• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI KETENAGAKERJAAN

Dalam dokumen Pusrennaker Barenbang (Halaman 24-62)

Sebagaimana dinyatakan oleh Undang-undang Ketenagakerjaan9, indikator utama pembangunan ketenagakerjaan terdiri dari 8 (delapan) indikator yaitu, penduduk dan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja dan jaminan sosial tenaga kerja. Analisis perkembangan sektor ketenagakerjaan dalam rangka penyusunan rencana pembangunan ketenagakerjaan ke depan mencakup delapan indikator tersebut.

Berikut ini disajikan perkembangan indikator ketenagakerjaan terkait penduduk dan tenaga kerja, dan kesempatan kerja.10 Uraian pada bagian ini mencakup perkembangan penduduk usia kerja (PUK), tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), angkatan kerja, penduduk yang bekerja, tingkat pengangguran dan jumlah dan komposisi penganggur. Terkait dengan jumlah penduduk yang bekerja, pada bagian ini juga disajikan uraian pengenai perkambangan produktivitas tenaga kerja, jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri dan pengiriman remitansi oleh PMI dari luar negeri.

A Perkembangan Lingkungan Strategis

Lingkungan strategis meliputi faktor internal dan eksternal yang saling terkait satu sama lain, yang mengakibatkan perubahan pada hampir semua aspek kehidupan termasuk sektor ketenagakerjaan. Uraian berikut meliputi beberapa di antaranya yang dipandang paling penting dalam mempengaruhi dunia ketenagakerjaan Indonesia di masa depan.

(1) Dinamika Kependudukan

Perubahan tingkat kelahiran dan kematian menyebabkan tingkat ketergantungan penduduk (ratio penduduk tidak produktif terhadap penduduk produktif) berubah. Tingkat ketergantungan diproyeksikan terus menurun dan diperkirakan akan mencapai tingkat terendah pada 2030. Momentum penurunan tingkat ketergantungan tersebut – biasa disebut “Bonus Demografi” – menciptakan

9 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 7 dan 8

10 Uraian perkembangan enam indikator lainnya (pelatihan dan kompetensi kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja dan jaminan sosial tenaga kerja) khususnya yang terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Ketenagakerjaan disajikan pada Bagian 4.

Pusrennaker

24 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

peluang bagi peningkatan investasi yang bersumber dari peningkatan tabungan masyarakat karena beban beban yang berkurang. Karenanya, Bonus Demografi sering diasosiasikan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduk.

Secara teoritis, tidak ada kebijakan spesifik yang diperlukan terkait periode Bonus Demografi tersebut. Artinya, ada atau tidak ada Bonus Demografi, investasi pada mutu modal manusia dan modal fisik tetap diperlukan. Namun demikian, peningkatan persentase penduduk usia kerja membuka peluang bagi percepatan pertumbuhan produksi.

Pada satu sisi, penurunan beban ketergantungan memungkinkan terjadinya peningkatan tingkat tabungan dan lebih banyak sumber daya yang dapat diinvestasikan pada bidang-bidang yang dapat mempercepat peningkatan produktivitas dan kesejahteraan penduduk. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan penduduk usia kerja yang terjadi selama periode Bonus Demografi –terlebih lagi bila disertai peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja -- perlu diimbangi dengan peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja. Untuk itu, diperlukan pertumbuhan investasi yang cepat pula.

Dampak Bonus Demografi teradap perekonomian nasional dan kesejahteraan penduduk tergantung pada kualitas penduduk dan kemampuan perekonomian dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Peningkatan pasokan tenaga kerja berkualitas akan meningkatkan kapasitas dan produktivitas perekonomian sehingga dapat tumbuh lebih cepat. Sebaliknya, peningkatan pasokan tenaga kerja kurang berkualitas –terlebih lagi jika peningkatan kapasitas modal fisik berlangsung lambat-- dapat menyebabkan penurunan produktivitas perekonomian. Bonus demografi memerlukan upaya lebih besar pada pembangunan kualitas tenaga kerja, penciptaan lapangan kerja dan penyediaan sarana dan prasarana ketenagakerjaan.

