• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv BAB I. PENDAHULUAN... 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv BAB I. PENDAHULUAN... 1"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1 LATAR BELAKANG ... 1

I.2 TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT ... 3

I.3 LANDASAN HUKUM ... 3

I.4 PENGERTIAN UMUM ... 4

BAB II. METODOLOGI ... 6

II.1 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI DATA/INFORMASI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI BERBAGAI LEMBAGA DI DAERAH... 6

II.2 ANALISIS KESENJANGAN DATA/INFORMASI UNTUK PENYUSUNAN PROFIL ... 2

II.3 INVENTARISASI DATA/INFORMASI BARU ... 2

II.4 INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TIPE EKOSISTEM YANG ADA ... 7

II.5 ANALISIS KONDISI MASING-MASING EKOSISTEM SECARA KUALITATIF (BAIK, SEDANG, JELEK) ... 8

II.6 PRESENTASI LAPORAN AKHIR ... 9

II.7 TATA WAKTU ... 10

BAB III. GAMBARAN UMUM DAS CIDANAU ... 11

III.1 KEADAAN UMUM ... 11

III.1.1 Letak Geografis ... 11

III.1.2 Batas Wilayah Administrasi ... 12

III.1.3 Aksesibilitas ... 14

III.1.4 Kependudukan ... 14

III.1.5 Tutupan vegetasi ... 16

III.1.6 Penggunaan Lahan ... 17

III.2 KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI ... 17

(2)

BAB IV. PROFIL EKOSISTEM DAS CIDANAU ... 28

IV.1 BENTANG ALAM ... 28

IV.1.1 Topografi ... 28

IV.1.2 Kelerengan ... 29

IV.1.3 Morfologi DAS ... 29

IV.1.4 Sub DAS ... 30

IV.1.5 Kondisi Tanah ... 32

IV.1.6 Geologi ... 33

IV.1.7 Klimatologi ... 37

IV.1.8 Kondisi Sumber Daya Air ... 37

IV.2 EKOSISTEM DAS CIDANAU ... 38

IV.3 KEADAAN SPESIES DAN GENETIK ... 41

IV.3.1 Jenis liar yang belum bernilai ekonomi (belum diperdagangkan secara ekonomi pasar) ... 41

IV.3.2 Jenis liar yang sudah diketahui nilai ekonominya (sudah diperdagangkan secara ekonomi pasar) ... 42

IV.3.3 Jenis yang sudah dibudidayakan (keanekaragaman, persebaran) ... 46

IV.3.4 Pengetahuan Tradisional ... 47

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel II-1. Kebutuhan Data Sekunder dari Lembaga/Instansi ... 1

Tabel II-2. Analisis Kesenjangan data/informasi ekosistem dan keanekaragaman hayati ... 2

Tabel II-3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... 10

Tabel III-1. Batas Administrasi DAS Cidanau ... 12

Tabel III-2. Persentase Kerapatan Vegetasi DAS Cidanau ... 16

Tabel III-3. Luasan Penggunaan Lahan DAS Cidanau ... 17

Tabel III-4. Penerima Jasa Lingkungan Periode 2005 - 2009 ... 20

Tabel III-5. Penerima Jasa Lingkungan Periode 2010 - 2014 ... 20

Tabel III-6. Pembayar Jasa Lingkungan DAS Cidanau ... 21

Tabel III-7. Luasan Potensi Pembayaran Jasa Lingkungan di Hulu DAS Cidanau ... 22

Tabel III-8. Luas Kawasan Hutan Perhutani KPH Banten di DAS Cidanau ... 25

Tabel III-9. Rencana Pola Ruang DAS Cidanau ... 26

Tabel IV-1. Luasan Masing-masing Kelas Ketinggian DAS Cidanau ... 28

Tabel IV-2. Luasan Masing-masing Kelas Lereng ... 29

Tabel IV-3. Luasan Morfologi DAS Cidanau ... 30

Tabel IV-4. Luas masing-masing Sub DAS di Hulu DAS Cidanau ... 31

Tabel IV-5. Jenis Tanah di Wilayah DAS Cidanau ... 33

Tabel IV-6. Luas Geologi Berdasarkan Kecamatan DAS Cidanau ... 35

Tabel IV-7. Kebutuhan Air Baku PT. KTI 2011 - 2020 ... 38

Tabel IV-8. Luas Tipe Ekosistem Di DAS Cidanau ... 41

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II-1. SOP metode identifikasi keanekaragaman ekosistem ... 9

Gambar III-1. Lokasi DAS Cidanau di Provinsi Banten ... 11

Gambar III-2. 3 Dimensi DAS Cidanau ... 12

Gambar III-3. Peta Jaringan Jalan DAS Cidanau ... 14

Gambar III-4. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau ... 23

Gambar III-5. Photo CA Rawa Danau Tahun 1932 ... 24

Gambar III-6. Peta DAS Cidanau Masa Kolonial Belanda ... 24

Gambar IV-1. Topografi DAS Cidanau ... 28

Gambar IV-2. Peta Kelerengan DAS Cidanau... 29

Gambar IV-3. Peta Morfologi DAS Cidanau ... 30

Gambar IV-4. Peta Sub DAS Cidanau ... 31

Gambar IV-5. Peta Jenis Tanah DAS Cidanau ... 33

Gambar IV-6. Peta Sebaran Tipe Ekosistem DAS Cidanau ... 41

Gambar IV-7. Penggunaan Kayu Pongporang pada Kuda-Kuda Atap ... 53

Gambar IV-8. Pohon pongporang dan daunnya ... 55

Gambar IV-9. Kalung daung pisang pada pohon petai ... 56

Gambar IV-10. Citra Satelit Gn. Jamungkal (Ikonos 2008 – 2010) ... 57

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(5)

BAB I.

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) mempunyai fungsi baik hidrologi dan habitat. Fungsi hidrologi antara lain mengatur ketersedian air dan pengendali terhadap kejadian bencana alam seperti banjir dan erosi, sedangkan fungsi habitat adalah sebagai tempat tinggal spesies flora dan fauna, obyek wisata dan lain-lain.

Fungsi-fungsi tersebut akan berjalan dengan baik apabila faktor-faktor yang menunjung berjalannya fungsi tersebut mendapatkan pengelolaan yang baik. Keseimbangan ekonomi dan ekologi dalam pemanfaatan ekosistem menjadi kunci utama dalam pengelolaannya. Manusia sebagai aktor utama dalam pengelolaan dituntut kearifannya dalam memanfaatkan ekosistem DAS.

DAS memiliki definisi suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujanke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan (PP No. 70 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan). Berdasarkan identifikasi Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Ciliwung Citarum, salah satu unit pelaksana teknis Kementerian Kehutanan RI, jumlah DAS di Provinsi Banten sebanyak ± 174. 10 DAS terbesar yang ada di Provinsi Banten antara lain: DAS Ciujung, Cibungur, Cibaliung, Cidurian, Ciliman, Cisadane, Cimadur, Cibanten, Cimanceuri dan Cidanau. Adapun daftar DAS di Provinsi Banten sebagaimana Lampiran ...

Salah satu DAS yang terdapat di Provinsi Banten yang perlu diperhatikan dalam upaya pengelolaannya adalah DAS Cidanau. Ada 3 (tiga) hal yang menjadikan DAS Cidanau penting bagi pembangunan ekonomi di wilayah barat Provinsi Banten, khususnya Kota Cilegon. Peranan penting tersebut antara lain:

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(6)

2. Terdapat Cagar Alam Rawa Danau seluas 2.500 ha yang ditunjuk berdasarkan surat Gubernur Jenderal Belanda Government Besluit pada tanggal 16 November 1921, merupakan ekosistem rawa pegunungan satu-satunya yang masih tersisa di Pulau Jawa;

3. Sungai Cidanau sebagai sungai utama mempunyai debit rata-rata antara 80.000-10.000 liter/detik pada lima tahun terakhir merupakan sumber air baku yang strategis tidak saja untuk pemenuhan kebutuhan air masyarakat yang ada dalam catchment area tapi juga diluar catchment area yaitu kawasan Bojonegara, Merak dan Cilegon.

