• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN

BAB III. GAMBARAN UMUM DAS CIDANAU

III.2 KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN

Peraturan Perundang-undangan terkait pengelolaan keanekaragaman hayati di DAS Cidanau baik langsung maupun tidak langsung antara lain:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167);

5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000, tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);

6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pembentukan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Negara antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

9. Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembar Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembar Negara Nomor 3838);

10. Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Daerah Otonom (Lembar Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembar Negara Nomor 3952);

11. Peraturan pemerintah Nomor 84 Tahun 2000, tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembar Negara Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembar Negara Nomor 165);

12. Peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

13. Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembar Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembar Negara Nomor 4578);

14. Peraturan pemerintah Nomor 79 Tahun 2005, tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembar Negara Nomor 4593);

15. Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan

Properties of DLHK Prov. Banten

16. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 419/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Daerah Tk. I Jawa Barat seluas ± 1.045.071 Hektar;

17. Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK. 3568/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 2 Mei 2014 tentang Penetapan Luas Kawasan Hutan Cagar Alam Rawa Danau seluas 3.542,70 Hektar di Kabupaten Serang Provinsi Banten;

18. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2002, tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Provinsi Banten (Lembar Daerah Provinsi Banten Tahun 2002 Nomor 26, Seri D);

19. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 51 Tahun 2002, tentang Pengendalian Dampak Lingkungan (Lembar Daerah Provinsi Banten Tahun 2002 Nomor 79, Seri E);

20. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 52 Tahun 2002, tentang Pengelolaan dan Pertangungjawaban Keuangan Daerah Provinsi Banten (Lembar Daerah Provinsi Banten Tahun 2002 Nomor 80, Seri E);

21. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten Tahun 2010-2030, (Lembar Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 32);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang Tahun 2011 – 2031; 23. Keputusan Gubernur Banten Nomor 1 Tahun 2001, tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Banten;

24. Keputusan Gubernur Banten Nomor 124.3/Kep.64.-Huk/2002, tentang Pembentukan Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau Provinsi Banten.

III.3 KELEMBAGAAN YANG ADA DI DAS CIDANAU

Di dalam DAS Cidanau terdapat lembaga-lembaga yang terkait dengan pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, diantaranya:

1) Kelompok Tani Hutan

Berdasarkan data dari Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) upaya yang dilakukan untuk melakukan pelestarian kawasan DAS Cidanau dengan kegiatan jasa lingkungan. Kelompok Tani Hutan yang sudah masuk dalam kegiatan jasa lingkungan, yaitu:

a. Karya Muda 2 dari Desa Citaman Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang;

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

b. Karya Muda 3 dari Desa Citaman Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang;

c. Karya Bakti dari Desa Ujung Tebu Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang;

d. Harapan Maju dari Desa Panjangjaya Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang;

e. Alam Lestari dari Desa Ramea Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang;

f. Alam Sejahtera dari Desa Cikumbueun Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang.

Pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau menjadi pionir mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Indonesia. Hal ini menjadikan DAS Cidanau referensi nasional dalam pengelolaan jasa lingkungan. Adapun jasa lingkungan yang dikembangkan di DAS Cidanau adalah jasa lingkungan untuk kepentingan hidrologi dimana penerima pembayaran jasa lingkungan diwajibkan untuk memelihara kebunnya dengan jumlah pohon sebanyak minimal 500 pohon per hektar dengan diameter pohon minimal 20 cm. Pohon yang diperhitungkan dalam pembayaran jasa lingkungan adalah pohon produktif, bukan jenis pohon cepat tumbuh (fast growing species) yang ditanam untuk ditebang dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun.

Mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau telah berjalan sejak 2005. Sampai tahun 2014 telah dilakukan pembayaran jasa lingkungan seluas 153,96 Ha. Direncanakan pada akhir 2014 akan bertambah seluas ± 150 Ha sehingga menjadi 303,96 Ha. Rincian penerima jasa lingkungan di DAS Cidanau sejak tahun 2005 sebagaimana Tabel III-4 dan Tabel III-5. Sedangkan sebaran lokasi potensial pembayaran jasa lingkungan dan pembayaran jasa lingkungan yang sudah berjalan terlampir pada Peta Sebaran Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau di Album Peta.