Pusrennaker

25 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Gambar 2.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur 2010-2035

Juta orang

Sumber : Badan Pusat Statistik

(2) Pertumbuhan dan perubahan struktur perekonomian

Struktur perekonomian nasional telah berubah dan perubahannya semakin nyata. Indonesia sudah lama bukan lagi sebagai negara agraris, namun belum kunjung sebagai negara industri. Peranan industri manufaktur dalam produk domestik bruto (PDB) sudah mengalami penurunan sebelum mencapai titik optimalnya sebagaimana dialami oleh kebanyakan negara yang dewasa ini telah menyandang status sebagai negara maju.

Berdasarkan peran sektor jasa dalam PDB, Indonesia telah menjelma menjadi perekonomian jasa sejak lebih dari sepuluh tahun lalu. Sejak 2002, peran sektor jasa sudah mencapai lebih dari 40 persen. Pada 2018 peranan sektor jasa suda mencapai di atas 45 persen. Bila digabungkan dengan sektor utiliti dan konstruksi, peran sektor non-traded,11 mencapai 57,5 persen (Gambar 2.2). Sebagai perbandingan, China yang pendapatan per kapitanya jauh di atas Indonesia, peranan sektor jasanya masih lebih kecil dari Indonesia.

Perubahan struktur perekonomian ke arah sektor jasa-jasa juga tercermin pada struktur penyerapan tenaga kerja. Pekerja di sektor jasa-jasa sebesar 48 persen dari total pekerja pada 2018. Jika digabung dengan pekerja di sektor utiliti dan konstruksi, pekerja di sektor non traded mencapai 55 persen dari total pekerja.12

11 Sektor-sektor yang hasil produksinya tidak diperdagangkan, hanya diproduksi dan dikonsumsi di dalam negeri.

12 Perkembangan jumlah pekerja menurut lapangan pekerjaan diuraikan secara lebih terinci pada Bagian 3.

65 66 67 68 69 70 0 50 100 150 200 250 300 350 2010 2015 2020 2025 2030 2035 0 - 14 15 - 64 65 + % 15-64

Pusrennaker

Barenbang

26 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Peran besar sektor jasa dalam perekonomian nasional juga tercermin di pasar modal. Nilai kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia pada akhir 2018 telah didominasi oleh perusahaan-perusahaan di sektor jasa, yaitu sebesar 57 persen. Sektor penghasil barang yang meredup amat kentara dalam perolehan kredit perbankan konvensional kepada pihak ketiga yang hanya 27 persen pada akhir tahun 2018.

Gambar 2.2. Persentase PDB menurut sektor utama 2000-2018

Persen

Sumber : Bank Indonesia, SDDS, diolah

Catatan : Berdasarkan PDB harga berlaku: tahun dasar 2000 untuk data seri 2000-2009; tahun dasar 2010 untuk seri data 2010-2018.

Sektor primer mencakup sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Utiliti dan konstruksi mencakup sektor listrik, gas dan air minum dan sektor konstruksi (seri data tahun dasar 2000); sektor listrik dan gas, sektor listrik pengadaan air dan pengolahan limbah dan sektor konstruksi (seri data tahun dasar 2010).

(3) Globalisasi proses produksi

Perkembangan teknologi, liberalisasi perdagangan, dan penurunan biaya transportasi dan komunikasi yang terjadi selama tiga dekade terakhir telah mengubah lanskap perdagangan global. Proses produksi suatu barang semakin terfragmentasi: dipecah ke dalam banyak tahap atau komponen yang dilakukan terpisah di berbagai negara. Globalisasi proses produksi mengakibatkan perdagangan barang setengah jadi tumbuh lebih cepat dari perdagangan produk final (end products).

