• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Pengembangan Wilayah

Dalam dokumen RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah 2010 2015 (Halaman 33-37)

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

A. Aspek Geografi dan Demograf

6. Potensi Pengembangan Wilayah

a. Pola Penggunaan Lahan Areal Hutan

Kondisi-kondisi fisik wilayah, secara alamiah menentukan bahwa Kalimantan Tengah adalah bioregion hutan. Dengan penduduk yang masih jarang, pola penggunaan lahan di wilayah Kalimantan Tengah menampilkan dominasi kelompok penggunaan hutan. Hingga saat ini, dominasi hutan tampil hampir di semua kabupaten, termasuk juga di wilayah Kota Palangka Raya. Hanya di Kabupaten Barito Timur pola sedemikian tampil kurang dominan.

Untuk keadaan tahun 2001, penggunaan kelompok hutan mencakup 65 persen luas wilayah. Perkembangan pada tahun 2005, terlihat bahwa

kelompok penggunaan hutan masih 65 persen dari luas wilayah, namun pemukiman dan kelompok lahan pertanian bertambah cukup signifikan. Tabel 2.6 berikut menunjukkan rincian penggunaan lahan di Kalimantan Tengah tahun 2001 dan tahun 2005.

Tabel 2.6

Penggunaan Lahan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2001 dan Tahun 2005

No. Penggunaan Lahan Tahun 2001 Tahun 2005

Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)

1. Hutan Lahan Kering Primer

4.541.439 29,57 4.540.245 29,57 2. Hutan Lahan Kering

Sekunder

1.744.152 11,36 1.842.159 12,00 3. Hutan Rawa Primer 864.759 5,63 865.459 5,64 4. Hutan Rawa Sekunder 1.425.743 9,28 1.412.744 9,20 5. Hutan Mangrove Primer 34.090 0,22 34.090 0,22 6. Hutan Mangrove Sekunder 24.563 0,16 24.497 0,16 7. Hutan Tanaman 197.570 1,29 197.570 1,29 8. Belukar Rawa 1.186.936 7,73 1.136.765 7,40

9. Rawa 24.671 0,16 24.671 0,16

10. Badan Air (sungai, danau) 141.965 0,92 141.965 0,92 11. Semak Belukar 3.997.661 26,03 3.774.076 24,58 12. Pertambangan 1.339 0,01 1.339 0,01 13. Tanah Terbuka 465.680 3,03 255.680 1,66 14. Perkebunan (besar &

rakyat)

445.669 2,90 808.094 5,26 15. Pertanian lahan kering 170.780 1,11 186.265 1,21 16. Sawah 74.765 0,49 85.346 0,56 17. Permukiman 14.616 0,10 25.435 0,17

Kalimantan Tengah 15.356.400 100 15.356.400 100 Sumber : Data land-cover yang diekstrak dari citra LandSat tahun 2005

Revisi RTRWP Kalimantan Tengah, 2007

b. Pola Penggunaan Lahan Areal Non Hutan

Areal non hutan didominasi oleh jenis-jenis penggunaan lahan pertanian. Areal-areal penggunaan pertanian non perkebunan besar, bersama-sama dengan areal pemukiman, secara umum berkembang sepanjang sungai-sungai besar. Areal-areal perkebunan besar yang berkembang kemudian, memulai pola perkembangan berbeda, yakni tidak cenderung mengikuti sungai besar. Total perusahaan besar di Kalimantan Tengah berjumlah 336 unit dengan luas 4.200.418,982 Ha terdiri dari komoditi Kelapa Sawit 302 unit, Karet 30 unit dan Kelapa Sawit/Karet 4 unit. Perusahaan besar yang sudah operasional sebanyak 154 unit dengan luas 1.744.799,722 Ha terdiri dari komoditi Kelapa Sawit 144 unit, Karet 9 unit dan Kelapa Sawit/Karet 1 unit. Sedangkan perusahaan besar yang belum operasional sebanyak 182 unit dengan luas 2.455.619,260 Ha terdiri dari komoditi Kelapa Sawit 158 unit, Karet 21 unit dan Kelapa Sawit/Karet 3 unit. Adapun luas areal dan produksi tanaman perkebunan sampai tahun 2008 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.7

