• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.2. Kecamatan Samudera

4.2.3. Kebudayaan

Menurut E.B. Taylor, kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut R. Linton kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil dari tingkah laku, yang unsur- unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.

Masyarakat Aceh pada umumnya sangatlah percaya dan patuh terhadap budaya, salah satunya adalah budaya madeueng dan budaya peuciciap. Budaya

madeueng, jika seseorang perempuan akan bersalin mulailah diadakan persiapan

seperlunya untuk menanti kedatangan bayi.

Mula-mula suaminya menyediakan tunggul-tunggul kayu yang baik yang akan dibakar untuk memanaskan batu, yang nantinya akan diletakkan di atas perut ibu setelah melahirkan sejak hari ke sepuluh sampai hari ke 44, batu tersebut dibalut dengan daun pisang dan dibungkus dengan kain yang telah using. Tindakan ini bertujuan untuk mempercepat pengecilan dan pengeringan rahim. Selanjutnya disediakan sebuah balai-balai yang tingginya sampai satu meter, balai-balai ini digunakan untuk tempat tidur ibu pada saat madeueng, setelah selesai madeueng ibu akan pindah ke tempat tidur yang telah disediakan. Di bawah balai-balai disediakan dapur yang khusus dibuat dari papan berukuran panjang satu meter, lebar 3/4 meter, tinggi 30 cm. Selanjutnya dapur itu diisi dengan tanah dan bara api, tindakan ini

bertujuan untuk menghangatkan badan dan menguatkan tulang-tulang ibu yang pada saat melahirkan sudah terjadi peregangan. Api dari tunggul kayu tersebut tidak boleh besar atau menyala besar.

Selain dari pada itu disediakan ramuan-rainuan tradisional yang terbuat dari kunyit (Curcuma domestica) yang dianggap dapat menyembuhkan bengkak di dalam rahim setelah melahirkan dan dapat memperlancar keluar darah kotor. Jeruk nipis

(Citrus aurantifolia) dianggap dapat menciutkan rahim yang luka setelah melahirkan. gula aren untuk menambah rasa manis. kencur (Kaempferia galangal L) untuk menambah daya tahan tubuh, menghilangkan masuk angin dan kelelahan. Kunyit dan kencur terlebih dahulu digiling halus kemudian dicampur dengan jeruk nipis dan gula aren, yang diminum setiap pagi sebanyak satu gelas kecil (200 cc) selama

madeueng1

Makanannya selama kegiatan madeueng adalah nasi campur air dengan ikan kering yang digongseng. Lain-lain makanan tidak diperbolehkan, bahkan telurpun dilarang sama sekali. Setelah empat puluh empat hari lamanya barulah perempuan itu dibolehkan turun dan diadakanlah acara mandi dengan istilah manoe peuetploh peuet

(mandi hari ke empat puluh empat). Akan tetapi seiring dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan tehnologi, maka budaya madeueng semakin kurang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh, namun masyarakat di Kecamatan

.

1

Madeueng adalah suatu kegiatan yang dilakukan selama empat puluh empat hari oleh seorang wanita yang sudah melahirkan, kegiatan yang dilakukan antara lain: meletakkan batu panas di atas perut yang terlebih dahulu dibalut dengan kain, makan makanan yang kering, minum air putih dibatasi hanya diperbolehkan 1 gelas kecil, minum ramu-ramuan yang terbuat dari daun kayu dan kunyit, pada pagi sampai siang hari tidur di tempat tidur yang sudah disiapkan bara api untuk menghangatkan badan.

Samudera sebahagian besar masih melaksanakan madeueng walaupun kurang sempurna sebagaimana yang dilaksanakan oleh orang-orang zaman dahulu.

Budaya peucicap adalah upacara untuk memberi rasa makanan kepada bayi. Rasa yang diberikan ini terdiri dari manisan lebah dan air buah-buahan. Bahan-bahan yang harus dipersiapkan dalam upacara ini terdiri dari manisan lebah, beureteh jagung (jagung yang sudah digongseng), buah kelapa muda, telur ayam, gunting rambut, cermin, cincin emas, nasi pulut, hati ayam, surat yasin dan rencong. Bahan- bahan ini dimaknakan sebagai isyarat, bahwa madu itu rasanya manis asli tanpa campuran maka diharapkan bayi setelah dewasa buah dapat bertutur kata yang manis sebagaimana manisnya madu. Beureteh jagung (jagung yang sudah digongseng) yang kembang diibaratkan setelah bayi dewasa apabila dia bekerja maka rezekinya akan bertambah sebagai mana kembangnya beureteh. Buah kelapa muda beserta airnya merupakan air yang bersih dan bisa dijadikan obat. Gunting rambut, dipakai untuk mengunting rambut bayi sebanyak lebih kurang tujuh helai sebagai isarat membuang rambut yang kotor dan dimasukkan ke dalam air kelapa muda. Cermin digunakan untuk melakukan intropeksi terhadap diri sendiri. Kalau bayi perempuan ditambahkan cincin emas sebagai isyarat kelak dia dewasa akan berharga dimata laki-laki. Nasi pulut sebagai lambang kelengketan hubungan antar saudara.

Dalam upacara ini turut sanak keluarga kedua belah pihak (baik keluarga istri maupun keluarga suami), geuchik (kepala Desa), teungku (ustad) dan tetangga yang berdekatan. Acara peucicap dilakukan oleh orang-orang alim (yang dimaksud alim adalah orang yang berilmu dan takut terhadap Allah), terpandang (orang yang

disegani oleh masyarakat karena memiliki ilmu), dan baik budi pekertinya (orang yang memiliki ahklak yang mulia dan taat kepada Allah).

Ini mempunyai tujuan agar bayi itu kelak akan alim, terpandang dan baik budi pekertinya. Menurut anggapan mereka bayi akan meniru sifat-sifat orang peucicap.

Bila bayi yang di peucicap itu laki-laki dilakukan oleh orang lelaki dan bila perempuan maka oleh orang perempuan.

Peucicap dimulai dengan "Bismillahirrahmanirahim" diteruskan dengan ucapan beu mameh lidah (manislah lidah pada saat berbicara), panyang umu

(panjang umur), mudah rezeki, di thee lam kawom (terpandang dalam keluarga) dan

taat keu agama (taat dalam agama). Setelah ucapan itu selesai lalu diolesi manisan lebah, air (pati) buah-buahan pada mulut bayi. Tujuan pengolesan manisan lebah dan pati buah-buahan, adalah untuk memberi rasa kepada bayi, agar nanti tidak canggung hidupnya dalam masyarakat, dan rajin bekerja.

Sesudah selesai acara pengolesan, lalu diambil hati ayam diletakkan di atas dada bayi, lalu dibalik-balik dengan membaca Bismillahhirahmannirahhim. Tujuan dari membalik balik hati ayam ini, agar dalam bertindak dan berbuat sesuatu kelak ia selalu mendapat petunjuk

Acara yang terakhir adalah memperlihatkan surat yasin dan rencong pada bayi. Acara ini bertujuan agar kelak ia menjadi anak yang taat kepada agama, menjadi anak yang berani mempertahankan kebenaran dan berani melawan kejahatan.

Dokumen terkait