Tabel III-4. Penerima Jasa Lingkungan Periode 2005 - 2009

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

PadaTabel III-4 terdapat 2 kelompok yang diputus kontrak sebelum habis masa kontrak karena kelompok tersebut melanggar kesepakatan, yaitu salah satu anggota kelompok menebang pohon. Karena kesepakatan pembayaran jasa lingkungan dilakukan dengan kelompok, maka kesalahan satu anggota harus ditanggung oleh semua anggota kelompok. Hal ini dilakukan untuk memberikan pembinaan kepada masyarakat hulu DAS Cidanau agar dapat memegang komitmen terhadap kontrak jasa lingkungan.

Pembayaran jasa lingkungan awalnya didanai oleh PT. Krakatau Tirta Industri (KTI), anak perusahaan Krakatau Steel, selaku pemanfaat air Sungai Cidanau di hilir. PT. KTI memiliki kepentingan dalam pembayaran jasa lingkungan karena perusahaan tersebut bergerak dalam penyediaan air bersih untuk kawasan industri Krakatau Steel, Kota Cilegon dan sebagian Kabupaten Serang. Untuk menjamin debit air sungai yang stabil maka harus ada jaminan kondisi hulu DAS yang baik agar proses hidrologi berjalan dengan baik. Oleh karena itu PT. KTI bersedia mengeluarkan dana untuk pembayaran jasa lingkungan. Dalam perjalanannya, pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan menjadi berkembang dengan bertambahnya pembayar jasa lingkungannya, yaitu PT. Asahimas Chemical dan Pemerintah Daerah Provinsi Banten. Nilai yang dibayarkan untuk pembayaran jasa lingkungan sampai tahun 2014 sebesar Rp.2.522.500.000 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel III-6. Pembayar Jasa Lingkungan DAS Cidanau

Berdasarkan analisa Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) Tahun 2104 bahwa lokasi lahan di hulu DAS Cidanau yang berpotensi dilakukan pembayaran jasa lingkungan seluas 3.364,48 Ha dengan rincian sebagaimana Tabel III-7.

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

Tabel III-7. Luasan Potensi Pembayaran Jasa Lingkungan di Hulu DAS Cidanau

2) Forum Komunikasi DAS Cidanau

Forum Komunikasi DAS dibentuk pada tahun 2002 dengan legalitas Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor:124.3/Kep.64.-Huk/2002 tanggal 24 Mei 2002 dengan maksud membangun integrasi dan sinergitas para pihak, antar sektor dalam upaya pengelolaan DAS terpadu.

Fungsi dan peran Forum Komunikasi DAS Cidanau, yaitu:

a. Membangun dan mengembangkan pengelolaan secara terpadu DAS Cidanau dengan didasarkan pada konsep one watershed, one integrated plan dan one integrated management;

b. Berperan secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di DAS Cidanau;

c. Berperan secara aktif dalam upaya penyelesaian permasalahan di DAS Cidanau, melalui upaya-upaya fasilitasi, advokasi dan koordinasi; d. Berperan secara aktif memasarkan secara luas jasa lingkungan DAS

Cidanau dan mendorong pembentukan dan berfungsi Lembaga Pengelola Jasa Lingkungan.

Forum Komunikasi DAS Cidanau sebagai pionir forum pengelolaan DAS di Indonesia telah berhasil membangun komunikasi hulu hilir dalam bentuk pembayaran jasa lingkungan sehingga menginspirasi Kementerian

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

Gambar III-4. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau

3) Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Sub Seksi Wilayah III Banten

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Sub Seksi Wilayah III Banten bertugas untuk mengelola kawasan hutan konservasi, khususnya hutan suaka alam (suaka margasatwa, cagar alam) dan taman wisata alam di wilayah Banten. Selain itu bertanggungjawab mengawasi dan memantau peredaran tumbuhan dan satwa yang dilindungi di wilayahnya termasuk pula memantau upaya-upaya penangkaran dan pemeliharaan tumbuhan dan satwa dilindungi oleh perorangan, perusahaan dan lembaga-lembaga konservasi terkait.

