• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

5.1. Pengaruh Keluarga dalam Pengambilan Keputusan terhadap Ibu

5.1.2. Peran Individu dalam Keluarga yang Memengaruh

Penolong Persalinan

1. Keluarga sebagai Pemberi Pengaruh

Dalam pengambilan keputusan sebelum tindakan akhir adalah keputusan itu sendiri diambil seseorang biasanya membuat pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu. Hal ini didapat dari anngota keluarga yang memberi pengaruh. Pertimbangan- pertimbangan tersebut yang menjadi bahan pemikiran sebelum keputusan dibuat berasal dari orang-orang yang dipercaya dan orang-oang dekatnya. Keadaan ini juga

terjadi pada ibu yang memilih bidan desa sebagai penolong persalinan. Keadaan ini dapat digambarkan dengan narasi berikut ini:

“Kata kakak sepepu saya,melahirkan lagi sama buk A aja. Kakak selalu aman kalo melahirkan dengan buk A. Setelah jumpa kakak sepupu saya pun merundingkan dengan mamak sama siapa saya melahirkan, ujar M.

Dari narasi diatas dapat dilihat bahwa ada keluarga yang memberi pengaruh kepada ibu adalah orang tuadan kakak sepupu sehingga ibu mempertimbangkan pendapat-pendapat dari anggota keluarga yang dekat dengannya dan yang dipercayainya. Kita lihat bahwa M sebelum mengambil keputusan M mendengarkan pendapat ibunya dan mempertimbangkannya untuk menjadi bahan yang akan dirundingkan sebelum membuat keputusan memilih bidan desa. Karena suami sudah tinggal di rumah mertua menjadi jauh sulit untuk berkomunikasi. Jadi orang tua yang menjadi pemberi pengaruh keputusan.

Pemberi pengaruh berbeda terjadi pada Ma sebelum mengambil keputusan. Pemberi penggaruh keputusan adalah suaminya. Hal ini dapat digambarkan dengan narasi sebagai berikut:

“Kami mau sama buk Nu karena mau melahirkan dirumah, kalo sudah sakit suami tinggal panggil, jadi suami ngak payah lagi karena ngawani saya melahirkan dirumah. Anak-anak kurang bertingkah kalo lihat saya ada dirumah biarpun sakit, suami nggak capek kali jaga anak-anak. Biaya melahirkan sama buk Nu murah suami cukup uangnya untuk bayar. Saya dan suami sepakat melahirkan di buk Nu”, kata Ma.

Dari narasi diatas dapat dilihat bahwa ibu mendengarkan pendapat-pendapat suaminya dan mempertimbangkannya. Pendapat-pendapat tersebut untuk menjadi bahan yang akan dirundingkan sebelum membuat keputusan. Jadi suami yang

menjadi pemberi pengaruh. Suami yang menjadi pemberi pengaruh dalam pengambilan keputusan ibu terjadi juga pada ibu.

Hal lain terjadi pada ibu lainnya. Pada I.N, suami dan mertua yang menjadi pemberi pengaruh dalam keputusannya. Keadaan ini dapat digambarkan dengan narasi sebagai berikut:

”Buk N kan bidan desa kami, dia tinggal ditempat. Kalo aku bersalin sama buk Nur bisa dipanggil kerumah jadi keluargaku tidak berapa repot. Kalo melahirkan dirumah sakit jadi jauh dari rumah kasian mertuaku. Mertua menyuruh melahirkan sama buk N karena dekat rumah. Saya bilang sama suami, dia setuju saya melahirkan sama buk N. Saya, suami dan mertua sepakat melahirkan sama buk N”, tutur I.N.

Hal berbeda terjadi pada keluarga J. Ibunya dan suaminya yang menjadi pemberi pengaruh dalam pengambilan keputusan memilih bidan desa. Jadi orangtua dan suami yang memberi pengaruh. Hal ini dapat digambarkan dengan narasi dibawah ini:

“Mamak bilang melahirkan sama buk Nu aja karena mau melahirkan dirumah, jadi ngak payah lagi ngawani saya melahirkan dirumah. Anak-anak ngak cengeng kali kalo lihat saya ada dirumah. Suami ngak capek kali jaga anak- anak. Kalo saya sakit dekat. Buk Nu tinggal cuma desa sebelah tinggal panggil aja. Saya bilang sama suami gampang kalo melahirkan sama buk Nu. Dia setuju saya melahirkan sama buk Nu”, kata J.

Hal serupa juga terjadi pada keluarga S, S.M, dan Ro pemberi pengaruh keputusan adalah suami dan orangtua.

