• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pusrennaker Barenbang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pusrennaker Barenbang"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Pusrennaker

(2)

1 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

SAMBUTAN

MENTERI KETENAGAKERJAAN

REPUBLIK INDONESIA

Pembangunan ketenagakerjaan merupakan aspek penting pembangunan nasional mengingat tenaga kerja merupakan subyek sekaligus obyek pembangunan. Perencanaan tenaga kerja mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional bidang ketenagakerjaan. Melalui perencanaan tenaga kerja baik pada tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota, diharapkan tenaga kerja Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi akan terwujud. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ketenagakerjaan diantaranya dinamika kependudukan, pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perkembangan teknologi, maka perencanaan tenaga kerja dapat memberikan arah serta tujuan pembangunan ketenagakerjaan di masa depan.

Dengan telah tibanya revolusi industri 4.0, menjadi salah satu tantangan bagi dunia ketenagakerjaan Indonesia dimasa yang akan datang, terutama dengan adanya perubahan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Permasalahan ketenagakerjaan seperti tingkat pengangguran terbuka dan setengah pengangguran yang masih tinggi, daya saing angkatan kerja yang masih rendah, serta ketidaksesuaian keterampilan dengan lapangan kerja yang dibutuhkan masih menjadi pekerjaan rumah. Demikian juga dari sisi hubungan industrial seperti pemogokan yang mengganggu iklim investasi, proses produksi dan tingkat upah turut serta mempengaruhi tingkat kesejahteraan pekerja. Untuk itu perlu disusun perencanaan yang dapat mengantisipasi dan memecahkan permasalahan tersebut, yaitu melalui program penciptaan kesempatan kerja produktif dan remuneratif dengan mendayagunakan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam.

Untuk kepentingan tersebut, Kementerian Ketenagakerjaan telah menyusun Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN) Jangka Menengah Tahun

2020-Pusrennaker

(3)

2 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

2024. RTKN ini harus dijadikan acuan dalam pembangunan oleh semua instansi pemerintah di pusat dan daerah, dan oleh dunia usaha untuk mendayagunakan sumber daya manusia secara optimal untuk mendorong pembangunan dan memajukan dunia usaha. RTKN ini juga dapat digunakan untuk akselerasi pencapaian tujuan pembangunan ketenagakerjaan yang berupa perluasan dan penciptaan kesempatan kerja yang produktif dan remuneratif, peningkatan kualitas angkatan kerja, dan peningkatan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya.

Akhirnya, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas terbitnya buku RTKN Tahun 2020-2024 kepada pimpinan dan staf Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan, khususnya Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan, serta seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan RTKN ini.

Jakarta, Agustus 2019 Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia M. Hanif Dhakiri

Pusrennaker

Barenbang

(4)

3 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

KATA PENGANTAR

KEPALA BADAN PERENCANAAN DAN

PENGEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

Dalam rangka memecahkan masalah ketenagakerjaan, termasuk pengangguran dan setengah pengangguran, produktivitas dan daya saing tenaga kerja, hubungan industrial dan jaminan sosial, dan telah tibanya revolusi industri 4.0 diperlukan Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN). Untuk itu, Kementerian Ketenagakerjaan bekerjasama dengan instansi terkait telah menyusun RTKN Tahun 2020 – 2024 sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan, Penyusunan dan Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 Tentang Perluasan Kesempatan Kerja.

RTKN Tahun 2020 – 2024 ini memuat perkiraan persediaan tenaga kerja, perkiraan kebutuhan tenaga kerja, keseimbangan tenaga kerja dengan berbagai karakteristik, dan kebijakan yang perlu diambil untuk mencapai tujuan perencanaan, yang meliputi kebijakan umum, kebijakan sektoral, kebijakan pengendalian angkatan kerja, kebijakan pelatihan, kebijakan penempatan tenaga kerja dan kebijakan perlindungan tenaga kerja.

RTKN Tahun 2020 – 2024 menjadi pedoman dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan pada masing-masing sektor baik pada tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta dunia usaha. RTKN ini dapat digunakan oleh seluruh instansi Pemerintah dan dunia usaha untuk secara langsung atau tidak langsung menyusun program untuk menanggulangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kualitas serta daya saing angkatan kerja melalui berbagai program pelatihan, dan untuk penempatan tenaga kerja dan perlindungan tenaga kerja.

Disadari, dalam menerapkan RTKN ini beberapa instansi atau Pemerintah Daerah mungkin akan menghadapi berbagai kendala seperti keterbatasan teknis dan kondisi lapangan yang berbeda. Untuk itu, Kementerian Ketenagakerjaan menyediakan

tenaga-Pusrennaker

(5)

4 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

tenaga narasumber guna memberikan pendampingan atau fasilitasi untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi setempat.

Akhirnya, kami mengharapkan RTKN ini dapat berperan sebagai bagian dari komitmen Pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, terutama masyarakat pekerja dan keluarganya.

Jakarta, Agustus 2019 Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan,

Pusrennaker

(6)

5 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

EXECUTIVE SUMMARY

1. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan aspek penting pembangunan nasional mengingat tenaga kerja merupakan subyek sekaligus objek pembangunan. Belakangan, pembangunan ketenagakerjaan tidak hanya mencakup pengurangan pengangguran, tetapi semakin dituntut dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN) 2020-2024 disusun untuk menjadi arahan bagi pembangunan ketenagakerjaan sampai dengan 2024.

Selain memperhatikan perkembangan ketenagakerjaan dan arah serta tujuan pembangunan nasional, perencanaan pembangunan ketenagakerjaan memperhatikan pula perubahan pada “lingkungan strategis” yaitu faktor-faktor di luar sektor ketenagakerjaan yang saling terkait satu sama lain dan mengakibatkan perubahan pada hampir semua aspek kehidupan termasuk sektor ketenagakerjaan. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah dinamika kependudukan, pertumbuhan dan perubahan struktur perekonomian, globalisasi proses produksi, perkembangan teknologi, perkembangan ekonomi digital dan kerjasama antar negara.

2. Pada 2020-2024 jumlah penduduk usia kerja (PUK) diproyeksikan bertambah 14,5 juta orang (2,9 juta orang per tahun). Dengan proyeksi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik menjadi 68,60 persen pada 2024, angkatan kerja diproyeksikan meningkat menjadi 145,4 juta orang. Selama 2020-2024 angkatan kerja bertambah rata-rata 2,48 juta orang per tahun. Pengembangan kualitas dan kompetensi tenaga kerja dan upaya perluasan kesempatan kerja harus dapat mengakomodasikan peningkatan jumlah tenaga kerja yang semakin besar.

Dari sisi kesempatan kerja, untuk mencapai Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,50 persen pada 2024 diperlukan kesempatan kerja baru sekitar 2,56 juta orang per tahun. Kebutuhan kesempatan kerja tersebut sekitar 300 ribu orang lebih tinggi dari rata-rata kesempatan kerja per tahun pada 2014-2018. Kesempatan kerja selama 2020-2024 juga dituntut lebih berkualitas: lebih produktif, bekerja lebih intensif dengan status dan jabatan lebih baik.

Persentase Pekerja dengan jabatan rendah (petani, operator , dan kelompok jabatan lainnya) diproyeksikan akan terus menurun menjadi 56,5 persen pada tahun 2024 dan hanya jabatan Operator yang diperkirakan masih akan tumbuh. Di sisi lain, jumlah pekerja dengan jabatan menengah (tenaga tata usaha, tenaga penjualan dan tenaga usaha jasa) tumbuh rata-rata 3,5 persen selama 2020-2024, sehingga diperkirakan persentase nya meningkat dari 31,7 persen pada 2020 menjadi 33,5

Pusrennaker

(7)

6 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

persen pada 2024. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada jabatan tinggj (tenaga professional dan kepemmpinan) yang meningkat dari 9,1 persen menjadi 10,0 persen pada 2024.

3. Sasaran utama pembangunan ketenagakerjaan adalah penurunan TPT menjadi 4,50 persen pada 2024. Selain itu, lapangan kerja yang tercipta diharapkan lebih berkualitas yang tercermin pada peningkatan produktivitas perkerja rata-rata 4,0 persen per tahun; persentase pekerja di sektor formal naik menjadi 47,5 persen; persentase pekerja dengan jabatan tinggi (tenaga profesional dan kepemimpinan) dan jabatan menengah (tenaga tata usaha, tenaga penjualan dan tenaga usaha jasa) naik masing-masing menjadi 10,0 dan 33,5 persen; persentase pekerja paruh waktu turun menjadi 25 persen. Sasaran lainnya adalah peningkatan kualitas dan daya saing PMI serta akses PMI ke pasar kerja internasional.

4. Kesempatan kerja di sektor Pertanian, Kelautan dan Perikanan dalam kurun 2020-2024 masih tetap dominan, walaupun mengalami kecenderungan menurun dari 28,18 persen mejadi 25,19 persen pada tahun 2024. Kondisi yang sama terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan sektor yang diperkirakan mengalami pertambahan kesempatan kerja terbanyak adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Informasi & Komunikasi. 5. Sasaran pembangunan ketenagakerjaan diupayakan dapat dicapai melalui

pelaksanaan kebijakan pembangunan secara umum yaitu kebijakan peningkatan pertumbuhan kegiatan usaha, peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja dan peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja.