Luas Areal dan Komoditas Perkebunan Kalimantan Tengah Tahun 2008

No. Komoditas Luas

(Ha) Produksi (Ton)

1. Karet 413.244 251.053 2. Kelapa 84.721 79.295 3. Kelapa Sawit 876.217 1.449.302 4. Kopi 7.184 2.489 5. Lada 4.336 1.785 6. Kakao 929 308 7. Cengkeh 38 1 8. Jambu Mete 1.294 49 9. Pinang 469 93 10. Aren 256 12 11. Kemiri 1.347 17 12. Kapuk Randu 61 4 13. Nilam 509 63 14. Mendong 987 47 JUMLAH 1.391.591 1.784.519

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah, 2009.

Pertambahan areal pemukiman cukup fenomenal, yakni sebanyak 74 persen. Hal ini sejalan dengan fakta tumbuhnya pemukiman baru pada titik-

titik strategis di jalur arteri jalan lintas Kalimantan, emplasemen-emplasemen di perkebunan, dan pembukaan kompleks perkantoran pada kota-kota kabupaten pemekaran. Sementara itu, luas semak belukar semakin berkurang secara signifikan.

Mengingat sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Tengah merupakan daerah dataran rendah dengan topografi yang praktis relatif datar, mulai dari wilayah di sektor selatan ke tengah yang menerus dari barat hingga ke timur. Luasnya lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah telah mendasari pelaksanaan proyek pengembangan lahan gambut (PLG) untuk pertanian tanaman pangan sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan nasional. Proyek ini berhasil membuka areal baru pertanian (ekstensifikasi), meningkatkan intensitas tanam, memanfaatkan lahan-lahan berawa, membangun berbagai jenis saluran, pintu-pintu air, mencetak sawah, jalan dan jembatan, sarana permukiman, serta mendatangkan transmigran, baik dari luar maupun lokal. Di areal PLG terdapat potensi lahan padi seluas 160.000 Ha yang setiap tahunnya menyumbangkan pangan tanaman padi bagi masyarakat di Kalimantan Tengah.

Sektor peternakan di Kalimantan Tengah pada umumnya masih digarap secara tradisional dalam bentuk usaha kecil atau rumah tangga. Namun demikian, melihat luasnya lahan rumput di Kalimantan Tengah dirasa cukup potensial untuk mengembangkan bisnis di bidang peternakan seperti sapi, kerbau, kambing/domba dan unggas.

Sebagai provinsi terluas ketiga di Indonesia, Kalimantan Tengah mempunyai kawasan hutan seluas 10.294.388,72 Ha atau sekitar 64,04 persen dari total luas wilayah. Luas hutan ini bisa dipastikan sangat menguntungkan Provinsi Kalimantan Tengah.

Di sektor pertambangan, Kalimantan Tengah memiliki potensi yang menjanjikan dan merata di seluruh daerahnya. Kalimantan Tengah memiliki sumber daya tambang bahan mineral dan bahan galian golongan C. Adapun bahan tambang yang sudah dimanfaatkan antara lain tambang emas, kaolin, batu gamping, batu bara, biji besi, mangan, mika dan pasir kuarsa. Bahan- bahan ini tersebar di beberapa daerah, dengan kandungan yang relatif besar dan potensial untuk dikembangkan secara lebih modern yang dapat menghasilkan nilai eskpor untuk meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD). Sementara itu, bahan galian golongan C di antaranya adalah batu, kerikil, pasir urug dan tanah liat.

Di sektor industri, terutama yang berbasis sumber daya alam, lebih khusus lagi industri pengolahan hasil hutan dan tanaman pangan, Kalimantan Tengah memiliki potensi yang cukup baik. Industri kayu lapis dan produk kayu ikutannya merupakan andalan utama Provinsi Kalimantan Tengah. Industri olahan seperti rotan, karet dan kayu telah dipasarkan secara luas, baik untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.

