• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.4 Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya (Weston dan Copeland, 1992). Kebijakan ini dipilih oleh manajemen apabila laba yang dihasilkan ternyata tidak cukup untuk membiayai ekspansi perusahaan. Sumber dana tersebut dapat diperoleh dari dalam perusahaan atau luar perusahaan. Sumber dana dari dalam perusahaan dapat berasal dari laba yang tidak dibagikan atau dari penerbitan saham baru. Sedangkan dari luar perusahaan biasanya dalam bentuk hutang.

Apabila perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan tersebut dihadapkan pada dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh

membayar hutang tersebut, maka ini biasanya memerlukan penyimpanan laba. Dengan demikian, pelunasan hutang perusahaan akan mempengaruhi kebijakan deviden perusahaan dari sisi likuiditas.

Penggunaan juga hutang akan mengurangkan aliran kas dalam perusahaan dan akan mengurangkan pemborosan yang dilakukan manajer (Jensen et al, 1992) dalam Erlina (2007). Akan tetapi pembiayaan melalui hutang akan menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan pemberi hutang. Pemberi hutang khawatir pemegang saham akan mencoba mengambil-alih kekayaan mereka dengan cara meningkatkan risiko mereka melalui pengurangan prioritas, yaitu manajemen akan mendahulukan kepentingan kreditur dari pada membagikan deviden kepada mereka.

Oleh karena itu Miller dan Modigliani (1969) tidak menyarankan perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Cruthley dan Hansen (1989) mengemukakan bahwa peningkatan rasio pembayaran deviden akan menguras cash flow perusahaan yang mengakibatkan mencari pendanaan dari luar perusahaan dalam hutang.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pembanding peneliti dalam melakukan penelitian.

Tabel 2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu No Nama Peneliti

dan Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Setianingsih (2003)

Pengaruh Laba dan Arus Kas Terhadap Kebijakan Deviden

2 Travlos et al (2001)

Shareholders wealth effects of devidend policy changes in an emerging stock market: the case in Cyprus

3 Anand (2004) Factors influencing devidend policy

3 Adelegan (2001) The impact of growth prospect, leverage, and firm size on devidend behaviour of corporate firms in Nigeria

EAT, economic policy changes, growth potentials, long term debt, and devidend polic. costs, and devidend policy

Instutional

ownership, agecy costs, and deviden policy

5 Mahadwartha (2002)

Interdependensi

antara kebijakan leverage dengan kebijakan deviden: kebijakan leverage dalam perspektif deviden tunai dengan likuiditas sebagai

opportunity set dan diperkuat oleh likuiditas

perusahaan.

7 Risanty (2004) Hubungan Investment Oppurtunity Set Lanjutan Tabel 2.1

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan judul penelitian dan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka kerangka konsep dari penelitan ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Mendapatkan laba merupakan salah satu tujuan dalam pendirian suatu entitas ekonomi. Bagi investor, deviden adalah bagian dari laba yang mereka harapkan atas kontribusi yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun, keinginan dari manajemen perusahaan sering tidak sejalan atas penggunaan laba yang diperoleh tersebut. Oleh

Laba (X1)

Arus Kas Bebas (X2)

Kebijakan Hutang (X3)

Kebijakan Deviden (Y)

karena itu diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan penggunaan atau alokasi laba tersebut yang dikenal dengan kebijakan deviden.

Kebijakan deviden harus memperhatikan besaran laba yang diperoleh dan ketersediaan arus kas bebas (likuiditas) perusahaan. Suatu perusahaan bisa saja memperoleh laba namun tertanam dalam piutang atau posisi kas yang tidak cukup untuk melakukan pembayaran deviden.

Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan posisi hutang jangka panjang dan jangka pendek yang akan jatuh tempo. Karena dalam perjanjian hutang (debt coveniance) hutang yang jatuh waktu harus segera dilunasi untuk menghindari penalty.

Hal ini tentu mempengaruhi kebijakan deviden yang akan diambil oleh perusahaan.

Manajemen harus menentukan skala prioritas apakah akan membayarkan deviden kepada pemegang saham untuk meningkatkan kepercayaan mereka atau membayarkan hutang yang telah jatuh waktu untuk menghindari denda beban bunga.