Pembangunan ketenagakerjaan juga dilakukan secara sektoral yang dilaksananan kementerian dan lembaga terkait dengan masing-masing sektor. Kebijakan sektoral mencakup di antaranya, sektor pertanian, industri pengolahan, pariwisata, konstruksi dan informasi dan komunikasi.

Pembangunan ketenagakerjaan juga dilakukan melalui kebijakan ketenagakerjaan yaitu kebijakan yang dilakukan sebagai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Ketenagakerjaan. Kebijakan ketenagakerjan mencakup upaya-upaya pemecahan masalah terkait dengan penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja dan jaminan sosial tenaga kerja.

Pusrennaker

(8)

7 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

DAFTAR ISI

SAMBUTAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA ... 1

KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KETENAGAKERJAAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN ... 3

EXECUTIVE SUMMARY ... 5 DAFTAR ISI ... 7 DAFTAR TABEL ... 11 BAB I PENDAHULUAN ... 14 A Latar Belakang ... 14 B Dasar Hukum ... 15 C Tujuan ... 15 D Metodologi ... 16

(1) Metodologi proyeksi pasokan tenaga kerja... 16

(2) Proyeksi kebutuhan tenaga kerja ... 19

E Sumber data ... 20

F Pengertian ... 20

G Sistematika ... 22

BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN ... 23

A Perkembangan Lingkungan Strategis ... 23

(1) Dinamika Kependudukan ... 23

(2) Pertumbuhan dan perubahan struktur perekonomian ... 25

(3) Globalisasi proses produksi ... 26

(4) Perkembangan Teknologi ... 27

(5) Kesepakatan ASEAN di sektor jasa ... 29

B Penduduk usia kerja ... 29

(1) Perkembangan jumlah penduduk usia kerja ... 30

(2) Komposisi dan persebaran penduduk usia kerja ... 31

C Angkatan kerja ... 32

Pusrennaker

(9)

8 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

(1) Tingkat Partisipai Angkatan Kerja ... 32

(2) Jumlah dan komposisi angkatan kerja ... 34

D Perkembangan jumlah pekerja ... 36

(1) Korelasi antara jumlah pekerja dengan pertumbuhan ekonomi ... 36

(2) Perkembangan jumlah pekerja 2014-2018 ... 38

(3) Komposisi demografis dan persebaran pekerja 2014-2018 ... 38

(4) Penyerapan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan ... 40

(5) Kompsisi pekerja menurut status,jabatan dan jam kerja ... 43

(6) Perkembangan jumlah PMI dan nilai remitansi ... 45

E Penganggur terbuka ... 46

(1) Tingkat pengangguran terbuka (TPT) ... 47

(2) Komposisi penganggur ... 49

F Produktivitas tenaga kerja ... 51

G Pelatihan tenaga kerja ... 53

H Penempatan tenaga kerja ... 54

I Hubungan sosial dan jaminan sosial tenaga kerja ... 56

J Pengawasan ketenagakerjaan ... 59

BAB III PERKIRAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA ... 61

A Perkiraan Penduduk Usia Kerja ... 61

B Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ... 66

C PerkiraanAngkatan Kerja ... 69

BAB IV PERKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA ... 74

A Perkiraan Penduduk yang Bekerja ... 74

(1) Kebutuhan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan ... 75

(2) Kebutuhan tenaga kerja menurut status pekerjaan ... 77

(3) Kebutuhan tenaga kerja menurut jabatan pekerjaan ... 78

(4) Perkiraan jumlah jam kerja per minggu ... 79

(5) Proyeksi penyerapan tenaga kerja menurut karakteristik pekerja... 80

B Perkiraan Perekonomian ... 83

C Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja ... 85

Pusrennaker

(10)

9 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

D Perkiraan Pelatihan Tenaga Kerja ... 86

E Perkiraan Penempatan Tenaga Kerja ... 87

F Perkiraan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 88

G Perkiraan Pengawasan Ketenagakerjaan ... 89

BAB V PERKIRAAN KESEIMBANGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA .. 90

A PerkiraanJumlah Pengangguran ... 90

(1) Penurunan jumlah penganggur ... 90

(2) Proyeksi komposisi penganggur ... 91

B Perkiraan Tingkat Pengangguran ... 93

(1) Tingkat pengangguran menurut karakteristik penduduk ... 93

(2) Tingkat pengangguran menurut wilayah ... 94

BAB VI KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN ... 96

A Tujuan pembangunan Ketenagakerjaan ... 96

B Sasaran Pembangunan Ketenagakerjaan ... 97

(1) Penurunan tingkat pengangguran ... 97

(2) Peningkatan kualitas penyerapan tenaga kerja ... 98

(3) Peningkatan penerimaan devisa sektor ketenagakerjaan ... 98

C Tantangan Pembangunan Ketenagakerjaan ... 99

(1) Pertumbuhan ekonomi semakin ditentukan oleh sektor jasa-jasa... 99

(2) Penurunan jumlah pekerja sektor primer ... 99

(3) Sektor industri pengolahan tumbuh lambat ... 99

(4) Kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan semakin tinggi, dengan kompetensi yang spesifik. ... 100

(5) Kebutuhan informasi pasar kerja semakin besar ... 100

(6) Tantangan pembangunan ketenagakerjaan semakin luas dan kompleks ... 100

D Kebijakan Ketenagakerjaan 2020-2024 ... 101

(1) Kebijakan Umum ... 101

(2) Kebijakan sektoral ... 102

(3) Kebijakan Ketenagakerjaan ... 106

BAB VII PENUTUP... 109

Pusrennaker

(11)

10 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

DAFTAR PUSTAKA ... 110 TIM PENYUSUN ... 111

Pusrennaker

(12)

11 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Koefisien regresi Model TPAK ...17

Tabel 1.2. Proyeksi TPAK 2019 – 2024 menurut trend TPAK pada periode 2013 – 2018 dan 2014 - 2018 ... 18

Tabel 1.3. Proyeksi TPAK 2019 – 2024 menurut trend TPAK 2014 – 2014 yang disesuaikan 18 Tabel 1.4. Koefisien regresi Model Kebutuhan Tenaga Kerja ... 19

Tabel 2.1. Jumlah penduduk dan penduduk usia kerja 2010-18... 30

Tabel 2.2. Komposisi penduduk usia kerja 2014-18 ... 32

Tabel 2.3. TPAK 2014-18 ... 34

Tabel 2.4. Komposisi Angkatan Kerja 2014-18 ... 36

Tabel 2.6. Komposisi demografis dan persebaran pekerja 2014-18 ... 39

Tabel 2.7. Persentase pekerja menurut lapangan pekerjaan 2014-18 ... 42

Tabel 2.8. Persentase pekerja menurut status pekerjaan 2014-18 ... 43

Tabel 2.9. Persentase pekerja menurut jabatan pekerjaan 2014-18 ...44

Tabel 2.10. Persentase pekerja menurut jam kerja per minggu 2014-18 ... 45

Tabel 2.11. Perkembangan Jumlah PMI dan remittance 2014-18 ... 46

Tabel 2.12. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut karakteristik penduduk 2014-18 . 49 Tabel 2.13. Komposisi penganggur 2014-18 ... 50

Tabel 2.14. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan sebaran penganggur menurut wilayah 2014-18 ... 51

Tabel 2.15 Jumlah orang yang dilatih menurut program pelatihan ... 54

Tabel 2.16 Pelaksanaan Pameran Kesempatan Kerja (Job Fair) 2015 – 2018 ... 55

Tabel 2.17 Perluasan Kesempatan Kerja 2015-2018... 56

Tabel 2.18 Ijin penggunaan tenaga kerja asing ... 56

Tabel 2.19 Perangkat Hubungan industrial ... 57

Tabel 2.20 Perangkat Hubungan industrial ... 58

Tabel 2.21 Jumlah pserta BPJS Ketenagakerjaan ... 59

Tabel 2.22 Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan ... 59

Tabel 2.23 Objek Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 60

Pusrennaker

(13)

12 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Tabel 2.24 Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Audit SMK3 ... 60

Tabel 3.1 Proyeksi jumlah penduduk usia kerja menurut jenis kelamin dan umur 2018-2024 63 Tabel 3.2 Proyeksi jumlah penduduk usia kerja menurut pendidikan 2018-2024 ... 64

Tabel 3.3 Proyeksi jumlah penduduk usia kerja menurut provinsi 2018-2024 ... 65

Tabel 3.4. Proyeksi TPAK menurut karakteristik penduduk dan wilayah 2020-2024 ... 67

Tabel 3.5 Proyeksi Tingkat Partisipasi Angkatan menurut provinsi 2018-2024 ... 68

Tabel 3.6 Proyeksi jumlah angkatan kerja menurut jenis kelamin dan umur 2018-2024 70 Tabel 3.7 Proyeksi jumlah angkatan kerja menurut pendidikan 2018-2024 ...71