Globalisasi memberi kesempatan bagi tiap negara melakukan spesialisasi, mengeksploitasi keunggulan komparatif dan skala ekonomis yang dimilikinya. Keterlibatan dalam rantai pasok global (global value chain – GVC) dapat mendorong suatu negara tumbuh lebih tinggi dan keluar dari “perangkap pendapatan menengah” (middle income trap). Negara–negara di Asia terutama China, dan beberapa negara di kawasan ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, telah terlibat secara intensif dalam proses tersebut.

Primer Industri pengolahan

Utiliti & konstruksi Jasa-jasa 0 10 20 30 40 50 2000 2005 2010 2015

Pusrennaker

Barenbang

27 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Keterlibatan dalam GVC menjadikan suatu negara terlibat lebih intensif dalam perdagangan dunia. Negara-negara tersebut memiliki ratio perdagangan (ratio ekspor dan impor terhadap PDB) lebih tinggi. Kondisi yang sama juga terjadi pada negara-negara yang memiiki keunggulan komparatif dalam produksi produk primer (hasil tambang dan produk pertanian) dan produk – produk padat tenaga kerja seperti Indonesia.

Namun demikian, globalisasi menciptakan tantangan dalam bentuk peningkatan tingkat persaingan di pasar global. Produktivitas industri menjadi kunci untuk memenangkan persaingan global. Keunggulan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting bagi peningkatan produktivitas. Dua faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Peningkatan teknologi memerlukan SDMberkualitas tinggi untuk mengoperasikannya. Pada saat yang sama, SDM berkualitas dapat mendorong terjadinya inovasi proses produksi dan penciptaan produk-produk baru. Karenanya, SDM berkualitas merupakan faktor kunci bagi keberhasilan suatu negara dalam menghadapi era globalisasi.

(4) Perkembangan Teknologi

i. Peningkatan teknologi produksi

Bersamaan dengan datangnya era globalisasi, terjadi pula perkembangan penting pada sisi teknologi produksi.13Proses produksi sedang mengalami perubahan besar –biasa disebut sebagai Revolusi Industri IV atau Industry 4.0-- yang ditandai oleh lima kecenderungan yaitu,

(1) penggunaan teknologi virtual pada simulasi design process dan assembly line; dankomunikasi antara orang-orang yang berada pada lokasi yang berbeda atau berjauhan;

(2) penggunaan 3-D printing dalam proses design dan produksi suatu barang; (3) proses produksi semakin otomatis dikendalikan oleh komputer (automation); (4) komunikasi dan pengolahan data berbasis internet (internet of things) dengan

cloud computing dan teknologi smart sensors;

(5) proses produksi semakin banyak menggunakan robot (robotics).

Lima kecenderungan di atas mendorong peningkatan produktifitas karena proses produksidapat dilakukan lebih cepat, akurat dan murah. Namun demikian, otomatisasi proses produksi, penggunaan robot, dan teknologi canggih lainnya

13 Menurut professor Klaus Schwab, dalam bukunya yang berjudul The Fourth Industrial Revolution, saat ini kita sedang memasuk Revolusi Industri ke-4. Revolusi Industri yang sedang kita hadapi saat ini atau biasa disebut Industri 4.0, mencakup penggunaan teknologi yang menggabungkan dunia fisik, digital dan biologis; dan berpengaruh pada semua aspek kehidupan dan peran manusia.

Pusrennaker

28 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

akan menggantikan beberapa aktivitas kerja yang saat ini dilakukan manusia. Berdasarkan kajian McKinsey (2017), walaupun hanya sebagian kecil – kurang dari 5% -- pekerjaan yang dapat sepenuhnya dilakukan secara otomatis (dilakukan oleh mesin atau robot), tetapi secara teoritis, sekitar separuh kegiatan yang dilakukan oleh pekerja dapat diotomatisasi menggunakan teknologi yang ada saat ini. Kebutuhan pekerja instalasi dan reparasi mesin dan peralatan, operator mesin dan mekanik diperkirakan akan berkurang. Otomatisasi proses produksi diperkirakan akan banyak mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk bidang-bidang pekerjaan yang bersifat fisik dan terduga (predictable physical work) tersebut. Sebaliknya, pekerja profesional di bidang teknologi seperti computer engineers dan computer specialists diperkirakan akan semakin dibutuhkan.

