A Tujuan pembangunan Ketenagakerjaan
Undang-undang Ketenagakerjaan36 menyatakan bahwa pembangunan ketenagakerjaan bertujuan,
a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;
b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
c. memberikan perlindungan kepada pekerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan
d. meningkatkan kesejateraan tenaga kerja dan keluarganya.
Memperhatikan amanat undang-undang seperti disebutkan di atas serta tantangan dan permasalahan sektor ketenagakerjaan pada saat ini dan di masa depan, pembangunan sektor ketenagakerjaan periode 2020-2024 dirumuskan secara lebih spesifik sebagai berikut.
1. Meningkatkan pertumbuhan dan persebaran kesempatan kerja
Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan mendorong peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja dan persebaran kesempatan kerja ke seluruh wilayah nusantara sehingga terjadi peningkatan pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja dan penurunan tingkat pengangguran di tingkat nasional dan di tiap-tiap daerah.
2. Meningkatkan kualitas penyerapan tenaga kerja
Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja sehingga mampu menghasilkan nilai tambah lebih tinggi serta menyandang status dan jenis ketenagakerjaan lebih baik. 3. Meningkatkan penerimaan devisa sektor ketenagakerjaan
Pembangunanketenagakerjaan ditujukan meningkatkan pemanfaatan keterbukaan pasar kerja regional dan internasional melalui pembangunan
36 Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 4.
Pusrennaker
97 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
dan pengembangan kualitas dan kompetensi Pekerja Migran Indonesia (PMI) serta peningkatan akses PMI terhadap pasar kerja diluar negeri. 4. Meningkatkan fleksibilitas pasar kerja
Terkait fleksibilitas pasar kerja, pembangunan ketenagakerjaanditujukan menciptakan aturan ketenagakerjaan lebih adil bagi pekerja dan pengusaha; memberi kesempatan lebih luas bagi dunia usaha untuk berperan dalam pembangunan tenaga kerja.
5. Meningkatkan perlindungan keamanan, keselamatan dan kesejahteraan pekerja
Perlindungan tenaga kerja mencakup jaminan pemenuhan hak dasar pekerja37, penyediaan jaminan sosial bagi pekerja, perlindungan pekerja anak, dan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
B Sasaran Pembangunan Ketenagakerjaan
Tujuan pembangunan ketenagakerjaan di atas dirumuskan secara lebih terinci dalam bentuk sasaran kuantitatif terkait dengan tingkat penyerapan tenaga kerja, peningkatan kualitas penyerapan tenaga kerja dan perkembangan pekerja migran sebagai berikut.
(1) Penurunan tingkat pengangguran
Pembangunan ketenagakerjaan periode 2020-2024 diarahkan untuk mengurangi tingkat pengangguran sehingga pada 2024 dapat dicapai Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk total angkatan kerja sebesar 4,5 persen;3815,0 persen pada angkatan kerja muda (usia 15-24 tahun); dan 7,0 persen pada angkatan kerja berpendidikan SLTA. Untuk mencapai sasaran tersebut, tahapan capaian tiap-tiap tahun untuk masing-masing kelompok penduduk tertentu seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel 6.1. Sasaran Tingkat Pengangguran Terbuka
Persen
Uraian 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Total 5,3 5,3 5,2 5,0 4,9 4,7 4,5
Angkatan kerja muda (15-24 tahun) 19,7 18,8 18,0 17,2 16,4 15,7 15,0
AK pendidikan SLTA 9,2 8,8 8,4 8,0 7,6 7,3 7,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, Sakernas Agustus 2018, untuk data 2018.
37 Termasuk hak untuk mendapatkan upah dan waktu kerja yang layak, kebebasan berserikat dan terbebas dari tindakan diskriminatif.