Hal lain terjadi pada Ra suami tidak tinggal lagi bersamanya yang sering diajaknya berunding adalah kakak dan ibunya. Sebelum memutuskan untuk memeilih bidan desa sebagai penolong persalinan Ra mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat keduanya. Kondisi ini dapat digambarkan dalam narasi sebagai berikut:

“Kakak suka kalo saya melahirkan sama buk A ngak payah manggil waktu saya sakit melahirkan karena dekat rumahnya cuma desa sebelah. Juga ngak terlalu repot menjaga anak-anak, karena mamaknya nampak dirumah katanya jadi ngak cengeng kali. Mamak nyuruh saya melahirkan sama buk A karna buk A mau dipanggil kerumah, ngak payah mamak jalan lagi. Jadi melahirkan dirumah saja, mamak yang ngawani saya melahirkan,” kata Ra.

Dari narasi diatas dapat dilihat bahwa yang memberi pengaruh bagi Ra dalam pengambilan keputusan pemilihan bidan desa adalah orang tua dan kakaknya.

2. Keluarga sebagai Pengambil Keputusan

Dalam pengambilan keputusan sebelum tindakan akhir adalah keputusan itu sendiri diambil seseorang biasanya membuat pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu. Hal ini didapat dari anngota keluarga yang memberi pengaruh. Pertimbangan- pertimbangan tersebut yang menjadi bahan pemikiran sebelum keputusan dibuat berasal dari orang-orang yang dipercaya dan orang-oang dekatnya. Akhir dari pertimbangan tersebut kemudian diputuskan sendiri, atau dirundingkan. Kondisi ini juga terjadi pada ibu yang memilih bidan desa sebagai penolong persalinan. Keadaan ini dapat digambarkan dengan narasi sebagai berikut:

“Suami ngak tinggal dirumah lagi, kami jarang pakat-pakat lagi. Sama mamak saja saya berunding untuk melahirkan sama buk A karena bisa melahirkan dirumah. Jadi mamak sama kakak ngak payah ngurus anak-anak. Suami masih mau bayar biaya buk A. Saya sama mamak sepakat melahirkan sama buk A saja” ujar Ra.

Dari narasi diatas dilihat bahwa pengambil keputusan dalam pemilihan bidan desa sebagai penolong persalinan adalah ibu dan orangtua. Kondisi yang sama kita jumpai pada M, ibu dan orang tua sebagai penolong persalinan.

Hal lain kita jumpai pada I.N, suami dan ibu sebagai pengambil keputusan. I.N mendengar dan mempertimbangkan pendapat mertuanya yang mengusulkan melahirkan dengan bidan desa. Hal ini dirundingkannya bersama suaminya. Dengan pertimbangan mertuanya tidak terlalu repot menjaga anak-anak, melahirkan dapat dirumah, jarak dari rumah dekat, keluarga sudah cukup lama kenal dengan buk N, serta biaya cukup keputusan yang diambil oleh suami dan I.N adalah melahirkan dengan buk N. Keadaan ini dapat digambarkan dalam narasi dibawah ini:

”Buk N kan bidan desa kami, dia tinggal ditempat. Kalo aku bersalin sama buk N bisa dipanggil kerumah jadi keluargaku tidak berapa repot. Kalo melahirkan dirumah sakit jadi jauh dari rumah kasian mertuaku. Mertua menyuruh melahirkan sama buk N karena dekat rumah. Aku bilang sama suamiku, dia setuju aku melahirkan sama buk N. Saya, suami sepakat melahirkan sama buk N”, tutur I.N.

Dari narasi diatas dilihat bahwa pengambil keputusan dalam pemilihan bidan desa sebagai penolong persalinan adalah ibu dan suami. Kondisi yang sama kita jumpai pada M, ibu dan orang tua sebagai penolong persalinan. Kondisi yang sama terjadi pada keluarga R, S, S.M., Ma, dan J.

Menurut James Angel, dkk keputusan keluarga setidaknya lima peranan yang dapat didefenisikan. Peranan-peranan ini mungkin dipegang oleh suami, istri, anak dan anggota lain dalam rumah tangga. Peranan ganda maupun aktor ganda adalah normal.

1. Penjaga pintu (gatekeeper). Inisiator pemikiran keluarga mengenai pembelian produk atau pemakaian jasa dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan.

2. Pemberi pengaruh (influencer). Individu yang opininya dicari sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam pembelian produk atau pemakaian jasa yang paling cocok.

3. Pengambil keputusan (decider). Orang dengan wewenang dan atau kekuasaan keuangan untuk memilih bagaimana uang keluarga akan dibelanjakan dan produk atau jasa mana yang akan dipilih.

5.1.3. Peran Pasangan Hidup dalam Pengambilan Keputusan Keluarga pada

Dokumen terkait