Disrupsi bukan fenomena baru dan robot telah merebut pekerjaan manusia sejak setengah abad lalu. Sehingga tidak perlu kekhawatiran berlebihan dalam menghadapi era disrupsi dan Revolusi Industri IV. Dunia tidak pernah sepi dari perubahan. Teknologi bukan merupakan musuh manusia, justru sebaliknya menjadi motor untuk memajukan peradaban.

Dalam proses perubahan selalu ada pihak yang diuntungkan (winners) dan ada yang dirugikan (losers). Secara umum dampak netonya hampir selalu positif. Negara berperan sentral untuk menjaga harmoni, meredistribusikan sebagian dari masalahat yang dinikmati oleh winners kepada losers dengan berbagai perangkat kebijakan. Negara berkewajiban memperkokoh jaring pengaman sosial dan menjinakkan volatilitas perekonomian akibat dari pergerakan barang dan jasa, manusia, serta modal yang kian tidak mengenal batas-batas fisik negara.

Berbeda dengan Revolusi Industri I sampai III yang lebih berdampak bagi kemajuan korporasi, Revolusi Industri IV membuka peluang untuk dinikmati pula oleh masyarakat luas. Konsumen bisa sekaligus sebagai produsen, matarantai pasokan kian pendek, dan masyarakat memiliki pilihan yang nyaris tak terbatas. Demikian pula produsen kecil sekalipun bisa merambah ke seantero penjuru dunia. Lagi-lagi, tugas negara sangat penting dalam menyediakan infrastruktur untuk mendukung seluruh stakeholders agar bisa meraih kesempatan yang semakin terbuka.

Kita hidup di lingkungan baru yang bertaburan dengan unknowns di era VUCA. Menatap masa depan tidak lagi cukup dengan mengandalkan data masa lalu. Kita harus membangun kapasitas dan kapabilitas untuk menyibakkan “misteri” masa depan dan “bantalan” agar tidak rentan terhadap goncangan internal maupun eksternal.

ii. Perkembangan ekonomi digital

Pusrennaker

29 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Penggunaan jaringan internet telah mengubah cara orang bertranksaksi – penjualan online dan penggunaan platform digital untuk memfasilitasi sharing

economy (terutama ride sharing) berkembang pesat. Perkembangan ekonomi

digital mendorong perubahan permintaan tenaga kerja dari bidang atau kegiatan konvensional ke kegiatan usaha berbasis digital. Pekerja di toko fisik, misalnya, semakin berkurang dan digantikan oleh pekerja pada online shop. Peningkatan ekonomi digital menyebabkan pula perubahan kebutuhan kompetensi dan meningkatkan permintaan terhadap kompetensi tertentu.

Pergeseran kebutuhan tenaga kerja dari sektor / kegiatan ekonomi konvensional dapat menyebabkan miss match di pasar kerja dan berpotensi menciptakan pengangguran struktural. Sebagai contoh, penggunaan platform digital pada ride

sharing selain membuka lapangan kerja baru, dapat pula menciptakan

pengangguran bagi pekerja transportasi umum konvensional. Pertumbuhan pasar e-commerce dapat menghambat pertumbuhan sektor perdagangan yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja.Pertumbuhan ekonomi digital perlu di antisipasi dengan penyiapan tenaga kompeten di bidang IT dan diseminasi informasi pasar kerja bagi pekerja pada kegiatan ekonomi konvensional yang “tergusur” oleh perkembangan tersebut.