DAS Cidanau saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat dunia usaha untuk kepentingan penyediaan air bersih. Oleh karena itu ketersediaan air di DAS Cidanau menjadi faktor yang penting. Kondisi air di sungai Cidanau harus diupayakan agar tidak terjadi fluktuasi yang tajam antara musim hujan dan musim kemarau. Hal yang penting diungkap di DAS Cidanau adalah ekosistem dan keanekaragaman hayatinya. Ekosistem dan keanekaragaman hayati bervariasi menurut masing-masing daerah. Di samping itu, dalam batas tertentu masing-masing daerah menunjukkan kekhasan, baik tumbuhan, tanaman maupun satwa dan hewannya. Secara alami komponen keanekaragaman makhluk hidup mempunyai keterbatasan persebaran, sehingga tiap daerah pun menunjukkan kekhasan dalam menampilkan keanekaragaman hayatinya. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati suatu daerah memberikan peluang pemanfaatan yang lebih tinggi, karena semakin banyaknya pilihan dan cadangan (dalam bentuk barang dan jasa) yang dapat dimanfaatkan. Dengan demikian, daerah yang memiliki ekosistem dan keanekaragaman hayati yang tinggi mempunyai peluang besar pula untuk memperoleh keuntungan dari pemanfaatan keanekaragaman hayati dan bagian-bagiannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilaksanakan kegiatan “Penyusunan Dokumen Ekosistem DAS Cidanau” yang merupakan gambaran ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terdapat di DAS Cidanau. Ekosistem dan keanekaragaman hayati ini mencakup tingkatan ekosistem, spesies dan tingkatan di dalam spesies atau genetik, baik yang alami maupun yang telah dibudidayakan.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(7)

I.2 TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT

Dokumen Profil Ekosistem DAS Cidanau disusun dengan tujuan untuk menyediakan panduan bagi pemerintah kabupaten/kota maupun Provinsi Banten dalam mengambil kebijakan strategi pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati khususnya di DAS Cidanau. Sementara sasaran yang ingin dicapai adalah terdokumentasikannya data dan informasi mengenai ekosistem (keanekaragaman hayati dan pengetahuan tradisional) yang ada mulai dari hulu sampai hilir di DAS Cidanau.

Manfaat Dokumen Profil Ekosistem DAS Cidanau, adalah:

1. Sebagai data dasar mengenai ekosistem di DAS Cidanau dari hulu sampai hilir;

2. Kekuatan tawar pada saat komponen ekosistem dan keanekaragaman hayati akan diakses oleh berbagai pihak;

3. Pendukung pengambil keputusan, perumusan kebijakan, penyusunan strategi dan rancang tindak pengelolaan ekosistem di DAS Cidanau.

I.3 LANDASAN HUKUM

Kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyusunan dokumen Profil Eksositem DAS Cidanau, adalah sebagai berikut:

1. UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem;

2. UU No 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity;

3. UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 4. UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang;

5. UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

6. UU No 29 Tahun 2002 tentang Perlindungan Varietas Tanaman; 7. UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(8)

10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah;

11. Strategi Nasional Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Tahun 2003-2020 (IBSAP):

1) Program sensus nasional potensi dan kondisi keanekaragaman hayati;

2) Program pemetaan potensi dan kerusakan keanekaragaman hayati;

3) Program penyusunan standar pelayanan minimum pemda dibidang pengelolaan, pemanfaatan, konservasi, dan rehabilitasi keanekaragaman hayati lokal dan nasional

12. Kesepakatan dan Rencana Tindak Lanjut Nasional dalam rangka Pembangunan Berkelanjutan (ISSD) mengenai perlunya pemetaan keanekaragaman hayati.

I.4 PENGERTIAN UMUM

1. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman mahluk hidup di muka bumi dan peranan-peranan ekologisnya yang meliputi keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman genetik.

2. Ekosistem adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam, baik hayati (tumbuhan dan satwa liar serta jasad renik) maupun non hayati (tanah dan bebatuan, air, udara, iklim) yang saling tergantung pengaruh-mempengaruhi dalam suatu persekutuan hidup;

3. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar adalah pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung dan keanekaragamanhayati jenis tumbuhan dan satwa liar;

4. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat dan/atau di air dan/atau di udara;

5. Satwa liar adalah satwa yang masih mempunyai sifat liar, kemurnian jenis dan genetik yang hidup di alam bebas maupun yang dipelihara oleh manusia;

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(9)

6. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya nabati, baik yang hidup di darat maupun di air;

7. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan;

8. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan;

9. Pembayaran jasa lingkungan adalah pemberian imbal jasa berupa pembayaran finansial dan non finansial kepada pengelola lahan atas jasa lingkungan yang dihasilkan;

10. Forum Koordinasi pengelolaan DAS adalah wahana koordinasi antara instansi penyelenggara pengelolaan DAS;

11. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan; 12. Cagar Alam adalah Kawasan Suaka Alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan/keunikan jenis tumbuhan dan/atau keanekaragaman tumbuhan beserta gejala alam dan ekosistemnya yang memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar keberadaan dan perkembangannya secara berlangsung secara alami;

13. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya lama hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan;

14. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(10)

BAB II. METODOLOGI

Secara umum, penyusunan Profil Ekosistem DAS Cidanau dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

II.1 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI DATA/INFORMASI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI BERBAGAI LEMBAGA DI DAERAH

Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk pengumpulan dan penyediaan data/informasi keanekaragaman hayati DAS Cidanau yang terdapat di berbagai lembaga yang ada di daerah (data sekunder). Lembaga-lembaga di daerah yang menangani atau memiliki informasi keanekaragaman hayati, meliputi:

1. Lembaga Pemerintah Daerah; antara lain: 1) BAPPEDA Prov. Banten;

2) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Prov. Banten; 3) Badan Lingkungan Hidup Daerah Prov. Banten; 4) Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Prov. Banten; 5) Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Prov. Banten; 6) Bappeda Kab. Serang;

7) Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan Kab. Serang;

8) Badan Lingkungan Hidup Kab. Serang; 9) Bappeda Kab. Pandeglang;

10) Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Pandeglang; 11) Dinas Kehutanan Kab. Pandeglang;

12) Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pandeglang.

2. Lembaga Pemerintah Pusat yang ada di daerah, antara lain: 1) Biro Pusat Statistik;

2) Balai Besar Wilayah Sungai 3 Ci;

3) Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung;

4) Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat; 5) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten; 6) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

3. Perguruan Tinggi dan Lembaga Pendidikan lain, antara lain: 1) Universitas Pajajaran;

2) Institut Pertanian Bogor.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(11)

4. Industri dan Perusahaan yang menggunakan bahan baku keanekaragaman hayati, dan

1) Perum Perhutani KPH Banten; 2) PT. Krakatau Tirta Industri.

5. Lembaga Swadaya Masyarakat (tingkat lokal, nasional, maupun internasional).

1) Rekonvasi Bhumi; 2) ICRAF.

Sesuai dengan keragaman tugas pokok dan fungsinya, informasi yang terdapat di lembaga-lembaga tersebut bervariasi menurut tingkat jenis keanekaragaman hayati dan karakateristik pengelolaan/pemanfataannya. Untuk itu perlu melakukan identifikasi ketersediaan informasi keanekaragaman hayati di berbagai lembaga tersebut.

Kebutuhan Data Sekunder dari lembaga/instansi tersebut diatas secara terperinci dapat dilihat pada Tabel berikut.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(12)

Tabel II-1. Kebutuhan Data Sekunder dari Lembaga/Instansi

NO DATA SUMBER KET

I DATA SEKUNDER

1 Keadaan Umum DAS Cidanau BPDAS Citarum Ciliwung/BBWS 3Ci/LSM Rekonvasi Bhumi

2 Kependudukan & Sosek BPS

3 Aktifitas ekonomi utama BAPPEDA Kab. Serang

4 Sumbangan terhadap PDRB BAPPEDA Kab. Serang/BPS

5 Debit air sungai Cidanau PT KTI, Dinas PSDA Prop Banten

6 Hasil hutan Distanhutbunak Kab. Serang, Perhutani

7 Industri hasil hutan Distanhutbunak Kab. Serang

8 Peta Jenis Tanah Bappeda Kab. Serang/Bappeda Kab. Pandeglang/Bappeda Prov. Banten 9 peta Jenis Batuan Bappeda Kab. Serang/Bappeda Kab. Pandeglang/Bappeda Prov. Banten

10 Peta Kelerengan Peta Kontur RBI/DEM SRTM

11 Peta Ketinggian Peta Kontur RBI

12 Peta Tutupan lahan Peta Tutupan Lahan RBI

13 Peta Sistem Drainase Peta Sungai RBI

14 Peta Jaringan Jalan Peta Jalan RBI

15 Peta Batas Administrasi Bappeda Kab. Serang/Bappeda Kab. Pandeglang/Bappeda Prov. Banten 16 Peta Fungsi Kawasan Bappeda Kab. Serang/Bappeda Kab. Pandeglang/Bappeda Prov. Banten 17 Peta Iklim Bappeda Kab. Serang/Bappeda Kab. Pandeglang/Bappeda Prov. Banten/BMKG

18 Peta Kawasan Kehutanan BKSDA/ Perhutani

19

Peraturan Perundangan terkait Kehati

DAS Cidanau Bag. Hukum Kab. Serang/Prop. Banten, PU, Kehutanan, Pertanian, Dll 20 Lembaga terkait Kehati Bappeda Kab. Serang/Bappeda Kab. Pandeglang/Bappeda Prov. Banten 21 Penataan Ruang DAS Bappeda Kab. Serang/Bappeda Kab. Pandeglang/Bappeda Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(13)

II.2 ANALISIS KESENJANGAN DATA/INFORMASI UNTUK PENYUSUNAN PROFIL

Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan data/informasi yang dimiliki oleh masing-masing pemangku kepentingan dan kebutuhan data/informasi yang diperlukan untuk penyusunan Profil keanekaragaman hayati. Salah satu metode untuk analisis kesenjangan data/informasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Error! Reference ource not found..

