• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN AKUNTANSI

Dalam dokumen LAPORAN KEUANGAN POKOK (Halaman 31-37)

4.1 Entitas Pelaporan Keuangan Daerah

Entitas pelaporan dalam laporan keuangan ini adalah Pemerintah Kabupaten Tebo yang merupakan bagian dari Provinsi Jambi. Pemerintah Kabupaten Tebo merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Bungo Tebo dan dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Penyelenggaraan pembukuan dilakukan mulai dari tingkat SKPD dan membuat laporan keuangan (sebagai entitas pelaporan) yang disampaikan kepada Bupati cq DPPKAD serta disusun oleh DPPKAD kemudian digabungkan menjadi Laporan Keuangan Daerah oleh Bidang Akuntansi dan Pelaporan.

4.2 Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan ini adalah basis kas untuk pengakuan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan dalam Laporan Realisasi Keuangan, dan berbasis akrual untuk pengakuan Aktiva/Aset, Utang/Kewajiban dan Ekuitas dalam Neraca.

Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat Kas atau Setara Kas diterima atau dikeluarkan.

Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa lainnya tersebut terjadi, tanpa memperhatikan saat Kas atau setara Kas diterima atau dikeluarkan.

4.3 Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan a) Pendapatan

Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada Rekening Kas Umum Daerah. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netto-nya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

b) Belanja

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah. Khusus pengeluaran melalui Bendahara Pengeluaran atau Pemegang Kas, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atau pengeluaran tersebut disahkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD).

c) Surplus/Defisit

Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit.

d) Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah. Akuntansi Penerimaan Pembiayaan dilaksanakan berdasarkan asas bruto. Pengeluaran Pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah. Selisih lebih/kurang antara Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan Netto.

e) Aset

Aset diakui pada saat diterima kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, Dana Cadangan, dan Aset Lainnya.

f) Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dikonversikan dengan kurs tengah Bank Indonesia dan dinyatakan dalam mata uang Rupiah.

g) Ekuitas Dana

Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara Aset Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek. Ekuitas Dana Lancar terdiri dari SiLPA; Pendapatan yang Ditangguhkan; Cadangan Piutang; Cadangan Persediaan; dan Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek.

Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah daerah yang tertanam dalam Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, dan Aset Lainnya, dikurangi dengan Kewajiban Jangka Panjang.

Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah daerah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan

Kebijakan Akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan ini pada dasarnya berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dengan Pokok-Pokok Kebijakan sebagai berikut:

a. Laporan Realisasi Anggaran

Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah, serta Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Daerah. Terhadap pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran atas pengelolaan Uang Persediaan/Pengisian Kas, Belanja dicatat pada saat penggunaan Uang Persediaan/Pengisian Kas tersebut telah disahkan oleh fungsi verifikasi.

b. Laporan Arus Kas

Kas masuk dicatat pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah, serta kas keluar dicatat pada saat Kas dikeluarkan dari Kas Umum Daerah.

c. Neraca

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan neraca per 31 Desember 2009 berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007. Kebijakan akuntansi yang diterapkan adalah sebagai berikut:

1) Kas dan Bank

Kas adalah alat pembayaran yang sah, yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Kas di Kas Daerah merupakan saldo kas pemerintah daerah yang berada dalam pengelolaan Bendahara Umum Daerah, baik dalam bentuk tunai maupun pada bank.

Kas di Bendahara Pengeluaran Kas adalah sisa kas dalam pengelolaan Pemegang Kas yang tidak dipergunakan lagi/dipertanggungjawabkan dan belum disetor ke Kas Daerah (sisa UYHD).

Kas di Bendahara Penerimaan adalah saldo kas yang berasal dari penerimaan yang belum disetorkan ke Kas Daerah.

2) Piutang Pajak dan Retribusi

Piutang dinilai sebesar nilai nominal. Piutang diakui pada saat timbulnya hak atas piutang tersebut. Untuk Piutang Pajak Daerah yang diakui sebagai Piutang bila sudah ada ketetapannya (SKP/SKPT).

3) Piutang lain-lain

Merupakan reklasifikasi dari tagihan Penjualan Angsuran Jangka Panjang dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo tahun berikutnya atau yang telah jatuh tempo tetapi belum diselesaikan. Bagian Dana Perimbangan dari Pemerintah Provinsi yang seharusnya dialokasikan dan dibagikan ke Pemerintah Kabupaten pada Tahun Anggaran berjalan tetapi baru direalisasikan pada tahun anggaran berikutnya.

Bagian lancar piutang ini di sajikan sebesar nilai nominal. 4) Persediaan

Persediaan adalah barang habis pakai yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan dalam rangka pelayanan masyarakat.

Persediaan yang dicatat pada akhir tahun periode akuntansi dihitung berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan.

Persediaan dinilai dalam neraca dengan cara:

a) harga pembelian terakhir apabila diperoleh dengan pembelian; b) harga standar bila diperoleh dengan memproduksi sendiri;

c) harga/nilai wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi.