38 Sasaran TPT periode 2020-24 ditetapkan sesuai dengan tujuan pembangunan ketenagakerjaandengan mempertimbangkan proyeksi pasokan tenaga kerja seperti diuraikan pada Bagian 5 dan perkiraan kemampuan perekonomian dalam menciptakan lapangan pekerjaan di masa depan.Penciptaan lapangan kerja sampai dengan 2024 diproyeksi dengan metode seprti dijelaskan pada Lampiran 6.
Pusrennaker
98 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
Proyeksi Kementerian Ketenagakerjaan untuk data 2019-2024.
(2) Peningkatan kualitas penyerapan tenaga kerja
Sasaran peningkatan kualitas penyerapan tenaga kerja 2020-2024 mencakup peningkatan produktivitas pekerja dan perubahan komposisi status, jabatan dan jam kerja pekerja dengan rincian sebagai berikut.
a. peningkatan produktivitas perkerja rata-rata 4,0 persen per tahun;
b. peningkatan persentase pekerja dengan jabatan tinggi (tenaga profesional dan kepemimpinan) dan jabatan menengah (tenaga tata usaha, tenaga penjualan dan tenaga usaha jasa) masing-masing menjadi 10,0 dan 32,5 persen pada 2024; dan
Tabel 6.2. Sasaran peningkatan kualitas penyerapan tenaga kerja
Uraian 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Produktivitas pekerja 1/
Juta Rp 84,1 87,2 90,4 93,9 97,6 101,7 106,0
Pertumbuhan, % 2,6 3,7 3,7 3,8 4,0 4,1 4,3
Persentase pekerja kasar 60.4 59.9 59.3 58.8 58.2 57.6 57.0
Sumber : Badan Pusat Statistik, Sakernas Agustus 2018, untuk data 2018. Proyeksi Kementerian Ketenagakerjaan untuk data 2019-2024. Catatan : 1/ PDB per pekerja pada harga konstantan tahun 2010
2/ pekerja dengan jam kerja kurang dari 35 jam per minggu.
(3) Peningkatan penerimaan devisa sektor ketenagakerjaan
Pembangunan sektor ketenagakerjaan juga diarahkan pada upaya meningkatkan manfaat keterbukaan pasar kerja regional (negara-negara ASEAN) dan internasional melalui peningkatan kualitas Pekerja Migran Indonesia (PMI), peningkatan akses PMI terhadap pasar kerja regional dan internasional dan perlindungan keselamatan dan keamanan PMI pada saat persiapan pemberangkatan, selama bekerja di luar negeri dan pada saat kepulangan ke tanah air. Peningkatan kualitas dan daya saing PMI serta akses PMI ke pasar kerja internasional diharapkan dapat meningkatkan penerimaan devisa dari remitansi PMI di luar negeri menjadi US$15 milyar pada 2024.
Tabel 6.3. Sasaran peningkatan remitansi PMI
Uraian 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Remitance, US$ milyar 11,0 11,6 12,2 12,8 13,5 14,2 15,0
PMI di luar negeri, ribu orang 3.650,5 3.662,7 3.675,0 3.687,3 3.699,6 3.712,0 3.724,5
remitance per PMI, US$ 3.005,3 3.155,6 3.313,4 3.479,0 3.653,0 3.835,6 4.027,4
Pusrennaker
99 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
Sumber : Bank Indonesia, SEKI; 2. Proyeksi Kementerian Ketenagakerjaan untuk data 2019-2024.
C Tantangan Pembangunan Ketenagakerjaan
Memperhatikan perkembangan sektor ketenagakerjaan dan lingkungan ekonomi dan sosial terkait sektor ketenagakerjaan, berikut ini adalah beberapa tantangan yang dihadapi dalam rangka mencapai sasaran pembangunan ketenagakerjaan. (1) Pertumbuhan ekonomi semakin ditentukan oleh sektor jasa-jasa
Dengan asumsi pertumbuhan PDB rata-rata 6 persen per tahun, sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh rata-rata di atas 7 persen per tahun pada periode 2020-2024. Sektor penghasil barang --industri pengolahan, pertanian dan pertambangan—diperkirakan akan tumbuh lebih rendah. Di antara sektor jasa sendiri, yang diperkirakan tumbuh cepat adalah sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa perusahaan dan sektor transportasi pergudangan.
