• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN BAHAN PELINDUNG ALAMI DALAM

MEMPERTAHANKAN VIRULENSISpodoptera exigua

NUCLEOPOLYHEDROVIRUS (SeNPV)

The Effectiveness of Natural Protectant to Maintain theSpodoptera exigua

Nucleopolyhedrovirus (SeNPV) Infectivity

Abstrak

Spodoptera exigua nucleopolyhedrovirus (SeNPV) merupakan patogen ulatgrayak bawang (UGB) yang sangat potensial untuk dijadikan bioinsektisida. Salah satu kelemahan dari SeNPV dalam mengendalikan UGB di lapangan adalah mudah terdegradasi oleh paparan ultraviolet (UV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyinaran sinar matahari terhadap virulensi SeNPV dan mendapatkan bahan pelindung alami terhadap UV matahari yang mampu mempertahankan virulensi SeNPV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyinaran sinar matahari mempengaruhi virulensi SeNPV. Penambahan 1 % arang tempurung kelapa, jelaga, arang sekam, tepung bengkuang, molase, filtrat bengkuang, filtrat kunyit dan filtrat teh hijau mampu melindungi partikelSeNPV dari paparan sinar UV matahari. Filtrat bengkuang direkomendasikan menjadi pelindung alami SeNPV, sebab penambahan 5% atau lebih mampu mempertahankan virulensi SeNPV dengan baik.

Kata Kunci :Spodoptera exigua,S. exiguanucleopolyhedrovirus (SeNPV), UV protektan, virulensi

Abstract

Spodoptera exigua nucleopolyhedrovirus (SeNPV) is an entomophathogenic virus of onion caterpillar. One of the major constraint to the use of Spodoptera exigua

nucleopolyhedrovirus (SeNPV) for biocontrol of onion caterpillar is its sensitivity to ultraviolet (UV) degradation. The purposes of this research were to determine the effect of sunlight exposure on the virulence of SeNPV and to find out the effective natural UV protectant to maintain theSeNPV virulence. The results showed that the sunlight radiation affects the SeNPV infectivity. Addition of 1% of coconut shell charcoal, lampblack, husk charcoal, yam flour, molasses, yam filtrate, turmeric filtrate and green tea filtrate to theSeNPV suspension were found to be effective as UV protectant. All materials tested are considered potential as natural UV protectant in the formulation of SeNPV-based biopesticides. Yam bean filtrate is recommended as natural UV protectant,as it provided nearly 100% UV protection forSeNPV.

Keywords: Spodoptera exigua, S. exiguanucleopolyhedrovirus (SeNPV), UV protectant, infectivity

Pendahuluan

Nucleopolyhedrovirus (NPV) telah lama digunakan sebagai agens hayati untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman (Federici dalam Hall & Julius 1999; Monobrullah 2003; Goulson et al. 2003; Martinez et al. 2004; Mondragon et al.

2007). Virus yang tergolong Baculovirus ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu spesifik inang, ramah lingkungan, efektif untuk mengendalikan hama yang sudah resisten terhadap pestisida, persisten pada tanaman dan tanah serta dapat dipadukan dengan teknologi pengendalian yang lainnya (Young 1989; Adams & Bonami 1991; Laceyet al. 2001; Barrettet al.dalam Koul & Dhaliwal 2002; Takatsuka & Kunimi 2002; Armenta et al. 2003). Akan tetapi di samping beberapa keunggulan tersebut, Baculovirus juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan utama yang berpengaruh dalam upaya pengembangan virus ini menjadi bioinsektisida adalah mudah terdegradasi oleh sinar ultraviolet (UV) dari matahari (Greigo et al. 1985;

Mishra 1998; Koul & Dhaliwal 2002; McIntoshet al. 2004; Mondragonet al. 2007; Mehrvaret al.2008).

Penelitian untuk mempertahankan persistensi virus patogen serangga terhadap paparan sinar ultraviolet (UV) telah dilakukan, antara lain: penambahan pencerah flourescen padaSpodoptera frugiperda nucleopolyhedrovirus (SfNPV) (Hammet al.

1994; Martinezet al.2003; Mondragonet al.2007),Lymantria disparNPV (LdNPV) (Dougherty et al. 1996), S. exigua NPV (SeNPV) (Kao et al. 1991; Murillo et al.

2003; Lasaet al. 2007), penambahan Titanium dioksida(TiO2) pada Helicoverpa zea

nucleopolyhedrovirus (HzNPV) ( Farrar et al. 2004), penambahan oksida besi (iron oxide) pada Homona magnanima granulovirus (HomaGV) (Asano 2005), penambahan Congo reddan Tinopal LPW pada L. disparNPV (LdMNPV) (Shapiro & Shepard 2008), penambahan adjuvan padaH. armigera NPV (HaNPV) (Mehrvar

et al.2008), penambahan ekstrak teh hijau padaS. exigua NPV (SeNPV) (Shapiro et al. 2008) dan penambahan ekstrak teh hitam, lignin, kopi dan coklat padaSeNPV (El Salamounyet al.2009a, 2009b).