Di dalam DAS Cidanau BKSDA Jawa Barat Sub Seksi Wilayah III Banten mengelola kawasan Cagar Alam (CA) Rawa Danau, CA. Gn. Tukung Gede Timur dan CA. Gn. Tukung Gede Barat. Ketiga kawasan tersebut ditunjuk sebagai cagar alam karena memiliki keunikan ekosistem, yaitu:

- CA. Rawa Danau memiliki ekosistem rawa pegunungan dengan luas 3.542, 70 Ha;

- CA. Gunung Tukung Gede Barat/Timur memiliki ekosistem hutan alam pegunungan dengan luas CA Gn. Tukung Gede Barat 1.121 Ha dan CA. Gn. Tukung Gede Timur 406,70 Ha.

Di masa pemerintah kolonial Belanda, Cagar Alam Rawa Danau ditetapkan sebagai Natuure Monument. Kemudian oleh pemerintah Indonesia ditunjuk

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

sebagai kawasan konservasi Cagar Alam dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 491/Kpts-II/1999 dengan luasan 2500 Ha. Pada tahun 2012 dilakukan pengukuran ulang oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah Jawa Madura diperoleh hasil luasan sebesar 3.542,70 Ha dan ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan No. SK.3586/Menhut-VII/KUH/2014. Cagar Alam Rawa Danau merupakan kawasan hutan konservasi yang memiliki ekosistem Rawa Pegunungan satu-satunya di Pulau Jawa.

Gambar III-5. Photo CA Rawa Danau Tahun 1932 Sumber : Catatan Perjalanan Dr. Endert, 1932

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

Peta lokasi ketiga cagar alam dalam DAS Cidanau dapat dilihat pada Peta Kawasan Hutan di Album Peta.

4) Perhutani KPH Banten

Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diberi kewenangan mengelola kawasan hutan yang berfungsi lindung dan hutan produksi di wilayah P. Jawa dan Madura. Perhutani KPH Banten mengelola kawasan hutan lindung dan hutan produksi di DAS Cidanau yang penyebarannya berada di Gn. Karang, Gn. Parakasak, Gn. Aseupan dan Gunung Tukung Gede. KPH Banten membagi wilayah kerjanya menjadi beberapa Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BPKH) dimana wilayah Perhutani KPH Banten yang berada di DAS Cidanau berada pada wilayah BKPH Pandeglang dan BKPH Serang. Luas kawasan hutan yang dikelola oleh Perhutani KPH Banten di DAS Cidanau seluas ± 2.909,92 Ha dengan rincian sebagaimana Tabel III-8 dan peta sebaran kawasan hutan Perhutani KPH Banten di DAS Cidanau terlampir pada Peta Kawasan Hutan di Album Peta.

Walaupun kawasan hutan Perhutani KPH Banten di DAS Cidanau ada yang berfungsi sebagai hutan produksi, tetapi dalam pengelolaannya diperlakukan seperti hutan lindung sehingga pada kawasan hutan produksi tidak pernah ada aktifitas penebangan.

