• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan-kebijakan yang Terkait Dengan Penanggulangan HIV/AIDS

Dalam dokumen Kajian Pengembangan Penanggulangan HIVAIDS (Halaman 80-97)

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.4.1 Kebijakan-kebijakan yang Terkait Dengan Penanggulangan HIV/AIDS

Pemerintah Indonesia berkomitmen menjalankan kesepakatan internasional untuk pengendalian AIDS, mempromosikan kerja sama multilateral dan bilateral, serta memperluas kerja sama dengan negara tetangga

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

64

dalam Program Pengendalian AIDS. Hal ini mengingat epidemi HIV sudah menjadi masalah global, pemerintah Indonesia berkomitmen menjalankan kesepakatan Dasar hukum pengendalian tertuang antara lain dalam: Keputusan Presiden Nomor 36, tahun 1994 tentang Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan KPA Daerah sebagai lembaga pemerintah yang mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian AIDS, dimana Pemerintah telah membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di tingkat Pusat disusul dengan terbentuknya KPA di beberapa provinsi di Indonesia.

Strategi Nasional Pengendalian HIV dan AIDS (1994) merupakan respon yang sangat penting pada periode tersebut, dimana KPA telah mengkoordinasikan upaya pengendalian baik yang dilaksanakan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta sektor lainnya. Sementara itu bantuan dari luar negeri baik bantuan bilateral maupun multilateral mulai berperan meningkatkan upaya pengendalian di berbagai level (Kemenkes, 2009).

Selanjutnya Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Respon harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru dan kematian. Salah satu langkah strategis yang akan ditempuh adalah memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat. Anggaran dari sektor pemerintah diharapkan juga akan meningkat sejalan dengan kompleksitas masalah yang dihadapi. Sektor-sektor akan meningkatkan sumber daya dan cakupan program masingmasing. Masyarakat umum termasuk LSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke tingkat desa.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 Tahun 2013 tentang penanggulangan HIV/AIDS juga telah menjelaskan bahwa ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi penanggulangan HIV dan AIDS secara komperehensif dan berkesinambungan yang terdiri atas promosi kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi terhadap

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

65 individu, keluarga dan masyarakat. Peraturan Menteri Kesehatan tersebut juga mengamanatkan bahwa dalam penanggulangan HIV dan AIDS harus menerapkan beberapa prinsip antara lain adalah memperhatikan nilai-nilai agama, budaya, dan norma kemasyarakatan, kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan keluarga, kegiatan dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah berdasarkan kemitraan. Sedangkan strategi yang diperlukan dalam melakukan kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS tersebut antara lain meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan HIV dan AIDS melalui kerjasama nasional, regional, dan global dalam aspek legal, organisasi, pembiayaan, fasilitas pelayanan kesehatan dan sumber daya manusia, meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan mengembangkan kapasitas, meningkatkan upaya penaggulanagan HIV dan AIDS yang merata, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan serta berbasis bukti, dengan mengutamakan pereventif dan promotif (Kemenkes, 2013).

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat juga telah mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan AIDS, yang mana ruang lingkup penanggulangan HIV-AIDS meliputi promotif, preventif, konseling dan testing sukarela, kuratif, perawatan dan dukungan. Selanjutnya dalam upaya promotif dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dalam bentuk kegiatan antara lain Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), peningkatan pemahaman agama dan ketahanan keluarga dan peningkatan perilaku hidup sehat dan religius. Salah satu tindakan preventif oleh masyarakat dan individu adalah dengan memfungsikan keluarga secara optimal sebagai sarana untuk menciptakan generasi bangsa yang berkualitas dan beraklak baik.

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

66

Provinsi Sumatera Barat juga sudah melakukan beberapa upaya dalam pengendalian HIV/AIDS dengan membentuk Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Sumatera Barat sejak tahun 2008. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk memutus rantai penularan adalah dengan meningkatkan penemuan kasus melalui upaya peningkatan akses layanan HIV/AIDS, baik VCT (Voluntary Concealing Testing), CST (Care Support and Treatment), PMTCT (Prevention Mother To Child Transmision), dan pelayanan lainnya (PemProv, 2012).

KPA dibentuk di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota untuk memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi sesuai dengan Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN) Penanggulangan HIV dan AIDS 2010-2014 antara lain:

1. Meningkatkan upaya pencegahan HIV/AIDS pada semua kelompok populasi kunci 2. Menyediakan dan meningkatkan pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan yang

bermutu, terjangkau dan bersahabat bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).