Tabel 3.8 Proyeksi jumlah angkatan kerja menurut provinsi 2018-2024 ... 72

Tabel 4.1. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan 2018-2024 . 76 Tabel 4.2. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja menurut status pekerjaan, 2018-2024 ... 78

Tabel 4.3. Jumlah dan persentase pekerja menurut jabatan pekerjaan 2020-2024 ... 79

Tabel 4.4. Jumlah pekerja menurut jumlah jam kerja per minggu 2020-2024 ... 80

Tabel 4.5. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja menurut karakteristik penduduk 2020-2024 80 Tabel 4.6. Proyeksi persebaran kebutuhan tenaga kerja menurut wilayah 2020-2024 . 81 Tabel 4.7. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja menurut provinsi 2020-2024, ... 82

Tabel 4.8. Pertumbuhan ekonomi klasifikasi besar lapangan usaha 2018-2024 ... 84

Tabel 4.9. PDB per pekerja menurut lapangan usaha 2018-2024 ... 85

Tabel 4.10. Peningkatan dan penurunan (-) jumlah pekerja menurut pendidikan dan status pekerjaan 2020-2024 ... 87

Tabel 4.11. Peningkatan dan penurunan (-) jumlah pekerja menurut lapangan usaha dan status pekerjaan 2020-2024 ... 87

Tabel 5.1. Distribusi Penganggur Terbuka menurut karakteristik penduduk 2020-2024 91 Tabel 5.2. Sebaran Penganggur Terbuka menurut wilayah 2020-2024 ... 92

Tabel 5.3. Proyeksi Tingkat Pengangguran Terbuka menurut karakteristik penduduk 2020-2024 93 Tabel 5.4. Proyeksi Tingkat Pengangguran Terbuka menurut wilayah 2020-2024, ... 95

Pusrennaker

(14)

13 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Tabel 6.1. Sasaran Tingkat Pengangguran Terbuka ... 97 Tabel 6.2. Sasaran peningkatan kualitas penyerapan tenaga kerja ... 98 Tabel 6.3. Sasaran peningkatan remitansi PMI ... 98

Pusrennaker

(15)

14 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Pembangunan ketenagakerjaan merupakan aspek penting pembangunan nasional mengingat tenaga kerja merupakan subyek sekaligus objek pembangunan. Pada satu sisi, tenaga kerja –sebagai bagian dari penduduk-- merupakan sasaran peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Di sisi lain, keberhasilan pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja.

Persoalan pokok di bidang ketenagakerjaan adalah pengangguran. Pengangguran menyebabkan tenaga kerja kehilangan penghasilan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya atau menjadi beban pihak lain. Pengangguran juga menyebabkan perekonomian berproduksi di bawah kapasitasnya. Karenanya, pengangguran merupakan persoalan bersama yang harus ditanggulangi semua pihak, pemerintah dan masyarakat.

Belakangan, persoalan ketenagakerjaan tidak hanya menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran, tetapi semakin dituntut dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Lapangan kerja yang tercipta dituntut dapat memberikan pengasilan layak (decent work). Decent

work memerlukan tenaga kerja berkualitas dan pertumbuhan ekonomi yang

terdistribusi merata dan menciptakan kesempatan bagi semua orang (inclusive

growth). Dengan demikian, persoalan ketenagakerjaan setidaknya mencakup dua

aspek pokok: penciptaan lapangan kerja dan kualitas tenaga kerja.

Perencanaan pembangunan ketenagakerjan mengurai dua pokok persoalan di atas dan merumuskan kebijakan dan langkah-langkah yang diperlukan bagi penyelesaian persoalan tersebut. Persinggungan dua persoalan pokok tersebut1

menjadi persoalan tersendiri yang juga perlu dipecahkan. Perencanaan diperlukan agar pembangunan ketenagakerjaan lebih terarah dan menyelesaikan akar persoalannya.

Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN) 2020-2024 disusun untuk menjadi arahan bagi pembangunan ketenagakerjaan sampai dengan 2024.2 Sebagai dokumen

perencanaan RTKN memuat tujuan dan sasaran pembangunan ketenagakerjaan

1 Pasar kerja dan penempatan kerja, hubungan industrial, upah, kesehatan dan keselamatan kerja.

2 Penyusunan RTKN juga dilakukan sebagai pelaksanaan amanat pasal 7, Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

Pusrennaker

(16)

15 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

serta upaya-upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Upaya tersebut tidak hanya berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Ketenagakerjaan tetapi mencakup pula kebijakan dan program kementerian dan lembaga pemerintah lain dan peran serta masyarakat pada umumnya.

B Dasar Hukum

Selain karena alasan-alasan yang disebutkan di atas, Rencana Tenaga Kerja Nasional disusun sebagai pelaksanaan amanat undang-undang. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan3 menyatakan bahwa “Dalam rangka

pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan kebijakan dan menyusun perencanaan tenaga kerja”.4

Mengacu kepada Undang-undang Ketenagakerjaan, perencanaan tenaga kerja meliputi perencanaan tenaga kerja makro dan perencanaan tenaga kerja mikro.5

Rencana Tenaga Kerja Nasional merupakan bentuk perencanaan tenaga kerja makro pada tingkat nasional. Undang-undang Ketenagakerjaan juga mengamanatkan agar penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan berpedoman pada perencanaan tenaga kerja tersebut.

Undang-undang Ketenagakerjaan juga mengatur informasi yang tercakup dalam perencanaan tenaga kerja serta sumber informasi tersebut. Tata cara memperoleh informasi ketenagakerjaan dan penyusunan serta pelaksanaan perencanaan tenaga kerja sebagaimana diatur lebih terinci oleh Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2007.6

C Tujuan

Secara umum, Rencana Tenaga Kerja Nasional disusun sebagai arahan bagi penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang sehingga lebih bersifat “ramah ketenagakerjaan” (employment-growth friendly).

Rencana Tenaga Kerja Nasional dimaksudkan sebagai dokumen teknis perencanaan yang dapat menjadi rujukan bagi,

(i) perumusan kebijakan dan program pembangunan ketenagakerjaan serta pelaksanaannya di tingkat pusat; dan

3 Selanjutnya disebut sebagai Undang-undang Ketenagakerjaan.

4 Pasal 7 ayat (1).

5 Pasal 7 ayat (2).

6 Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan

dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja.

Pusrennaker

(17)

16 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

(ii) penyusunan rencana pembangunan ketenagakerjaan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

D Metodologi

Rencana Tenaga Kerja Nasional 2020-2024 mencakup perkiraan pasokan dan kebutuhan tenaga kerja selama periode tersebut. Perkiraan atau proyeksi pasokan dan kebutuhan tenaga kerja dilakukan dengan metodologi sebagai berikut.

(1) Metodologi proyeksi pasokan tenaga kerja

Pasokan tenaga kerja diukur berdasarkan jumlah angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja diproyeksikan berdasarkan proyeksi jumlah tenaga kerja atau jumlah penduduk usia kerja dan proyeksi tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Proyeksi jumlah penduduk usia kerja 2020-2024 diambil dari proyeksi penduduk menurut kelompok umur oleh Badan Pusat Statistik.

Sesuai dengan kebutuhan perencanaan, TPAK diproyeksikan menurut jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan dan provinsi. TPAK total penduduk dan TPAK pada tiap-tiap kelompok penduduk dan provinsi sampai dengan 2024 diproyeksikan dengan metodologi sebagai berikut.

i. Proyeksi TPAK total Penduduk

Proyeksi TPAK total penduduk menjadi acuan bagi proyeksi TPAK tiap-tiap kelompok penduduk dan TPAK Provinsi. Untuk mendapatkan hasil proyeksi yang sesuai dengan sasaran pembangunan ketenagakerjaan ke depan –dalam hal ini TPAK total penduduk diupayakan meningkat-- proyeksi TPAK sampai 2024 menggunakan dua model yaitu model hubungan fungsional antara TPAK dengan tingkat upah dan kesejahtaraan penduduk dan trend.

Model korelasi fungsional

Berdasarkan teori, TPAK dipengaruhi oleh tingkat upah dan pendapatan. Untuk mengetahui hubungan fungsional antara TPAK dengan variabel bebas tingkat upah dan pendapatan dikonstruksikan dua persamaan berikut:

𝑇𝑃𝐴𝐾 = 𝑓(𝑦, 𝑤) … … … . . . (1) 𝑇𝑃𝐴𝐾 = 𝑓(𝑌, 𝑊, 𝑃) … … … (2)

W dan w, masing-masing adalah upah nominal dan upah riel (upah nominal dideflasikan dengan indeks harga); Y dan y, masing-masing adalah PDB harga berlaku dan harga konstan, dan P adalah indeks harga konsumen.

Estimasi kedua persamaan di atas dengan menggunakan data periode 2000-2018 menghasilkan koefieisien regresi seperti pada tabel berikut.

