• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU

Dalam dokumen RPJMD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016 2021 (Halaman 91-94)

Gambar 2.4 Panjang jalan menurut kondisi dan pemerintah yang berwenang

C. Fokus Urusan Penunjang

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

3.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU

Kebijakan pengelolaan keuangan tahun 2010 sampai tahun 2015 secara umum terlihat pada pelaksanaan pendapatan, belanja serta pembiayaan yang dilaksankan berdasarkan APBD setiap tahunnya. Berdasarkan data realisasi pendapatan dan belanja, setiap tahunnya terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan, baik didorong oleh adanya peningakatan PAD, dana perimbangan maupun kebijakan yang terkait dengan lain-lain pendapatan yang sah. Maupun pengelolaan pembiayaan daerah. Penganggaran yang baik, akan menghasilkan tekstur keuangan yang ideal dan optimal untuk dianggarkan pada pelaksanaan pembangunan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan dan kebutuhan yang ada di lapangan guna pencapaian target pembangunan. oleh sebab itu azas pokok yang perlu dicapai dalam penganggaran ini adalah efisiensi dan efektifitas. Semakin efisien penganggaran daerah maka akan semakin efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sesuai target yang ditetapkan.

RPJMD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016 – 2021 Bab III - 16

3.2.1. Kebijakan pendapatan daerah.

Kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Dharmasraya dari tahun 2010 s/d 2015 sebagaimana tergambar dari pendapatan daerah, baik PAD, dana perimbangan maupun lain-lain pendapatan daerah yang sah. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah, maka PAD memiliki sumber utama yaitu dari pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD) sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Selain pajak dan retribusi daerah juga terdapat lain-lain PAD yang sah. Khusus untuk pajak dan retribusi daerah juga telah didukung oleh regulasi darerah dalam bentuk pertauran daerah diantaranya Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pajak Daerah serta beberapa peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang retirbusi daerah. Selain didasari oleh peraturan yang ada, juga telah dilakukan berbagai upaya dan strategi lainnya seperti peningkatan kemampuan SDM pengelola pendapatan daerah serta peningkatan kesadaran masyarakat melalui berbagai media sosialisasi mengenai hak dan kewajiban serta manfaat akan pembayaran pajak daerah dan retribusi daerah.

b. Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan dana yang berasal dari pemerintah pusat/APBN. Meskipun perkembangan dana perimbangan ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan pusat, namun hal ini tidak sepenuhnya ditentukan kebijakan pusat dalam pengalokasiannya ke daerah, tapi juga ditentukan oleh upaya daerah dalam berbagai bentuk, dalam rangka optimalisasi penerimaan dana pusat juga membutuhkan berbagai upaya agar dana ini selalu dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan setiap tahunnya, diantaranya adalah :

- Optimalisasi penerimaan dana bagi bagi hasil (DBH) dilakukan melalui penyediaan data dan informasi mengenai berbagai data teknis dan potensi wilayah yang ada serta kebutuhan informasi lainnya ke pemerintah pusat, serta pemberlakuan reward and punishment terhadap pengunaan DBH tahun sebelumnya

- Untuk besaran dana Dana Alokasi Umum (DAU) memang sudah ditentukan oleh pusat beradasarkan perkembangan APBN sesuai dengan rumus/formulasi statistik yang kompleks, antara lain dengan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, capaian nilai IPM dan indikator lain yang ditentukan untuk setiap daerah. Oleh sebab itu setiap daerah akan menerima jumlah dan ayang berbeda sesuai dengan perkembangan indikator-indikator tersebut

- Sedangkan untuk dana alokasi khusus (DAK), besaran dana DAK ini ditentukan oleh penyedian data teknis serta usulan yang disampaikan ke pemerintah pusat. Adapun hal ini ditentukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis. Dimana setiap tahunnya kriteria ini mengalami perubahan sesuai dengan prioritas pembangunan tahunan nasional. Penyampaian usulan dan data teknis ini dilakukan melalui Musrenbang provinsi dan nasional serta aplikasi e-musrenbang yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten, Bappeda Provinsi dan Bappenas melalui tahapan-tahapan yang ditentukan, sehingga disini selain Bappeda, peran aktif perangkat daerah terkait juga sangat menentukan besaran alokasi dana yang akan diterima.

c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Selama periode 2010 hingga 2015, jenis pendapatan ini berasal dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari provinsi, dana penyesuaian dan otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi.

