• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Internasional

Dalam dokumen RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah 2010 2015 (Halaman 107-114)

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.2 EKUITAS DANA INVESTAS

A. Permasalahan Pembangunan Kalimantan Tengah

1. Kebijakan Internasional

Isu-isu strategis dari dunia internasional perlu mendapat perhatian adalah isu-isu yang memiliki kausalitas dan kemungkinan tinggi untuk berdampak bagi pengembangan dan pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Tengah dalam 5 (lima) tahun akan datang. Pengembangan visi dan misi yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam sasaran pokok, sekurang-kurangnya telah memperhatikan atau menjawab capaian-capaian dalam isu dimaksud. Salah satu isu strategis di tingkat internasional yang relevan bagi perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun mendatang bagi Provinsi Kalimantan Tengah, antara lain:

a. Meningkatnya kerjasama ekonomi yang ditandai dengan lahirnya Forum Kerjasama Regional dalam bidang ekonomi seperti APEC, EEC, ASEAN, AFTA, ACFA, G-8 dan lain sebagainya.

Berbagai kerjasama regional pada umumnya adalah untuk menghapuskan hambatan terhadap arus barang dan jasa antarnegara dalam bentuk penghapusan berbagai bea dan pajak dan ketentuan lain yang menghambat. Hal yang menjadi sentral adalah munculnya ancaman terhadap sektor-sektor industri atau perdagangan regional yang masih kalah kualitas dan efisien produksinya. Hampir dapat dipastikan akan berakibat matinya komoditas lokal dimaksud.

b. Penghormatan terhadap hak-hak individu terlalu ditonjolkan sehingga dapat mengorbankan hak-hak masyarakat secara keseluruhan

Merebaknya berbagai sarana yang memudahkan masyarakat mengakses internet dan sarana informasi lainnya menciptakan kebebasan individu yang perlu diwaspadai dapat menggerus hak dan kepatutan umum serta kearifan lokal yang makin terabaikan. Kebijakan publik perlu menyeimbangkan dua aspek tersebut dengan tetap menjaga keberpihakan pada pelestarian budaya lokal.

c. Adanya kesadaran masyarakat dunia untuk menjaga dan memelihara planet bumi karena ada indikasi telah terjadinya degradasi lingkungan yang mengglobal

Dengan luas wilayah lebih dari 2/3 daratan berupa hutan, maka kebijakan pembangunan harus lebih bijaksana (prudent) menyangkut penggunaan lahan hutan bagi pembangunan daerah karena akan berpotensi mendapat sorotan dunia internasional. Pengembangan aktivitas ekonomi harus selalu dalam konteks menjaga kelestarian alam dan khususnya vegetasi hutan dan ekosistem di dalamnya.

d. Komitmen MDG’s yang ditetapkan pada UN Summit tahun 1990 oleh PBB

Dengan telah diadopsinya komitmen MDG’s secara nasional maka tak ada pilihan lain bagi Provinsi Kalimantan Tengah kecuali turut mencermati indikator yang harus dicapai sampai akhir tahun 2015. Capaian-capaian penting itu menyangkut pemberantasan kemiskinan dan kelaparan ekstrem, peningkatan persamaan gender dan pemberdayaan kaum wanita, penurunan tingkat kematian anak, antisipasi terjadinya penyakit HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainya yang menjadi masalah internasional, dan memastikan keberlangsungan lingkungan (environmental sustainability) sesuai target yang harus dicapai.