Pusrennaker

(18)

17 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

TPAK1 =4.3878 -0.0367 y + 0.0295 w

TPAK2 = 4.3566-0.0061Y-0.0038W-0.0013 P

Tabel 1.1. Koefisien regresi Model TPAK

Model F Signi-ficance p-Value

Y y W w P

TPAK 1 0.0173 0.0370 0.2874

TPAK 2 0.0754 0.7193 0.8750 0.8171

Proyeksi TPAK sampai dengan 2024 menggunakan dua model hubungan fungsional di atas, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6 persen, kenaikan upah nominal dan inflasi masing – masing 5 dan 3,5 per tahun, disajikan pada pada gambar berikut.

Gambar 1.1. Estimasi TPAK berdasarkan model TPAK

Proyeksi TPAK menggunakan model korelasi fungsional di atas tidak sejalan dengan upaya pemerintah meningkatkan TPAK penduduk.

Model trend

Trend adalah analisis perubahan suatu variabel dengan hanya menggunakan independen variabel waktu. Trend TPAK selama 2000-2018 menurun. Selama periode tersebut trend peningkatan TPAK terjadi pada periode 2013-2018 dan 2014-2018. Berdasarkan kedua trend tersebut diperoleh TPAK 2019-2024 seperti berikut:

65 66 67 68 69 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 2 0 2 1 2 0 2 2 2 0 2 3 2 0 2 4 Estimasi TPAK Survei P1 P2

Pusrennaker

Barenbang

(19)

18 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Tabel 1.2. Proyeksi TPAK 2019 – 2024 menurut trend TPAK pada periode 2013 –

2018 dan 2014 - 2018

Tahun Trend 2013-2018 Trend 2014-2018

2018 67,26 67,26 2019 66,89 67,19 2020 66,98 67,42 2021 67,07 67,64 2022 67,16 67,86 2023 67,26 68,09 2024 67,35 68,31

Di antara kedua proyeksi tersebut yang dianggap sesuai dengan perencanaan kebijakan ketenagakerjaan adalah proyeksi TPAK berdasarkan trend 2014-2018. Namun demikian, berdasarkan trend tersebut terjadi penurunan TPAK pada 2019. Untuk mendapatkan proyeksi TPAK yang konsisten meningkat sejak 2019 dilakukan penyesuaian sehingga diperoleh proyeksi TPAK sampai 2024 seperti berikut:

Tabel 1.3. Proyeksi TPAK 2019 – 2024 menurut trend TPAK 2014 – 2014 yang disesuaikan Tahun Trend 2014-2018, adjusted 2018 67,26 2019 67,36 2020 67,51 2021 67,71 2022 67,96 2023 68,25 2024 68,60

ii. Proyeksi TPAK menurut karakteristik penduduk dan provinsi

Proyeksi TPAK menurut karakteristik penduduk dan provinsi dilakukan dengan tahapan berikut:

(i) Dilakukan proyeksi TPAK tiap-tiap karakteristik penduduk dan wilayah berdasarkan trend TPAK karakeristik penduduk dan wilayah yang bersangkutan selama 2014-2018.

(ii) Berdasarkan “TPAK trend” tersebut dihitung angkatan kerja kelompok penduduk dan provinsi yang bersangkutan.

(iii)Dilakukan prorata terhadap jumlah angkatan kerja di atas sehingga penjumlahan semua karakteriktik sama dengan jumla total angkatan berdasarkan proyeksi TPAK penduduk total.

Pusrennaker

(20)

19 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

(iv)Berdasarkan jumlah angkatan kerja tiap-tiap karakteristik penduduk hasil prorata tersebut dapat dihitung TPAK untuk tiap-tiap karakteristik penduduk dan provinsi.

(2) Proyeksi kebutuhan tenaga kerja

Jumlah kebutuhan tenaga kerja atau jumlah pekerja pada periode 2020-024 diproyeksikan berdasarkan hubungan fungsional antara jumlah pekerja dengan tingkat upah, PDB (sebagai proxy output) dan tingkat bunga kredit (sebagai proxy investasi). Hubungan fungsional antara disebutkan diasumsikan mengikuti model dua model berikut:

𝐿 = 𝑓(𝑦, 𝑤, 𝑖) … … … . (3) 𝐿 = 𝑓(𝑌, 𝑤, 𝑖) … … … . … … … . . (4)

W dan w, masing-masing adalah upah nominal dan upah nyata (upah nominal dideflasikan dengan indeks harga); Y dan y, masing-masing adalah PDB harga berlaku dan harga konstan, dan P adalah indeks harga konsumen, dani adalah tingkat bunga kredit investasi. Estimasi model menggunakan data 2000-20187

diperoleh hubungan fungsional sebagai berikut:

L1 = 13.4331 + 0.3159y + 0.0158w - 0.0535i

L2 = 15.8320 + 0.1006Y + 0.0966w - 0.0841i

Tabel 1.4. Koefisien regresi Model Kebutuhan Tenaga Kerja Model F Signi-ficance p-Value Y y w P i L 1 0.0000 0.0000 0.7243 0.4038 L 2 0.0000 0.0005 0.1095 0.7508 0.2978

77 Semua nilai variabel dalam bilangan natural.

Pusrennaker

(21)

20 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Gambar 1.2 Estimasi jumlah pekerja berdasarkan model hubungan fungsional

E Sumber data

Analisis dan proyeksi pada Rencana Tenaga Kerja Nasional 2020-2024 berdasarkan data internal Kementerian Ketenagakerjaan dan data lain dari sumber resmi yang terdiri dari:

1. Data eksisting dan historis ketenagakerjaan yang terdiri dari jumlah Penduduk Usia Kerja, jumlah Angkatan Kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, jumlah Pekerja, jumlah Penganggur, Tingkat Pengangguran Terbuka, bersumber dari Badan Pusat Statitik, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).8

2. Data Produk Domestik Bruto diambil dari Badan Pusat Statistik, Statistik Pendapatan Nasional.

3. Data jumlah Pekerja Migran Indonesia di luar negeri diambil dari Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), berbagai edisi.

F Pengertian

Berikut ini adalah konsep dan definisi terkait data dan informasi ketenagakerjaan yang digunakan.

(1) Penduduk Usia Kerja

Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas

8 Data Sakerna berdasarkan survey bulan Agustus.

80 90 100 110 120 130 140 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 2 0 2 1 2 0 2 2 2 0 2 3 2 0 2 4 Survei P1 P2

Pusrennaker

Barenbang

(22)

21 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

(2) Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

(3) Tingkat Partispiasi Angkatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.

(4) Pekerja

Pekerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau memiliki pekerjaan. (5) Bekerja

Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

(6) Pekerja Migran Indonesia (PMI)

PMI adalahsetiapwarga negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar wilayah Republik Indonesia.

(7) Penganggur terbuka

Penganggur terbuka adalah mereka yang,

 tak punya pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha;

 tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan; dan

 sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. (8) Setengah penganggur

Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.

(9) Lapangan usaha

Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari

pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja. Lapangan

Pusrennaker

(23)

22 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

pekerjaan pada publikasi ini didasarkan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009.

(10) Jenis pekerjaan/jabatan pekerjaan

Jenis / jabatan pekerjaan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. Jenis pekerjaan pada publikasi ini, didasarkan atas Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu kepada ISCO 88.

(11) Status kerjaan

Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan.

G Sistematika

Sesuai Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 309 tahun 2013, Rencana Tenaga Kerja Nasional 2020-2024 disusun dalam 7 (tujuh) bab yang terdiri dari pendahuluan, perkembangan sektor ketenagakerjaan, proyeksi pasokan tenaga kerja, proyeksi kebutuhan tenaga kerja, proyeksi pengangguran tenaga kerja, sasaran dan kebijakan pembangunan ketenagakerjaan, dan terakhir adalah bab penutup.

Uraian mengenai perkembangan sektor ketenagakerjaan mencakup perkembangan lingkungan strategis dan perkembangan indikator ketenagakerjaan. Proyeksi pasokan tenaga kerja mencakup proyeksi jumlah, komposisi dan sebaran penduduk usia kerja dan angkatan kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja sampai dengan 2024. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja mencakup perkiraan jumlah, komposisi dan sebaran penyerapan tenaga kerja. Proyeksi pengangguran tenaga kerja mencakup tingkat pengangguran terbuka menurut karakteristik penduduk dan provinsi dan komposisi pengangur menurut karakteristik penduduk dan sebarannya di tiap-tiap provinsi.

Pada bagian terakhir disajikan sasaran dan kebijakan pembangunan ketenagakerjaan yang mencakup tujuan pembangunan ketenagakerjaan, sasaran strategis dan sasaran kuantitatif pembangunan ketenagakerjaan serta kebijakan dan program yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.

~o0o~

Pusrennaker

(24)

23 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

BAB II

KONDISI KETENAGAKERJAAN

Sebagaimana dinyatakan oleh Undang-undang Ketenagakerjaan9, indikator utama

pembangunan ketenagakerjaan terdiri dari 8 (delapan) indikator yaitu, penduduk dan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja dan jaminan sosial tenaga kerja. Analisis perkembangan sektor ketenagakerjaan dalam rangka penyusunan rencana pembangunan ketenagakerjaan ke depan mencakup delapan indikator tersebut.