Selama ini peran sektor jasa-jasa dalam penciptaan lapangan pekerjaan lebih tinggi dari perannya dalam penciptaan nilai tambah. Peran sektor jasa-jasa secara keseluruhan dalam penciptaan lapangan pekerjaan juga cenderung meningkat. Akan tetapi peran besar sektor jasa-jasa dalam penyerapan tenaga kerja bertumpu pada sektor perdagangan dan reparasi kendaraan dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Kedua sektor tersebut masing-masing menyerap 18,6 dan 6,2 persen penyerapan tenaga kerja 2018. Secara keseluruhan sektor jasa-jasa menyerap 48,0 persen tenaga kerja pada 2018. Sementara itu, pertumbuhan PDB sektor jasa-jasa ke depan lebih banyak didorong oleh pertumbuan sektor jasa modern. Sektor perdagangan diperkirakan akan tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan sektor jasa-jasa pada umumnya.
Persoalan yang perlu diantisipasi sehububungan dengan perubahan struktur perekonomian ke arah sektor jasa--jasa di antaranya adalah perluasan kesempatan kerja yang semakin terbatas karena jasa modern umumnya kurang padat karya dan penyediaan tenaga kerja berkualitas dengan kompetensi sesuai kebutuhan sektor jasa modern.
(2) Penurunan jumlah pekerja sektor primer
Penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian diperkirakan akan terus berlanjut sehingga sampai dengan 2024 persentase pekerja sektor pertanian mendekati 25,4 persen. Selama 2020-2024 jumlah pekerja sektor primer akan berkurang lebih dari 300 ribu orang. Penurunan jumlah pekerja juga terjadi pada sektor pertambanan dan penggalian. Secara keseluruhan, selama 2020-2024 terjadi pengurangan 345 pekerja dari sektor primer.Penurunan jumlah pekerja di sektor primer menambah beban penciptaan lapangan kerja di sektor lain.
(3) Sektor industri pengolahan tumbuh lambat
Pusrennaker
100 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
Elastisitas penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan relatif dibanding sektor-sektor lain secara keseluruhan39. Dengan elastisitas cukup tinggi, sektor industri pengolahan diharapkan dapat menyerap limpahan tenaga kerja dari sektor primer. Sayangnya, selama lima tahun terakhir (2014-2018) sektor industri pengolahan tumbuh rendah dari pertumbuhan PDB. Agar lebih berperan dalam penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan sektor industri pengolahan perlu ditingkatkan.
Karena berbagai persoalan, pertumbuhan industri skala besar dan sedang di Jawa mengalami banyak hambatan.40 Pertumbuhan PDB dan penyerapan tenaga kerja industri sektor industri diperkirakan bertumpu pertumbuhan industri skala besar dan sedang di luar Jawa dan pertumbuhan industri skala mikro dan kecil.
(4) Kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan semakin tinggi, dengan kompetensi yang spesifik
Modernisasi perekonomian memerlukan tenaga kerja lebih berkualitas dengan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Lapangan kerja baru yang tercipta di masa depan sebagian besar membutuhkan tenaga kerja dengan pendidikan minimal tamat sekolah menengah.
Selain membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi, lapangan kerja yang tercipta membutuhkan kompetensi / keahlian spesifik yang tidak selalu dapat dipenuhi melalui pendidikan. Kompetensi / keahlian yang dibutuhkan semakin beragam. Pendidikan umum dan kejuruan (vokasi) dituntut lebih fleksibel sehingga dapat menghasilkan lulusan dengan kualitas tinggi dan dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan kompetensi dan skills demand. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas / kompetensi tenaga kerja semakin dibutuhkan.
Peningkatan kualitas tenaga kerja diperlukan termasuk bagi Pekerja Migran Indonesia sehingga lebih berdaya saing dan memiliki akses lebih besar terhadap pasar kerja regional dan internasional.