Tabel II-2. Analisis Kesenjangan data/informasi ekosistem dan keanekaragaman hayati Jenis Keaneka-ragaman hayati Dinas Litba ng BPL HD PT BALI TBAN GDA Ind ustr i KOM DA PN LS M Masy. Penan gkar T a n B u n H o r Ptr nk H u t K P In dg K e s Tan/Tumb. Hutan Tan. Bun Tan. Pangan Tan. Horti Tan. Obat Perikanan Ternak Satwa liar

Keterangan: Setiap sel diisi dengan ketersediaan informasi Kehati di lembaga bersangkutan menurut dan mengikuti kriteria besaran tingkat ketersediaannya (+ = rendah; ++ = sedang; dan +++ = tinggi). Tabel ini dibuat untuk kategori berikut: a = keanekaragaman; b = persebaran; c = manfaat; d = penggunaan ekonomi; e = penggunaan non ekonomi; f = berlimpah; g = terancam; h = potensi pengembangan.

Apabila terdapat ketimpangan/ketidaktersediaan data maka perlu dicari dari instansi/lembaga lain yang mungkin memiliki data yang dibutuhkan atau mencari secara langsung di lapangan melalui survei.

II.3 INVENTARISASI DATA/INFORMASI BARU

Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data/informasi yang belum tersedia berdasarkan hasil analisis kesenjangan. Tahapan pelaksanaan inventasisasi data/informasi baru adalah sebagai berikut:

1. Penetapan jenis-jenis prioritas yang perlu dilengkapi dengan informasi

Properties of DLHK

Prov. Banten

(14)

 Jenis liar yang belum bernilai ekonomi (belum diperdagangkan secara ekonomi pasar).

 Daratan  Tumbuhan No. Nama lokal Nama ilmiah Persebaran geografi Status* Status perlindun gan** Habitat Ket*** 1. 2. dst.

* Endemik, introduksi, terancam, berlimpah. ** dilindungi, tidak dilindungi,

*** pemanfaatan, potensi budidaya dan upaya pengembangan (penangkaran, sumber bibit/ pemuliaan, dll).

 Satwa No. Nama lokal Nama ilmiah Persebaran geografi Status* Status perlindungan ** Habitat Ket*** 1. 2. dst.

* Endemik, introduksi, terancam, berlimpah. ** dilindungi, tidak dilindungi.

*** pemanfaatan, potensi budidaya dan upaya pengembangan (penangkaran, sumber bibit/ pemuliaan, dll)

 Perairan  Tumbuhan No. Nama lokal Nama ilmiah Persebaran geografi Status* Status perlindungan ** Habitat Ket*** 1. 2. dst.

* endemik, introduksi, terancam, berlimpah. ** dilindungi, tidak dilindungi

*** pemanfaatan, potensi budidaya dan upaya pengembangan (penangkaran, sumber bibit/ pemuliaan, dll)

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(15)

 Satwa No. Nama lokal Nama ilmiah Persebaran geografi Status* Status perlindu ngan** Habitat Ket*** 1. 2. dst.

* Endemik, introduksi, terancam, berlimpah. ** dilindungi, tidak dilindungi

*** pemanfaatan, potensi budidaya, dan upaya pengembangan (penangkaran, sumber bibit/ pemuliaan, dll)

 Jenis liar yang sudah diketahui nilai ekonominya (sudah diperdagangkan secara ekonomi pasar)  Daratan  Tumbuhan No. Nama lokal Nama ilmiah Persebaran geografi Status* Status perlindungan ** Habitat Nilai ekonomi 1. 2. dst.

* endemik, introduksi, terancam, berlimpah ** dilindungi, tidak dilindungi

 Satwa No. Nama lokal Nama ilmiah Persebaran geografi Status * Status perlindungan ** Habitat Nilai ekonomi 1. 2. dst.

* Endemim, introduksi, terancam, berlimpah. ** dilindungi, tidak dilindungi

 Perairan  Tumbuhan No. Nama lokal Nama ilmiah Persebaran geografi Status* Status perlindungan** Habitat Nilai ekonomi 1. 2. dst.

* endemik, terancam, berlimpah, tidak tahu ** dilindungi, tidak dilindungi

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(16)

 Satwa No. Nama lokal Nama ilmiah Persebaran geografi Status* Status perlindungan** Habitat Nilai ekonomi 1. 2. dst.

* terancam, berlimpah, tidak tahu ** dilindungi, tidak dilindungi

 Jenis yang sudah dibudidayakan (keanekaragaman, persebaran)  Tanaman pangan (padi, jagung, ubi-ubian dll)

No. Jenis Nama

latin Varietas* Persebaran Ket**

1. 2. 3. dst.

* Nama varietas jenis yang bersangkutan

** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksi ternaturalisasi.

 Perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, kina dll)

No. Jenis Nama

Latin Varietas* Persebaran Ket**

1. 2. 3. dst.

* Nama varietas jenis yang bersangkutan

** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksi ternaturalisasi.

 Hortikultura (buah-buahan, tanaman hias, sayur-sayuran dll)

No. Jenis Nama

Latin Varietas* Persebaran Ket**

1. 2. 3. dst.

* Nama varietas jenis yang bersangkutan

** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksi ternaturalisasi.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(17)

 Pakan Ternak (rumput gajah, setaria, jungkut pahit dll)

No. Jenis Nama

Latin Varietas* Persebaran Ket**

1. 2. 3. dst.

* Nama varietas jenis yang bersangkutan

** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksi ternaturalisasi.

 Obat dan Rempah (kunyit, jahe, lada, tapak doro, tempuyung dll)

No. Jenis Nama

Latin Varietas* Persebaran Ket**

1. 2. 3. dst.

* Nama varietas jenis yang bersangkutan

** Ket: asli/endemik, eksotik/introduksi, intorduksi ternaturalisasi.  Industri (bambu, rotan, kayu putih, cendana, dll)

No. Jenis Nama

Latin Varietas* Persebaran Ket ** 1. 2. 3. 4. dst. * asli/endemik/lainnya.

** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

 Peternakan (sapi, domba, ayam, Itik dll) No. Jenis Nama

Latin Varietas* Persebaran Ket** 1.

2. 3. Dst

* asli/endemik/lainnya.

** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(18)

 Kehutanan (kayu, rotan, lebah madu, sutra, lak dll) No. Jenis Nama

Latin Varietas* Persebaran Ket** 1.

2. 3. dst.

* asli/endemik/lainnya.

** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

 Perairan Laut (udang, kepiting, bandeng dll) No. Jenis Nama

Latin Varietas* Persebaran Ket** 1.

2. 3. dst.

* asli/endemik/lainnya.

** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

 Perairan air tawar (emas, nila, mujair, gurame dll) No. Jenis Nama

Latin Varietas* Persebaran Ket** 1.

2. 3. dst.

* asli/endemik/lainnya.