Berikut ini disajikan perkembangan indikator ketenagakerjaan terkait penduduk dan tenaga kerja, dan kesempatan kerja.10 Uraian pada bagian ini mencakup

perkembangan penduduk usia kerja (PUK), tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), angkatan kerja, penduduk yang bekerja, tingkat pengangguran dan jumlah dan komposisi penganggur. Terkait dengan jumlah penduduk yang bekerja, pada bagian ini juga disajikan uraian pengenai perkambangan produktivitas tenaga kerja, jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri dan pengiriman remitansi oleh PMI dari luar negeri.

A Perkembangan Lingkungan Strategis

Lingkungan strategis meliputi faktor internal dan eksternal yang saling terkait satu sama lain, yang mengakibatkan perubahan pada hampir semua aspek kehidupan termasuk sektor ketenagakerjaan. Uraian berikut meliputi beberapa di antaranya yang dipandang paling penting dalam mempengaruhi dunia ketenagakerjaan Indonesia di masa depan.

(1) Dinamika Kependudukan

Perubahan tingkat kelahiran dan kematian menyebabkan tingkat ketergantungan penduduk (ratio penduduk tidak produktif terhadap penduduk produktif) berubah. Tingkat ketergantungan diproyeksikan terus menurun dan diperkirakan akan mencapai tingkat terendah pada 2030. Momentum penurunan tingkat ketergantungan tersebut – biasa disebut “Bonus Demografi” – menciptakan

9 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 7 dan 8

10 Uraian perkembangan enam indikator lainnya (pelatihan dan kompetensi kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja dan jaminan sosial tenaga kerja) khususnya yang terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Ketenagakerjaan disajikan pada Bagian 4.

Pusrennaker

(25)

24 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

peluang bagi peningkatan investasi yang bersumber dari peningkatan tabungan masyarakat karena beban beban yang berkurang. Karenanya, Bonus Demografi sering diasosiasikan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduk.

Secara teoritis, tidak ada kebijakan spesifik yang diperlukan terkait periode Bonus Demografi tersebut. Artinya, ada atau tidak ada Bonus Demografi, investasi pada mutu modal manusia dan modal fisik tetap diperlukan. Namun demikian, peningkatan persentase penduduk usia kerja membuka peluang bagi percepatan pertumbuhan produksi.

Pada satu sisi, penurunan beban ketergantungan memungkinkan terjadinya peningkatan tingkat tabungan dan lebih banyak sumber daya yang dapat diinvestasikan pada bidang-bidang yang dapat mempercepat peningkatan produktivitas dan kesejahteraan penduduk. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan penduduk usia kerja yang terjadi selama periode Bonus Demografi –terlebih lagi bila disertai peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja -- perlu diimbangi dengan peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja. Untuk itu, diperlukan pertumbuhan investasi yang cepat pula.

Dampak Bonus Demografi teradap perekonomian nasional dan kesejahteraan penduduk tergantung pada kualitas penduduk dan kemampuan perekonomian dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Peningkatan pasokan tenaga kerja berkualitas akan meningkatkan kapasitas dan produktivitas perekonomian sehingga dapat tumbuh lebih cepat. Sebaliknya, peningkatan pasokan tenaga kerja kurang berkualitas –terlebih lagi jika peningkatan kapasitas modal fisik berlangsung lambat-- dapat menyebabkan penurunan produktivitas perekonomian. Bonus demografi memerlukan upaya lebih besar pada pembangunan kualitas tenaga kerja, penciptaan lapangan kerja dan penyediaan sarana dan prasarana ketenagakerjaan.

Pusrennaker

(26)

25 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Gambar 2.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur 2010-2035

Juta orang

Sumber : Badan Pusat Statistik

(2) Pertumbuhan dan perubahan struktur perekonomian

Struktur perekonomian nasional telah berubah dan perubahannya semakin nyata. Indonesia sudah lama bukan lagi sebagai negara agraris, namun belum kunjung sebagai negara industri. Peranan industri manufaktur dalam produk domestik bruto (PDB) sudah mengalami penurunan sebelum mencapai titik optimalnya sebagaimana dialami oleh kebanyakan negara yang dewasa ini telah menyandang status sebagai negara maju.

Berdasarkan peran sektor jasa dalam PDB, Indonesia telah menjelma menjadi perekonomian jasa sejak lebih dari sepuluh tahun lalu. Sejak 2002, peran sektor jasa sudah mencapai lebih dari 40 persen. Pada 2018 peranan sektor jasa suda mencapai di atas 45 persen. Bila digabungkan dengan sektor utiliti dan konstruksi, peran sektor non-traded,11 mencapai 57,5 persen (Gambar 2.2). Sebagai perbandingan,

China yang pendapatan per kapitanya jauh di atas Indonesia, peranan sektor jasanya masih lebih kecil dari Indonesia.

Perubahan struktur perekonomian ke arah sektor jasa-jasa juga tercermin pada struktur penyerapan tenaga kerja. Pekerja di sektor jasa-jasa sebesar 48 persen dari total pekerja pada 2018. Jika digabung dengan pekerja di sektor utiliti dan konstruksi, pekerja di sektor non traded mencapai 55 persen dari total pekerja.12

11 Sektor-sektor yang hasil produksinya tidak diperdagangkan, hanya diproduksi dan dikonsumsi di dalam negeri. 12 Perkembangan jumlah pekerja menurut lapangan pekerjaan diuraikan secara lebih terinci pada Bagian 3.

65 66 67 68 69 70 0 50 100 150 200 250 300 350 2010 2015 2020 2025 2030 2035 0 - 14 15 - 64 65 + % 15-64

Pusrennaker

Barenbang

(27)

26 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Peran besar sektor jasa dalam perekonomian nasional juga tercermin di pasar modal. Nilai kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia pada akhir 2018 telah didominasi oleh perusahaan-perusahaan di sektor jasa, yaitu sebesar 57 persen. Sektor penghasil barang yang meredup amat kentara dalam perolehan kredit perbankan konvensional kepada pihak ketiga yang hanya 27 persen pada akhir tahun 2018.

Gambar 2.2. Persentase PDB menurut sektor utama 2000-2018

Persen

Sumber : Bank Indonesia, SDDS, diolah

Catatan : Berdasarkan PDB harga berlaku: tahun dasar 2000 untuk data seri 2000-2009; tahun dasar 2010 untuk seri data 2010-2018.

Sektor primer mencakup sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Utiliti dan konstruksi mencakup sektor listrik, gas dan air minum dan sektor konstruksi (seri data tahun dasar 2000); sektor listrik dan gas, sektor listrik pengadaan air dan pengolahan limbah dan sektor konstruksi (seri data tahun dasar 2010).

(3) Globalisasi proses produksi

Perkembangan teknologi, liberalisasi perdagangan, dan penurunan biaya transportasi dan komunikasi yang terjadi selama tiga dekade terakhir telah mengubah lanskap perdagangan global. Proses produksi suatu barang semakin terfragmentasi: dipecah ke dalam banyak tahap atau komponen yang dilakukan terpisah di berbagai negara. Globalisasi proses produksi mengakibatkan perdagangan barang setengah jadi tumbuh lebih cepat dari perdagangan produk final (end products).

Globalisasi memberi kesempatan bagi tiap negara melakukan spesialisasi, mengeksploitasi keunggulan komparatif dan skala ekonomis yang dimilikinya. Keterlibatan dalam rantai pasok global (global value chain – GVC) dapat mendorong suatu negara tumbuh lebih tinggi dan keluar dari “perangkap pendapatan menengah” (middle income trap). Negara–negara di Asia terutama China, dan beberapa negara di kawasan ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, telah terlibat secara intensif dalam proses tersebut.

Primer Industri pengolahan

Utiliti & konstruksi Jasa-jasa 0 10 20 30 40 50 2000 2005 2010 2015

Pusrennaker

Barenbang

(28)

27 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Keterlibatan dalam GVC menjadikan suatu negara terlibat lebih intensif dalam perdagangan dunia. Negara-negara tersebut memiliki ratio perdagangan (ratio ekspor dan impor terhadap PDB) lebih tinggi. Kondisi yang sama juga terjadi pada negara-negara yang memiiki keunggulan komparatif dalam produksi produk primer (hasil tambang dan produk pertanian) dan produk – produk padat tenaga kerja seperti Indonesia.

Namun demikian, globalisasi menciptakan tantangan dalam bentuk peningkatan tingkat persaingan di pasar global. Produktivitas industri menjadi kunci untuk memenangkan persaingan global. Keunggulan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting bagi peningkatan produktivitas. Dua faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Peningkatan teknologi memerlukan SDMberkualitas tinggi untuk mengoperasikannya. Pada saat yang sama, SDM berkualitas dapat mendorong terjadinya inovasi proses produksi dan penciptaan produk-produk baru. Karenanya, SDM berkualitas merupakan faktor kunci bagi keberhasilan suatu negara dalam menghadapi era globalisasi.