Pertimbangan lain dalam kebijakan deviden adalah bahwa pembagian deviden tentu akan mengurangi cadangan kas internal (internal financing) perusahaan yang tentu saja mengurangi kemampuan perusahaan dalam melakukan re-investasi atau melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan dana ini, perusahaan akan kembali mencari pendanaan eksternal dalam bentuk pinjaman. Disisi lain, besaran deviden yang diterima pemegang saham juga merupakan sebagai alat evaluasi kinerja perusahaan. Karena deviden merupakan motivasi pemegang saham sehingga mereka bersedia menginvestasikan uangnya dalam perusahaan.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang Penelitian, perumusan masalah, dan tinjauan pustaka, maka penulis membuat satu hipotesis penelitian yaitu:

Laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang mempunyai pengaruh terhadap kebijakan deviden pada perusahaan perbankan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain asosiatif, yaitu untuk menganalisa hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Dalam hal ini desain asosiatif yang digunakan adalah desain asosiatif kausal yaitu adanya hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Data yang digunakan untuk menganalisis hubungan tersebut adalah data timeseries yaitu menggunakan tahun data penelitian secara berurutan.

4.2. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Indonesian Stock Exchange). Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei 2009 sampai selesainya penulisan tesis ini.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia jenis perbankan yang mempublikasikan laporan

Kuncoro (2003), untuk studi korelasional dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada tidaknya hubungan. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil semua perusahaan keuangan jenis perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai anggota populasi terdiri dari 21 perusahaan perbankan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1. Tidak bangkrut dan di-delisting selama periode penelitian.

2. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama periode penelitian.

Berdasarkan kriteria dari 21 anggota populasi 20 anggota populasi memenuhi kriteria dan 1 anggota populasi dieliminasi karena di-delisting akibat mengalami kebangkrutan yaitu Bank Century. Total sampel adalah 20 x 6 = 120 unit analisis.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen-dokumen berupa laporan keuangan perusahaan perbankan yang diunduh dari : www.idx.com.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini adalah laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang. Laba yang digunakan adalah laba sebelum ekstraordinary item dan discounted operation. Alasan yang mendasari ini adalah untuk menghilangkan elemen yang mungkin meningkatkan perubahan laba yang tidak akan timbul pada periode lainnya (Zainuddin dan Hartono, 1994) dalam Bambang dan Warsidi (2000). Arus kas

bebas merupakan jumlah kas yang tersedia untuk aktivitas bisnis setelah penyisihan untuk pendanaan dan investasi. Kebijakan hutang merupakan rasio antara utang jangka panjang terhadap nilai buku aset. Hal ini dipilih karena kondisi di negara berkembang khususnya Indonesia sering menggantikan utang jangka pendek menjadi hutang jangka panjang dan roll over utang jangka pendek (Husnan, 2001; Pandey 2002) dalam Erlina (2007). Kebijakan dividen diwakili rasio dividen yang dibagikan terhadap laba setelah pajak seperti yang terdapat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Nama Variabel

Indikator Variabel

Defenisi Parameter Skala

ukuran

X1 = Total Pendapatan – Total Pengeluaran Rasio

Variabel

Jumlah kas yang tersedia untuk aktivitas bisnis setelah penyisihan untuk pendanaan dan investasi

X2 = arus kas operasi-deviden total aktiva

sumber dana dari luar perusahaan

X3 = hutang jangka panjang x 100%

nilai buku aset Rasio

Kebijakan laba yang didapat, apakah dibagikan

Y = deviden yang dibagi laba setelah pajak

Rasio

4.6. Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan studi empiris. Dalam menguji hipotesis yang telah dirumuskan yaitu untuk membuktikan secara empiris apakah kebijakan dividen dipengaruhi oleh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang. Pada dasarnya penelitian ini menguji hubungan linier antara variabel independen, sehingga model persamaannya adalah:

Y = α + β1x1 + β2X2 + β3X3 + ε Y = Kebijakan dividen

x1 = Laba Sebelum Ekstraordinary Item x2 = Arus Kas Bebas

x3 = Rasio Hutang terhadap Total Aset Ε = Margin Error

Untuk memperoleh hasil regresi yang baik diperlukan teknik dan analisis data sebelum melakukan uji Hipotesis, melalui uji asumsi klasik.