5) Investasi Jangka Panjang

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dalam Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Lembaga Keuangan Negara/Daerah menggambarkan jumlah yang dibayarkan oleh pemerintah daerah untuk penyertaan modal dalam BUMD di dalam dan di luar negeri serta lembaga-lembaga keuangan investasi ini diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomis dan atau manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.

Dana yang dipersiapkan untuk Penyertaan Modal pada periode akuntansi berikutnya, namun belum memperoleh pengesahan berupa Peraturan Daerah untuk diklasifikasikan sebagai Dana Cadangan, dicatat sebagai bagian dari kelompok Penyertaan Modal Pemerintah Daerah.

Investasi Jangka Panjang dibukukan berdasarkan harga perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. Nilai investasi yang dicatat setelah itu disesuaikan dengan penambahan atau pengurangan investasi yang berasal dari laba atau rugi perusahaan yang merupakan bagian Pemerintah Daerah, untuk Penyertaan Modal dengan persentase kepemilikan lebih dari 50% atau lebih dari 20% tetapi Pemerintah Daerah memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan terhadap badan usaha dimaksud.

6) Aset tetap

Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset Tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber dari sebagian atau seluruh APBD melalui pembangunan, hibah atau donasi, pertukaran dengan aset lainnya dan dari sitaan atau rampasan. Aset Tetap terdiri dari:

- Tanah;

- Peralatan dan Mesin; - Gedung dan Bangunan; - Jalan, Irigasi dan Jaringan; - Aset Tetap Lainnya; dan

- Konstruksi (bangunan) dalam Pengerjaan.

Aset Tetap dinyatakan dalam neraca dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Apabila Aset Tetap dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka nilai Aset Tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasi.

Dalam hal penilaian Aset Tetap, apabila nilai historis maupun harga perolehan yang diestimasikan tidak memungkinkan, maka Aset Tetap yang bersangkutan sementara dinyatakan dalam neraca dengan nilai Rp10,00 untuk tiap satuan barang.

Aset Tetap yang diperoleh dari donasi diakui dalam periode berkenaan, yaitu pada saat aset tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah dan diukur berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau harga penggantinya pada saat diperoleh.

7) Dana Cadangan

Dana Cadangan adalah dana yang dibentuk untuk membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.

Jumlah yang diklasifikasikan ke dalam kelompok Dana Cadangan dan peruntukkannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

8) Aset Lain-Lain

Aset Lain-Lain adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Lancar, Aset Tetap maupun Investasi Permanen.

Aset Lain-Lain di antaranya terdiri dari: - Tagihan Penjualan Angsuran;

- Kemitraan dengan Pihak Ketiga (Built Operate Transfer/BOT); - Dana cadangan; dan

- Aset lainnya.

Aset Lainnya yang diperoleh melalui pembelian dinilai dengan harga perolehan. Dalam hal tagihan penjualan angsuran dari hasil penjualan aset pemerintah, harga perolehan merupakan harga nominal dari kontrak.

9) Utang Jangka Pendek

Utang Jangka Pendek merupakan utang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo dalam satu periode akuntansi.

Utang jangka pendek di antaranya terdiri dari : - Perhitungan Pihak Ketiga (PFK);

- Bagian Lancar Utang Jangka Pendek yang Jatuh Tempo; dan - Utang Jangka Pendek.

Utang Jangka Pendek dibukukan sebesar nilai nominal. Utang dalam valuta asing dikonversikan ke Rupiah berdasarkan nilai tukar kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi.

10) Utang Jangka Panjang

Utang Jangka Panjang merupakan utang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Utang Jangka Panjang dapat berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintahan Kabupaten/Kota lainnya, maupun lembaga keuangan bank dan bukan bank.

Utang Jangka Panjang diakui pada saat dana tersebut diterima dan dibukukan sebesar nilai nominal. Utang dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi.

11) Ekuitas Dana

Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan selisih antara Aset dengan Utang Pemerintah Daerah. Ekuitas Dana terdiri atas Ekuitas Dana Umum, Ekuitas Dana yang di Cadangkan dan Ekuitas Dana Donasi.

Ekuitas Dana Umum merupakan selisih antara jumlah total nilai Aktiva Lancar dengan jumlah total nilai Utang Jangka Pendek.

Ekuitas Dana Investasi merupakan selisih antara jumlah total nilai Investasi Permanen, Aktiva Tetap, dan Aktiva Lain-Lain dengan jumlah total nilai Utang Jangka Panjang.

Ekuitas Dana Cadangan merupakan akumulasi dana yang disisihkan dalam Dana Cadangan guna membiayai kegiatan yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.

4.5 Penerapan Kebijakan Akuntansi Tertentu

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan ini pada dasarnya berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Beberapa kebijakan akuntansi yang diberlakukan khusus pada tahun 2009 adalah belum dicatatnya penyusutan terhadap aset yang dimiliki Pemerintah Daerah.

BAB V

Dalam dokumen LAPORAN KEUANGAN POKOK (Halaman 31-37)

Dokumen terkait