(4) Perkembangan Teknologi

i. Peningkatan teknologi produksi

Bersamaan dengan datangnya era globalisasi, terjadi pula perkembangan penting pada sisi teknologi produksi.13Proses produksi sedang mengalami perubahan besar

–biasa disebut sebagai Revolusi Industri IV atau Industry 4.0-- yang ditandai oleh lima kecenderungan yaitu,

(1) penggunaan teknologi virtual pada simulasi design process dan assembly line; dankomunikasi antara orang-orang yang berada pada lokasi yang berbeda atau berjauhan;

(2) penggunaan 3-D printing dalam proses design dan produksi suatu barang;

(3) proses produksi semakin otomatis dikendalikan oleh komputer (automation);

(4) komunikasi dan pengolahan data berbasis internet (internet of things) dengan

cloud computing dan teknologi smart sensors;

(5) proses produksi semakin banyak menggunakan robot (robotics).

Lima kecenderungan di atas mendorong peningkatan produktifitas karena proses produksidapat dilakukan lebih cepat, akurat dan murah. Namun demikian, otomatisasi proses produksi, penggunaan robot, dan teknologi canggih lainnya

13 Menurut professor Klaus Schwab, dalam bukunya yang berjudul The Fourth Industrial Revolution, saat ini kita sedang memasuk Revolusi Industri ke-4. Revolusi Industri yang sedang kita hadapi saat ini atau biasa disebut Industri 4.0, mencakup penggunaan teknologi yang menggabungkan dunia fisik, digital dan biologis; dan berpengaruh pada semua aspek kehidupan dan peran manusia.

Pusrennaker

(29)

28 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

akan menggantikan beberapa aktivitas kerja yang saat ini dilakukan manusia. Berdasarkan kajian McKinsey (2017), walaupun hanya sebagian kecil – kurang dari 5% -- pekerjaan yang dapat sepenuhnya dilakukan secara otomatis (dilakukan oleh mesin atau robot), tetapi secara teoritis, sekitar separuh kegiatan yang dilakukan oleh pekerja dapat diotomatisasi menggunakan teknologi yang ada saat ini. Kebutuhan pekerja instalasi dan reparasi mesin dan peralatan, operator mesin dan mekanik diperkirakan akan berkurang. Otomatisasi proses produksi diperkirakan akan banyak mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk bidang-bidang pekerjaan yang bersifat fisik dan terduga (predictable physical work) tersebut. Sebaliknya, pekerja profesional di bidang teknologi seperti computer engineers dan computer specialists diperkirakan akan semakin dibutuhkan.

Disrupsi bukan fenomena baru dan robot telah merebut pekerjaan manusia sejak setengah abad lalu. Sehingga tidak perlu kekhawatiran berlebihan dalam menghadapi era disrupsi dan Revolusi Industri IV. Dunia tidak pernah sepi dari perubahan. Teknologi bukan merupakan musuh manusia, justru sebaliknya menjadi motor untuk memajukan peradaban.

Dalam proses perubahan selalu ada pihak yang diuntungkan (winners) dan ada yang dirugikan (losers). Secara umum dampak netonya hampir selalu positif. Negara berperan sentral untuk menjaga harmoni, meredistribusikan sebagian dari masalahat yang dinikmati oleh winners kepada losers dengan berbagai perangkat kebijakan. Negara berkewajiban memperkokoh jaring pengaman sosial dan menjinakkan volatilitas perekonomian akibat dari pergerakan barang dan jasa, manusia, serta modal yang kian tidak mengenal batas-batas fisik negara.

Berbeda dengan Revolusi Industri I sampai III yang lebih berdampak bagi kemajuan korporasi, Revolusi Industri IV membuka peluang untuk dinikmati pula oleh masyarakat luas. Konsumen bisa sekaligus sebagai produsen, matarantai pasokan kian pendek, dan masyarakat memiliki pilihan yang nyaris tak terbatas. Demikian pula produsen kecil sekalipun bisa merambah ke seantero penjuru dunia. Lagi-lagi, tugas negara sangat penting dalam menyediakan infrastruktur untuk mendukung seluruh stakeholders agar bisa meraih kesempatan yang semakin terbuka.

Kita hidup di lingkungan baru yang bertaburan dengan unknowns di era VUCA. Menatap masa depan tidak lagi cukup dengan mengandalkan data masa lalu. Kita harus membangun kapasitas dan kapabilitas untuk menyibakkan “misteri” masa depan dan “bantalan” agar tidak rentan terhadap goncangan internal maupun eksternal.

ii. Perkembangan ekonomi digital

Pusrennaker

(30)

29 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Penggunaan jaringan internet telah mengubah cara orang bertranksaksi – penjualan online dan penggunaan platform digital untuk memfasilitasi sharing

economy (terutama ride sharing) berkembang pesat. Perkembangan ekonomi

digital mendorong perubahan permintaan tenaga kerja dari bidang atau kegiatan konvensional ke kegiatan usaha berbasis digital. Pekerja di toko fisik, misalnya, semakin berkurang dan digantikan oleh pekerja pada online shop. Peningkatan ekonomi digital menyebabkan pula perubahan kebutuhan kompetensi dan meningkatkan permintaan terhadap kompetensi tertentu.

Pergeseran kebutuhan tenaga kerja dari sektor / kegiatan ekonomi konvensional dapat menyebabkan miss match di pasar kerja dan berpotensi menciptakan pengangguran struktural. Sebagai contoh, penggunaan platform digital pada ride

sharing selain membuka lapangan kerja baru, dapat pula menciptakan

pengangguran bagi pekerja transportasi umum konvensional. Pertumbuhan pasar e-commerce dapat menghambat pertumbuhan sektor perdagangan yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja.Pertumbuhan ekonomi digital perlu di antisipasi dengan penyiapan tenaga kompeten di bidang IT dan diseminasi informasi pasar kerja bagi pekerja pada kegiatan ekonomi konvensional yang “tergusur” oleh perkembangan tersebut.

(5) Kesepakatan ASEAN di sektor jasa

Kesepakatan kerjasama negara-negara ASEAN di bidang jasa mencakup Mutual

Recognition Arrangements in Services – pengakuan bersama atas pengaturan di

sektor jasa. MRA di sektor jasa dimaksudkan untuk memfasilitasi perdagangan jasa di antara negara-negara ASEAN, termasuk mobilitas tenaga kerja profesional antar negara ASEAN. Sejauh ini telah disepakati MRA untuk bidang-bidang pekerjaan

Engineering Services, Nursing Services, Architectural Services, Surveying Qualifications, Medical Practitioners, Dental Practitioners, Accountancy Services, dan Tourism Professionals.

MRA memfasilitasi mobilitas tenaga kerja profesional antar negara ASEAN sehingga pasar bagi tenaga kerja profesional semakin luas. Sebaliknya, skills gap dan talent shortage pada suatu bidang pekerjaan di negara tertentu dapat dipenuhi oleh tenaga kerja dari negara ASEAN lain.

Pada satu sisi, kebebasan mobilitas tenaga kerja dapat dimanfaatkan bagi penyaluran kelebihan pasokan tenaga kerja di dalam negeri. Di sisi lain, kualitas dan kompetensi tenaga kerja nasional perlu ditingkatkan agar dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara-negara ASEAN lainnya.

B Penduduk usia kerja

Pusrennaker

(31)

30 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Sesuai dengan proyeksi penduduk oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk diperkirakan terus bertambah dengan laju pertumbuhan semakin berkurang. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, jumlah penduduk usia kerja14juga

terus bertambah, bahkan dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan jumlah penduduk.

(1) Perkembangan jumlah penduduk usia kerja

Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik,15 jumlah penduduk Indonesia pada

2018 diperkirakan berjumlah 265,0 juta orang, 194,5 juta orang (73,4 persen) di antaranya termasuk penduduk usia kerja (berusia 15 tahun ke atas). Selama periode 2014-2018, jumlah penduduk tumbuh rata-rata 1,3 persen per tahun (bertambah 3,2 juta orang per tahun) sedangkan penduduk usia kerja tumbuh 1,6 persen per tahun (bertambah 3,0 juta orang setahun).

Sejalan dengan penurunan pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk usia kerja juga mengalami penurunan. Sumber pasokan tenaga kerja menurun sejalan dengan penurunan besaran kenaikan jumlah penduduk usia kerja. Penurunan pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus berlanjut di masa depan.

Laju pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan total penduduk menyebabkan persentase penduduk usia kerja terhadap total penduduk mengalami peningkatan. Selama 2014-2018, persentase penduduk usia kerja terhadap total penduduk meningkat 1,2 poin. Peningkatan persentase penduduk usia kerja mencerminkan penurunan tingkat ketergantungan16. Pada

periode yang sama ratio ketergantungan menurun 2,4 poin.

Tabel 2.1. Jumlah penduduk dan penduduk usia kerja 2010-18 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Jumlah, Juta

Penduduk 238,5 242,0 245,4 248,8 252,2 255,5 258,7 261,9 265,0

Penduduk usia kerja 170,4 173,4 176,5 179,6 182,6 185,6 188,6 191,6 194,5

Pertumbuhan, %

14 Di Indonesia, penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun ke atas. 15 Bappenas, BPS, UNFPA (2013), Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035.