Tabel III-8. Luas Kawasan Hutan Perhutani KPH Banten di DAS Cidanau

NO BKPH RPH FUNGSI LUAS (Ha)

1. PANDEGLANG GN.KARANG HPTb 7,93 MANDALAWANGI HL 3,76 HPTb 670,17 GN.KARANG HL 404,42 HPTb 528,67 Total PANDEGLANG 1.614,95 2. SERANG ANYER HPTb 97,79 CIOMAS HL 0,01 HPTb 1.159,25 HPTt 37,93 Total SERANG 1.294,98 JUMLAH 2.909,92

Sumber : Analisa GIS Peta Kawasan Perhutani KPH Banten Ket: BKPH = Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan RPH = Resort Pemangkuan Hutan

HPTb = Hutan Produksi Terbatas HPTt = Hutan Produksi Tetap HL = Hutan Lindung

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

III.4 TATA RUANG DAS CIDANAU

DAS Cidanau yang berada di 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, memiliki fungsi penting terhadap pelestarian alam, perekonomian dan pariwisata sehingga Pemerintah Daerah Provinsi Banten dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010 - 2030 menetapkan DAS Cidanau sebagai kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan. Adapun area DAS Cidanau yang menjadi kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan adalah Cagar Alam Rawa Danau dan Pegunungan Akarsari (Aseupan Karang Pulosari).

Berdasarkan Peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Serang Tahun 2011 – 2031 dan RTRW Kabupaten Pandeglang Tahun 2011 - 2031, DAS Cidanau memiliki rencana pola ruang sebagai kawasan lindung Cagar Alam, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan rakyat, Kawasan Pariwisata, Kawasan Pemukiman, Perkebunan, dan Pertanian Lahan Basah dengan rincian sebagaimana tabel berikut.

Tabel III-9. Rencana Pola Ruang DAS Cidanau

NO RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha)

I. KAWASAN LINDUNG

1. Cagar Alam 5.093,13 2. Hutan Lindung 2.819,74 3. Hutan Produksi 300,53 4. Hutan Produksi Terbatas 1.228,74

II. KAWASAN BUDIDAYA

5. Hutan Rakyat 1.442,27 6. Kawasan Pariwisata 9,52 7. Kawasan Perkebunan 6.010,52 8. Kawasan Permukiman Perkotaan 358,08 9. Permukiman Pedesaan 776,77 10. Pertanian Lahan Basah 3.948,59

Sumber : Peta Pola Ruang RTRW Kab.Serang dan Kab. Pandeglang Tahun 2011 – 2031

Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas kawasan lindung di DAS Cidanau adalah kawasan yang berpola ruang Cagar Alam, Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas. Sampai saat ini kawasan hutan produksi dan hutan produksi terbatas yang berada di DAS Cidanau dikelola oleh Perhutani KPH Banten dan diperlakukan seperti pengelolaan hutan lindung, sedangkan sisanya adalah kawasan budidaya. Peta Pola Ruang DAS

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

III.5 TINJAUAN DAS CIDANAU TERHADAP EKOREGION

Provinsi Banten terdapat 4 satuan ekoregion, yaitu Dataran Rendah, Pegunungan Blok Patahan, Vulkanik, dan Perbukitan Karst.

1. Satuan ekoregion dataran rendah berada di daerah wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kabupaten Pandeglang dengan morfologi datar, kemiringan lereng 0-8%.

2. Satuan Ekoregion Blok Patahan berada di sebagian wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak, yang cenderung berbukit dengan kemiringan lereng dominan lebih dari 37%.

3. Satuan Ekoregion Vulkanik di Provinsi Banten dapat dijumpai di sebagian wilayah Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dengan kondisi topografi bergunung, yaitu dengan kelerengan 40%.

4. Satuan Ekoregion Karst di Provinsi Banten terletak di Kabupaten Lebak dan Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang.

DAS Cidanau berada pada satuan ekoregion vulkanik. Hal ini sesuai karena secara geologi DAS Cidanau berada pada kaldera Gunung Danau. Salah satu bukti bahwa DAS Cidanau merupakan kaldera Gunung Danau adalah adanya mata air panas di sekeliling Cagar Alam Rawa Danau, seperti di pemandian air panas Batu Kuwung. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menetapkan bahwa DAS Cidanau merupakan potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik masa depan.

Properties of DLHK Prov. Banten

Properties of DLHK Prov. Banten

BAB IV. PROFIL EKOSISTEM DAS CIDANAU

Dokumen terkait