4.6.1. Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang digunakan akan menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif jika model regresi tersebut memenuhi asumsi dasar klasik regresi, jadi sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji Normalitas Data, uji Multikolonieritas uji Variabel dan uji Autokorelasi:

1. Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji data yang berdistribusi normal akan digunakan alat uji normalitas, yaitu one sample Kolmogorov-Sminov (Ghozali, 2007). Data dikatakan berdistribusi normal jika signifikan variabel dependen memiliki nilai signifikan lebih besar dari nilai signifikan yang telah ditetapkan. Uji normalitas dengan uji statistik Kolmogorov – Smirnov maksudnya ialah apabila probabilitas signifikansinya diatas 0.05 berarti variabel tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2007). Pada model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Satu data penelitian dikatakan bebas dari Multikolinieritas apabila nilai VIF-nya lebih dari 10 dan nilai toleransinya kurang dari 0,1

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada data yang menyimpang terlalu jauh (outlayer). Ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat dari nilai signifikansi masing masing variabel independen (Ghozali, 2007). Jika variabel independen signifikan secara statistic (lebih kecil alpha 10%) Tetapi nilai residual yang diperlakukan sebagai variabel dependen, maka variabel Independen tersebut menunjukkan adannya Variabel dan demikian pula sebaliknya.

4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali, 2007). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lain. Hal ini sering ditemukan pada time series. Pada data crossection masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model regresi yang terbebas dari permasalahan autokorelasi jika nilai Durbin-Watson (D-W) berada di antara -2 sampai +2.

4.6.2. Uji Hipotesis Penelitian

Dalam pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan uji Fisher (Uji F) untuk melihat secara simultan semua variabel independen terhadap variabel dependen dan uji t untuk melihat secara parsial semua variabel independen terhadap variabel dependen. Lebih rinci pengujian hipotesis ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Uji –t

Untuk menentukan tingkat signifikan secara parsial antara masing-masing variabel bebas dengan variabel tak bebas, maka hipotesis harus diuji dengan uji-t pada taraf signifikan sebesar α=5% secara dua arah (two tail). Untuk mencari nilai t hitung digunakan rumus sebagai berikut :

t = r n - 2

1 – r ² Dimana:

t = nilai t hitung

r = nilai koefisien korelasi r ² = nilai koefisien determinasi n = jumlah anggota sampel

Selanjutnya diambil suatu keputusan, diterima atau tidak dapat diterimanya hipotesis penelitian (Ha) yaitu dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai signifikan yang diperoleh dari hasil uji statistik dengan nilai signifikan yang ditentukan, dalam penelitian ini ditetapkan nilai signifikan α sebesar 0,05 atau 5 %. Jika t hitung > t tabel maka Ha tidak dapat diterima dan jika t hitung < t tabel maka Ha diterima.

b. Uji-F

Sehubungan dengan uji regresi linier berganda, uji hipotesis ditentukan dengan menggunakan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikansi pengaruh variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variabel dependen.

Adapun persamaannya sebagai berikut : Fh =

(1-R²) / (n-k-1) R² / k .

Dimana:

Fh = nilai F hitung

R² = nilai koefisien determinasi k = jumlah variabel bebas n = jumlah anggota sampel

Pengujian ini akan membandingkan nilai signifikan dari hasil pengujian data dengan membandingkan nilai signifikan yang telah ditetapkan α sebesar 0,05 (5%).

Jika nilai signifikan α > dari 0,05 maka Ha tidak dapat diterima dan jika α < dari 0,05 maka Ha diterima.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Data

Deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel yang meliputi nilai mean, standar deviasi, maksimum dan minimum dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Deskripsi Data Penelitian

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa variabel Kebijakan Deviden (DPR) terendah adalah sebesar -1,010 dan tertinggi sebesar 1,780, dimana terjadi penurunan rata-rata pembayaran deviden setiap tahunnya sebesar -0.363. Untuk variabel Laba, dimana angka terendah adalah sebesar -0.850 dan tertinggi sebesar 2.770 dimana terjadi kenaikan laba sebesar 0,083 setiap tahun. Untuk variabel Arus Kas Bebas (AKB) nilai terendah adalah -1,290 dan nilai tertinggi adalah 2,540 dan terjadi penurunan arus kas bebas sebesar -0.106 setiap tahun. Sedangkan untuk variabel kebijakan hutang (KEBHUT), nilai terendah adalah -1,350 dan nilai tertinggi adalah 2,650 dimana

Descriptive Statistics

79 -1.0100 1.7800 -.036329 .9564319

79 -.8500 2.7700 .083544 1.0635741

79 -1.2900 2.5400 -.106582 .6889343

79 -1.3500 2.6500 .039114 .9820089

79 DPR

LABA AKB KEBHUT Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik

Berikut ini penulis akan melakukan uji atas data yang penulis peroleh yang disebut dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.

5.2.1.1 Uji normalitas

Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan melihat grafik histogram. Uji normalitas dengan uji statistik Kolmogorov – Smirnov maksudnya ialah apabila probabilitas signifikansinya diatas 0.05 berarti variabel tersebut berdistribusi normal.