** Ket: lokal/pemuliaan modern/eksotik.

II.4 INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TIPE EKOSISTEM YANG ADA

Data dan informasi disajikan secara deskriptif, mencakup:

1. Tipe-tipe ekosistem yang ada di daerah, baik ekosistem alam maupun ekosistem buatan/ binaan, mulai dari ekosistem pegunungan, karst, hutan dataran rendah, sampai dengan ekosistem pesisir dan pantai; 2. Upaya perlindungan dan pelestarian;

3. Potensi dan manfaat masing-masing ekosistem

1). Fungsi dan manfaat dari masing-masing ekosistem, baik secara ekologis maupun ekonomis. Sebagai contoh adalah manfaat ekosistem hutan bakau sebagai tempat pemijahan ikan, menahan abrasi, dll;

2). Skala pemanfaatan ekosistem yang ada (misalnya pengembangan ekowisata, jasa untuk Air Minum Dalam Kemasan).

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(19)

4. Ancaman

1). Faktor fakor yang mengancam kelestarian ekosistem;

2). Status permasalahan kerusakan ekosistem (mis: tumpang tindih kawasan);

3). Dampak yang ditimbulkan, baik ekologis maupun ekonomis.

Untuk menghadirkan informasi tipe ekosistem sebagaimana tersebut di atas digunakan pendekatan tipe vegetasi (Kartawinata, 2010). Data tipe vegetasi akan diperoleh dari peta penggunaan lahan RBI yang diupdate menggunakan citra yang tersedia di situs Googleearth. Peta penggunaan lahan ditumpang-susunkan dengan peta ketinggian dari permukaan laut (elevasi) dan Peta Kawasan Hutan sehingga dihasilkan Peta Satuan Unit Lahan Prediksi Tipe Ekosistem. Dari peta tersebut dilakukan penentuan lokasi sampel dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling. Berdasarkan rencana lokasi sampel dilakukan pengecekan/verifikasi lapangan. Hasil verifikasi lapangan menentukan kesesuaian prediksi tipe ekosistem dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Verifikasi lapangan juga melakukan identifikasi potensi pengembangan dan ancaman yang mungkin terjadi.

Secara umum metode untuk identifikasi keanekaragaman hayati sebagaimana Gambar II-1.

II.5 ANALISIS KONDISI MASING-MASING EKOSISTEM SECARA KUALITATIF (BAIK, SEDANG, JELEK)

Untuk mengetahui kondisi masing-masing tipe ekosistem dilakukan analisa secara kualitatif dengan berdasarkan kondisi potensi, ancaman dan upaya perlindungan yang sudah dilakukan.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(20)

Gambar II-1. SOP metode identifikasi keanekaragaman ekosistem

II.6 PRESENTASI LAPORAN AKHIR

Kegiatan Presentasi Laporan Akhir dilaksanakan dengan mengundang para pihak yang berkepentingan. Tujuan Presentasi Laporan Akhir adalah:

1. Sosialisasi draft Profil Eksositem DAS Cidanau sehingga semua pemangku kepentingan terlibat secara aktif dalam upaya pengelolaan keanekaragaman hayati;

2. Validasi data/informasi;

3. Mendapatkan saran dan masukan dari publik guna pengayaan Profil Ekosistem DAS Cidanau.

Hasil akhir dari Presentasi Laporan Akhir ini adalah perbaikan dan kesepakatan para pihak mengenai Profil Ekosistem DAS Cidanau.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(21)

II.7 TATA WAKTU

Waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah 60 (enampuluh) hari. Rencana kegiatan terurai pada Tabel II-3 di bawah ini.

Tabel II-3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

No Uraian

Waktu Pelaksanaan

Bulan Ke-1 Bulan Ke-2

1 2 3 4 1 2 3 4

I Persiapan 1. Mobilisasi

2. Persiapan teknis survai

3. Studi Kepustakaan II Pelaksanaan 1. Orientasi Instansional 2. Orientasi Lapangan 3. Survai Instansional 4. Survai Lapangan III Penyusunan 1. Olah Data 2. Analisa Data 3. Penyusunan Profil IV Pelaporan

1. Draft Laporan Pendahuluan 2. Pembahasan Laporan

Pendahuluan

3. Final Laporan Pendahuluan 4. Draft Laporan Akhir

5. Pembahasan Laporan Akhir

6. Final Laporan Akhir

7. Album Peta dan Soft Copy

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(22)

BAB III. GAMBARAN UMUM DAS CIDANAU

III.1 KEADAAN UMUM

III.1.1 Letak Geografis

Secara geografis Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau terletak pada 105o51’23” – 106o03’04” Bujur Timur dan 06o07’35” – 06o17’19” Lintang Selatan dengan luas sekitar 21.987,88 Ha.

DAS Cidanau dibatasi oleh:

1) Sebelah Utara Gunung Tukung Gede Timur dan Gunung Tukung Gede Barat;

2) Sebelah Timur Gunung Karang dan Gunung Kupak; 3) Sebelah Selatan Gunung Aseupan dan ;

4) Sebelah Barat Selat Sunda.

II. III. IV. V. VI. VII. VIII.

Gambar 3.1 Peta Lokasi DAS Cidanau

Gambar III-1. Lokasi DAS Cidanau di Provinsi Banten

Secara garis besar DAS Cidanau terbagi atas kawasan kaldera dimana di dalamnya terdapat Cagar Alam Rawa Danau seluas 2.500 ha yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 16 November 1921. DAS Cidanau terdiri dari 16 Sub DAS yang mengalir dari Gunung Karang ke arah barat dan bermuara di Selat Sunda. Sungai utama yang mengalir adalah Sungai Cidanau, sementara itu jumlah anak sungai yang terdapat dalam DAS Cidanau sebanyak 16 (enam

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(23)

belas) anak sungai baik yang bermuara terlebih dahulu ke Rawa Cidanau atau pun langsung mengalir ke Sungai Cidanau.

IX. X. XI.

Gambar 2.2 Bagan Alur Aliran Sungai Cidanau

Sumber : Peta RBI dan Peta Administrasi

Gambar III-2. 3 Dimensi DAS Cidanau III.1.2 Batas Wilayah Administrasi

Secara administratif DAS Cidanau terletak di 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. Wilayah DAS Cidanau yang berada di Kabupaten Pandeglang seluas 2.356,99 hektar (10,29%) dan yang berada di Kabupaten Serang seluas 20.540,87 (89,71%). DAS Cidanau terletak di 9 Kecamatan dan 50 Desa. Rincian batas administrasi di dalam DAS Cidanau sebagaimana Tabel III-1.

Tabel III-1. Batas Administrasi DAS Cidanau

NO KABUPATEN KECAMATAN DESA LUAS DESA LUAS DESA DALAM

% LUAS DALAM

(Ha) DAS CIDANAU (Ha) CIDANAU DAS

1 2 3 4 5 6 7

1. PANDEGLANG CADASARI KADUENGANG 452,42 1,43 0,32 KADUHEJO BANYUMUNDU 703,68 22,71 3,23 CAMPAKA 729,89 9,91 1,36 SANINTEN 593,67 3,30 0,56 MANDALAWANGI CIKUMBUEUN 1.249,04 1.244,26 99,62 CURUGLEMO 409,48 15,90 3,88 KURUNGKAMBING 513,17 18,85 3,67 MANDALASARI 423,12 3,03 0,72 PANJANGJAYA 530,56 117,73 22,19 RAMEA 1.377,97 917,45 66,58 SINARJAYA 505,45 2,42 0,48

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(24)

1 2 3 4 5 6 7

2. SERANG CINANGKA BANTARWARU 1.416,70 162,43 11,47 CIKOLELET 1.672,27 623,79 37,30 CINANGKA 786,95 260,42 33,09 KUBANG BAROS 1.372,36 1.241,16 90,44 RANCA SANGGAL 792,33 792,33 100,00 SINDANG LAYA 542,97 92,29 17,00 CIOMAS CEMPLANG 541,15 3,49 0,64 CIKETUG 742,26 742,26 100,00 CISITU 577,66 577,66 100,00 CITAMAN 577,74 577,74 100,00 LEBAK 509,61 509,61 100,00 PANYAUNGAN JAYA 367,09 367,09 100,00 PONDOKAHURU 196,50 196,50 100,00 SUKABARES 251,12 184,02 73,28 SUKADANA 271,08 136,77 50,46 SUKARENA 822,78 260,85 31,70 UJUNGTEBU 647,56 507,04 78,30 GUNUNG SARI CIHERANG 1.123,12 315,48 28,09 GUNUNG SARI 1.154,67 493,22 42,72 KADUAGUNG 1.254,90 594,96 47,41 LUWUK 815,71 443,30 54,35 MANCAK ANGSANA 870,01 3,01 0,35 CIKEDUNG 1.772,84 2.043,68 115,28 CIWARNA 1.202,96 4,16 0,35 PABUARAN KADUBEUREUM 591,04 4,94 0,84 PADARINCANG BARUGBUG 1.404,74 1.466,82 104,42 BATUKUWUNG 1.669,08 1.669,08 100,00 BUGEL 542,93 542,93 100,00 CIBOJONG 1.093,06 521,85 47,74 CIOMAS 362,72 361,88 99,77 CIPAYUNG 362,94 362,94 100,00 CISAAT 175,43 175,43 100,00 CITASUK 1.030,46 1.030,46 100,00 CURUGGOONG 495,20 495,20 100,00 KADU KEMPONG 496,24 496,24 100,00 KADUBEUREUM 753,29 753,29 100,00 KALUMPANG 937,73 937,73 100,00 KRAMATLABAN 316,28 316,28 100,00 PADARINCANG 272,52 272,52 100,00 LUAS SERANG 20.540,87