(5) Kebutuhan informasi pasar kerja semakin besar
Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja buruh / karyawan dan penempatan PMI diluar negeri memerlukan dukungan informasi pasar kerja dan penempatan kerja yang efektif dan efisien.
(6) Tantangan pembangunan ketenagakerjaan semakin luas dan kompleks
39 Pada 2020-2024 elastisitas penyerapan tenaga kerja (pertumbuhan penyerapan tenaga kerja dibagi pertumbuhan PDB) sektor industri pengolahan 0,76, lebih tinggi dari elastisitas penyerapan tenaga kerja total (0,41).
40 Di antaranya adalah tingginya upah minimum dan persoalan ketenagakerjaan lainnya.
Pusrennaker
101 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
Sarana dan prasarana hubungan indusrial dan kegiatan pengawasan ketenagakerjaan perlu disesuaikan peningkatan jumlah pekerja berstatus buruh/karyawan dan hubungan industrial yang semakin kompleks.
Persoalan-persoalan terkait dengan kondisi lingkungan kerja, pengupahan, peningkatan kesejahteraan pekerja dan penyediaan jaminan sosial bagi pekerja semakin luas dan beragam.
Peningkatan jumlah PMI memerlukan perluasan upaya pelindungan keselamatan dan keamanan PMI pada saat pemberangkatan, pada saat yang bersangkutan bekerja di luar negeri dan pada saat kepulangan dan purna kerja.
D Kebijakan Ketenagakerjaan 2020-2024
Kebijakan pembangunan ketenagakerjaan terdiri dari kebijakan umum, kebijakan sektoral dan kebijakan khusus ketenagakerjaan. Kebijakan umum ketenagakerjaan adalah kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan sosial, termasuk kebijakan di bidang pendidikan dan kesehatan yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap sektor ketenagakerjaan. Kebijakan sektoral ketenaga-kerjaan adalah kebijakan pemerintah pada sektor ekonomi tertentu yang terkait dengan penyediaan kebutuhan dan penyerapan tenaga kerja di sektor yang bersangkutan. Kebijakan khusus adalah kebijakan pemerintah yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan, termasuk koordinasi antar kementerian dan lembaga pemerintah dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan ketenagakerjaan.
(1) Kebijakan Umum
Peningkatan penyerapan tenaga kerja hanya akan terjadi jika terjadi peningkatan kegiatan produksi yang tercermin pada pertumbuhan PDB. Karenanya, pertumbuhan ekonomi menjadi syarat penting bagi penyerapan tenaga kerja berkualitas. Di sisi lain, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi diperlukan tenaga kerja berkualitas dan kompeten yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kapasitas produksi.
Kebijakan umum di bidang ketenagakerjaan yang perlu dilaksanakan pemerintah selama periode 2020-2024 adalah sebagai berikut.
i. Peningkatan pertumbuhan kegiatan usaha
Peningkatan pertumbuhan kegiatan usaha dilakukan di antaranya melalui program berikut ini:
peningkatan investasi pada di berbagai kegiatan usaha terutama pada kegiatan usaha padat karya produktif;
Pusrennaker
102 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
peningkatan pertumbuhan dan fasilitasi penumbuhan usaha baru di sektor ekonomi kreatif (perfilman, production house, dan sejenisnya), industri kerajinan dan komponen, reparasi kendaraan bermotor dan kegiatan usaha di bidang teknologi informasi; dan
pengembangan industri berbasis kekayaan alamdan sumber daya nasional di antaranya industri kapal penangkap ikan, dan industri pengolahan hasil pertanian dan kelautan.