Di antara bahan-bahan yang telah diketahui efektif dapat melindungi partikel virus dari paparan sinar UV, pencerah optik merupakan bahan yang paling intensif diteliti dan telah digunakan dalam formulasi bioinsektisida NPV. Monobrullah (2003) melaporkan bahwa penggunaan pencerah optik tidak hanya dapat melindungi partikel virus dari paparan sinar UV matahari sehingga dapat mencegah terjadinya inaktifasi, tetapi juga dapat meningkatkan mortalitas larva (menurunkan nilai LC50) dan dapat mempercepat kematian larva (menurunkan nilai LT50). Hasil penelitian laboratorium oleh Martinez et al. (2000) menunjukkan bahwa Tinopal LPW (1%) dapat menurunkan nilai LC50 dari S. frugiperda NPV terhadap larva instar 2 dari 82,1 POB/mm2 menjadi 0,71 POBs/mm2. Sementara itu Shapiro (2000) menyatakan bahwa penambahan Tinopal LPW (1%) dapat mengurangi 130 kali lipat LC50 dari

SeMNPV pada S. exigua dan AcMNPV pada Autographa californica, bahkan dapat menurunkan sampai 300 kali lipat LC50 dari AfMNPV pada Anagrapha fakcifera. Demikian juga Lasaet al. (2007) melaporkan bahwa penggunaan leucophor AP 0.1%

dan 1% dapat secara signifikan meningkatkan prevalensi larva S. exigua yang terinfeksiSeMNPV dengan nilai potensi relatif berturut-turut 25,02 dan 5.731.

Penggunaan UV protektan kimia sintetik ini meskipun telah terbukti dapat mempertahankan virulensi virus patogen serangga, akan tetapi diketahui ada indikasi berdampak negatif terhadap serangga berguna, pertumbuhan tanaman dan menjadi cemaran lingkungan (Goulson et al.2000; Goulson et al.2003). Tinopal CBS (0,1% dan 1%) dapat menurunkan populasi polinator dan lebah penyerbuk (Goulson et al.

2000), dan Tinopal CBS 5% dapat menurunkan pertumbuhan tanaman jagung hingga 25%, bahkan Tinopal CBS 1% dapat menurunkan pertumbuhan tanaman barley antara 30-40% (Goulson et al.2003). Di samping itu menurut Martinez et al. (2000) penggunaan Tinopal LPW 1% akan menambah biaya pengendalian hama yang signifikan dibandingkan dengan penggunaan insektisida kimia.

Oleh karena pengaruh radiasi UV dari sinar matahari ini sangat besar terhadap penurunan keefektifan SeNPV di lapangan, sementara bahan-bahan protektan kimiawi berpotensi menimbulkan dampak negatif, maka perlu dicari bahan protektan alami yang lebih ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama penyinaran sinar matahari terhadap virulensiS. exiguaNPV (SeNPV) dan mendapatkan bahan-bahan pelindung (UV protectant) alami yang efektif mampu mempertahankan virulensiSeNPV.

Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan mulai bulan April 2010 sampai Maret 2011 di Laboratorium Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Bogor.

Pengaruh Lama Penyinaran Sinar Matahari Terhadap VirulensiSeNPV

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan menggunakan pakan buatan pada wadah plastik. Perlakuan yang diujikan adalah penyinaran sinar matahari selama 15, 30, 60, 90 dan 120 menit. Dalam penelitian ini dibuat 2 jenis kontrol, yaitu kontrol positif berupa perlakuanSeNPV tanpa penjemuran dan kontrol negatif (pengoreksi) yaitu tanpa perlakuanSeNPV dan tanpa penjemuran.

Perlakuan menggunakan metode kontaminasi pakan (Hunter-Fujitaet al.1998). Suspensi dengan konsentrasi 1,13 x 108 POB/ml diteteskan dengan menggunakan pipet kecil pada permukaan pakan buatan, kemudian dijemur di bawah sinar matahari langsung yang dimulai sejak pukul 10.00 pagi (rata-rata intensitas sinar UV di atas

2.000 μ W/cm2) dengan lama penyinaran sesuai perlakuan. Setelah diberi perlakuan

dimasukan ke dalam masing-masing wadah tersebut 1 ekor larva S. exigua instar 3 hasil perbanyakan di laboratorium. Masing-masing perlakuan menggunakan 30 ekor larva dan diulang sebanyak 3 kali.