Hasil uji Kolmogorov – Smirnov dapat dilihat pada berikut ini :

Tabel 5.2. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Sebelum Data Outlier dikeluarkan)

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov – Smirnov sebelum data outlier dikeluarkan berdistribusi tidak normal, disebabkan probabilitas signifikansi sebesar 0.00, dimana jika probabilitas signifikansi lebih kecil dari α 0.05, hal itu berarti data tidak berdistribusi normal. Apabila variabel tidak berdistribusi normal, maka

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data.

b.

harus dilakukan transformasi data. Transformasi data dapat dilakukan dengan cara Logaritma Natural (Ln) maupun SQRT (akar kuadrat). Tetapi karena data penelitian mempunyai data yang bernilai negatif dan jika ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln) akan menjadi missing data, maka hal tersebut tidak dilakukan, dan tahap selanjutnya adalah mendeteksi adanya Outlier pada data yang ada. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yag terlihat sangat jauh berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim.

Adapun penyebab timbulnya data outlier adalah : (1) kesalahan dalam meng-entri data, (2) gagal menspesifikasi adanya missing value dalam program komputer, (3) outlier bukan merupakan anggota populasi yang kita ambil sebagai sampel, dan (4) outlier berasal dari populasi yang kita amabil sebagai sampel, tetapi distribusi dari variabel dalam populasi tersebut memiliki ekstrim dan tidak terdistribusi secara normal.

Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data kedalam skor standardized atau yang biasa disebut z-score, dan untuk sampel > 80 standar skor dinyatakan outlier jika data tersebut nilainya lebih besar dari 3 (Ghozali, 2007), Penelitian ini data awalnya adalah sebanyak 120 unit analisis tetapi setelah dijalankan dengan program SPSS ada 32 unit analisis data yang mempunyai nilai yang sangat ekstrim mungkin dikarenakan kesalahan dalam pengentrian data. Oleh karena itu harus dikeluarkan dari data penelitian karena akan mempengaruhi hasil penelitian. Setelah data outlier dikeluarkan dari observasi, maka data yang dianalisis lebih lanjut tinggal

Tabel 5.3. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Setelah Data Outlier dikeluarkan)

Dari tabel diatas, kita melihat bahwa variabel penelitian sudah berdistribusi normal, dengan probabilitas signifikansi sebesar 0.506 dimana probabilitas tersebut lebih besar dari α 0.05 yang artinya variabel penelitian telah berdistribusi normal.

5.2.1.2. Uji multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Toleran dan Varian Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel. Adapun hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5.4:

Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data.

b.

Coefficientsa

-.072 .096 -.754 .453

.400 .104 .444 3.854 .000 .742 1.348

.015 .139 .011 .109 .914 .990 1.010

.107 .112 .110 .959 .341 .748 1.337

(Constant)

t Sig. Tolerance VIF

Dependent Variable: DPR a.

Collinearity Statistics

Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk melihat pengaruh laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden memiliki permasalahan multikolinieritas, oleh karena nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. maka tidak terjadi multikolinieritas dan model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh laba, arus kas bebas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden.

5.2.1.3. Uji heteroskedastisitas

Suatu model regresi dapat dikatakan bebas dari permasalahan heteroskedasitas jika:

a. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.

b. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang, melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

c. Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

Gambar 5.1. Grafik Scatterplot

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

5.2.1.4. Uji autokorelasi

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Model regresi yang terbebas dari permasalahan otokorelasi jika nilai Durbin-Watson (D-W) berada di antara -2 sampai +2. Secara umum angka D-W yang dapat digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah:

a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi

3 2

1 0

-1 -2

Regression Studentized Residual

3

2

1

0

-1

Value

Dependent Variable: DPR Scatterplot

c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi positif Tabel 5.5. Uji Autokorelasi

Hasil uji autokorelasi pada model regresi menunjukkan bahwa nilai D-W adalah 1,690 . Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak terdapat permasalahan autokorelasi pada model regresi.

5.1.3. Analisis Persamaan Regresi

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3

Dari hasil pengolahan data dengan perangkat lunak SPSS diperoleh hasil pada Tabel 5.6 :

X3 + e

Tabel 5.6. Analisa Persamaan Regresi

Model Summaryb

.572a .327 .255 .1736991 1.690

Model 1

R R Square Adjusted

R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson Predictors: (Constant), Kebijakan Hutang, AKB, Laba

a.

Dependent Variable: DPR b.