2. Kebijakan Nasional (RPJMN)

Penentuan isu strategis di tingkat nasional diwarnai oleh kebijakan nasional dimaksudkan untuk sinkronisasi dan menjamin tujuan pembangunan nasional telah didukung dan dilaksanakan oleh daerah. sehingga penentuan arah kebijakan Provinsi Kalimantan Tengah sejalan dengan arah kebijakan yang dituju oleh nasional.

a. Isu demokratisasi yang cenderung melebihi porsinya, dimana

masyarakat menuntut peran yang lebih besar dalam berbagai aspek pembangunan;

Dengan struktur masyarakat yang masih belum terdidik secara merata, penerapan prinsip demokrasi di lapangan kerap tidak mengikuti pakem dan cenderung destruktif. Dengan ketimpangan sosial dan ekonomi yang belum terjawab sepenuhnya oleh keberhasilan pembangunan, memunculkan bahaya laten yang setiap waktu dapat dipicu baik oleh isu nasional maupun lokal.

b. Keterbatasan sumber daya energi listrik dalam mendukung

pengembangan ekonomi lokal

Keterbatasan pasokan dan jaringan pembangkit listrik di wilayah Kalimantan sudah sangat mendesak untuk ditingkatkan seiring dengan permasalahan kebutuhan listrik secara nasional. Permasalahan listrik bukan saja menyangkut kebutuhannya di masa datang untuk menggenjot aktivitas ekonomi daerah, bahkan untuk kebutuhan dalam skala normal saja hingga kini masih menjadi kendala bahkan masih sering terjadi pemadaman bergilir pada saat beban puncak. Arah pengembangan wilayah Kalimantan sebagai pusat pengembangan industri pengolahan berbasis sumber daya alam mutlak membutuhkan pasokan energi listrik yang andal dengan sistem jaringan yang terintegrasi untuk satu wilayah. Pengembangan ekonomi lokal dalam kegiatannya memerlukan pasokan energi listrik yang andal dalam proses

produksi, kedepan perlu diantisipasi dengan menaikkan rasio ketersediaan daya listrik di Provinsi Kalimantan Tengah.

c. Isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang ditandai dengan dibentuknya beberapa lembaga yang menangani HAM;

Perkembangan pengaturan hukum hak asasi manusia di dunia internasional memberikan dampak besar bagi Indonesia. Pemerintah dan masyarakat telah menyadari akan pentingnya masalah HAM dan ini terbukti dengan telah dibentuknya beberapa lembaga/institusi yang menangani HAM seperti Kementerian Hukum dan HAM, Mahkamah Konstitusi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Komisi Nasional Perempuan, Komisi Ombudsman Nasional, serta LSM yang peduli dan kegiatan utamanya di bidang HAM. Saat ini banyak permasalahan- permasalahan yang dialami oleh masyarakat diadukan ke Komnas HAM bukan kepada aparat penegak hukum. Ini menandakan bahwa terjadi peningkatan terhadap penghormatan kepada hak-hak individu, dan hal ini diprediksi akan tetap menjadi fokus perhatian dunia ke depan.

d. Isu lingkungan hidup, dengan meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

Masalah kelestarian lingkungan hidup akan tetap menjadi fokus perhatian masyarakat Indonesia ke depan. Sebagaimana halnya pada lingkup global, pada tataran nasional pun masalah lingkungan hidup ini tetap menjadi hal yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup di suatu daerah akan dengan sangat cepat menjadi berita nasional. Masalah kerusakan lingkungan hidup di suatu daerah sering menjadi tajuk berita dari surat-surat kabar nasional. Pengelolaan lingkungan hidup termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup pemantapan kelembagaan, sumber daya manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan perundangan, informasi serta pendanaan.

e. Isu otonomi daerah, dengan ditetapkanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Pemberlakuan otonomi daerah adalah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Banyak cerita keberhasilan (succes story) dari pemberlakuan otonomi daerah ini namun tidak sedikit pula yang sebaliknya. Bagi daerah yang kurang berhasil meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya harus bekerja lebih keras lagi sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah membuahkan hasil sesuai yang diharapkan.