Kalimantan Tengah juga berpotensi baik dalam bidang pariwisata, terutama wisata alam yang berupa wisata hutan atau cagar alam antara lain Bukit Raya, kelompok hutan monumental dan pantai Ujung Pandaran di Kotawaringin Timur; Bukit Sapat Hawung di Barito Utara; suaka alam, darat, laut dan pantai yang indah serta alami di Kotawaringin Barat; air terjun Malau Besar dan Pauras di Barito Utara dan Bukit Tangkiling di Palangka Raya. Daerah-daerah tersebut adalah beberapa obyek wisata alam yang indah di daerah Kalimantan Tengah.

Sebagai tujuan investasi, Provinsi Kalimantan Tengah juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya Bandara Tjilik Riwut di Palangka Raya, Bandara Iskandar di Pangkalan Bun, Bandara H. Asan di Sampit serta bandara-bandara lainnya. Demikian juga halnya dengan pelabuhan dimana terdapat beberapa pelabuhan yakni Pelabuhan Kumai, Pelabuhan Pangkalan Bun, Pelabuhan Sampit, Pelabuhan Teluk Segintung di Kuala Pembuang, dan Pelabuhan Batanjung/Lupak Dalam. Dengan tersedianya sarana infrastruktur tersebut memberikan kemudahan bagi para investor dalam maupun dari luar negeri untuk berkunjung ke Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu sumber daya alam yang tak kalah memikat di Bumi Tambun Bungai adalah perkebunan Kelapa Sawit. Sektor ini dari tahun ke tahun terus memikat para investor. Pada 2010, terhampar 969.282 Ha Kebun Sawit, dengan jumlah

perusahaan sebanyak 148 unit. Kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB Kalimantan Tengah pada tahun 2009 mencapai 12,21 persen, dimana sebagian besar merupakan kontribusi dari perkebunan Kelapa Sawit.

Di sektor pertambangan, sebagaimana di uraikan di atas, secara geologis, Kalimantan Tengah terdiri atas satuan batuan beku (25%), bantuan sedimen (65%) dan batuan metamorf (10%). Ketiga satuan batuan ini membawa potensi bahan galian tambang yang beragam. Pada satuan beku ini, terdapat di bagian utara Kalimantan Tengah dan dikenal sebagai ”Borneo Gold Belt”, tersimpan potensi emas dan perak serta beberapa jenis logam dasar. Satuan sedimen terdiri atas tiga cekungan besar masing-masing Cekungan Barito, Cekungan Melawi dan Cekungan Kutai. Ketiga cekungan ini mangandung cebakan minyak dan gas bumi, batubara, logam mulia dan logam dasar sekunder. Kondisi ini menarik para investor untuk berinvestasi di bumi Kalimantan Tengah. Ini terlihat dari jumlah perizinan dan kontrak yang ada mulai dari enam Kontrak Karya (KK), 15 Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), 289 Kuasa Pertambangan (KP), 60 Surat Izin Pertambangan Rakyat Daerah, 23 Surat Izin Pertambangan Rakyat (WPR).

Di lokasi seluas 87.537,94 Ha tersedia potensi 3,5 miliar ton batubara, terdiri atas 1.6064 Miliar Ton dengan klasifikasi tereka, dan 684.931 Juta Ton dengan klasifikasi terukur. Meski Pemerintah Kalimantan Tengah telah menargetkan jumlah produksi sektor pertambangan sebesar 5 juta ton per tahun, namun realisasinya baru mencapai 2 Juta Ton per tahun. Hal ini disebabkan karena adanya kendala angkutan. Untuk mengatasi hal ini Pemerintah Provinsi merencanakan pembangunan jalan kereta api dengan pola Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), dimana untuk tahap I akan dibangun pada ruas Puruk Cahu – Bangkuang sepanjang 185 km, yang saat ini sudah memasuki tahapan penawaran/bidding.

Dalam dokumen RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah 2010 2015 (Halaman 33-37)