• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Kecerdasan Emosional

1. Definisi kecerdasan emosional (Emotion Intelligence)

Pada tahun 1990, dua psikolog Salovey dan Mayer, membuat konsep kecerdasaan emosional ( Emotional Intelligence- EI). Menurut Salovey dan Mayer kecerdasaan emosional adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan meregulasi emosi, suatu komponen penting dari tingkah laku yang efektif dan inteligen (dalam Papalia dkk., 2008). Selain itu EI

adalah kemampuan untuk memonitor diri sendiri dan emosi orang lain, untuk membedakan diantaranya, dan menggunakan informasi tersebut untuk memandu berfikir dan bertindak.

Terrel dan Hugses (2008) mengatakan bahwa EI membahas bagaimana manusia bertindak secara subjektif, non-perilaku kognitif keterampilan untuk mengelola dan meningkatkan hubungan dan kondisi kehidupan. Patton (1998) memberi pendapat tentang kecerdasan emosional, yaitu bahwa EI adalah kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai sasaran, membangun relasi dan meraih keberhasilan. Goleman adalah psikolog yang mempopulerkan konsep kecerdasaan

emosional dan memperluaskan hingga mencakup beberapa kualitas seperti, optimisme, kecermatan, motivasi, empati, dan kompensasi sosial (dalam Papalia dkk., 2008). Goleman (1998) menyatakan bahwa kecerdasaan emosional adalah kemampuan yang lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan, serta mengatur keadaan jiwa.

Dapat disimpulkan bahwa kecerdasaan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengelola emosi diri sendiri dan orang lain agar terciptanya relasi antara satu dengan yang lain.

2. Komponen -komponen kecerdasan emosional

Goleman (1998) mengadaptasi model kecerdasaan emosional dari Salovey dan Mayer, yang menurutnya paling bermanfaat untuk memahami cara kerja kecerdasaan emosi dalam kehidupan sehari-hari. Goleman (1998) mengungkapkan ada 5 komponen dasar dari kecerdasaan emosional dan kecakapan sosial, yaitu :

a. Kesadaran diri.

Kemampuan untuk mengenali apa yang individu rasakan dan menjadi pengarah untuk pengambilan keputusan diri sendiri. Individu tersebut juga memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat, ini yang disebut kesadaran diri.

Kesadaran diri dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kesadaran emosi, penilaian diri dan percaya diri.

1) Kesadaran emosi

Kasadaran emosi berarti individu dapat mengenali emosi diri sendiri dan juga efek dari emosinya.

2) Penilaian diri

Kemampuan penilaian diri menunjukkan secara luas pengetahuan individu itu sendiri. Pengetahuan yang dimaksud adalah tentang kekuatan dan batas-batas diri sendiri.

3) Percaya diri

Kepercayan diri menunjukkan seberapa besar keyakinan yang dimiliki individu tentang harga diri dan kemampuan individu itu sendiri.

b. Pengaturan diri

Pengaturan diri adalah kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif kepada individu itu sendiri, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda sesuatu hal sebelum mencapai target dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Kemampuan pengaturan diri dapat dibagi menjadi 5, yaitu :

1) Kendali diri

Kendali diri yaitu kemampuan mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang sifatnya tidak baik

2) Sifat dapat dipercaya

Kemampuan memelihara dan menjunjung norma kejujuran dan integritas.

3) Kewaspadaan

Kewaspadaan yaitu sikap yang bertanggung jawab pada kinerja diri sendiri.

4) Adaptibilas

Adaptibilitas yaitu mampu dalam menghadapi perubahan perubahan yang terjadi

5) Inovasi

Inovasi adalah kemampuan mudah menerima dan terbuka pada ide-ide, pendekatan dan informasi- informasi yang baru

c. Motivasi

Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk menggerakan dan menuntun kearah sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta mampu menghadapi kegagalan dan frustasi. Motivasi ini dapat di bagi menjadi 4, yaitu : 1) Dorongan prestasi

Dorongan prestasi adalah dorongan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya atau memenuhi standar keberhasilan

2) Komitmen

Kemampuan dimiliki oleh individu yang dapat menyesuaikan diri dengan tujuan kelompok disebut komitmen

3) Inisiatif

Inisiatif yaitu kesiapan untuk melihat dan memanfaatkan kesempatan

4) Optimisme

Optimisme adalah kegigihan dalam memperjuangkan tujuannya walaupun ada rintangan dan kegagalan.

d. Empati

Empati adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu yang dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, selain itu juga memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Empati dapat diuraikan menjadi 5, yaitu:

1) Memahami orang lain

Memahami orang lain adalah kemampuan mengindra perasaan dan juga perspektif orang lain. Selain itu, individu tersebut menunjukkan minat aktif pada kepentingan orang lain.

