Sungai Tutung, Kecamatan Sitinjau Laut, Kabupaten Kerinci melaksanakan areal model rotan di Desa Sungai Tutung, Kecamatan Sitinjau Laut, Kabupaten Kerinci.

9. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi melaksanakan pembibitan bakau di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

10. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi melaksanakan pembibitan tanaman pulau gaharu di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

11. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi melaksanakan pembibitan tanaman jelutung di Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Isu utama pada tahun 2013 lainnya yang dikeluarkan dari bahasan isu utama pada tahun 2014 adalah isu utama yang menempati urutan kedua yaitu bencana banjir. Bencana banjir di wilayah Provinsi Jambi sudah menjadi bencana rutin setiap tahun bahkan dalam kurun waktu satu tahun dapat terjadi bencana banjir lebih dari satu kali. Penyebab utama terjadinya bencana banjir ini adalah saluran drainase yang tidak mampu menampung debit air, baik pada musim penghujan maupun pada saat hujan.

(39)

tutupan vegetasi di wilayah Provinsi Jambi, sementara upaya pengerukan sedimentasi pada sungai-sungai baru sebatas wacana yang pernah digulirkan pada tahun 2010 namun tidak terealisasi mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan.

Pada saat hujan sebagian besar wilayah perkotaan di Provinsi Jambi mengalami banjir yang disebabkan saluran drainase perkotaan yang ada yaitu parit-parit yang dibuat untuk mengalirkan air hujan tidak mampu menampung air hujan yang turun sehingga menggenangi wilayah pemukiman terutama wilayah-wilayah pemukiman yang rendah letaknya. Selain itu terjadinya pembangunan pada wilayah-wilayah yang selama ini berfungsi sebagai daerah tangkapan air dan penutupan permukaan tanah dengan

lapisan beton juga menyebabkan air hujan semakin sedikit yang mampu di tahan dan dihisap oleh tanah dan sebagian besar menjadi air limpasan yang mengalir menuju wilayah yang lebih rendah sebelum sampai ke sungai besar atau ke laut.

Melihat pola banjir sebagaimana dijelaskan di atas, maka upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengatasi bencana banjir ini adalah dengan memperkuat jalur koordinasi antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota dengan fokus utama yang ingin dicapai adalah menyelamatkan para korban banjir baik manusia maupun ternak dengan memindahkannya ke tempat yang lebih aman.

Upaya penyelamatan ini dilakukan melalui: 1). Penyiapan penampungan bagi para pengungsi baik lahan tempat pengungsian maupun tenda-tenda tempat bermukim para pengungsi, 2). Penyiapan sarana dan prasarana kesehatan yang meliputi penyiapan tenaga medis dan obat-obatan, dan 3). Penyiapan kebutuhan pokok bagi para pengungsi terutama bahan makanan.

Melalui upaya-upaya tersebut di atas, maka pemerintah dan masyarakat di wilayah Provinsi Jambi akhirnya terbisaa dan selalu siap menghadapi bencana banjir yang datang sewaktu-waktu.

1. Konflik Lahan dan Hutan

a. Status

(40)

Konflik memperebutkan lahan baik lahan yang berada dalam kawasan hutan maupun lahan yang berada di luar kawasan hutan di wilayah Provinsi Jambi baru tercatat pada tahun 1988 sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar 1.10.

menunjukkan banyaknya konflik lahan dan hutan yang terjadi di Provinsi Jambi dari tahun 1988 sampai tahun 2014.

Gambar 1.10. Banyaknya Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2014.

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, 2015.

Dari Gambar 1.10. di atas terlihat bahwa hampir setiap tahun timbul konflik lahan dan hutan di wilayah Provinsi Jambi. Dari mulai tahun 1988 sampai tahun 2014 telah terjadi konflik sebanyak 68 buah dengan puncaknya terjadi pada tahun 1990 sebanyak 12 buah. Sementara dalam 2 (dua) tahun terakhir timbul konflik sebanyak 11 buah yaitu pada tahun 2013 sebanyak 7 buah dan pada tahun 2014 sebanyak 4 buah.

Bila dilihat dari wilayah timbulnya konflik seperti pada Gambar 1.11., maka konflik terjadi di luar wilayah kota dan hanya pada kabupaten-kabupaten yang masih memiliki areal hutan yang luas. Kota Jambi, Kota Sungai Penuh, dan Kabupaten Kerinci merupakan wilayah yang tidak memiliki konflik lahan dan hutan, karena pada ketiga wilayah tersebut tidak lagi memiliki areal hutan yang luas. Berbeda dengan kedelapan wilayah kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Bungo, di mana

(41)

kedelapan wilayah kabupaten ini masih memiliki kawasan hutan yang luas, baik jenis kawasan hutan produksi maupun jenis-jenis kawasan hutan lainnya.