3. Menciptakan dan memperluas lingkungan kondusif yang memberdayakan masyarakat sipil untuk berperan secara bermakna sehingga stigma dan diskriminasi terhadap populasi kunci, ODHA dan orang-orang terdampak oleh HIV/AIDS berkurang.

Mengingat bahwa kasus HIV/AIDS di Provinsi Sumatera Barat, dan khususnya di Kota Bukittingi (yang melakukan pengobatan di Rumah Sakit Achmad Mochtar) terus mengalami peningkatan karena adanya penularan serta wilayah penyebarannya semakin meluas, maka perlu dilakukan upaya penanggulangan secara optimal. Untuk melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS di Kota Bukittinggi telah dibentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bukittinggi pada bulan Maret 2008 melalui SK Walikota Bukittinggi No. 188.45-153-2008 tentang Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bukittinggi (KPAK Bukittinggi) yang disusul

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

67 dengan SK Perubahan No. 188.45-778-2012 tertanggal 30 Maret 012 (KPAK Bukittinggi, 2013).

a. Ketersediaan Input

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari KPA Kota Bukittinggi bahwa tenaga yang tersedia dalam pelaksanaan kegiatan Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Bukittinggi relatif cukup. Secara struktur KPA Kota Bukittinggi dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris KPA. Selanjutnya ada tenaga staf sekretariat, dan staf lapangan serta 4 (empat) kelompok komunitas binaan KPAK Bukittinggi. Dalam upaya pelibatan komunitas dalam permasalahan narkotika dan HIV/AIDS, KPAK Bukittinggi telah melakukan pembinaan pada 4 (empat) lembaga peduli AIDS di Kota Bukittinggi, yaitu: 1). LSM Fort De Kock Society and Sosial (LSM Forsis), 2). LSM Persaudaraan Korban Napza Bukittinggi, 3). LSM New Padoe Jiwa, dan 4). LSM New Spirit Bukittinggi. Keberadaan LSM dengan ketersediaan tenaganya sangat membantu dalam kegiatan penaggulanaagn HIV/AIDS.

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bukittingi sejak tahun 2009 telah bekerja di tengah-tengah masyarakat dengan dukungan dana stimulan dari lembaga donor Global Found (GF) ATM Round 9 melalui KPA Nasional serta dukungan dana bantuan sosial dari APBD Kota Bukittinggi tahun 2013.

b. Proses Implementasi dan Output Program

Sebagian besar kasus HIV dan AIDS terjadi pada kelompok perilaku risiko tinggi yang merupakan kelompok yang dimarjinalkan, maka program-program pencegahan dan pengendalian HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan keagamaan, adat-istiadat dan norma-norma masyarakat yang berlaku di samping pertimbangan kesehatan. Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku berisiko, oleh karena itu pengendalian harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku tersebut.

Berdasarkan hasil laporan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS yang dilaksanakan oleh KPAK Bukitinggi tahun 2013 ada beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan, yaitu: 1). Kegiatan penjangkauan dan pendampingan pada kelompok berperilaku resiko tinggi, 2). Pendampingan dan dukungan pada ODHA, 3). Pemetaan titik hot spot kelompok populasi kunci, 4). Pertemuan dan koordinasi, 5). Kegiatan pelatihan HIV/AIDS dan Support Group, 6). Kegiatan penguatan kelembagaan LSM peduli AIDS, 7). Worshop dan Sosialisasi,

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

68

8).Kegiatan dialog interaktif dan spot iklan himbauan layanan masyarakat upaya penanggulangan HIV/AIDS, 9). Media Informasi Tabuah KPA, dan 10). Kegiatan pendukung lainnya.

1). Capaian Kegiatan Penjangkauan dan Pendampingan pada Kelompok Berperilaku Resiko Tinggi

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bukittinggi bersama dengan 4 (empat) kelompok komunitas binaan KPA Kota Bukittinggi telah melaksanakan beberapa kegiatan untuk melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi serta kegiatan outreach (penjangkauan dan pendampingan) pada kelompok populasi kunci/komunitas berisiko tinggi yang terdiri dari Penasun Pengguna Napza Suntik), Hight Man Risk (Ojek/Sopir dan Potensial Pelanggan), GWL (Gay, Waria dan Lelaki Suja Dengan Lelaki) dan Pekerja Seks Terselubung.