16 Ratio antara penduduk tidak produktif (bukan penduduk usia kerja) dengan penduduk produktif (penduduk usia kerja)

Pusrennaker

(32)

31 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Penduduk 1,5 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2

Penduduk usia kerja 1,8 1,8 1,7 1,7 1,6 1,6 1,6 1,5

Ratio PUK/penduduk,

% 71,4 71,7 71,9 72,2 72,4 72,7 72,9 73,2 73,4 Tingkat

ketergantungan,% 40,0 39,5 39,0 38,6 38,1 37,6 37,2 36,7 36,2

Sumber : Bappenas-BPS-UNFPA (2013), diolah

Catatan : (1) Tingkat ketergantungan = ratio antara penduduk bukan usia kerja terhadap penduduk usia kerja.

(2) Jumlah penduduk dan penduduk usia kerja pada tabel ini berbeda dengan jumlah penduduk dan penduduk usia kerja yang disajikan pada Tabel 3.1. Hal ini disebabkan karena perbedaan titik waktu estimasi. Data pada tabel ini berdasarkan proyeksi penduduk (Bappenas-BPS-UNFPA 2013) yang mengacu pada keadaan pada pertengan tahun, sementara data sakernas yang disajikan pada Tabel 3.1 mengacu kepada keadaan pada pada saat survei (bulan Agustus).

(2) Komposisi dan persebaran penduduk usia kerja

Selama 2014-2018, komposisi umur penduduk usia kerja mengalami perubahan sebagai berikut. Persentase PUK berumur 15-34 turun walaupun jumlahnya bertambah. Penurunan persentase PUK kelompok umur tersebut terutama disebabkan karena penurunan jumlah absolut penduduk usia kerja kelompok umur 15-19 dan umur 30-34. Persentase PUK kelompok umur 35 tahun ke atas meningkat kecuali kelompok umur 40-44 yang persentasenya sedikit menurun tetapi jumlah absolutnya meningkat. Peningkatan jumlah dan persentase penduduk usia kerja terbesar terjadi pada kelompok umur 60 tahun ke atas: persentase naik 1,5 poin; jumlah absulutnya naik rata-rata hampir satu juta orang per tahun.17

Komposisi PUK menurut pendidikan mengalami perubahan cukup penting: persentase penduduk usia kerja berpendidikan rendah (lulus SLTP atau lebih rendah) menurun sementara persentase penduduk berpendidikan SLTA ke atas meningkat. Penurunan persentase penduduk berpendidikan rendah terutama karena penurunan jumlah dan persentase penduduk berpendidikan tamat Sekolah Dasar atau lebih rendah. Jumlah absolut penduduk berpendidikan tamat SLTP masih bertambah walaupun persentasenya berkurang.

Jumlah penduduk berpendidikan SLTA bertambah sekitar dua juta orang per tahun yang terbagi hampir seimbang antara sekolah menengah umum dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Persentase penduduk berpendidikan SMU dan SMK masing-masing meningkat dari 16,6 dan 8,4 persen pada 2014 menjadi 18,3 dan 10,4 persen pada 2018. Peningkatan besar jumlah penduduk juga terjadi pada kelompok pendidikan universitas: bertambah satu juta orang per tahun, persentasenya naik dari 5,4 persen (2014) menjadi 7,6 persen (2018).

17 Jumlah penduduk usia kerja menurut jenis kelamin, kelompok umur, kelompok pendidikan dan menurut provinsi dan wilayah pulau / kepulauan disajikan pada Lampiran 1.

Pusrennaker

(33)

32 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Tabel 2.2. Komposisi penduduk usia kerja 2014-18 Persen 2014 2015 2016 2017 2018 Laki-laki 49,9 49,9 49,9 49,9 49,9 Perempuan 50,1 50,1 50,1 50,1 50,1 15-19 13,5 11,9 11,7 12,5 11,4 20-24 10,3 11,5 11,4 10,1 11,2 25-29 10,3 11,2 11,1 9,9 10,8 30-34 12,3 11,0 10,8 10,8 10,5 35-39 10,2 10,7 10,6 11,8 10,4 40-44 10,4 9,9 9,9 9,5 9,8 45-49 8,4 8,8 8,8 9,0 8,9 50-54 7,5 7,4 7,5 7,7 7,7 55-59 5,5 5,9 6,1 6,4 6,4 60+ 11,6 11,7 12,1 12,5 12,8 Maksimum SD 45,3 43,0 41,3 40,8 39,4 SLTP 22,2 22,0 22,4 22,2 21,9 SMU 16,6 17,8 17,6 17,8 18,3 SMK 8,4 8,7 9,3 9,6 10,4 Akademi/Diploma 2,2 2,3 2,4 2,4 2,5 Universitas 5,4 6,2 6,9 7,1 7,6 Sumatera 20,8 20,8 20,8 20,9 21,0 Jawa 58,5 58,4 58,2 58,1 58,0 Nusa Tenggara 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 Kalimantan 5,8 5,9 5,9 6,0 6,0 Sulawesi 7,1 7,1 7,1 7,1 7,2

Maluku dan Papua 2,5 2,5 2,5 2,6 2,6

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, Sakernas berbagai edisi

Catatan : Berdasarkan Sakernas Bulan Agustus masing-masing tahun

Persebaran penduduk usia kerja menurut wilayah mengalami sedikit perubahan: persentase penduduk usia kerja di Jawa menurun, sementara di wilayah lainnya sedikit meningkat, kecuali wilayah Nusa Tenggara yang persentasenya tidak berubah. Walaupun persentase penduduk usia kerja di Jawa menurun, karena jumlah penduduknya yang besar, wilayah Jawa tetap merupakan penyumbang utama peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Antara 2014-2018, jumlah penduduk usia kerja di Jawa pertambah rata-rata satu juta orang per tahun yang mencakup lebih dari separuh peningkatan jumlah penduduk usia kerja (2,36 juta orang per tahun).

C Angkatan kerja

Jumlah angkatan kerja tergantung pada jumlah penduduk usia kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).

(1) Tingkat Partisipai Angkatan Kerja

Pusrennaker

(34)

33 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Perkembangan TPAK sejak 2000 menunjukkan kecenderungan menurun (Gambar 2.3). Selama periode tersebut titik terendah TPAK terjadi pada 2015 (65,8 persen). Setelah mencapai tingkat terendah tersebut, TPAK kembali meningkat pada tiga tahun terakhir (2016-2018) hingga mencapai 67,3 persen pada 2018. Secara umum, selama periode 2014-2018, TPAK mengalami peningkatan sekitar 0,5 poin dari 66,8 persen (2013) menjadi 67,3 persen (2018).

Gambar 2.3. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 2000-18

Persen

Sumber : Badan Pusat Statistik, Sakernas berbagai edisi

Catatan : Berdasarkan Sakernas Bulan Agustus masing-masing tahun

Perkembangan TPAK menurut karakterik penduduk dan wilayah selama periode 2014-2018 menunjukkan kecenderungan sebagai berikut. Pertama, peningkatan TPAK penduduk disebabkan karena peningkatan TPAK penduduk perempuan, sedangkan TPAK laki-laki relatif tidak berubah. Kedua, TPAK penduduk muda – terutama penduduk kelompok umur 15-19 tahun-- cenderung turun, sebaliknya TPAK penduduk senior –terutama penduduk berumur 60 tahun ke atas-- meningkat. Peningkatan partisipasi sekolah nampaknya telah menyebabkan penurunan TPAK penduduk muda.

Ketiga, perubahan TPAK menurut tingkat pendidikan menunjukkan kondisi anomali(perkembangan yang tidak biasa), dimana TPAK penduduk berpendidikan tinggi, terutama lulusan universitas, menurun, sementara TPAK penduduk berpendidikan lebih rendah meningkat. Penurunan TPAK pada penduduk berpendidikan tinggi perlu mendapatkan perhatian seksama agar peningkatan mutu SDM penduduk bermanfaat optimal.

67,8 68,6 66,2 67,7 66,8 67,8 65,8 67,3 65 66 67 68 69 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pusrennaker

Barenbang

(35)

34 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

Keempat, TPAK penduduk di Jawa menurun sementara TPAK di wilayah lain meningkat dengan peningkatan tertinggi di wilayah Sulawesi. Penurunan TPAK di Jawa mengindikasikan pasar kerja di Jawa semakin kompetitif bagi tenaga kerja sehingga semakin banyak tenaga kerja yang keluar dari pasar kerja.