Coefficientsa

-.072 .096 -.754 .453

.400 .104 .444 3.854 .000 .742 1.348

.015 .139 .011 .109 .914 .990 1.010

.107 .112 .110 .959 .341 .748 1.337

(Constant)

t Sig. Tolerance VIF

Dependent Variable: DPR a.

Collinearity Statistics

Dari Tabel 5.6 di atas maka persamaan regresi berganda dapat dituliskan sebagai berikut:

Kebijakan Deviden = -0,072 + 0.400 LABA + 0.015 AKB + 0.107 KEBIJAKAN HUTANG + e

Dari hasil persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden adalah adalah laba, dimana thitung sebesar 3,854 dengan tingkat signifikansi 0,000, dimana tingkat signifikansi tersebut jauh lebih kecil dari α 0.05. Laba memiliki koefisien sebesar 0,400 yang artinya secara parsial kenaikan laba akan meningkatkan probabilitas pembayaran deviden sebesar 0,400.

5.1.4. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk membuktikan hipotesis penelitian (Ha) secara simultan dan parsial maka digunakan alat uji sebagai berikut:

5.1.4.1. Uji simultan (uji F)

Pengujian simultan dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh laba, arus kas bebas (free cash flow), dan kebijakan hutang secara bersama-sama terhadap kebijakan deviden. Ringkasan hasil pengujian hipotesis secara simultan dapat dilihat pada Tabel 5.7 dan 5.8 berikut ini :

Tabel 5.7. Nilai Adjusted R Square

Model Summaryb

.572a .327 .255 .1736991 1.690

Model 1

R R Square Adjusted

R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson Predictors: (Constant), Kebijakan Hutang, AKB, Laba

a.

Dependent Variable: DPR b.

Tabel 5.8. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Dari Tabel 5.7 dapat dilihat angka Adj. R sebesar 0.255, yang berarti bahwa variabel laba, arus kas bebas, dan kebijakan hutang memiliki hubungan yang cukup kuat yaitu sekitar 57,2% dengan deviden pay out ratio (DPR). Sedangkan nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.572 mengandung arti bahwa variabel independen yang terdiri dari laba, arus kas bebas (free cash flow) dan kebijakan hutang hanya mampu menjelaskan variabel dependen yaitu kebijakan deviden sebesar 57,2%. Dengan kata lain sebesar 57,2 % kebijakan deviden mampu dijelaskan oleh variabel laba, arus kas bebas (free cash flow) dan kebijakan hutang.

Sedangkan sisanya sebesar 42,8 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model ini.

Dari Tabel 5.8, dapat dilihat dari tabel hasil uji hipotesis secara simultan (Uji F), didapat hasil Fhitung sebesar 4,53 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.01, jauh lebih kecil dari α 0.05, yang berarti bahwa secara simultan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh laba, arus kas bebas (free cash flow), dan kebijakan hutang terhadap

ANOVAb

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kebijakan Hutang, AKB, Laba a.

Dependent Variable: DPR b.

5.1.4.2. Uji parsial (uji t)

Pengujian secara parsial adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh laba, arus kas bebas (free cash flow), dan kebijakan hutang secara individual terhadap kebijakan deviden. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.9. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Hasil dari pengujian secara parsial terhadap variabel independen adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh laba terhadap kebijakan deviden

Dari Tabel 5.9 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.00, yang mana jauh lebih kecil dari α =0.05. Ini artinya secara parsial variabel laba berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi (X1) yaitu laba bertanda positif yaitu 0,400 yang artinya kenaikan laba sebesar 1% akan meningkatkan probabilitas pembayaran deviden sebesar 0.400%.

2. Pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan deviden

Dari Tabel 5.9 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.914, jauh lebih besar dari α

=0.05. Hal ini mengandung arti bahwa secara parsial variabel arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Dari persamaan regresi dapat dilihat

Coefficientsa

-.072 .096 -.754 .453

.400 .104 .444 3.854 .000 .742 1.348

.015 .139 .011 .109 .914 .990 1.010

.107 .112 .110 .959 .341 .748 1.337

(Constant)

t Sig. Tolerance VIF

Dependent Variable: DPR a.

Collinearity Statistics

bahwa koefisien varibel X2 yaitu Arus Kas Bebas memiliki tanda positif yaitu 0,015. Artinya setiap kenaikan variabel arus kas bebas sebesar 1% akan menaikkan probabilitas pembayaran deviden sebesar 0,015%.

3. Pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden

Dari Tabel 5.9 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.341, lebih besar dari α

Dari Tabel 5.9 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.341, lebih besar dari α

Dokumen terkait