KPA Kota Bukittinggi bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi telah melaksanakan program Harm Reduction (pengurangan dampak buruk terhadap penyalahgunaan narkotika) di Kota Bukittinggi dan telah membentuk layanan Harm Reduction di Puskesmas Guguk Panjang dan Puskesmas Perkotaan yang memdapatkan dukungan dana dari APBD dan Global Found Round 9 tahap II yang diberikan oleh KPA Nasional.

Pelaksanaan kegiatan Harm Reduction yang dilakukan oleh petugas lapangan telah berhasil melakukan penjangkauan dan pendampingan pada kelompok IDU 82 kontak baru dan lama Penasun untuk mengakses layanan alat suntik steril di dua Puskesmas yang terdapat di Bukittinggi. Perilaku menyuntik pada penggunaan narkotika jenis putaw saat ini sudah menurun, namun angka penyalahgunaan narkotika jenis amphetamin dan ganja cenderung meningkat yang akan berakibat pada perilaku seksual berisiko karena pengaruh zat adiktif yang dikonsumsinya.

Pelaksanaan program Behaviour Chage Intervensi/Komunikasi Perubahan Perilaku pada kelompok Hight Man Risk (HRM), GWL, dan Pekerja Seks Terselubung hingga saat ini sudah dapat membuka akses, dan melakukan 163 kontak baru dan lama pada lelaki berisiko tinggi, 65 pada Pekerja Seks Terselubung, 40 kali kontak pada waria dan 3 kali kontak pada kelompok LSL. Selanjutnya merujuk kelompok dampingan ke pusat-pusat layanan seperti Puskesmas, Klinik IMS dan Klinik VCT.

2). Pendampingan dan Dukungan pada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)

KPA Kota Bukittinggi pada tahun 2013 telah membina kelompok dukungan sebaya (KDS) New Spirit Bukittinggi untuk melaksanakan kegiatan pendampingan dan konseling di Klinik Serunai Rumah Sakit Rujukan HIV/AIDS DR. Achmad Mochtar. Kegiatan

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

69 pendampingan dan dukungan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA. Dalam pelaksanaannya KDS telah melakukan pendampingan 30 ODHA baru dan membantu pasien ODHA untuk melakukan pemeriksaan kesehatan melalui kegiatan Care Support and Treatmen

di Klinik Serunai.

Dalam rangka upaya pengendalian dan penanggulangan HIV/AIDS telah dilaksanakan kemitraan dengan melibatkan para penderita menjadi konselor, pendamping dan penjangkau. Keterlibatan ODHA ini adalah sebagai salah satu upaya untuk mengajak mereka yang dianggap beresiko terhadap HIV/AIDS untuk mau melakukan pemeriksaan atau tes HIV dan memberikan motivasi terhadap mereka yang dinyatakan positif HIV/AIDS.

3). Pemetaan Titik Hot Spot kelompok Populasi Kunci

Berdasarkan laporan kegiatan dari KPA Kota Bukittinggi bahwa hasil pemetaan populasi kunci yang telah dilaksanakan bekerja sama dengan LSM dan Perwakilan Komunitas di Komunitas di Kota Bukittiggi diketahui bahwa telah terjadi peningkatan jumlah titik hot spot dari tahun sebelumnya. Kondisi ini terkait dengan adanya pertumbuhan kafe dan tempat hiburan yang ada di Kota Bukittinggi. Selanjutnya dari hasil FGD yang dilakukan KPA Kota Bukittinggi diperoleh informasi bahwa perilaku berisiko yang sebelumnya tidak menjadi target intervensi di lapangan yaitu kelompok lesbian, diketahui bahwa beberapa perilaku seks kelompok lesbian juga berprofesi sebagai pekerja seks komersil. Data jumlah titik hot spot kelompok populasi kunci di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2. Jumlah Titik Hot Spot Populasi Kunci di Kota Bukittinggi 2013 Kecamatan WPS Lesbian LBT IDU NON

IDU LSL Waria Jumlah MKS 5 6 10 8 13 3 1 46 ABTB 7 2 10 3 14 3 3 42 GGK PJG 17 4 13 3 21 10 4 72 Jumlah 29 12 33 14 48 16 8 160