Pendapatan hibah yang diterima daerah berasal dari hibah yang diteria daeri pihak perusahaan perusahaan besar yang ada di Kabupaten Dharmasraya, dimana perusahaan besar tersebut sebagian besar bergerak pada perkebunan sawit, CPO dan pengolahan karet, berdasarkan realisasi tahun 2010 hingga tahun 2015, pendapatan hibah terbesar terjadi pada tahun 2014 sebesar 3,45 milyar rupiah. Besarnya pendapatan hibah ini dipengaruhi oleh komitmen antara perusahaan dan pemerintah daerah untuk ikut serta dalam pembiayaan pembangunan daerah. Kedepannya diharapkan pendapatan hibah ini dapat meningkat seiring dengan perkembangan perusahaan yang ada

Selain hibah, bagi hasil pajak yang berasal daei privinsi berasal dari pajak kendaran bermotor (PKB), 12. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), dan Pajak Air Permukaan. Seiring dengan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah, maka hal ini juga berdampak pada penambahan kendaraan bermotor yang ada di Dharmasraya, hal ini juga memberikan pengaruh pada penerimaan daerah dalam bagi hasil pajak yang diterima dari tahun ke tahun.baik dari kendaraan baru maupun kendaran yang dibea balik nama-kan. 3.2.2. Kebijakan belanja daerah

Dilihat dari strukturnya, belanja terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja, besaran belanja daerah sangat dipengaruhi oleh pendapatan dan pembiayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Seperti halnya hukum ekonomi bahwa kebutuhan selalu melebihi dari kemampuan pendapatan yang ada. Oleh sebab itu pengalokasian belanja wajib memperhatikan kemampuan pendapatan daeran dan kondisi dan kebijakan pembiayaan daerah. Untuk itu sebagaimana prinsip belanja pemerintah yaitu efektif dan efisien, maka beberapa kebijakan yang telah dilakukan diantaranya :

- Mengutamakan berlanja yang bersifat rutin dan mengikat seperti belanja pegawai, operasional perangkat daerah serta belanja bagi hasil ke pemerintah nagari

-

Tabel 3.7. Analisis proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur Tahun

Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur (Rp) Total Pengeluaran (belanja + pembiayaan pengeluaran) (RP) Persentase 2010 234.403.371.606 453.188.540.605 51,72 2011 246.968.818.075 478.352.253.109 51,63 2012 280.938.023.804 559.270.577.074 50,23 2013 304.518.868.564 597.606.015.963 50,96 2014 328.916.848.333 681.316.609.306 48,28 2015 333.133.415.085 800.456.674.229 41,62

RPJMD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016 – 2021 Bab III - 18

Berdasarkan tabel di atas, meskipun terjadi peningkatan dalam belanja aparatur, namun persentasenya relatif menurun, hal ini disebabkan oleh perubahan belanja belanja daerah melebihi perubahan belanja aparatur

- Pelaksanaan belanja berbasis kinerja (performance based), meskipun hal ini masih belum sepenuhnya dapat diterapkan, namun upaya yang dilakukan pemerintah daerah sudah diarahkan untuk itu. Sehingga belanja/ pengeluaran anggaran yang dilakukan pemerintah daerah dapat mencapai target yang telah ditetapkan, terutama pada RPJMD periode tahun 2010-2015.

- Pemenuhan alokasi alokasi khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan diantaranya pemenuhan alokasi 20 % untuk pendidikan, 10% untuk pendidikan serta pendampingan dana DAK yang diterima daerah setiap tahunnya sebesar 10% dari total DAK yang diterima.

- Mulai tahun 2014 dan tahun 2015, maka salah satu kewajiban daerah sudah diarahkan untuk pencapaian alokasi dana desa sebesar 10% dari dana perimbangan (tidak termasuk dana DAK), dimana alokasi dana desa ini disalurkan ke nagari melalui bantun keuangan kepada pemerintah nagari.

3.2.3. Kebijakan pembiayaan daerah

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Selama periode tahun 2010 sampai tahun 2015 penerimaan pembiayaan berasal dari SILPA Tahun sebelumnya, kecuali di tahun 2011 penerimaan melakukan pinjaman daerah sebesar 22,15 milyar rupiah. Sedangkan di tahun 2012 dan tahun 2013, dengan adanya pinjaman daerah di tahun 2011 tersebut, maka pembayaran dilakukan secara berturut-turut sebesar 11,075 milyar.

Dalam dokumen RPJMD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016 2021 (Halaman 91-94)