ii. Peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja
Peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja dilakukan, di antaranya melalui program berikut,
wajib belajar 12 tahun untuk memperkuat dasar keilmuan dan pengetahuan tenaga kerja;
pengembangan kurikulum pendidikan formal yang dapat menghasilkan lulusan yang adaptif terhadap perubahan kebutuhan skill dan kompetensi di dunia kerja;
pengembangan kompetensi tenaga kerja pada bidang pekerjaan terkait sektor-sektor prospektif dan / atau mengalami talent shortage di antaranya profesional teknologi informasi; tenaga perawatan pesawat, ground handling, perawatan dan reparasi panel surya, pengolahan sampah dan limbah dan lain-lain; bidang pekerjaan yang mendukung usaha pemanfaatan dan pengolahan kekayaan alam , misalnya anak buah kapal; dan pemanfaatan keterbukaan dan peningkatan akses terhadap pasar kerja internasional seperti perawat, care giver dan pekerja konstruksi.
iii. Peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja
Peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja dilakukan melalui program peningkatan kesehatan penduduk secara umum dan kebijakan khusus terkait tenaga kerja, di antaranya,
Perluasan jaminan pembiayaan kesehatan pekerja; dan Fasilitasi penyediaan fasilitas kesehatan di tempat kerja. (2) Kebijakan sektoral
i. Sektor Pertanian
Pusrennaker
103 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
Kebijakan ketenagakerjaan di sektor pertanian41 diarahkan pada upaya menghambat laju penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan mendorong peningkatan populasi usaha mandiri formal di sektor tersebut.
Untuk menghambat penurunan penyerapan tenaga kerja, perlu dilakukan upaya perluasan kesempatan kerja melalui pengembangan usaha baru terutama pada subsektor peternakan, perikanan budidaya dan perikanan tangkap dan usaha maritim lainnya. Pengembangan usaha di sektor perikanan sangat mungkin dilakukan mengingat peran subsektor tersebut dalam PDB masih sangat rendah. Pengembangan usaha baru tersebut dapat dilakukan di antaranya melalui program pengembangan usaha peternakan rakyat, usaha budidaya ikan, usaha budidaya rumput laut dan usaha kelautan lainnya. Selain itu, peningkatan sumber daya ikan di perairan Indonesia dapat dimanfaatkan bagi perluasan kesempatan kerja pada usaha perikanan tangkap.
Populasi usaha mandiri formal di sektor pertanian dapat dilakukan dengan modernisasi usaha perkebunan rakyat dan moderisasi dan perluasan usaha perikanan dan kelautan. Usaha perkebunan rakyat –termasuk perkebunan kelapa sawit, karet, kakao—perlu didorong untuk dikembangkan sehingga dari sisi budidaya dan pengelolaanmenjadi lebih modern.
ii. Industri pengolahan
Sasaran pembangunan industri nasional di antaranya adalah meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan meningkatkan peran industri kecil dalam terhadap pertumbuhan industri nasional.42 Untuk itu diperlukan kebijakan untuk mendorong pertumbuan industri kecil sehingga dapat tumbuh lebih cepat. Upaya mendorong pertumbuhan industri kecil dapat dilakukan di antaranya, melalui program sebagai berikut:
pengembangan dan peningkatan akses pelaku usaha industri mikro dan kecil terhadap pasar nasional dan global melalui jaringan pemasaran berbasis internet;
peningkatan kualitas produk industri mikro dan kecil di antaranya melalui fasilitasi modernisasi mesin dan peralatan produksi, desain produk, dan pengemasan;
mengembangkan dan meningkatkan keterkaitan industri kecil dengan rantai pasok industri nasional dan internasional; dan keterkaitan dengan
41 Sektor pertanian mencakup kegiatan usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan; peternakan,
kehutanan dan perikanan.
42 Kementerian Perindustrian, 2015, Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035.
Pusrennaker
104 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
sektor usaha nasional yang berkembang pesat, di antaranya sektor pariwisata;
pengembangan agroindustri dan pertanian berbasis teknologi tepat guna; dan
penyediaan insentif dan fasilitasi bagi pengembangan usaha dan penumbuhan wira usaha baru.