Gambar 1.11. Sebaran Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2014.

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, 2015.

Memperhatikan Gambar 1.11. di atas maka Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan wilayah yang mengalami konflik lahan dan hutan terbanyak yaitu 13 buah, disusul oleh Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 11 buah, kemudian Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Batanghari masing-masing sebanyak 10 buah, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo masing-masing sebanyak 8 buah, Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 5 buah, dan Kabupaten Tebo sebanyak 3 buah. Sementara Kota Jambi, Kota Sungai Penuh, dan Kabupaten Kerinci tidak terdapat konflik lahan dan hutan.

b. Tekanan

Pada umumnya konflik lahan dan hutan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi disebabkan oleh perebutan penguasaan lahan baik yang berada di dalam kawasan hutan maupun yang berada di luar kawasan hutan antara masyarakat setempat atau

Banyaknya Konflik Lahan dan HutanKabupaten / Kota

(42)

penduduk lokal dengan para kaum pendatang yang diidentikkan dengan investor yang bergerak di bidang HPH, HTI, perkebunan kelapa sawit, dan perkebunan karet. Walaupun ada juga konflik itu terjadi antara masyarakat setempat dengan para transmigran, atau antara masyarakat setempat dengan pemerintah daerah setempat.

Gambar 1.12. memperlihatkan jenis-jenis konflik lahan dan hutan yang terjadi di Provinsi Jambi dari tahun 1988 sampai tahun 2014.

Gambar 1.12. Jenis Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2014.

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, 2015.

Pada Gambar 1.12. di atas dapat dilihat bahwa tekanan yang menyebabkan timbulnya konflik lahan dan hutan di wilayah Provinsi Jambi ada 8 (delapan) jenis yaitu : 1). Keberadaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH).

2). Keberadaan Hutan Tanaman Industri (HTI). 3). Keberadaan Hutan Restorasi.

4). Keberadaan Program Pemerintah Daerah.

5). Keberadaan Perkebunan Kelapa Sawit milik perusahaan. 6). Keberadaan Perkebunan Karet milik perusahaan.

(43)

8). Keberadaan Lokasi Transmigrasi.

Dari delapan jenis tekanan tersebut maka keberadaan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan menjadi pemberi tekanan yang sangat dominan yaitu menyebabkan timbulnya 43 buah konflik lahan dan hutan dari total konflik yang terjadi sebanyak 68 buah, diikuti oleh keberadaan hutan tanaman industri (HTI) dengan timbulnya konflik sebanyak 14 buah, keberadaan hutan restorasi dengan timbulnya konflik sebanyak 3 buah, keberadaan program pemerintah daerah dan keberadaan perkebunan karet milik perusahaan serta keberadaan lokasi transmigrasi yang menyebabkan timbulnya konflik masing-masing sebanyak 2 buah, serta keberadaan hak pengusahaan hutan (HPH) dan keberadaan perusahaan perorangan yang menyebabkan timbulnya konflik masing-masing sebanyak 1 buah.

c. Respon

Konflik lahan dan hutan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi antara masyarakat setempat dengan kaum pendatang semuanya bermuara pada keabsahan dalam kepemilikan lahan tersebut. Masyarakat setempat dan kaum pendatang memiliki pola pikir yang berbeda dan cenderung bertolak belakang. Bagi masyarakat setempat kepemilikan lahan diperoleh dengan cara telah menguasai lahan tersebut selama berpuluh-puluh tahun dan dibuktikan dengan adanya kebun karet atau tanaman lainnya yang telah berusia puluhan tahun. Sementara bagi kaum pendatang penguasaan lahan cukup dengan kepemilikan selembar kertas yang berupa pemberian izin usaha dari para pejabat yang berwenang. Perbedaan pola pikir ini sangat sulit untuk dijembatani baik oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak pengadilan dan masing-masing pihak cenderung bersikap ekstrim.

Maka tidak mengherankan apabila konflik lahan dan hutan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi sejak tahun 1988 sampai sekarang yang jumlahnya mencapai 68 buah belum satupun tuntas secara menyeluruh. Semuanya masih berkonflik dan semuanya masih dalam negosiasi penyelesaian, dengan pihak pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten sebagai mediator bagi pihak-pihak yang berkonflik.