Sumber: KPA Kota Bukittinggi

Tabel 4.3. Jumlah Estimasi Populasi Kunci Berdasarkan Faktor Resiko di Kota Bukittinggi 2013

Kecamatan WPS Lesbian LBT IDU NON

IDU LSL Waria Jumlah

GGK PJG 107 25 341 7 257 137 42 916

ABTB 51 26 245 6 184 36 14 562

MKS 61 63 205 15 163 45 15 567

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

70

Sumber: KPA Kota Bukittinggi

Berdasarkan data hasil pemutakhiran seperti yang terlihat pada tabel 4.3 di atas tampak bahwa ada penurunan jumlah titik hot spot dan estimasi populasi pada kelompok Penasun/IDU, dan adanya peningkatan data hasil pemetaan baik jumlah titik hot spot maupun estimasi populasi kunci khususnya pada kelompok orientasi seksual.

4). Pertemuan dan Koordinasi

KPA Kota Bukittinggi pada tahun 2013 telah melaksanakan kegiatan pertemuan dan koordinasi dengan berbagai instansi terkait. Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman dan program yang telah dilaksanakan dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS, baik yang dilaksanakan KPA Kota Bukittinggi maupun yang dilaksanakan oleh instansi terkait. Di samping itu, juga dibahas mengenai kendala, permasalahan dan solusi serta update informasi yang ada dari lapangan.

Pertemuan dan koordinasi yang dilaksanakan antara lain (1). Pertemuan dan Koordinasi dengan instansi terkait, (2). Pertemuan dan Koordinasi dengan LSM Peduli AIDS, ODHA dan Kelompok Resti, (3). Pertemuan dan Koordinasi Layanan Kesehatan.

5). Kegiatan Pelatihan HIV/AIDS dan Support Group

KPA Kota Bukittinggi juga telah melaksanakan kegiatan pelatihan HIV/AIDS dan

Support Group, baik terhadap komunitas yang terdampak secara langsung oleh permasalahan

HIV/AIDS maupun pada kelompok komunitas peduli AIDS yang telah dibina dan didampingi oleh KPAK Bukittinggi. Kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan pemahaman dan mendorong partisipasi aktif dari komunitas untuk terlibat aktif dalam pencegahan dan penanggulangan.

6). Kegiatan Penguatan Kelembagaan LSM Peduli AIDS

KPA Kota Bukittinggi telah melakukan pembinaan pada 4 (empat) lembaga peduli AIDS di Kota Bukittinggi, yang mana masing-masing lembaga memiliki program yang saling berkaitan dengan permasalahan HIV/AIDS, yaitu sebagai berikut:

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

71 - LSM NPJ (New Padu Jiwa)

LSM New Padoe Jiwa lebih memfokuskan pada kegiatan pemberdayaan bagi mantan pecandu narkotika. Lembaga ini juga mendapatkan dukungan dari Badan Narkotika Nasional dan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat. - LSM FORCES (Fordekock Society Social)

LSM ini merupakan lembaga yang lebih fokus pada kegiatan penjangkauan dan pendampingan pada kelompok berisiko tinggi yang berada di Kota Bukittinggi dan sekitarnya. Kegiatan penjangkauan dan pendampingan pada kelompok resti ini telah didukung oleh NU Provinsi Sumatera Barat.

- LSM Persaudaraan Korban Napza

Kegiatan utama LSM ini adalah kegiatan advokasi bagi pecandu narkotika khususnya terkait dengan pecandu yang merupakan korban sesuai dengan Peraturan presiden No. 255 tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika.

- Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Semangat Baru (New Spirit) Bukittingi Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) New Spirit Jiwa Bukittinggi adalah

kelompok yang melakukan kegiatan pendampingan dan dukungan bagi ODHA di Kota Bukittinggi.

7). Workshop dan Sosialisasi

Kegiatan workshop dan sosialisasi terkait Narkotika dan HIV/AIDS pada Tokoh Tungku Tigo Sajarangan telah dilaksanakan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bukittingi pada tahun 2013. Peserta kegiatan ini terdiri dari tokoh agama, alim ulama, cendiakiawan dan stake holder terkait. Di samping itu, juga diadakan sosialisasi narkotika, HIV/AIDS serta perilaku menyimpang pada anggota Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Dengan adanya workshop dan sosialisasi tersebut diharapkan para peserta dapat memahami dan peduli terhadap permasalahan HIV/AIDS.