Memperhatikan peran sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja formal berproduktivitas tinggi, kebijakan mendorong pertumbuhan industri skala besar dan sedang perlu terus dilakukan di antaranya melalui fasilitasi pembangunan kawasan industri di luar Jawa.
Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja berkualitas dan memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri, diperlukan insentif dan fasilitasi bagi penyelenggaraan pelatihan dan pemagangan oleh industri. Penyediaan tenaga kerja kompeten di sektor industri dapat pula dilakukan melalui, pembangunan infrastruktur standisasi kompetensi tenaga kerja; penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan pemagangan bekerja sama dengan pelaku industri; dan sertifikasi kompetensi tenaga kerja.
iii. Pariwisata
Sektor pariwisata mencakup usaha jasa pariwisata,43 usaha pengelolaan obyek wisata, usaha sarana pariwisata44. Berdasarkan cakupan tersebut, setidaknya ada dua sektor utama yang terkait langsung dengan sektor pariwisata yaitu sektor pengadaan akomodasi dan makan minum dan sektor transportasi. Kegiatan pariwisata mempunyai pengaruh lebih luas daripada dua sektor tersebut, termasuk sektor perdagangan dan industri pengolahan45.
Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dan sektor transportasi dan pergudangan termasuk sektor jasa yang cukup banyak menyerap tenaga kerja dan diproyeksikan akan terus tumbuh sebagai penyedia lapangan pekerjaan di masa depan.Pertumbuhan sektor pariwisata perlu diimbangi dengan penyediaan tenaga kerja berkualitas dan kompeten. Pembangunan tenaga kerja sektor pariwisata semakin diperlukan sehubungan dengan Mutual Recognation Agreement bagi profesional di bidang pariwisata di antara negara – negara ASEAN. Penyediaan tenaga kerja berkualitas dan kompetendi sektor pariwisata dapat dilakukan melalui
43 Biro dan agen perjalanan, pramuwisata, jasa MICE, dan lain-lain.
44 Penyediaan akomodasi, makan minum, dan angkutan wisata.
45 Sektor pariwisata dapat mendorong pertumbuhan industri pembuat sovenir dan lain-lain.
Pusrennaker
105 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
peningkatan kualitas pendidikan kepariwisataan, pembangunan dan pengembangan infrastruktur kompetensi tenaga kerja sektor pariwisata.
Pertumbuhan sektor pariwisata perlu dimanfaatkan bagi peningkatan pertumbuhan sektor lain --selain sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dan sektor transportasi-- termasuk sektor industri dan perdagangan. Berkaitan dengan upaya tersebut, dapat dilakukan pembangunan dan pengembangan sentra industri kecilyang terkait dengan obyek dan / atau kawasan wisata tertentu.
iv. Konstruksi
Sektor konstruksi merupakan salah satu penyerap tenaga kerja yang utama dan diproyeksi akan berperan semakin penting sebagai pencipta lapangan kerja baru dan peningkatan nilai tambah. Selain itu, cukup banyak Pekerja Migran Indonesia bekerja di sektor di luar negeri. Pembangunan tenaga kerja konstrksi perlu terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan sektor konstruksi di dalam negeri dan meningkatkan daya saing tenaga kerja konstruksi nasional di dalam dan luar negeri. Peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja konstruksi dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja.46
Pertumbuhan sektor konstruksi perlu dimanfaat lebih optimal bagi peningkatan penyerapan tenaga kerja melalui berbagai upaya di antaranya, pengawasan pengunaan tenaga kerja asing pada proyeksi konstruksi baik yang dilakukan oleh kontraktor asing maupun domestik dan penggunaan maksimal tenaga kerja konstruksi nasional pada proyek konstruksi yang dibiayai negara.
v. Informasi dan komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan peningkatan akses penduduk terhadap jaringan internet telah mendorong pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi yang cepat menyebabkan kesenjangan keterampilan (skills gap) dan kelangkaan tenaga kompeten (talent shortage) di bidang teknologi informasi merupakan persoalan berkelanjutan.Perkembangan pesat kebutuhan tenaga kerja di sektor tersebut perlu diimbangi dengan penyediaan tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan yang fleksibel dan adaptif teradap perubahan teknologi informai dan komunikasi yang berkembang pesat. Upaya yang perlu dilakukan adalah pengembangan pendidikan dasar berkualitas di bidang teknologi informasi disertai dengan pelatikan atau short course dan informal learning sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.