3. Kebijakan Regional

Dalam penentuan isu strategis perlu memperhatikan kebijakan regional. Memperhatikan kebijakan regional dimaksudkan untuk penyelarasan arah kebijakan pembangunan jangka panjang antar daerah, antara lain:

a. Tantangan untuk meningkatkan derajat ekonomi kawasan dengan tetap menjaga isu tentang kelestarian lingkungan hidup;

Dengan wilayah di Pulau Kalimantan yang secara umum masih didominasi hutan, sebagaimana beberapa pulau besar di luar Jawa, pengembangan ekonomi berbasis hutan bukan lagi pilihan mengingat isu pemanasan global memberi cara pandang agar hutan harus dijaga. Ditambah kondisi geografi dan persebaran penduduk yang terpencar, mengakibatkan dampak pembangunan yang implikatif meliputi isu-isu strategis, antara lain:

1) Optimalisasi pengembangan sektor dan komoditas unggulan berbasis sumber daya alam lokal.

2) Adanya kesenjangan pembangunan antarwilayah.

3) Degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup dan mitigasi bencana. 4) Masih rendahnya perkembangan jumlah dan usaha koperasi dan UKM

sebagai dasar penguatan struktur dan fundamental perekonomian di daerah..

5) Masih tingginya kebutuhan investasi di sektor strategis di wilayah pusat- pusat pertumbuhan.

6) Masih belum optimalnya perkembangan produktivitas dan pendapatan masyarakat di sektor pertanian dalam arti luas.

b. Kendala infrastruktur dan keterjangkauan berbagai kawasan;

Sebagai wilayah terluas ketiga se Indonesia setelah Provinsi Papua dan Kalimantan Timur, serta dengan kondisi alam yang relatif masih berhutan, kondisi infrastruktur dan aksesibilitas antarkawasan di Kalimantan Tengah menjadi isu pokok pembangunan bahkan dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan dana yang tidak sedikit dalam rangka membangun kondisi infrastruktur dan aksesibilitas antarkawasan tersebut Lebih dalam, isu-isu strategis yang berhubungan dengan infrastruktur, antara lain:

1) Terbatasnya kuantitas dan kualitas prasarana perhubungan 2) Lemahnya integrasi jaringan infrastruktur multimoda

3) Lemahnya aksesibilitas wilayah-wilayah pedalaman

4) Masih banyaknya infrastruktur strategis yang harus dibangun dan dikembangkan untuk membuka keterisolasian dan percepatan pembangunan wilayah.

c. Rendahnya mutu layanan umum;

Kinerja daerah dalam upaya memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat sangat ditentukan oleh mutu, cakupan/jangkauan serta meratanya layanan umum yang ada. Beberapa isu terkait masih rendahnya mutu layanan umum tersebut antara lain :

1) Masih belum meratanya jangkauan pelayanan dasar pendidikan dan rendahnya mutu pelayanan pendidikan di daerah perdesaan dan pedalaman di Kalimantan Tengah

2) Masih belum optimalnya cakupan layanan kesehatan dasar dan kualitas pelayanan kesehatan di pusat-pusat yankesmas di daerah

3) Masih belum optimalnya cakupan layanan kesejahteraan sosial dan kinerja pelayanan sosial di pusat-pusat pelayanannya

4) Masih belum optimalnya cakupan layanan pendidikan dan kualitas pembelajaran di pusat-pusat pendidikan di daerah

5) Masih belum meratanya jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rendahnya mutu pelayanan kesehatan di daerah perdesaan dan pedalaman di Kalimantan Tengah.

d. Masih banyaknya desa tertinggal.

Sebagian besar penduduk Kalimantan Tengah bermukim di kawasan perdesaan. Kawasan perdesaan umumnya dicirikan oleh lemahnya daya dukung dan kualitas SDM lokal, antara lain rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja, terbatasnya infrastruktur terbatas, akses kesehatan, minimnya akses pendidikan, masih tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman perdesaan. Lemahnya daya dukung dan kualitas SDM lokal akan menentukan daya saing yang akan mempengaruhi pembangunan kesejahteraan masyarakat. Beberapa isu terkait lemahnya daya dukung dan kualitas SDM perdesaan tersebut, antara lain:

1) Rendahnya kualitas dan produktifitas tenaga kerja

2) Masih tingginya jumlah desa tertinggal (895 desa) atau 61,81 persen dengan kondisi terbatas bidang infrastruktur, akses pendidikan, akses

kesehatan, perekonomian rakyat yang belum berkembang serta kelembagaan desa dan kelembagaan masyarakat yang masih rendah.