Variabel yang diamati adalah kematian serangga uji yang terinfeksi virus sampai semua serangga uji pada kontrol negatif menjadi pupa. Persentase mortalitas dihitung berdasarkan rumus Abbott (1925), yaitu :

Pt = Po–Pk x 100% 100–Pk

Dimana Pt : Persentase kematian larva terkoreksi Po : Persentase kematian larva yang diamati Pk : Persentase kematian larva pada kontrol.

Untuk menilai pengaruh lama penyinaran terhadap virulensi SeNPV digunakan rumus persentase aktivitas tersisa dari asalnya (percent original activity remaining/ OAR) (Kaoet al. 1991; Mehrvaret al.2009) dengan rumus:

OAR (%) = % Mortalitas inang setelah penyinaran x 100 % Mortalitas inang tanpa penyinaran

Pengujian Bahan Pelindung Alami Berbentuk Tepung

Bahan pelindung terhadap UV alami berbentuk tepung yang digunakan adalah 1) arang sekam, 2) arang tempurung kelapa, 3) jelaga, 4) talk dan 5) aci bengkuang (Pachyrrhizus erosus); kontrol yang digunakan adalah 1) hanya SeNPV dengan penjemuran (kontrol negatif), 2) hanyaSeNPV tanpa penjemuran (kontrol positif) dan 3) Aquades (kontrol pengoreksi).

Masing-masing 1 gram bahan pelindung alami berbentuk tepung yang diuji dibuat suspensi dalam 10 ml aquades dengan cara pengadukan (w/v). Kemudian suspensi tersebut diambil sebanyak 1 ml dan ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan masing-masing 9 ml suspensi virus dengan konsentrasi 1.13 x 108 POB/ml, sehingga konsentrasi bahan dalam suspensi menjadi 1%. Campuran tersebut diaduk dengan baik sehingga semua bahan dipastikan bercampur secara merata. Suspensi kemudian diteteskan dengan menggunakan pipet kecil pada permukaan pakan buatan dalam wadah. Kemudian dijemur selama 30 menit di bawah sinar matahari langsung pada pukul 12.30 – 13.00 ( intensitas UV berkisar antara 3.000–4.000 μ M/cm2). Setiap perlakuan masing-masing digunakan 30 wadah plastik dan diulang sebanyak 4 kali. Setelah dijemur, kemudian dimasukan pada masing-masing wadah tersebut larva instar 3 secara individual dan ditempatkan pada tempat yang terlindung sinar matahari langsung.

Variabel yang diamati adalah 1) mortalitas serangga uji dari waktu perlakuan sampai 6 hari setelah perlakuan (HSP), 2) waktu kematian serangga uji, dan 3) aktifitas makan serangga uji. Persentase mortalitas terkoreksi dihitung berdasarkan rumus Abbott (1925), sedangkan keefektifan bahan-bahan yang diuji dalam melindungi partikel virus dari paparan sinar UV dihitung dengan menggunakan rumus efesiensi relatif (ER) (Mehrvar et al. 2008). Untuk menilai pengaruh penyinaran terhadap virulensi SeNPV digunakan rumus original activity remaining

Pengujian Bahan Pelindung Alami Berbentuk Cair

Bahan pelindung alami cair yang digunakan adalah: (1) molase, (2) filtrat teh hijau, (3) filtrat kunyit dan (4) filtrat bengkuang; kontrol yang digunakan adalah: (1) hanya SeNPV dengan penjemuran (kontrol negatif), (2) hanya SeNPV tanpa penjemuran (kontrol positif) dan (3) Aquades (kontrol pengoreksi).

Masing-masing 1 ml molase, air rebusan teh hijau, air perasan kunyit dan air perasan umbi bengkuang diencerkan 10 kali dengan aquades (v/v). Kemudian larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan masing-masing 9 ml suspensi virus dengan konsentrasi 1.13 x 108 POB/ml, sehingga konsentrasi bahan dalam suspensi menjadi 1%. Campuran tersebut diaduk dengan baik sehingga semua bahan dipastikan bercampur secara merata. Suspensi kemudian diiteteskan dengan menggunakan pipet kecil pada permukaan pakan buatan dalam wadah plastik. Kemudian dijemur selama 30 menit di bawah sinar matahari langsung pada pukul 12.30 – 13.00 (intensitas UV berkisar antara 3.000–4.000 μ M/cm2). Setiap perlakuan masing-masing digunakan 30 wadah plastik (30 ekor larva instar 3) dan diulang sebanyak 4 kali. Setelah dijemur, kemudian dimasukan pada masing-masing wadah tersebut larva instar 3 secara individual dan ditempatkan pada tempat yang terlindung sinar matahari langsung.