2) Orientasi pelayanan

Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.

3) Mengembangkan orang lain

Mengembangkan orang lain adalah kemampuan merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha mengembangkan kemampuan orang lain.

4) Menerima keragaman

Menerima keragaman yaitu menumbuhkan peluang melalui relasi yang orang lain.

5) Kesadaran politik

Kesadaran emosi adalah kemampuan yang mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.

e. Keterampilan sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berrelasi dengan orang lain dan juga cermat membaca situasi serta jaringan sosial. Individu yang memiliki kemampuan ini dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang lain dan keterampilan ini dapat dengan mudah mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan

menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja sama dalam tim. Keterampilan sosial ini dapat dibagi menjadi 8 bagian, yaitu :

1) Pengaruh

Pengaruh yaitu memiliki berbagai taktik dan strategi untuk persuasi orang lain.

2) Komunikasi

Mengirimkan pesan yang jelas dan tepat, juga meyakinkan orang lain 3) Kepemimpinan

Kepimpinan adalah kemampuan yang dapat membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok serta orang lain.

4) Katalisator perubahan

Katalisator perubahan adalah kemampuan memulai dan mengelola perubahan

5) Manajemen konflik

Manajemen konflik yaitu kemampuan yang dapat bernegosiasi dan memecahkan silang pendapat.

6) Pengikat jaringan

Pengikat jaringan adalah kemampuan menumbuhkan hubungan relasi sebagai alat.

7) Kolaborasi dan kooperasi

Kolaborasi dan kooperasi yaitu kemampuan yang mampu bekerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama

8) Kemampuan tim

Kemampuan tim yaitu kemampuan yang dapat menciptakan sinergi pada kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.

3. Ciri-ciri kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional bisa terditeksi dengan melihat tingkah laku yang mereka lakukan. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik biasanya memiliki ciri- ciri sebagai berikut (dalam, Asih dan Pratiwi, 2002):

1) Penerimaan diri yang baik. Individu yang yang memiliki kecerdasaan emosi yang baik akan menerima kondisi fisik maupun psikisnya, baik secara pribadi dan sosial.

2) Pada umumnya tidak impulsif karena dapat mengatur pikirannya dalam memberikan tanggapan terhadap stimulus.

3) Dapat mengontrol emosi dengan baik dan juga mengontrol ekspresi emosinya dengan baik.

4) Dapat berpikir objektif sehingga akan lebih sabar, pengertian dan cukup memiliki sikap toleransi yang baik

5) Bertanggung jawab penuh, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami frustasi dan juga mampu menghadapi masalah.

6) Kasih sayang. Individu mempunyai rasa kasih sayang seperti kasih sayang orang tua atau keluarganya sehingga dapat diwujudkan kepada orang lain sesuai dengan norma sosial yang ada.

7) Emosi terbuka, lapang, yang artinya individu tersebut menerima kritik dan saran dari orang lain demi pengembangan diri dan memahami secara mendalam tentang dirinya.

8) Objektif, yang dimana individu tersebut akan memandang kejadian

berdasarkan dunia orang lain dan tidak hanya dari sudut pandang pribadi.

4. Dampak Kecerdasan Emosional

Kemampuan kecerdasan emosional memiliki dampak kepada individu itu sendiri. Dampak dari kecerdasan emosional (Goleman, 1998) adalah :

1) Individu tersebut lebih bertanggung jawab pada tugasnya.

2) Individu dapat lebih memahami keadaan orang lain, karena memiliki tenggang rasa dan sangat perhatian dengan lingkungannya.

3) Individu juga lebih pintar untuk membuat strategi dan terampil dalam menyelesaikan konflik atau masalah antar pribadi.

4) Saat individu memahami keadaan orang lain, individu tersebut lebih bersifat sosial, suka menolong, dan mampu mengurangi berperilaku kasar pada orang lain.

5) Individu lebih memahami akibat-akibat dari tindakan mereka, sehingga individu tersebut akan berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.

6) Individu juga mampu mengatasi kecemasan yang ada dalam dirinya. 7) Individu dapat dijadikan tempat bergantung oleh rekan-rekan

sebayanya.