LUAS DAS CIDANAU 22.897,87

Sumber : Analisa GIS Batas DAS Cidanau dan Batas Administrasi Desa Provinsi Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(25)

III.1.3 Aksesibilitas

DAS Cidanau dapat diakses melalui beberapa rute dari Kota Serang, yaitu:

1) Jalur Palka

Rute ini ditempuh dari Kota Serang melalui Jalan Raya Serang-Pandeglang (Jalan Arteri Nasional), kemudian belok ke kanan dari Simpang Empat Palima. Selanjutnya menyusuri jalan Palima Cinangka (Palka) yang merupakan salah satu Jalan Provinsi sejauh ± 30 km;

2) Jalur Mancak

Rute ini di tempuh dari Kota Serang melalui jalan raya Taktakan-Gunungsari (Takari) yang juga merupakan salah satu jalan Provinsi sejauh ± 18 km;

3) Jalur Anyer

Rute ini di tempuh dari Kota Serang menuju Kota Cilegon melalui Jalan Tol Merak atau Jalan Raya Serang-Cilegon (Jalan Arteri Nasional), dari Kota Cilegon dilanjutkan menuju kawasan wisata Anyer.

Gambar III-3. Peta Jaringan Jalan DAS Cidanau

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(26)

Pandeglang meliputi 1 (satu) kecamatan. 5 (lima) kecamatan yang masuk ke dalam kawasan DAS Cidanau di Kabupaten Serang, yaitu: Cinangka, Mancak, Padarincang, Ciomas dan Gunungsari sedangkan 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Pandeglang yaitu Mandalawangi. Berdasarkan data BPS (2012) jumlah penduduk yang ada di Kawasan DAS Cidanau yaitu sebanyak 160.331 jiwa yang terdiri dari 80.161 jiwa laki-laki dan perempuan 80.171 jiwa. Uraian mengenai data penduduk yang ada di Kawasan DAS Cidanau dapat dilihat pada Lampiran 1. 1. Kondisi Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada studi RHA yang dilakukan oleh LSM Rekonvasi Bhumi kerjasama dengan ICRAF pada tahun 2011 di 3 lokasi studi dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut : 1) Daerah Hulu (Desa Citaman)

Secara umum masyarakat di Desa Citaman bermata pencaharian sebagai petani (kebun). Hal ini di dukung dengan kondisi alam Desa Citaman yang merupakan lahan kebun campuran. Hasil dari kebun campuran berupa melinjo, aren, durian, pisitan, kopi, kelapa,dan padi gogo. Walaupun dilihat dari nilai ekonomi belum menunjang kesejahteraan masyarakat sekitar. Bila dikaitkan dengan motivasi mereka dalam menjaga kelestarian alam cukup besar sehingga program jasa lingkungan dapat dilaksanakan sesuai harapan. Bahkan Desa ini dijadikan model pengelolaan jasa lingkungan hulu – hilir DAS Cidanau.

2) Daerah Tengah (Desa Cibojong)

Masyarakat Desa Cibojong pada umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai petani, baik petani kebun dan petani sawah. Di desa ini juga sebagian masyarakat memanfaatkan sumber mata air Cibojong sebagai mata pencahariannya. Di lihat dari kondisi alam sebagian besar lahan berupa kebun campuran, pemukiman dan sawah. Pada umumnya masyarakat Desa Cibojong dalam usaha tani padi sawah hanya berstatus sebagai pengarap. Maka untuk menambah pendapatan dari usaha taninya, sebagian masyarakatnya melakukan perambahan dengan mengolah lahan menjadi sawah di kawasan hutan cagar alam rawa danau. Salah satu kelompok tani di Desa Cibojong pernah diikutsertakan menjadi kelompok peserta pembayaran jasa lingkungan. Namun dikarenakan adanya komitmen yang dilanggar oleh anggota kelompok dengan melakukan penebangan

Properties of DLHK

Prov. Banten

(27)

pohon sebelum waktunya. Maka oleh Forum Komunikasi DAS Cidanau diputus kontraknya.

3) Daerah Hilir (Desa Cinangka)

Desa Cinangka merupakan salah satu desa yang terletak di daerah pesisir dan bila dilihat dari topografi terdiri dari kebun, sawah dan pesisir pantai. Adapun masyarakatnya mempunyai mata pencaharian beragam antara lain: petani sawah, petani ladang/kebun, peternak ayam/kambing, pedagang dari hasil kerajinan dan aneka makanan, serta layanan jasa (tambal ban, wartel, ojeg, angkutan pedesaan dan guide turis). Masyarakat di Desa ini relatif lebih sejahtera dibandingkan dengan Desa Citaman dan Desa Cibojong.

III.1.5 Tutupan vegetasi

Berdasarkan intepretasi citra satelit Landsat 8 tanggal 16 Agustus 2013 dengan menggunakan metode NDVI (Normalized Differential Vegetation Index), suatu metode intepretasi dijital citra satelit untuk menilai kerapatan vegetasi dengan memanfaatkan saluran merah dan saluran inframerah dekat, diketahui bahwa kondisi kerapatan vegetasi di DAS Cidanau didominasi pada kisaran 40 – 50% (50,76%). Ini menunjukkan bahwa kondisi vegetasi di DAS Cidanau masih relatif baik karena hasil pengamatan di lapangan bahwa penggunaan lahan pada kerapatan vegetasi 40 – 50% merupakan kebun campuran yang relatif rapat. Penggunaan lahan persawahan dan pemukiman umumnya memiliki kerapatan vegetasi 10 – 30%.

Tabel III-2. Persentase Kerapatan Vegetasi DAS Cidanau

NO KERAPATAN VEGETASI LUAS (Ha) %

1 0 - 10% 76,49 0,33 2 10 - 20% 1.148,79 5,02 3 20 - 30% 2.551,25 11,14 4 30 - 40% 3.811,17 16,64 5 40 - 50% 11.622,17 50,76 6 50 - 60% 3.499,03 15,28 7 60 - 70% 3,71 0,02 8 Air 8,08 0,04

9 Tidak ada data*) 177,19 0,77

JUMLAH 22.897,87 100,00

*) Tidak ada data karena tertutup awan

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(28)

III.1.6 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di DAS Cidanau berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Rupa Bumi Indonesia Bakosurtanal skala 1:25.000 yang dimutakhirkan dengan menggunakan mosaik citra satelit Ikonos Tahun 2008 – 2009 didominasi Kebun/Perkebunan (42,30%) disusul dengan penggunaan lahan sawah irigasi (25,65%). Hasil pengamatan di lapangan penggunaan lahan kebun/perkebunan umumnya merupakan kebun campuran dengan dominasi komoditi melinjo, cengkeh, durian, petai, albasia dan sobsi. Sangat jarang ditemukan kebun monokultur di DAS Cidanau, apabila ditemukan umumnya kebun albasia dengan luasan yang tidak terlalu besar. Rincian penggunaan lahan beserta luasannya sebagaimana Tabel III-3.