(5) Kesepakatan ASEAN di sektor jasa

Kesepakatan kerjasama negara-negara ASEAN di bidang jasa mencakup Mutual

Recognition Arrangements in Services – pengakuan bersama atas pengaturan di

sektor jasa. MRA di sektor jasa dimaksudkan untuk memfasilitasi perdagangan jasa di antara negara-negara ASEAN, termasuk mobilitas tenaga kerja profesional antar negara ASEAN. Sejauh ini telah disepakati MRA untuk bidang-bidang pekerjaan

Engineering Services, Nursing Services, Architectural Services, Surveying Qualifications, Medical Practitioners, Dental Practitioners, Accountancy Services, dan Tourism Professionals.

MRA memfasilitasi mobilitas tenaga kerja profesional antar negara ASEAN sehingga pasar bagi tenaga kerja profesional semakin luas. Sebaliknya, skills gap dan talent shortage pada suatu bidang pekerjaan di negara tertentu dapat dipenuhi oleh tenaga kerja dari negara ASEAN lain.

Pada satu sisi, kebebasan mobilitas tenaga kerja dapat dimanfaatkan bagi penyaluran kelebihan pasokan tenaga kerja di dalam negeri. Di sisi lain, kualitas dan kompetensi tenaga kerja nasional perlu ditingkatkan agar dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara-negara ASEAN lainnya.

B Penduduk usia kerja

Pusrennaker

30 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Sesuai dengan proyeksi penduduk oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk diperkirakan terus bertambah dengan laju pertumbuhan semakin berkurang. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, jumlah penduduk usia kerja14juga terus bertambah, bahkan dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan jumlah penduduk.

(1) Perkembangan jumlah penduduk usia kerja

Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik,15 jumlah penduduk Indonesia pada 2018 diperkirakan berjumlah 265,0 juta orang, 194,5 juta orang (73,4 persen) di antaranya termasuk penduduk usia kerja (berusia 15 tahun ke atas). Selama periode 2014-2018, jumlah penduduk tumbuh rata-rata 1,3 persen per tahun (bertambah 3,2 juta orang per tahun) sedangkan penduduk usia kerja tumbuh 1,6 persen per tahun (bertambah 3,0 juta orang setahun).

Sejalan dengan penurunan pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk usia kerja juga mengalami penurunan. Sumber pasokan tenaga kerja menurun sejalan dengan penurunan besaran kenaikan jumlah penduduk usia kerja. Penurunan pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus berlanjut di masa depan.

Laju pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan total penduduk menyebabkan persentase penduduk usia kerja terhadap total penduduk mengalami peningkatan. Selama 2014-2018, persentase penduduk usia kerja terhadap total penduduk meningkat 1,2 poin. Peningkatan persentase penduduk usia kerja mencerminkan penurunan tingkat ketergantungan16. Pada periode yang sama ratio ketergantungan menurun 2,4 poin.

Tabel 2.1. Jumlah penduduk dan penduduk usia kerja 2010-18

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah, Juta

Penduduk 238,5 242,0 245,4 248,8 252,2 255,5 258,7 261,9 265,0

Penduduk usia kerja 170,4 173,4 176,5 179,6 182,6 185,6 188,6 191,6 194,5

Pertumbuhan, %

14 Di Indonesia, penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun ke atas.

15 Bappenas, BPS, UNFPA (2013), Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035.

16 Ratio antara penduduk tidak produktif (bukan penduduk usia kerja) dengan penduduk produktif (penduduk usia kerja)

Pusrennaker

31 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Penduduk 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2

Penduduk usia kerja 1,8 1,8 1,7 1,7 1,6 1,6 1,6 1,5

Ratio PUK/penduduk,

% 71,4 71,7 71,9 72,2 72,4 72,7 72,9 73,2 73,4 Tingkat

ketergantungan,% 40,0 39,5 39,0 38,6 38,1 37,6 37,2 36,7 36,2

Sumber : Bappenas-BPS-UNFPA (2013), diolah

Catatan : (1) Tingkat ketergantungan = ratio antara penduduk bukan usia kerja terhadap penduduk usia kerja.

