• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Pemilihan Pertolongan Persalinan

2.2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bidan Desa

Bagi dunia kesehatan, khususnya tenaga bidan yang dikatakan sebagai ujung tombak pelayan kesehatan, utamanya dalam membantu proses persalinan dan pemeliharaan kesehatan bayi. Pelayanan kesehatan adalah suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan pertolongan, bimbingan, pendidikan, perlindungan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Secara luas pelayanan mencakup fungsi pengembangan menyangkut memberikan pelayanan seperti pendidikan kesehatan kerumah-rumah maupun bentuk- bentuk pelayanan umum lainnya.Upaya kesehatan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No. 131/MENKES/SK/II/2004 tanggal 10 Februari 2004, Sistem Kesehatan Nasional mempunyai 2 bentuk yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) meliputi: Strata 1 : Puskesmas, Strata 2 : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Strata 3 : Dinas Kesehatan Provinsi. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) meliputi: Upaya Kesehatan Dasar, Upaya Kesehatan Spesialis dan Upaya Kesehatan Unggulan.

Dari hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh bidan desa cenderung dalam pelayanan tingkat dasar pertama. Selain membantu penurunan angka kematian ibu juga peningkatan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Bidan desa juga membantu memberikan pengobatan pertama pada masyarakat yang membutuhkan pertolongan dalam pelayanan kesehatan sebelum pasien mendapat pertolongan yang lebih efesien di

Puskesmas atau Rumah Sakit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 900/MENKES/SK/VII/ 2002 tentang registrasi dan praktek bidan Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa dan dalam melaksanakan pelayanan medis baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bidan desa harus bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Dasar pelaksanaan penempatan bidan desa sesuai surat edaran Direktur Jenderal Pembina Kesehatan Masyarakat No.429/Binkesmas /DJ/III/89 pada tanggal 29 Maret 1989. Bidan Puskesmas adalah bidan yang ditempatkan dan bertugas di Puskesmas, mempunyai wilayah kerja di Kecamatan dan dibantu oleh bidan di Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Bidan Desa (Bides) dalam melaksanakan tugas pelayanan medis, baik di dalam maupun di luar jam kerjanya. Bidan harus tetap bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas di wilayah kecamatan dimana ia ditempatkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Tujuan khusus penempatan Bidan di Puskesmas (Panduan Bidan Tingkat Desa, Depkes RI, 1990) :

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

b. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan khususnya 5 program prioritas di desa.

c. Meningkatnya mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal serta pelayanan kontrasepsi.

d. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan, persalinan dan perinatal.

e. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare.

f. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan kesehatan kelompok Dasa Wisma.

g. Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa seperti gerakan Dana Sehat.

Tugas Pokok Bidan Puskesmas (Panduan Bidan Tingkat Desa, Depkes RI, 1990) :

a. Melaksanakan kegiatan Puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.

b. Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk berperilaku hidup sehat.

Fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah (Panduan Bidan Tingkat Desa, Depkes RI, 1990) :

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat ke rumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi. b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.

c. Membina dan memberikan bimbingan teknis pemasalahan kesehatan setempat. d. Membina kelompok dasa wisma dibidang kesehatan.

e. Membina kerjasama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat.

f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian obat serta adanya penyakit–penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan.

Wewenang bidan yang bekerja di desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini diatur dengan keputusan Menteri Kesehatan No. 900/MENKES/SK/VII/2002, bidan dalam praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa pranikah termasuk remaja puteri, prahamil, persalinan, nifas, menyusui dan masa antara kehamilan (periode interval). Pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan menjelang pranikah. Tujuan dari pemberian pelayanan ini adalah untuk mempersiapkan wanita usia subur dan pasangannya yang akan menikah agar mengetahui kesehatan reproduksi sehingga dapat berperilaku reproduksi sehat secara mandiri dalam kehidupan rumah tangganya kelak.

Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang diberikan. Perhatian khusus diberikan pada masa sekitar persalinan, karena kebanyakan kematian ibu dan bayi terjadi dalam masa tersebut. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya bayi baru lahir), balita dan anak pra sekolah. Dalam

melaksanakam pertolongan persalinan, bidan dapat memberikan uterotonika. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh bidan adalah kelainan ginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter atau tindak lanjut pengobatan sesuai advis dokter.