46 Sertifikasi tenaga kerja konstruksi perlu dilakukan sesuai dengan amanat pasal 70 undang-undang Nomor
2 tahun 201 tentang Jasa Konstruksi yang menatakan setiap pekerja konstruksi yang bekerja di sektor konstruksi wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja.
Pusrennaker
106 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
(3) Kebijakan Khusus
Kebijakan khusus ketenagakerjaan adalah kebijakan yang dilakukan sebagai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Ketenagakerjaan. Kebijakan khusus di bidang ketenagakerjan mencakup upaya-upaya pemecahan masalah terkait dengan penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja dan jaminan sosial tenaga kerja. Selain itu, kebijakan khusus mencakup koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dan program ketenagakerjaan yang dilakukan oleh tiap-tiap kementerian dan lembaga negara.
i. Perluasan kesempatan kerja
Pelaksanaan kebijakan perluasan kesempatan kerja oleh Kementerian Ketenagakerjaan dilakukan, di antaranya melalui program,
(i) Penempatan tenaga kerja;
(ii) memfasilitasi investasi sektor padat karya produktif memalui koordinasi dengan K/L;
(iii) penumbuhan dan pembinaan usaha baru; (iv) pemanfaatkan pasar kerja luar negeri;
(v) kerja sama antar negara dalam rangka penempatan dan perlindungan PMI di luar negeri;
(vi) pengendalian penggunaan Tenaga Kerja Asing melalui pengawasan dan penerapan standar kompetensi tenaga kerja;
(ii) peningkatan efektifitas dan efesiensi diseminasi informasi pasar kerja melalui pengembangan Bursa Kerja berbasis internet;penyelenggaraan Job Fair, Expo penempatan TK khusus dan Gerakan Penanggulangan Pengangguran Nasional dan Daerah; pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana pengumpulan dan diseminasi informasi pasar kerja luar negeri; dan pemberdayaan petugas pelayanan informasi pasar kerja; dan
(iii) penataan data ketenagakerjaan.
ii. Pembangunan kualitas dan kompetensi tenaga kerja
Pembangunan kualitas dan kompetensi tenaga kerja ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing tenaga kerja nasional di dalam dan luar negeri. Pembangunan kualitas dan daya saing tenaga kerja dilakukan melalui program-program sebagai berikut:
Pusrennaker
107 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan
(i) pelatihan dan pemagangan bagi angkatan kerja baru, korban PHK dan bagi pekerja;
(ii) fasilitasi penyelenggaraan pelatihan dan pemagangan oleh dunia usaha; (iii) kerjasama penyelenggaraan pelatihan dan pemagangan dengan dunia
usaha;
(iv) standardisasi lembaga pelatihan: pengembangan dan penerapan standar kualitas lembaga pelatihan;
(v) pembangunan dan pengembangan infrastruktur standardisasi kompetensi: penyusunan standar kompetensi, fasilitasi pengembangan dan pembinaan lembaga sertifikasi profesi (LSP) dan tempat uji kompetensi (TUK);
(vi) sertifikasi kompetensi tenaga kerja, termasuk bagi PMI;
(vii) kordinasi dan kerjasama antar K/L di bidang pembangunan dan pengembangan kualitas dan kompetensi tenaga kerja; dan
(viii) penyusunan dan penyelarasan kurikulum pelatihan dengan SKKNI dan kebutuhan dunia kerja.
iii. Pengembangan hubungan industrial
Pengembangan hubungan industrial yang ditujukan untuk menciptakan hubungan