(2) Jumlah penduduk dan penduduk usia kerja pada tabel ini berbeda dengan jumlah penduduk dan penduduk usia kerja yang disajikan pada Tabel 3.1. Hal ini disebabkan karena perbedaan titik waktu estimasi. Data pada tabel ini berdasarkan proyeksi penduduk (Bappenas-BPS-UNFPA 2013) yang mengacu pada keadaan pada pertengan tahun, sementara data sakernas yang disajikan pada Tabel 3.1 mengacu kepada keadaan pada pada saat survei (bulan Agustus).

(2) Komposisi dan persebaran penduduk usia kerja

Selama 2014-2018, komposisi umur penduduk usia kerja mengalami perubahan sebagai berikut. Persentase PUK berumur 15-34 turun walaupun jumlahnya bertambah. Penurunan persentase PUK kelompok umur tersebut terutama disebabkan karena penurunan jumlah absolut penduduk usia kerja kelompok umur 15-19 dan umur 30-34. Persentase PUK kelompok umur 35 tahun ke atas meningkat kecuali kelompok umur 40-44 yang persentasenya sedikit menurun tetapi jumlah absolutnya meningkat. Peningkatan jumlah dan persentase penduduk usia kerja terbesar terjadi pada kelompok umur 60 tahun ke atas: persentase naik 1,5 poin; jumlah absulutnya naik rata-rata hampir satu juta orang per tahun.17

Komposisi PUK menurut pendidikan mengalami perubahan cukup penting: persentase penduduk usia kerja berpendidikan rendah (lulus SLTP atau lebih rendah) menurun sementara persentase penduduk berpendidikan SLTA ke atas meningkat. Penurunan persentase penduduk berpendidikan rendah terutama karena penurunan jumlah dan persentase penduduk berpendidikan tamat Sekolah Dasar atau lebih rendah. Jumlah absolut penduduk berpendidikan tamat SLTP masih bertambah walaupun persentasenya berkurang.

Jumlah penduduk berpendidikan SLTA bertambah sekitar dua juta orang per tahun yang terbagi hampir seimbang antara sekolah menengah umum dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Persentase penduduk berpendidikan SMU dan SMK masing-masing meningkat dari 16,6 dan 8,4 persen pada 2014 menjadi 18,3 dan 10,4 persen pada 2018. Peningkatan besar jumlah penduduk juga terjadi pada kelompok pendidikan universitas: bertambah satu juta orang per tahun, persentasenya naik dari 5,4 persen (2014) menjadi 7,6 persen (2018).

17 Jumlah penduduk usia kerja menurut jenis kelamin, kelompok umur, kelompok pendidikan dan menurut provinsi dan wilayah pulau / kepulauan disajikan pada Lampiran 1.

Pusrennaker

32 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Tabel 2.2. Komposisi penduduk usia kerja 2014-18

Persen 2014 2015 2016 2017 2018 Laki-laki 49,9 49,9 49,9 49,9 49,9 Perempuan 50,1 50,1 50,1 50,1 50,1 15-19 13,5 11,9 11,7 12,5 11,4 20-24 10,3 11,5 11,4 10,1 11,2 25-29 10,3 11,2 11,1 9,9 10,8 30-34 12,3 11,0 10,8 10,8 10,5 35-39 10,2 10,7 10,6 11,8 10,4 40-44 10,4 9,9 9,9 9,5 9,8 45-49 8,4 8,8 8,8 9,0 8,9 50-54 7,5 7,4 7,5 7,7 7,7 55-59 5,5 5,9 6,1 6,4 6,4 60+ 11,6 11,7 12,1 12,5 12,8 Maksimum SD 45,3 43,0 41,3 40,8 39,4 SLTP 22,2 22,0 22,4 22,2 21,9 SMU 16,6 17,8 17,6 17,8 18,3 SMK 8,4 8,7 9,3 9,6 10,4 Akademi/Diploma 2,2 2,3 2,4 2,4 2,5 Universitas 5,4 6,2 6,9 7,1 7,6 Sumatera 20,8 20,8 20,8 20,9 21,0 Jawa 58,5 58,4 58,2 58,1 58,0 Nusa Tenggara 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 Kalimantan 5,8 5,9 5,9 6,0 6,0 Sulawesi 7,1 7,1 7,1 7,1 7,2 Maluku dan Papua 2,5 2,5 2,5 2,6 2,6 Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, Sakernas berbagai edisi