4. Komitmen internasional terhadap adaptasi dan mitigasi perubahan iklim

global

Dalam berbagai forum internasional yang diikuti oleh bangsa-bangsa di dunia seperti Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim Tahun 2009 atau yang lebih dikenal dengan Copenhagen Summit yang berlangsung pada bulan Desember 2009, masyarakat internasional menyadari perlunya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim global. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penurunan emisi karbon. Meskipun belum ada kesepakatan internasional mengenai target angka penurunan karbon masing-masing negara, namun Pemerintah Indonesia telah menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 26 persen pada tahun 2020 dan meningkat menjadi 41 persen apabila ada dukungan nyata negara-negara maju. Sementara itu, negara-negara maju menyatakan kesanggupan menurunkan emisi karbonnya sebesar 13-20 persen pada tahun 2020, kecuali Jepang dan Uni Eropa.

Sebagai bagian dari upaya penurunan emisi karbon tersebut, Pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter of Intens kerjasama Indonesia-Norwegia di bidang kehutanan dan perubahan iklim. Kerjasama ini akan membantu Indonesia dalam mengelola sumber daya hutan secara lestari sekaligus mengurangi gas rumah kaca yang keluar dari kegiatan deforestasi dan kerusakan lahan gambut. Indonesia merupakan negara dengan profil emisi karbon yang unik karena sebagian besar berasal dari sektor kehutanan dan hutan gambut. Presiden RI dalam salah satu arahannya menekankan bahwa kemitraan RI-Norwegia ini harus berhasil karena saat ini Indonesia dinilai sebagai salah satu negara terdepan dalam urusan perubahan iklim.

Pada tahap selanjutnya, Presiden RI telah menunjuk Provinsi Kalimantan Tengah sebagai provinsi percontohan untuk melaksanakan tahapan awal pengurangan emisi karbon dari kegiatan deforestasi dan degredasi atau lebih dikenal dengan istilah REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest

Degradation). Penetapan Provinsi Kalimantan Tengah sebagai provinsi percontohan

penerapan REDD+ diantara sembilan kandidat provinsi diputuskan oleh Presiden RI pada Sidang Kabinet tanggal 23 Desember 2010. Terpilihnya Kalimantan Tengah didasarkan pada kombinasi hasil evaluasi kualitatif dan kuantitatif dimana terlihat bahwa Kalimantan Tengah merupakan provinsi ketiga terluas dalam hal tutupan hutan serta kawasan gambutnya dan sedang menghadapi tantangan nyata deforestasi dan kerusakan gambut. Tingkat kesiapan dan komitmen dari Gubernur Kalimantan Tengah dalam implementasi REDD+ juga merupakan salah satu pertimbangan dalam penunjukan tersebut.

Penunjukkan Kalimantan Tengah sebagai provinsi percontohan pelaksanaan REDD+ akan membawa implikasi yang luas. Kalimantan Tengah harus mampu mengelola kompleksitas dari implementasi tersebut yang antara lain mencakup reformasi birokrasi untuk menjamin terwujudnya transparansi dan anti korupsi, penegakan hukum dalam memberantas pembalakan liar, penataan batas kawasan hutan, integrasi data bidang kehutanan, perkebunan, pertambangan dan pertanian pada tingkat kabupaten/kota. Untuk ini Gubernur Kalimantan Tengah telah menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Presiden tersebut. Melalui kerjasama Indonesia-Norwegia, Pemerintah Norwegia akan mendukung dalam hal transformasi kelembagaan dan penguatan kapasitas Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut.

V - 1

BAB V

Dalam dokumen RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah 2010 2015 (Halaman 107-114)