Pelayanan kesehatan kepada anak meliputi :

a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit yang meliputi : pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini, membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan. Pemberian air susu ibu (ASI) dini dalam 30 menit setelah melahirkan, mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusat secara higienes, pemberian imunisasi dan pemberian ASI eksklusif. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0-28 hari, penyuluhan kepada ibu tentang pemberian makanan pengganti ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan, pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita. b. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan, sepanjang sesuai

dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk ke dokter. Beberapa tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain : a. Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja puteri, calon

b. Memberikan suntikan kepada peyulit kehamilan meliputi pemberian secara parental antibiotika pada infeksi/sepsis, oksitosin pada kala III dan kala IV untuk pencegahan atau penanganan perdarahan post partum karena hipotonia uteri,

sadativa pada preeklamsi atau eklamsi sebagai pertolongan pertama sebelum dirujuk.

c. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm pada letak belakang kepala, pada distosia karena inertia uteri dan diyakini bahwa bayi dapat lahir pervaginam.

d. Kompresi bimanual internal dan/atau eksternal dapat dilakukan untuk

menyelamatkan jiwa ibu pada pendarahan postpartum untuk menghentikan pendarahan, diperlukan keterampilan bidan dan pelaksanaan tindakan sesuai dengan protap yang berlaku.

e. Versi luar pada gemelli pada kelahiran bayi kedua. Kehamilan ganda seharusnya sejak semula direncanakan pertolongan persalinannya di rumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak diketahui, bidan yang menolong persalinan terlebih dahulu dapat melakukan versi luar pada bayi kedua yang tidak dalam presentasi kepala sesuai dengan protap.

f. Ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam bila janin dalam presentasi belakang kepala dan kepala janin telah berada di dasar panggul.

g. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bidan diberi wewenang

melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan dan pada

bayi dengan berat lahir rendah, utamanya bayi prematur yang mempunyai berat kurang dari 2500 gram.

h. Hipotermi pada bayi baru lahir, Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan

penanganan hipotemi pada bayi baru lahir dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.

Bidan dalam melaksanakan pemberian pelayanan Keluarga Berencana (KB) harus memperhatikan kompetensi dan protap yang berlaku di wilayahnya, meliputi : a. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana yakni: pemasangan IUD, alat

kontrasepsi bawah kulit (AKBK), suntikan, tablet, kondom, diafragma, jelly dan melaksanakan konseling.

b. Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi. Pertolongan yang diberikan oleh bidan bersifat pertolongan pertama yang perlu mendapatkan pengobatan oleh dokter bila gangguan berlanjut.

c. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan pelaksanaannya berdasarkan protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling.

d. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam memberikan pertolongan bidan harus mengikuti protap yang berlaku.

Bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan. Beberapa kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kewenangan adalah :

a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan. Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan yang dilakukan. Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan yang dilakukan kepadanya. Persetujuan dari pasien dan orang terdekat dalam keluarga perlu dimintakan sebelum tindakan.

b. Memberikan informasi mengenai pelayanan atau tindakan yang diberikan dan efek samping yang ditimbulkan perlu disampaikan secara jelas sehingga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya.

c. Melakukan rekam medis dengan baik, setiap pelayanan yang diberikan oleh bidan perlu didokumentasi atau dicatat hasil pemeriksaan dan tindakan yang diberikan dengan menggunakan format yang berlaku.

Proses dalam penyediaan dan penyerahan obat-obatan :

a. Bidan harus menyediakan obat–obatan maupun obat suntik sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

b. Bidan diperkenankan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk keperluan darurat dan sesuai dengan protap.

Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk surat keterangan lahirnya hanya dapat dibuat oleh bidan yang memberikan pertolongan persalinan tersebut dengan menyebutkan :

a) Identitas bidan penolong persalinan. b) Identitas suami dan ibu yang melahirkan.

c) Jenis kelamin, berat badan dan panjang badan anak yang dilahirkan. d) Waktu kelahiran (tempat, tahun, bulan, tanggal dan jam).

b. Untuk surat keterangan kematian hanya dapat diberikan terhadap ibu dan atau bayi yang meninggal pada waktu pertolongan persalinan, dilakukan dengan menyebutkan :

a) Identitas bidan.

b) Identitas ibu/bayi yang meninggal.

d) identitas ayah dan ibu dari bayi yang meninggal. e) Jenis kelamin.

f) Waktu kematian (tempat, tahun, bulan, tanggal dan jam). g) Dugaan penyebab kematian.

c. Setiap pemberian surat keterangan kelahiran atau surat kematian harus dilakukan pencatatan.

Dokumen terkait