• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan lingkungan dan sumberdaya alam disadari sangat penting untuk mencapai kemakmuran rakyat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari Undang Undang Dasar 1945 yang menegaskan penggunaan sumberdaya alam untuk kemakmuran rakyat generasi sekarang dan mendatang. Kemudian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 menegaskan perlunya pengelolaan lingkungan hidup dilandasi oleh kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh. Untuk itu, lingkungan hidup wajib dikembangkan dan dilestarikan kemampuannya agar tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bangsa dan rakyat Indonesia serta makhluk lainnya, demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.

Menyadari pentingnya kontribusi dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perlindungan lingkungan, dilakukan penyempurnaan atas UU Nomor 4 Tahun 1982 menjadi UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup.UU ini memantapkan tujuan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Seiring dengan perlunya jaminan atas kepastian hukum dan perlindungan hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem, maka pada tahun 2009 UU Nomor 23 Tahun 1997 tersebut disempurnakan menjadi UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam UU Nomor 32 Tahun 2009, didefinisikan sebagai upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Asas untuk melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terdiri atas tanggung jawab negara, kelestarian dan keberlanjutan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati-hatian, keadilan, ekoregion, keanekaragaman hayati, pencemar membayar, partisipatif, kearifan lokal, tata kelola pemerintahan yang baik; dan otonomi daerah. Adapun penjelasan maksud dari setiap asas tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambaran di atas menunjukkan telah terjadinya pergeseran dalam pengembangan kebijakan perlindungan lingkungan dari mengatur pola hubungan antara pemerintah dan industri hingga memberi perlindungan kepada setiap individu untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Awal tahun tujuh puluhan, kebijakan lingkungan difokuskan pada pengembangan prinsip lingkungan yang didesain sebagai landasan kebijakan lingkungan pada dunia usaha dan pengakuan internasional, dan pengembangan instrumen lingkungan untuk keperluan implementasi kebijakannya. Kebijakan perlindungan lingkungan umumnya ditetapkan langsung oleh pemerintah. Penetapan baku mutu

lingkungan, standar emisi, perizinan, pemberian lisensi, pajak, pembebanan biaya (pollution charges) digunakan sebagai instrumen (Barde 2000).

Tabel 1 Asas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Asas Maksud asas

Tanggung jawab negara a) Negara menjamin pemanfaatan sumberdaya alam akan

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan.

b) Negara menjamin hak warga atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

c) Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Kelestarian dan keberlanjutan

Setiap orang memikul kewajiban dan tanggungjawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

Keserasian dan keseimbangan

Pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.

Keterpaduan Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan

memadukan berbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait.

Manfaat Segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan

disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya.

Kehati-hatian Ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Keadilan Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus

mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintas generasi maupun lintas gender.

Ekoregion Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus

memperhatikan karakteristik sumberdaya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat dan kearifan lokal.

Keanekaragaman hayati Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus

memperhatikan upaya terpadu untuk mempertaruhkan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hewani yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Tabel 1 lanjutan

Asas Maksud asas

Pencemar membayar Setiap penanggungjawab yang usaha dan/atau kegiatannya

menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.

Partisipatif Setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kearifan lokal Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus

memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

Tata kelola pemerintahan yang baik

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.

Otonomi daerah Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan dan keragamaan daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sumber : UU No. 32/2009

Untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan, terdapat tiga pendekatan kebijakan lingkungan yang digunakan secara umum yaitu pendekatan negosiasi langsung dengan pihak yang bermasalah, pendekatan hukum (command and control) dan pendekatan ekonomi-mekanisme pasar.

Pendekatan negosiasi langsung merupakan cara yang paling sederhana untuk menciptakan efisiensi. Pendekatan ini dapat berjalan dengan baik apabila hak kepemilikan telah didefinisikan dengan jelas. Ketidakjelasan hak kepemilikan akan memungkinkan timbulnya konflik kepentingan (Coase dalamYakin 2004).

Pendekatan hukum atau dikenal dengan command and control approach merupakan pendekatan yang paling umum digunakan oleh lembaga pemerintah. Pemerintah menetapkan standar baku untuk proses, peralatan, dan emisi yang harus ditaati oleh pencemar dan mewajibkan perusahaan untuk melakukan tindakan perlindungan lingkungan. Jika perusahaan tidak memenuhi atau melanggar akan dikenai denda di pengadilan. Pelaksanaan kebijakan ini memerlukan ketentuan dan persyaratan administratif, ketersediaan infrastruktur, dan biaya yang sangat besar. Umumnya biaya perlindungan lingkungan diiringi

dengan menaikkan harga produk, sehingga konsumen ikut terbebani secara tidak langsung (Barde 2000; Thomas 2003). Meskipun pendekatan hukum merupakan alat efektif untuk mencegah kerusakan lingkungan, pendekatan ini hanya memungkinkan terjadinya interaksi pemerintah dan industri, belum memperhatikan kekuatan masyarakat serta pasar (Afsah et al.1996).

Pendekatan paradigma ekonomi atau sering disebut market instruments berargumen bahwa degradasi lingkungan terjadi akibat pasar tidak memberi nilai (value) atas jasa lingkungan. Kelangkaan tidak dihargai sebagai aset yang harus digunakan secara efisien. Pendekatan ini memasukkan konsep ekonomi seperti pembebanan pajak atau ongkos atas jumlah polusi per unit waktu yang dapat diserap. Pasar yang didalamnya ada masyarakat dan konsumen menjadi aktor untuk memberi tekanan perlunya perlindungan lingkungan atas pengelolaan dan produk perusahaan. Perusahaan menggunakan sumberdaya alam secara efisien dan menerapkan teknologi terbaik untuk mengendalikan pencemaran. Pendekatan ini dinilai lebih mampu mendorong pencegahan polusi yang lebih fleksibel dan ekonomis (Barde 2000).