Tabel 2.3. TPAK 2014-18 Persen 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Laki-laki 82,0 83,1 82,7 82,0 82,5 82,7 Perempuan 49,4 50,2 48,9 50,8 50,9 51,9 15-19 33,4 30,1 27,4 28,1 29,5 27,9 20-24 67,7 67,4 66,5 68,2 68,3 67,1 25-29 75,0 74,3 73,3 74,2 73,5 75,2 30-34 75,4 75,9 74,6 75,1 75,4 76,1 35-39 77,2 77,7 76,5 77,0 78,1 78,2 40-44 80,1 80,2 79,2 79,0 80,0 80,4 45-49 80,8 80,8 79,0 78,1 80,2 81,0 50-54 79,3 79,5 77,2 77,1 78,4 78,5 55-59 71,3 73,2 72,3 73,5 72,9 72,9 60+ 46,6 47,8 46,8 48,1 48,7 50,1 Maksimum SD 66,9 67,1 65,2 65,8 66,8 67,4 SLTP 55,6 54,0 54,0 53,6 53,8 55,3 SMU 68,0 67,5 66,9 67,2 67,4 68,1 SMK 76,8 77,4 76,4 77,5 76,8 76,1 Akademi/Diploma 79,5 79,5 77,6 79,2 76,6 76,0 Universitas 89,0 89,5 88,7 88,8 87,2 83,7 Sumatera 66,0 66,2 66,1 67,7 67,3 68,5 Jawa 67,1 66,5 65,0 64,7 66,2 66,4 Nusa Tenggara 69,4 70,0 70,3 72,6 70,8 70,9 Kalimantan 67,7 68,0 68,0 69,6 67,7 68,4 Sulawesi 62,2 63,7 63,7 66,9 63,5 65,5 Maluku dan Papua 70,3 70,6 72,4 71,2 69,5 71,4 Jumlah 66,8 66,6 65,8 66,3 66,7 67,3

Sumber : Badan Pusat Statistik, Sakernas berbagai edisi

Catatan : Berdasarkan Sakernas Bulan Agustus masing-masing tahun

(2) Jumlah dan komposisi angkatan kerja

Angkatan kerja pada 2018 diperkirakan berjumlah 131 juta orang. Selama 2014-2018 jumlah angkatan kerja naik 10,8 juta orang dengan rata-rata 2,2 juta orang setahun (Gambar 2.4). Peningkatan jumlah angkatan kerja selama 2014-2018 sangat bervariasi disebabkan oleh variasi TPAK. Penurunan TPAK dari 66,6 persen pada 2014 menjadi 65,8 persen pada 2015 menyebabkan jumlah angkatan kerja pada 2015 hanya bertambah 500 ribu orang. Sebaliknya, peningkatan TPAK menjadi 66,6 pada 2016 menyebabkan jumlah angkatan kerja bertambah 3 juta orang pada 2016. Mengingat perubahan jumlah penduduk usia relatif stabil, perubahan jumlah anngkatan kerja lebih banyak ditentukan oleh perubahan TPAK. Upaya pengendalian pasokan tenaga kerja baik pasokan tenaga kerja total maupun

Pusrennaker

(36)

35 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

pasokan tenaga kerja kelompok penduduk tertentu dapat dilakukan dengan kebijakan dan program yang dapat mempengaruhi TPAK kelompok penduduk tertentu.

Gambar 2.4. Peningkatan jumlah Angkatan Kerja 2014-18

Juta orang

Sumber : Badan Pusat Statistik

Cacatan : Berdasarkan Sakernas bulan Agustus. Area berwarna biru menunjukkan jumlah AngkatanKerja pada tahun yang bersangkutan

Perubahan komposisi angkatan kerja selama periode 2014-2018 menunjukkan perkembangan sebagai berikut. Pertama, angkatan kerja perempuan makin dominan dimana persentase angkatan kerja perempuan naik lebih dari satu poin. Kedua, walaupun angkatan kerja berpendidikan berpendidikan rendah tetap dominan rata-rata pendidikan angkatan kerja relatif semakin membaik tercermin pada penurunan persentase angkatan kerja berpendidikan rendah (tamat sekolah dasar atau lebih rendah) dan peningkatan persentase angkatan kerja berpendidikan sekolah menengah atas dan pendidikan tinggi. Ketiga, angkatan kerja semakin didominasi oleh penduduk senior usia 40 tahun ke atas: jumlah absolut angkatan kerja usia 15-19 berkurang; jumlah angkatan kerja usia 20-24 bertambah tetapi persentasenya relatif tidak berubah; jumlah dan persentase angkatan kerja usia 40 tahun ke atas meningkat pesat.

Persebaran angkatan kerja menurut wilayah mengalami sedikit perubahan: persentase angkatan kerja di Jawa menurun, sebaliknya persentase di wilayah lainnya meningkat. Penurunan persentase angkatan kerja di Jawa terjadi karena penurunan TPAK dan persentase penduduk usia kerja di wilayah tersebut. Namun demikian, karena jumlah absolutnya yang besar, wilayah Jawa tetap menjadi

131,01 120,17 1,70 0,51 3,06 2,62 2,94 110 115 120 125 130 135 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 8

Pusrennaker

Barenbang

(37)

36 Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan

sumber peningkatan angkatan kerja nasional. Sekitar 40 persen peningkatan angkatan kerja selama periode 2014-2018 terjadi di Jawa.

Tabel 2.4. Komposisi Angkatan Kerja 2014-18 Persen 2014 2015 2016 2017 2018 Laki-laki 62,2 62,8 61,7 61,8 61,4 Perempuan 37,8 37,2 38,3 38,2 38,6 Kelompok Umur 15-19 6,1 5,0 5,0 5,5 4,7 20-24 10,4 11,7 11,7 10,3 11,2 25-29 11,5 12,5 12,4 10,9 12,1 30-34 14,0 12,5 12,3 12,2 11,9 35-39 11,9 12,4 12,2 13,8 12,1 40-44 12,5 11,9 11,7 11,4 11,8 45-49 10,2 10,5 10,4 10,8 10,8 50-54 9,0 8,7 8,8 9,0 9,0 55-59 6,1 6,5 6,8 7,0 6,9 60+ 8,3 8,4 8,7 9,1 9,5 pendidikan Maksimum SD 45,7 42,7 41,0 40,9 39,5 SLTP 18,0 18,0 18,1 18,0 18,0 SMU 16,9 18,1 17,8 18,0 18,5 SMK 9,7 10,1 10,9 11,1 11,8 Akademi/Diploma 2,6 2,7 2,9 2,8 2,8 Universitas 7,2 8,3 9,3 9,3 9,5 Wilayah Sumatera 20,6 20,9 21,3 21,1 21,4 Jawa 58,4 57,7 56,8 57,7 57,3 Nusa Tenggara 5,6 5,7 5,8 5,6 5,5 Kalimantan 6,0 6,1 6,2 6,0 6,1 Sulawesi 6,8 6,9 7,2 6,8 7,0

Maluku dan Papua 2,6 2,8 2,7 2,7 2,7

Jumlah 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, Sakernas berbagai edisi, diolah Catatan : Berdasarkan Sakernas Bulan Agustus masing-masing tahun

D Perkembangan jumlah pekerja

Mengingat tujuan utama pembangunan ketenagakerjaan adalah memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kualitas penyerapan tenaga kerja, perkembangan jumlah dan komposisi pekerja merupakan indikator penting bagi perencanaan pembangunan ketenagakerjaan ke depan. Berikut ini disajikan perkembangan jumlah penduduk yang bekerja sampai dengan 2018. Uraian mencakup pekermbangan jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di luar negeri dan remitansi yang dikirim oleh PMI dari luar negeri.

(1) Korelasi antara jumlah pekerja dengan pertumbuhan ekonomi

Pusrennaker

Gambar

Tabel 1.1. Koefisien regresi Model TPAK
Tabel 1.4. Koefisien regresi Model Kebutuhan Tenaga Kerja   Model  F   Signi-ficance  p-Value Y  y  w  P  i    L 1  0.0000  0.0000  0.7243    0.4038    L 2  0.0000  0.0005  0.1095  0.7508  0.2978
Gambar 2.1.  Jumlah penduduk menurut kelompok umur 2010-2035
Tabel 2.2.  Komposisi penduduk usia kerja 2014-18
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat lagi, metafora hässlich wie die Nacht memang mengandung kriteria dari kedua jenis metafora tersebut, yaitu terdapat kata wie yang merupakan ciri

Selain adanya perbedaan fungsional pada berbagai aspek memory, adalagi faktor kualitatif pada proses belajar pada manusia yang mempengaruhi apakah informasi tersebut disimpan

Seharusnya seiring pertumbuhan PDRB sektor industri manufaktur dengan rata-rata diatas 13 persen dan kontribusi terhadap PDRB total di atas 60 persen per

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020 (Berita Negara

Merujuk pada hasil analisis di tabel 4, dapat dilihat bahwa pengaruh perbedaan antara tinggi profil muka air terukur dengan tinggi muka air teroritis pada bagian

kondisi sekolah, cara mengajar guru, dan metode pembelajaran yang digunakan. Observasi pembelajaran di kelas dilaksanakan oleh mahasiswa sesuai dengan jam.. mengajar guru

melaksanakan fungsi penunjang mengkoordinasikan penyelenggaraan pemerintahan. Kapanewon Pandak dipimpin oleh Panewu yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab

Analisis data penelitian dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat hasil pengukuran beberapa parameter perairan dan melihat hasil uji sampel logam berat pada