Catatan : Berdasarkan Sakernas Bulan Agustus masing-masing tahun

Persebaran penduduk usia kerja menurut wilayah mengalami sedikit perubahan: persentase penduduk usia kerja di Jawa menurun, sementara di wilayah lainnya sedikit meningkat, kecuali wilayah Nusa Tenggara yang persentasenya tidak berubah. Walaupun persentase penduduk usia kerja di Jawa menurun, karena jumlah penduduknya yang besar, wilayah Jawa tetap merupakan penyumbang utama peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Antara 2014-2018, jumlah penduduk usia kerja di Jawa pertambah rata-rata satu juta orang per tahun yang mencakup lebih dari separuh peningkatan jumlah penduduk usia kerja (2,36 juta orang per tahun).

C Angkatan kerja

Jumlah angkatan kerja tergantung pada jumlah penduduk usia kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).

(1) Tingkat Partisipai Angkatan Kerja

Pusrennaker

33 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Perkembangan TPAK sejak 2000 menunjukkan kecenderungan menurun (Gambar 2.3). Selama periode tersebut titik terendah TPAK terjadi pada 2015 (65,8 persen). Setelah mencapai tingkat terendah tersebut, TPAK kembali meningkat pada tiga tahun terakhir (2016-2018) hingga mencapai 67,3 persen pada 2018. Secara umum, selama periode 2014-2018, TPAK mengalami peningkatan sekitar 0,5 poin dari 66,8 persen (2013) menjadi 67,3 persen (2018).

Gambar 2.3. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 2000-18

Persen

Sumber : Badan Pusat Statistik, Sakernas berbagai edisi

Catatan : Berdasarkan Sakernas Bulan Agustus masing-masing tahun

Perkembangan TPAK menurut karakterik penduduk dan wilayah selama periode 2014-2018 menunjukkan kecenderungan sebagai berikut. Pertama, peningkatan TPAK penduduk disebabkan karena peningkatan TPAK penduduk perempuan, sedangkan TPAK laki-laki relatif tidak berubah. Kedua, TPAK penduduk muda – terutama penduduk kelompok umur 15-19 tahun-- cenderung turun, sebaliknya TPAK penduduk senior –terutama penduduk berumur 60 tahun ke atas-- meningkat. Peningkatan partisipasi sekolah nampaknya telah menyebabkan penurunan TPAK penduduk muda.

Ketiga, perubahan TPAK menurut tingkat pendidikan menunjukkan kondisi anomali(perkembangan yang tidak biasa), dimana TPAK penduduk berpendidikan tinggi, terutama lulusan universitas, menurun, sementara TPAK penduduk berpendidikan lebih rendah meningkat. Penurunan TPAK pada penduduk berpendidikan tinggi perlu mendapatkan perhatian seksama agar peningkatan mutu SDM penduduk bermanfaat optimal.

67,8 68,6 66,2 67,7 66,8 67,8 65,8 67,3 65 66 67 68 69 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pusrennaker

Barenbang

34 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Keempat, TPAK penduduk di Jawa menurun sementara TPAK di wilayah lain meningkat dengan peningkatan tertinggi di wilayah Sulawesi. Penurunan TPAK di Jawa mengindikasikan pasar kerja di Jawa semakin kompetitif bagi tenaga kerja sehingga semakin banyak tenaga kerja yang keluar dari pasar kerja.