Tabel III-3. Luasan Penggunaan Lahan DAS Cidanau

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) %

1 Air Tawar 42,68 0,19 2 Belukar/Semak 56,83 0,25 3 Gedung 0,52 0,00 4 Hutan 3.333,85 14,56 5 Hutan Rawa 1.357,23 5,93 6 Kebun/Perkebunan 9.685,16 42,30 7 Pemukiman 931,16 4,07 8 Rawa 1.579,27 6,90 9 Rumput/Tanah kosong 0,93 0,00 10 Sawah Irigasi 5.873,67 25,65

11 Sawah Tadah Hujan 2,43 0,01

12 Tegalan/Ladang 35,22 0,15

JUMLAH 22.898,95 100,00

III.2 KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Peraturan Perundang-undangan terkait pengelolaan keanekaragaman hayati di DAS Cidanau baik langsung maupun tidak langsung antara lain:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(29)

4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167);

5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000, tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);

6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pembentukan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Negara antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

9. Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembar Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembar Negara Nomor 3838);

10. Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Daerah Otonom (Lembar Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembar Negara Nomor 3952);

11. Peraturan pemerintah Nomor 84 Tahun 2000, tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembar Negara Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembar Negara Nomor 165);

12. Peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

13. Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembar Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembar Negara Nomor 4578);

14. Peraturan pemerintah Nomor 79 Tahun 2005, tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembar Negara Nomor 4593);

15. Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan

Properties of DLHK

Prov. Banten

(30)

16. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 419/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Daerah Tk. I Jawa Barat seluas ± 1.045.071 Hektar;

17. Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK. 3568/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 2 Mei 2014 tentang Penetapan Luas Kawasan Hutan Cagar Alam Rawa Danau seluas 3.542,70 Hektar di Kabupaten Serang Provinsi Banten;

18. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2002, tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Provinsi Banten (Lembar Daerah Provinsi Banten Tahun 2002 Nomor 26, Seri D);

19. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 51 Tahun 2002, tentang Pengendalian Dampak Lingkungan (Lembar Daerah Provinsi Banten Tahun 2002 Nomor 79, Seri E);

20. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 52 Tahun 2002, tentang Pengelolaan dan Pertangungjawaban Keuangan Daerah Provinsi Banten (Lembar Daerah Provinsi Banten Tahun 2002 Nomor 80, Seri E);

21. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten Tahun 2010-2030, (Lembar Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 32);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang Tahun 2011 – 2031; 23. Keputusan Gubernur Banten Nomor 1 Tahun 2001, tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Banten;

24. Keputusan Gubernur Banten Nomor 124.3/Kep.64.-Huk/2002, tentang Pembentukan Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau Provinsi Banten.

III.3 KELEMBAGAAN YANG ADA DI DAS CIDANAU

Di dalam DAS Cidanau terdapat lembaga-lembaga yang terkait dengan pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, diantaranya:

1) Kelompok Tani Hutan

Berdasarkan data dari Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) upaya yang dilakukan untuk melakukan pelestarian kawasan DAS Cidanau dengan kegiatan jasa lingkungan. Kelompok Tani Hutan yang sudah masuk dalam kegiatan jasa lingkungan, yaitu:

a. Karya Muda 2 dari Desa Citaman Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang;

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(31)

b. Karya Muda 3 dari Desa Citaman Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang;

c. Karya Bakti dari Desa Ujung Tebu Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang;

d. Harapan Maju dari Desa Panjangjaya Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang;

e. Alam Lestari dari Desa Ramea Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang;

f. Alam Sejahtera dari Desa Cikumbueun Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang.

Pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau menjadi pionir mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Indonesia. Hal ini menjadikan DAS Cidanau referensi nasional dalam pengelolaan jasa lingkungan. Adapun jasa lingkungan yang dikembangkan di DAS Cidanau adalah jasa lingkungan untuk kepentingan hidrologi dimana penerima pembayaran jasa lingkungan diwajibkan untuk memelihara kebunnya dengan jumlah pohon sebanyak minimal 500 pohon per hektar dengan diameter pohon minimal 20 cm. Pohon yang diperhitungkan dalam pembayaran jasa lingkungan adalah pohon produktif, bukan jenis pohon cepat tumbuh (fast growing species) yang ditanam untuk ditebang dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun.

Mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau telah berjalan sejak 2005. Sampai tahun 2014 telah dilakukan pembayaran jasa lingkungan seluas 153,96 Ha. Direncanakan pada akhir 2014 akan bertambah seluas ± 150 Ha sehingga menjadi 303,96 Ha. Rincian penerima jasa lingkungan di DAS Cidanau sejak tahun 2005 sebagaimana Tabel III-4 dan Tabel III-5. Sedangkan sebaran lokasi potensial pembayaran jasa lingkungan dan pembayaran jasa lingkungan yang sudah berjalan terlampir pada Peta Sebaran Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau di Album Peta.

Tabel III-4. Penerima Jasa Lingkungan Periode 2005 - 2009

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(32)

PadaTabel III-4 terdapat 2 kelompok yang diputus kontrak sebelum habis masa kontrak karena kelompok tersebut melanggar kesepakatan, yaitu salah satu anggota kelompok menebang pohon. Karena kesepakatan pembayaran jasa lingkungan dilakukan dengan kelompok, maka kesalahan satu anggota harus ditanggung oleh semua anggota kelompok. Hal ini dilakukan untuk memberikan pembinaan kepada masyarakat hulu DAS Cidanau agar dapat memegang komitmen terhadap kontrak jasa lingkungan.

Pembayaran jasa lingkungan awalnya didanai oleh PT. Krakatau Tirta Industri (KTI), anak perusahaan Krakatau Steel, selaku pemanfaat air Sungai Cidanau di hilir. PT. KTI memiliki kepentingan dalam pembayaran jasa lingkungan karena perusahaan tersebut bergerak dalam penyediaan air bersih untuk kawasan industri Krakatau Steel, Kota Cilegon dan sebagian Kabupaten Serang. Untuk menjamin debit air sungai yang stabil maka harus ada jaminan kondisi hulu DAS yang baik agar proses hidrologi berjalan dengan baik. Oleh karena itu PT. KTI bersedia mengeluarkan dana untuk pembayaran jasa lingkungan. Dalam perjalanannya, pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan menjadi berkembang dengan bertambahnya pembayar jasa lingkungannya, yaitu PT. Asahimas Chemical dan Pemerintah Daerah Provinsi Banten. Nilai yang dibayarkan untuk pembayaran jasa lingkungan sampai tahun 2014 sebesar Rp.2.522.500.000 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel III-6. Pembayar Jasa Lingkungan DAS Cidanau

Berdasarkan analisa Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) Tahun 2104 bahwa lokasi lahan di hulu DAS Cidanau yang berpotensi dilakukan pembayaran jasa lingkungan seluas 3.364,48 Ha dengan rincian sebagaimana Tabel III-7.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(33)

Tabel III-7. Luasan Potensi Pembayaran Jasa Lingkungan di Hulu DAS Cidanau

2) Forum Komunikasi DAS Cidanau

Forum Komunikasi DAS dibentuk pada tahun 2002 dengan legalitas Surat Keputusan Gubernur Banten Nomor:124.3/Kep.64.-Huk/2002 tanggal 24 Mei 2002 dengan maksud membangun integrasi dan sinergitas para pihak, antar sektor dalam upaya pengelolaan DAS terpadu.

Fungsi dan peran Forum Komunikasi DAS Cidanau, yaitu:

a. Membangun dan mengembangkan pengelolaan secara terpadu DAS Cidanau dengan didasarkan pada konsep one watershed, one integrated plan dan one integrated management;

b. Berperan secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di DAS Cidanau;

c. Berperan secara aktif dalam upaya penyelesaian permasalahan di DAS Cidanau, melalui upaya-upaya fasilitasi, advokasi dan koordinasi; d. Berperan secara aktif memasarkan secara luas jasa lingkungan DAS

Cidanau dan mendorong pembentukan dan berfungsi Lembaga Pengelola Jasa Lingkungan.

Forum Komunikasi DAS Cidanau sebagai pionir forum pengelolaan DAS di Indonesia telah berhasil membangun komunikasi hulu hilir dalam bentuk pembayaran jasa lingkungan sehingga menginspirasi Kementerian

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(34)

Gambar III-4. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau

3) Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Sub Seksi Wilayah III Banten

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Sub Seksi Wilayah III Banten bertugas untuk mengelola kawasan hutan konservasi, khususnya hutan suaka alam (suaka margasatwa, cagar alam) dan taman wisata alam di wilayah Banten. Selain itu bertanggungjawab mengawasi dan memantau peredaran tumbuhan dan satwa yang dilindungi di wilayahnya termasuk pula memantau upaya-upaya penangkaran dan pemeliharaan tumbuhan dan satwa dilindungi oleh perorangan, perusahaan dan lembaga-lembaga konservasi terkait.

Di dalam DAS Cidanau BKSDA Jawa Barat Sub Seksi Wilayah III Banten mengelola kawasan Cagar Alam (CA) Rawa Danau, CA. Gn. Tukung Gede Timur dan CA. Gn. Tukung Gede Barat. Ketiga kawasan tersebut ditunjuk sebagai cagar alam karena memiliki keunikan ekosistem, yaitu:

- CA. Rawa Danau memiliki ekosistem rawa pegunungan dengan luas 3.542, 70 Ha;

- CA. Gunung Tukung Gede Barat/Timur memiliki ekosistem hutan alam pegunungan dengan luas CA Gn. Tukung Gede Barat 1.121 Ha dan CA. Gn. Tukung Gede Timur 406,70 Ha.