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

72

8). Kegiatan Dialog interaktif dan Spot Iklan Himbauan Layanan Masyarakat Upaya Penanggulangan HIV/AIDS

Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kota Bukittinggi telah bekerjasama de ngan 2 (dua) media telivisi lokal di Kota Bukittinggi dalam mensosialisasikan permasalahan narkoba dan HIV/AIDS melalui kegiatan dialog interaktif dan penanyangan spot iklan himbauan masyarakat upaya penanggulangan HIV/AIDS. Tema dialog interaktif terkait dengan peran KPA Kota Bukittinggi dan LSM binaanya dalam melakukan upaya penanggulangan HIV/AIDS. Sedangkan untuk penayangan iklan himbauan masyarakat, KPA Kota Bukittinggi bekerjasama dengan PT Tri Arga Televisi telah menayangkan himbauan terkait upaya penanggulangan HIV/AIDS yang disampaikan oleh Walikota Bukittinggi selaku Ketua KPA Kota Bukittinggi.

9). Media Informasi Buletin Tabuah KPA

Salah satu wadah yang dimanfaatkan untuk menginformasikan kegiatan yang telah dilaksanakan Sekretariat KPA Kota Bukittinggi adalah media Buletin Tabuah KPA Kota Bukittinggi, yang telah menerbitkan 4 (empat) edisi buletin pada tahun 2013. Infomasi yang disajikan beragam sesuai dengan

kegiatan yang dilaksanakan, dan sebagai topik dalam Buletin ―Tabuah KPA‖

dari ke empat edisi tersebut antara lain adalah mengenai peran KPA dalam kegiatan penanggulangan HIV/AIDS, perang terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Trangender), mereka yang bangkit dari keterpurukan, siswa berada di garda depan.

10). Kegiatan Pendukung lainnya

Kegiatan pendukung lainnya yang telah dilaksanakan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bukittinggi antara lain adalah melalui pembentukan Warga Peduli AIDS. Dengan dukungan dana yang dari Global Found, pada tahun 2013 telah dibentuk 8 (delapan) kelompok Warga Peduli AIDS (WPA) di Kota Bukittinggi. Pembentukan WPA ini sesuai dengan strategi

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

73 Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS dengan melibatkan masyarakat sebagai kelompok yang menjadi ujung tombak dalam penanggulangan HIV/AIDS dengan tujuan utama yaitu: a). Mengidentifikasi potensi masalah terkait dengan penyalahgunaan narkotika

dan HIV/AIDS di lingkungannya masing-masing.

b). Memfasilitasi kelompok berperilaku risiko tinggi ke pusat-pusat layanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan dan status HIV mereka sedini mungkin.

c). Menciptakan lingkungan yang kondusif tanpa ada stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS di wilayahnya masing-masing.

Kegiatan Warga Peduli AIDS (WPA) tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan pihak Kelurahan serta tokoh masyarakat setempat. Kegiatan WPA dilaksanakan pada 8 (delapan) kelurahan, antara lain adalah WPA Gulai Bancah di kelurahan Kubu Gulai Bancah, WPA Ipuh Mandiangin di Kelurahan Campago Ipuh, WPA Pakan Kurai di Kelurahan Pakan Kurai, WPA Pakan Labuah di Kelurahan Pakan Labuah, dll.

Kelompok warga yang telah terbentuk tersebut selanjutnya akan melakukan kegiatan penaggulangan HIV/AIDS pada masing-masing tempat dan akan berkoordinasi dan dibina oleh KPA Kota Bukittingi.

4.4.3. Pelaksanaan Penanggulangan HIV/AIDS yang Dilaksanakan Dinas Kesehatan a. Ketersediaan Input

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bukitinggi bahwa sarana pelayanan HIV dan IMS adalah:

1). Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) : Layanan rujukan

Layanan HIV/AIDS di RSAM Bukittinggi terdapat di Poliklinik Serunai, yang telah dibuka sejak tahun 2007, dan kemudian sejak tahun 2009 Poliklinik Serunai bekerjasama dengan KPAK Bukittinggi. Sarana

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

74

pelayanan yang tersedia di Poliklinik Serunai antara lain adalah Poliklinik VCT, ketersediaan obat ARV dan tes HIV gratis.