Tabel 2.3. TPAK 2014-18 Persen 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Laki-laki 82,0 83,1 82,7 82,0 82,5 82,7 Perempuan 49,4 50,2 48,9 50,8 50,9 51,9 15-19 33,4 30,1 27,4 28,1 29,5 27,9 20-24 67,7 67,4 66,5 68,2 68,3 67,1 25-29 75,0 74,3 73,3 74,2 73,5 75,2 30-34 75,4 75,9 74,6 75,1 75,4 76,1 35-39 77,2 77,7 76,5 77,0 78,1 78,2 40-44 80,1 80,2 79,2 79,0 80,0 80,4 45-49 80,8 80,8 79,0 78,1 80,2 81,0 50-54 79,3 79,5 77,2 77,1 78,4 78,5 55-59 71,3 73,2 72,3 73,5 72,9 72,9 60+ 46,6 47,8 46,8 48,1 48,7 50,1 Maksimum SD 66,9 67,1 65,2 65,8 66,8 67,4 SLTP 55,6 54,0 54,0 53,6 53,8 55,3 SMU 68,0 67,5 66,9 67,2 67,4 68,1 SMK 76,8 77,4 76,4 77,5 76,8 76,1 Akademi/Diploma 79,5 79,5 77,6 79,2 76,6 76,0 Universitas 89,0 89,5 88,7 88,8 87,2 83,7 Sumatera 66,0 66,2 66,1 67,7 67,3 68,5 Jawa 67,1 66,5 65,0 64,7 66,2 66,4 Nusa Tenggara 69,4 70,0 70,3 72,6 70,8 70,9 Kalimantan 67,7 68,0 68,0 69,6 67,7 68,4 Sulawesi 62,2 63,7 63,7 66,9 63,5 65,5 Maluku dan Papua 70,3 70,6 72,4 71,2 69,5 71,4 Jumlah 66,8 66,6 65,8 66,3 66,7 67,3 Sumber : Badan Pusat Statistik, Sakernas berbagai edisi

Catatan : Berdasarkan Sakernas Bulan Agustus masing-masing tahun

(2) Jumlah dan komposisi angkatan kerja

Angkatan kerja pada 2018 diperkirakan berjumlah 131 juta orang. Selama 2014-2018 jumlah angkatan kerja naik 10,8 juta orang dengan rata-rata 2,2 juta orang setahun (Gambar 2.4). Peningkatan jumlah angkatan kerja selama 2014-2018 sangat bervariasi disebabkan oleh variasi TPAK. Penurunan TPAK dari 66,6 persen pada 2014 menjadi 65,8 persen pada 2015 menyebabkan jumlah angkatan kerja pada 2015 hanya bertambah 500 ribu orang. Sebaliknya, peningkatan TPAK menjadi 66,6 pada 2016 menyebabkan jumlah angkatan kerja bertambah 3 juta orang pada 2016. Mengingat perubahan jumlah penduduk usia relatif stabil, perubahan jumlah anngkatan kerja lebih banyak ditentukan oleh perubahan TPAK. Upaya pengendalian pasokan tenaga kerja baik pasokan tenaga kerja total maupun

Pusrennaker

35 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

pasokan tenaga kerja kelompok penduduk tertentu dapat dilakukan dengan kebijakan dan program yang dapat mempengaruhi TPAK kelompok penduduk tertentu.

Gambar 2.4. Peningkatan jumlah Angkatan Kerja 2014-18

Juta orang

Sumber : Badan Pusat Statistik

Cacatan : Berdasarkan Sakernas bulan Agustus. Area berwarna biru menunjukkan jumlah AngkatanKerja pada tahun yang bersangkutan

Perubahan komposisi angkatan kerja selama periode 2014-2018 menunjukkan perkembangan sebagai berikut. Pertama, angkatan kerja perempuan makin dominan dimana persentase angkatan kerja perempuan naik lebih dari satu poin. Kedua, walaupun angkatan kerja berpendidikan berpendidikan rendah tetap dominan rata-rata pendidikan angkatan kerja relatif semakin membaik tercermin pada penurunan persentase angkatan kerja berpendidikan rendah (tamat sekolah

Dalam dokumen Pusrennaker Barenbang (Halaman 24-62)