Di masa pemerintah kolonial Belanda, Cagar Alam Rawa Danau ditetapkan sebagai Natuure Monument. Kemudian oleh pemerintah Indonesia ditunjuk

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(35)

sebagai kawasan konservasi Cagar Alam dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 491/Kpts-II/1999 dengan luasan 2500 Ha. Pada tahun 2012 dilakukan pengukuran ulang oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah Jawa Madura diperoleh hasil luasan sebesar 3.542,70 Ha dan ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan No. SK.3586/Menhut-VII/KUH/2014. Cagar Alam Rawa Danau merupakan kawasan hutan konservasi yang memiliki ekosistem Rawa Pegunungan satu-satunya di Pulau Jawa.

Gambar III-5. Photo CA Rawa Danau Tahun 1932 Sumber : Catatan Perjalanan Dr. Endert, 1932

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(36)

Peta lokasi ketiga cagar alam dalam DAS Cidanau dapat dilihat pada Peta Kawasan Hutan di Album Peta.

4) Perhutani KPH Banten

Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diberi kewenangan mengelola kawasan hutan yang berfungsi lindung dan hutan produksi di wilayah P. Jawa dan Madura. Perhutani KPH Banten mengelola kawasan hutan lindung dan hutan produksi di DAS Cidanau yang penyebarannya berada di Gn. Karang, Gn. Parakasak, Gn. Aseupan dan Gunung Tukung Gede. KPH Banten membagi wilayah kerjanya menjadi beberapa Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BPKH) dimana wilayah Perhutani KPH Banten yang berada di DAS Cidanau berada pada wilayah BKPH Pandeglang dan BKPH Serang. Luas kawasan hutan yang dikelola oleh Perhutani KPH Banten di DAS Cidanau seluas ± 2.909,92 Ha dengan rincian sebagaimana Tabel III-8 dan peta sebaran kawasan hutan Perhutani KPH Banten di DAS Cidanau terlampir pada Peta Kawasan Hutan di Album Peta.

Walaupun kawasan hutan Perhutani KPH Banten di DAS Cidanau ada yang berfungsi sebagai hutan produksi, tetapi dalam pengelolaannya diperlakukan seperti hutan lindung sehingga pada kawasan hutan produksi tidak pernah ada aktifitas penebangan.

Tabel III-8. Luas Kawasan Hutan Perhutani KPH Banten di DAS Cidanau

NO BKPH RPH FUNGSI LUAS (Ha)

1. PANDEGLANG GN.KARANG HPTb 7,93 MANDALAWANGI HL 3,76 HPTb 670,17 GN.KARANG HL 404,42 HPTb 528,67 Total PANDEGLANG 1.614,95 2. SERANG ANYER HPTb 97,79 CIOMAS HL 0,01 HPTb 1.159,25 HPTt 37,93 Total SERANG 1.294,98 JUMLAH 2.909,92

Sumber : Analisa GIS Peta Kawasan Perhutani KPH Banten Ket: BKPH = Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan RPH = Resort Pemangkuan Hutan

HPTb = Hutan Produksi Terbatas HPTt = Hutan Produksi Tetap HL = Hutan Lindung

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(37)

III.4 TATA RUANG DAS CIDANAU

DAS Cidanau yang berada di 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, memiliki fungsi penting terhadap pelestarian alam, perekonomian dan pariwisata sehingga Pemerintah Daerah Provinsi Banten dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010 - 2030 menetapkan DAS Cidanau sebagai kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan. Adapun area DAS Cidanau yang menjadi kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan adalah Cagar Alam Rawa Danau dan Pegunungan Akarsari (Aseupan Karang Pulosari).

Berdasarkan Peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Serang Tahun 2011 – 2031 dan RTRW Kabupaten Pandeglang Tahun 2011 - 2031, DAS Cidanau memiliki rencana pola ruang sebagai kawasan lindung Cagar Alam, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan rakyat, Kawasan Pariwisata, Kawasan Pemukiman, Perkebunan, dan Pertanian Lahan Basah dengan rincian sebagaimana tabel berikut.

Tabel III-9. Rencana Pola Ruang DAS Cidanau

NO RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha)

I. KAWASAN LINDUNG

1. Cagar Alam 5.093,13 2. Hutan Lindung 2.819,74 3. Hutan Produksi 300,53 4. Hutan Produksi Terbatas 1.228,74

II. KAWASAN BUDIDAYA

5. Hutan Rakyat 1.442,27 6. Kawasan Pariwisata 9,52 7. Kawasan Perkebunan 6.010,52 8. Kawasan Permukiman Perkotaan 358,08 9. Permukiman Pedesaan 776,77 10. Pertanian Lahan Basah 3.948,59

Sumber : Peta Pola Ruang RTRW Kab.Serang dan Kab. Pandeglang Tahun 2011 – 2031

Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas kawasan lindung di DAS Cidanau adalah kawasan yang berpola ruang Cagar Alam, Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas. Sampai saat ini kawasan hutan produksi dan hutan produksi terbatas yang berada di DAS Cidanau dikelola oleh Perhutani KPH Banten dan diperlakukan seperti pengelolaan hutan lindung, sedangkan sisanya adalah kawasan budidaya. Peta Pola Ruang DAS

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(38)

III.5 TINJAUAN DAS CIDANAU TERHADAP EKOREGION

Provinsi Banten terdapat 4 satuan ekoregion, yaitu Dataran Rendah, Pegunungan Blok Patahan, Vulkanik, dan Perbukitan Karst.

1. Satuan ekoregion dataran rendah berada di daerah wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kabupaten Pandeglang dengan morfologi datar, kemiringan lereng 0-8%.

2. Satuan Ekoregion Blok Patahan berada di sebagian wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak, yang cenderung berbukit dengan kemiringan lereng dominan lebih dari 37%.

3. Satuan Ekoregion Vulkanik di Provinsi Banten dapat dijumpai di sebagian wilayah Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dengan kondisi topografi bergunung, yaitu dengan kelerengan 40%.

4. Satuan Ekoregion Karst di Provinsi Banten terletak di Kabupaten Lebak dan Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang.

DAS Cidanau berada pada satuan ekoregion vulkanik. Hal ini sesuai karena secara geologi DAS Cidanau berada pada kaldera Gunung Danau. Salah satu bukti bahwa DAS Cidanau merupakan kaldera Gunung Danau adalah adanya mata air panas di sekeliling Cagar Alam Rawa Danau, seperti di pemandian air panas Batu Kuwung. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menetapkan bahwa DAS Cidanau merupakan potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik masa depan.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(39)

BAB IV. PROFIL EKOSISTEM DAS CIDANAU

IV.1 BENTANG ALAM

IV.1.1 Topografi

Ketinggian terendah DAS Cidanau berada pada 0 m dpl di bagian muara S. Cidanau dan tertinggi pada 1500 m dpl di puncak Gunung Karang.

Gambar IV-1. Topografi DAS Cidanau

Luasan masing-masing kelas ketinggian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel IV-1. Luasan Masing-masing Kelas Ketinggian DAS Cidanau

NO ELEVASI (m dpl) LUAS (Ha) %

1 0 – 25 105,89 0,46 2 25 -50 220,93 0,96 3 50 – 75 484,61 2,12 4 75 – 100 5.844,61 25,52 5 100 – 150 4.024,29 17,57 6 150 – 200 1.713,88 7,48 7 200 – 300 2.789,69 12,18

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(40)

IV.1.2 Kelerengan

Kelerengan DAS Cidanau relatif curam kecuali kawasan Cagar Alam Rawa Danau yang kelerengannya relatif datar. Pada bagian puncak-puncak hulunya kelerengannya sangat curam (>40%) Sebaran kelerengan DAS Cidanau sebagaimana Gambar IV-2.

Gambar IV-2. Peta Kelerengan DAS Cidanau

Luasan masing-masing kelas lereng berdasarkan hasil analisa GIS Peta Kontur RBI sebagaimana tabel berikut.