8) Individu mampu bekerja sama dengan orang lain.

9) Individu mudah bergaul dengan orang lain sehingga mempunyai teman yang banyak.

10) Individu juga membawa suasana yang lebih positif di lingkungannya.

C. Polisi

Polisi adalah institusi yang bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban agar tercipta suasana kehidupan yang aman, tentram dan damai (police as a maintenance order officer) (Sadjijono, 2006). Polisi juga berperan dalam menegakkan hokum dan norma yang di hidup atau dianut oleh masyarakat ( police as an enforcement order officer). Pada saat memerankan profesi ini, polisi dapat memaksakan berlakunya hukum. Jika

ada masyarakat yang melanggar hukum, terurtama perilaku yang menyimpang (kejahatan), maka diperlukan peran polisi untuk memulihkan keadaan (restitutio in integrum) dan memaksa si pelanggar hukum untuk bertanggung jawab atau menanggung akibat dari perbuatannya (Sadjijono, 2006).

Banyak perilaku polisi yang menunjukkan ketidak profesionalnya saat bekerja. Contohnya saja berita yang dimuat di harian Pikiran Rakyat, tanggal 15 Juni 2004, karena kesalahan plat nomor kendaraan, kendaraan pelapor diberhentikan oleh oknum Polantas, kemudian diminta SIM dan STNK,

sampai akhirnya oknum Polantas tersebut menawarkan “denda damai”. Pada

saat itu pelapor tidak membawa uang, dan karena kesal oknum Polantas tersebut kemudian melemparkan SIM dan STNK ke muka pelapor. Ada juga fenomena yang membahas tentang perilaku kurang baik dari polisi lalu lintas. Masyarakat sering mengeluhkan tentang ketidakramahannya sampai perilaku yang suka menilang dengan paksa (Jawa Pos, 4/7/2006). Fenomena-fenomena ini menjadi latar belakang mengapa masyarakat mempertanyakan bagaimana perilaku polisi yang sebenarnya.

Banyak penelitian yang membahas tentang polisi. salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dwi Susanti (2007), yang ingin melihat apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan profesionalisme pada polisi fungsi Samapta Kepolisian wilayah kota besar Semarang. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan Skala Profesionalisme

pada Polisi dan Skala Kecerdasan Emosional yang disebarkan kepada 70 subjek. Skala Profesionalisme pada Polisi terdiri dari 26 aitem dengan α = 0, 809, dan Skala Kecerdasan Emosional terdiri dari 25 aitem dengan α = 0, 853.

Hasil analisis tersebut juga menunjukkan adanya hubungan positif dan sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan profesionalisme pada polisi yang ditunjukkan oleh angka korelasi rxy = 0,502 dengan p = 0,000 (p<0,05).

Penelian juga dilakukan oleh Adria Dahriani (2007), yang membahas perilaku prososial terhadap pengguna jalan (studi fenomenologis pada polisi lalu lintas). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Subjek penelitain ini sebanyak tiga personil anggota Satlantas Polwiltabes Semarang yang berada di pos penjagaan yang berbeda-beda. Penelitian ini menemukan bahwa dalam berperilaku prososial memerlukan proses evaluasi, berupa pertimbangan-pertimbangan tertentu, sampai pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial subjek. Hasil evaluasi tersebut akan mengambarkan perilaku prososial subjek dalam bentuk respon yang sesuai dengan sikapnya.

Polisi harus tetap siaga terhadap keadaan yang mengancam keselamatan masyarakat. Di dalam UU Kepolisian No.2 Tahun 2002 disebutkan bahwa kepolisian merupakan satu satu fungsi pemerintah Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta

terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung Hak Asasi Manusia (HAM).

Dalam pasal 13 dan 14 UU No. 2 tahun 2002 menjelaskan beberapa tugas yang dilakoni oleh polisi (Sadjijono, 2006), yaitu:

1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. 2) Menegakkan hukum.

3) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

4) Membina dan meningkatkan partisipasi, kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

5) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

Tugas polisi juga diatur dalam UU No. 13 tahun 1961 (Sadjijono, 2006) yang menyatakan bahwa polisi bertugas memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk memberi perlindungan dan pertolongan. Polisi juga bertugas mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit sosial, misalnya gelandangan, premanisme, dan lain-lain. Tidak hanya itu, polisi juga menuntun warga masyarakat untuk taat terhadap peraturan-peraturan negara.

Dokumen terkait