(44)

Jambi ini telah disahkan oleh Menteri Kehutanan RI melalui Keputusan Nomor 727/Menhut-II/2012 tertanggal 10 Desember 2012 yang menetapkan luasan kawasan hutan Provinsi Jambi menjadi 2.107.779,00 dari luasan sebelumnya 2.179.440,00 hektar yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 421/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999.

2. Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas

a. Status

Pada tahun 2013 kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI) bahan galian emas berlangsung secara intensif di wilayah Provinsi Jambi dengan lokasi kegiatan berada pada 4 (empat) kabupaten yaitu Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Sarolangun. Areal pertanian yang dirambah oleh kegiatan ini mencapai 2.071,5 hektar dengan jumlah mesin tambang (dompeng) sebanyak 737 unit, eskavator sebanyak 70 unit, dan tenaga kerja mencapai 4.054 orang.

Pada tahun 2014 kegiatan ini masih berlangsung dan cenderung merambah areal produktif lainnya termasuk areal pekarangan dari kawasan pemukiman penduduk dan kawasan perkantoran milik pemerintah. Bahkan lahan di sekitar bangunan Kantor Camat Pangkalan Jambu di Kabupaten Merangin nyaris habis tergerus akibat aktivitas ini. Tumpukan tanah hasil penambangan tampak menggunung di bagian belakang kantor camat dan pagar pembatas kantor camat nyaris roboh tergerus penambangan.

(45)

Gambar 1.13. Aktivitas Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas di Wilayah Kabupaten Merangin Tahun 2014.

b. Tekanan

Kegiatan ini menyebabkan terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan secara bersamaan. Kerusakan lingkungan terjadi pada wilayah kegiatan dimana lahan pertanian produktif dan lahan pekarangan produktif beralih fungsi menjadi kubangan-kubangan yang menghilangkan sama sekali lapisan tanah dan hanya menyisakan batu-batu koral dan kerikil. Sementara pencemaran lingkungan terjadi pada wilayah kegiatan dan wilayah hilir dari kegiatan tersebut. Sumber daya alam yang mengalami pencemaran berat adalah air tanah dan air sungai sehingga menyebabkan masyarakat mengalami kekurangan air bersih.

(46)

Gambar 1.14. Aktivitas Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas di Wilayah Perairan Kabupaten Bungo Tahun 2014.

c. Respon

Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten dalam mengatasi kegiatan ini pada tahun 2014 adalah dengan melanjutkan upaya-upaya yang telah dilakukan pada tahun 2013 yaitu melalui cara-cara persuasif dan represif.

Secara persuasif dilakukan melalui kegiatan penyuluhan/sosialisasi hukum mengenai dampak buruk dari kegiatan pertambangan tanpa izin bahan galian emas yang dilakukan oleh Tim Terpadu baik dari Pemerintah Provinsi Jambi maupun dari pemerintah kabupaten yang terdiri dari instansi teknis terkait meliputi BLHD, Dinas ESDM, Kejaksaan, dan Biro/Bagian Hukum Setda Provinsi/Kabupaten, dengan sasaran objek penyuluhan/sosialisasi meliputi para Camat dan staf, para Lurah, Kepala Desa dan Ketua LKMD, Tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh pemuda/organisasi kepemudaan serta LSM. Kepada para penambang dihimbau agar beralih profesi menjadi penambang pasir atau usaha lainnya.

Gambar

Gambar 1.1.
Gambar 1.10. Banyaknya  Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2014
Gambar 1.11. Sebaran Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi
Gambar 1.12. Jenis Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Hasil penelitian menyatakan bahwa intensitas nyeri persalinan pada kala I berada pada rentang 3-5 (nyeri sedang), dari faktor nyeri yang paling

Ada pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi keduanya terhadap produksi kelapa sawit pada tanaman berumur 8, 16 dan 19. tahun di kebun Bah

(a) Pada tanggal 22 Desember 2011, PT Mustika Memadata telah mendaftarkan gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan No. 684) terhadap PT Direct Vision sebagai

 Intensitas curah hujan pada bulan Juni 2017 di beberapa wilayah (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah bagian selatan, Sulawesi

Pada kelas kerawanan banjir tidak rawan memiliki topografi yang sangat curam, intensitas curah hujan 100-200 mm/bulan, jenis penggunaan lahan hutan, dan tingkat

Dr.Sutomo Mega Grosir MM Blok

Dalam sambutan Kepala Badan yang dibacakan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi adalah : Kegiatan Sosialisasi ini untuk pencerahan dalam

Umumnya curah hujan pada Das I Januari 2018 berkisar antara 50 - 150 mm/das (kriteria menengah) terjadi di sebagian besar Aceh, Sumut, Riau, Bengkulu, Jambi bag tengah, Sumsel