Tabel IV-2. Luasan Masing-masing Kelas Lereng

NO KELAS LERENG LUAS (Ha) %

1 0 - 2% 7.638,25 32,52 2 2 - 5% 1.720,31 7,32 3 5 - 10% 2.941,61 12,52 4 10 - 15% 1.835,80 7,82 5 15 - 25% 3.992,48 17,00 6 25 - 40% 2.579,71 10,98 7 > 40% 2.779,38 11,83

IV.1.3 Morfologi DAS

DAS Cidanau secara umum berbentuk mangkuk yang terbagi menjadi 3 kawasan, yaitu hulu, tengah dan hilir. Bagian hulu dibatasi oleh Gunung Karang, Gn. Parakasak, Gn. Aseupan, Gn. Kupak dan Gn Tukung Gede.

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(41)

Pada bagian hulu memiliki ketinggian dari 100 - 1500 m dpl dengan kelerengan rata-rata diatas 15%.

Tabel IV-3. Luasan Morfologi DAS Cidanau

NO MORFOLOGI LUAS (Ha) %

1 Hulu 10.895,66 49,55 2 Tengah 9.194,26 41,82 3 Hilir 1.897,56 8,63

Di bagian tengah merupakan Cagar Alam Rawa Danau dan persawahan disekitarnya. Bagian tengah memiliki ketinggian rata-rata 100 m dpl dengan kelerengan yang relatif datar karena bagian tengah merupakan kawasan rawa pegunungan. Bagian hilir dibatasi oleh bendung alam Curug Betung sampai ke muara Sungai Cidanau di Selat Sunda. Bagian hilir berada di ketinggian 0 – 100 m dpl dengan kelerengan 0 – 15%.

Gambar IV-3. Peta Morfologi DAS Cidanau IV.1.4 Sub DAS

Hulu DAS Cidanau memiliki 18 sub DAS dimana keseluruhannya bermuara di Cagar Alam Rawa Danau. Sub DAS terbesar adalah Sub DAS Cikalumpang dan Cisuwarna. Umumnya setiap sub DAS memiliki sungai yang selalu mengalirkan air sepanjang tahun kecuali Sub DAS yang berukuran kecil seperti Sub DAS Ciriung, Cikurai, Cicadas. Sub

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(42)

Gambar IV-4. Peta Sub DAS Cidanau

Luas masing-masing Sub DAS dapat dilihat pada Tabel IV-4. Tabel IV-4. Luas masing-masing Sub DAS di Hulu DAS Cidanau

NO SUB DAS LUAS (Ha)

1 SUBDAS BATU KUWUNG 259,98 2 SUBDAS CIBARUGBUG 603,20 3 SUBDAS CIBOJONG 967,76 4 SUBDAS CIBOPONG 440,48 5 SUBDAS CICADAS 55,44 6 SUBDAS CIKALUMPANG 2.611,56 7 SUBDAS CIKONENG 406,64 8 SUBDAS CIKURAY 111,39 9 SUBDAS CIMANUNGTUNG 125,83 10 SUBDAS CINANGKA 597,79 11 SUBDAS CIOMAS 457,43 12 SUBDAS CIRARAB 67,11 13 SUBDAS CIRIUNG 174,16 14 SUBDAS CISAAT 533,44 15 SUBDAS CISAWARNA 2.164,12 16 SUBDAS CITAMAN 138,28 17 SUBDAS CITARUTAKAL 121,90 18 SUBDAS CITASUK 238,40

Sumber : Analisa GIS Peta Sub DAS Cidanau

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

(43)

IV.1.5 Kondisi Tanah

Setiap jenis tanah mempunyai ketahanan terhadap erodibilitas yang berbeda-beda, sedangkan jenis tanah ditentukan oleh batuan induk, pembentukannya dan lamanya proses pembentukan tanah tersebut. Setiap jenis tanah tersebut di atas, masing-masing mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Tanah Alluvial

Adalah tanah-tanah yang dihasilkan oleh pengendapan karena air. Tanah ini menempati daerah aliran yang berlereng datar sampai berombak (0-8%). Bahan induknya tergantung dari bahan asalnya, biasanya mempunyai kedalaman efektif tanah (solum) yang dalam. Tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pertanian (sawah) dan perikanan apabila tersedia air irigasi sepanjang tahun.

b. Tanah Regosol

Tanah ini terdapat di daerah pantai atau perlembahan, bertekstur kasar, bahan induknya berskala dari batuan vulkanik atau reduksial, karena teksturnya kasar maka daya menyimpan airnya kecil.

c. Tanah Latosol

Tanah ini mempunyai solum dangkal sampai dalam warna tanah kuning sampai coklat. Bahan induk vulkan atau plutonik, bersifat intermidier sampai biasa. Kesuburan tanahnya pada umumnya rendah sampai sedang sehingga tidak mudah tererosi dan tidak mudah longsor.

d. Tanah Glei

Tanah Glei meliputi tanah Aluvial yang berupa sub recent deposit yang telah mengalami perkembangan profil yang lanjut dibandingkan dengan tanah Aluvial biasa yang diklasifikasikan sebagai Glei Humik Rendah, Hidromorfik Kelabu dan Planosol. Pada daerah-daerah yang mempunyai irigasi yang cukup maka tanah Glei ini cocok digunakan untuk padi sawah. Biasanya jenis tanah ini bertekstur ringan di bagian atas dan berat di bagian bawah, juga mempunyai mangan yang menyertai warna Glei. Pada lahan sawah lapisan surface berkonsentrasi kuat dengan kadar air pada bagian bawah lapisan bajak membentuk

Properties of DLHK

Prov. Banten

(44)

Tabel IV-5. Jenis Tanah di Wilayah DAS Cidanau

No Jenis Tanah Penyebaran (Kecamatan)

1. Aluvial Cinangka

2. Regosol Kelabu Cinangka

3. Regosol Kelabu Kekuningan Padarincang

4. Latosol Coklat Ciomas

5. Latosol Coklat Kemerahan Ciomas dan Padarincang

6. Latosol Merah Kekuningan Cinangka, Mandalawangi dan

Padarincang 7. Asosiasi latosol Coklat dan

Latosol Coklat Kekuningan

Padarincang dan Mandalawangi 8. Asosiasi Latosol Coklat

Kemerahan dan Latosol Coklat

Mancak dan Cinangka 9. Asosiasi Glei Humus dan Alluvial

Kelabu

Padarincang, Gunungsari, Mancak dan Cinangka

Gambar IV-5. Peta Jenis Tanah DAS Cidanau IV.1.6 Geologi

Berdasarkan Peta Geologi Bersistem, Indonesia Lembar Anyer dan Lembar Serang Skala 1:100.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi pada Tahun 1991, batuan yang terdapat di wilayah DAS Cidanau terdiri dari batuan gunung api dan endapan aluvial. Ururan stratigrafi batuan di wilayah ini dari yang paling tua ke batuan yang paling muda, serta penyebarannya adalah sebagai berikut:

a. Batuan Gunungapi Danau Tua

Properties of DLHK

Prov. Banten

Properties of DLHK

Prov. Banten

Gambar

Tabel II-1. Kebutuhan Data Sekunder dari Lembaga/Instansi
Tabel II-2. Analisis Kesenjangan data/informasi ekosistem dan keanekaragaman hayati
Gambar II-1. SOP metode identifikasi keanekaragaman ekosistem
Tabel II-3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1.3 SEBARAN KAWASAN KONSERVASI / RANGE CONSERVATI ON AREA BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM KALI MANTAN TI MUR TAHUN 20071. Teluk Apar Paser Cagar Alam 46.900 SK

Dampak Simulasi Peramalan Alternatif Kebijakan Meningkatkan Belanja Barang dan Jasa Sebesar 5 Persen Terhadap Perekonomian Wilayah Indonesia .... Dampak Simulasi Peramalan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 pada pasal 258 telah mengamanatkan bahwa daerah dalam melaksanakan pembangunan untuk peningkatan dan pemerataan pendapatan

Film Mega Event yang selanjutnya disebut dengan Indonesia Bertutur adalah sebuah mega festival yang menampilkan ekosistem pemanfaatann kekayaan intelektual budaya bangsa (warisan

Pada tanggal 20 Oktober 2015 di Hotel Arion Swissbel Hotel Jakarta, telah diselenggarakan FGD Kajian Penentuan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kawasan

Dalam Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 92 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 74 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan Rincian

Gambar di atas menunjukkan bahwa seluruh unit eselon I mengalami peningkatan kesehatan organisasi dari tahun 2013 ke tahun 2014, namun dengan nilai peningkatan

2) Target pada dokumen RAD GRK dibuat sebelum keluarnya Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dimana target tersebut merupakan target pengelolaan