2). Puskesmas LKB (Layanan Komprehensif Berkesinambungan)

Ada 5 (lima) Puskesmas LKB yang terdapat di Kota Bukittinggi, yaitu: Puskesmas Guguk Panjang, Puskesmas Perkotaan RA, Puskesmas Tigo Baleh Puskesmas Mandiangin dan Puskesmas Gulai Bancah.

Dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota Bukittinggi sudah disediakan beberapa orang tenaga terlatih yang terdapat di tempat-tempat pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di Puskesmas dengan total jumlah sebanyak 49 orang. Tenaga terlatih yang telah dipersiapkan tersebut terdiri dari tenaga dokter sebanyak 12 orang, konselor (21 orang), labor (7 orang), dan administrasi (9 orang), seperti terlihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Jumlah Tenaga Terlatih yang terdapat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

No Fasyankes Dokter Konselor Labor Admin

1 Guguk Panjang 2 2 1 2 2 Perkotaan 1 2 1 1 3 Tigo baleh 1 2 1 1 4 Mandiangin 1 1 1 1 5 Nilam Sari 1 1 0 0 6 Gulai Bancah 1 1 1 1 7 Plus Mandiangin 1 1 0 0 8. RSAM 4 11 2 3 Jumlah 12 21 7 9

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

75 b. Proses Impelementasi dan Output Program

Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS adalah kegiatan peningkatan upaya pencegahan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan sistem pelayanan.

1). Peningkatan Upaya Pencegahan HIV/AIDS

a). Pertemuan dan Koordinasi dengan Instansi Terkait

Pertemuan dan koordinasi dengan instansi terkait dilaksanakan dengan pihak rumah sakit, Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bukittinggi, LSM Peduli AIDS, LAPAS, jaringan orang dengan HIV/AIDS (ODHA), SKPD terkait (Dinas Sosial, Dinas Pariwisata, Kesbangpol, Dinas Pendidikan, Satpol PP, dll) dan kelompok risiko tinggi. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan paling kurang satu kali dalam satu tahun, dan biasanya dilaksanakan pada awal tahun. Salah satu tujuan kegiatan ini adalah dalam rangka koordinasi dan sinergisitas lintas sektor untuk pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS. Dalam kegiatan ini sudah ada kesepakatan bahwa SKPD/institusi terkait bersedia untuk merencanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS dengan alokasi anggaran di SKPD terkait tersebut. Namun kendalanya sampai saat ini tampaknya belum ada SKPD yang melaksanakan kegiatan yang mendukung pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS.

b). Melaksanakan penyediaan dan pendistribusian materi KIE

Bahan Media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) bagi masyarakat dan kelompok berperilaku risiko tinggi yang dibuat berupa leaflet, stiker, spanduk, dsb. Bahan media KIE tersebut kemudian didistribusikan ke Puskesmas-Puskesmas.

BAPPEDA Bidang Penelitian Dan Pengembangan Prov. Sumbar

76

c). Scrining darah donor oleh PMI

Setiap individu yang mempunyai keinginan untuk menyumbangkan darahnya (donor darah), maka pihak Palang Merah Indonesia (PMI) akan melakukan scrining darah terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika ada para penyumbang darah yang mempunyai penyakit menular seperti hepatitis dan HIV/AIDS bisa terdeteksi, sehingga tidak menyebar kepada orang lain. Kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2005. Ada beberapa kasus yang ditemukan bahwa setelah dilakukan scrining terhadap peserta donor darah, ternyata ada yang terinfeksi HIV/AIDS. Kalau kondisi darah dari donor ternyata terinfeksi penyakit menular, maka darah tersebut tidak akan dipergunakan.

2). Pemberdayaan masyarakat

Beberapa kegiatan sudah dilaksanakan yaitu:

a) Pelatihan Peer Educator ( penyuluh sebaya) kelompok Risiko Tinggi

Pelatihan penyuluh sebaya kelompok resiko tinggi dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bukittinggi.

b) Pembinaan Kepada kelompok binaan LAPAS

Kegiatan pembinaan kepada kelompok binaan LAPAS dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota bekerjasama dengan LAPAS, RSAM Bukittinggi dan Puskesmas. Kegiatan ini diawali dengan melakukan penyuluhan kepada para narapidana (napi), dan

Dalam dokumen Kajian Pengembangan Penanggulangan HIVAIDS (Halaman 80-97)

Dokumen terkait