Variabel yang diamati adalah; (1) mortalitas serangga uji dari waktu perlakuan sampai 6 hari setelah perlakuan (HSP), (2) waktu kematian serangga uji, dan (3) aktifitas makan serangga uji. Persentase mortalitas terkoreksi dihitung berdasarkan rumus Abbott (1925) dan keefektifan bahan-bahan pelindung dihitung dengan menggunakan rumus efesiensi relative (ER) (Mehrvar et al. 2008). Untuk menilai pengaruh penyinaran terhadap virulensi SeNPV digunakan rumus original activity remaining(OAR%) (Kaoet al. 1991; Mehrvaret al.2009).

Pengaruh Bahan Pelindung terhadap UV terhadap Aktifitas Makan UGB

Penelitian untuk mengetahui pengaruh pelindung terhadap UV alami terhadap aktifitas makan UGB menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan menggunakan pakan buatan pada wadah plastik. Bahan yang digunakan adalah 1) arang sekam, 2) arang tempurung kelapa, 3) jelaga, 4) talk dan 5) aci bengkuang, 6) molase, 7) filtrat teh hijau, 8) filtrat kunyit dan 9) filtrat bengkuang, 10) hanya

SeNPV, dan 11) Aquades. Masing-masing 9 ml suspensi SeNPV dengan konsentrasi 1.13 x 108POB/ml ditambah dengan masing-masing 1 ml larutan atau suspensi bahan yang akan diujikan sehingga konsentrasi bahan dalam larutan menjadi 1%. Pengujian dilakukan dengan metode kontaminasi pakan (Hunter-Fujita et al. 1998). Setiap perlakuan menggunakan 30 larva instar 3 dan diulang 3 kali. Variabel yang diamati adalah jumlah UGB yang aktif makan.

Penentuan Konsentrasi Filtrat Bengkuang sebagai Pelindung AlamiSeNPV

Perlakuan untuk menentukan konsentrasi filtrat bengkuang yang efesien melindungi SeNPV dari paparan sinar ultraviolet matahati menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan metode kontaminasi pakan (Hunter-Fujita et al. 1998). Konsentrasi filtrat bengkuang yang digunakan adalah: 1%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari larutan total yang berisi polihedra SeNPV hasil pemurnian. Kontrol yang digunakan adalah: (1) hanya SeNPV dengan penjemuran (kontrol negatif), (2) hanya

SeNPV tanpa penjemuran (kontrol positif) dan (3) Aquades (pengoreksi).

Masing-masing 10 ml suspensi virus dengan konsentrasi 1.13 x 108 POB/ml ditambah dengan masing-masing 0, 0.1, 0.5, 1, 1,5 dan 2 ml filtrat bengkuang sehingga konsentrasi bahan dalam suspensi menjadi 1%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Campuran tersebut diaduk dengan baik sehingga semua bahan dipastikan bercampur secara merata. Suspensi kemudian diteteskan dengan menggunakan pipet kecil pada permukaan pakan buatan dalam wadah plastik. Kemudian dijemur selama 30 menit di bawah sinar matahari langsung pada pukul 11.30 – 12.00 (intensitas UV berkisar

antara 2.000– 3.000 μ M/cm2). Setiap perlakuan masing-masing digunakan 30 wadah plastik dan diulang sebanyak 3 kali. Setelah dijemur, kemudian dimasukan pada masing-masing wadah tersebut larva UGB instar 3 secara individual dan ditempatkan pada tempat yang terlindung sinar matahari langsung.

Variabel yang diamati adalah mortalitas serangga uji dari waktu perlakuan sampai 6 hari setelah perlakuan (HSP) dan waktu kematian serangga uji. Persentase mortalitas terkoreksi dihitung berdasarkan rumus Abbott (1925) dan keefektifan filtrat bengkuang dalam melindungi partikel virus dari paparan sinar UV dihitung dengan menggunakan rumus efesiensi relative (ER) (Mehrvar et al. 2008). Untuk menilai pengaruh penyinaran terhadap virulensi SeNPV digunakan rumus original activity remaining(OAR%) (Kaoet al. 1991; Mehrvaret al.2009).

Analisis Data

Semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SAS. Apabila terdapat perbedaan diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf nyata α = 0,05.

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Lama Penyinaran Sinar Matahari Terhadap VirulensiSeNPV

Hasil pengukuran terhadap intensitas sinar ultraviolet (UV) menggunakan pengukur UV 290– 390 nm (UV 340 Lutron) saat udara cerah dan cahaya matahari terik di Bogor pada 10 hari selama bulan Februari 2011, diperoleh data seperti pada Gambar 5.1. Mulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00 intensitas cahaya UV dari sinar matahari dinilai tinggi, karena rata-rata lebih besar dari 2000 μ W/cm2, dan tertinggi terjadi antara pukul 11.00 sampai 12.00. Hunter-Fujita et al. (1998) menyatakan bahwa sebagian besar sinar UV mengenai permukaan bumi antara pukul 09.00–15.00 waktu lokal.

Gambar 5.1. Rata-rata intensitas sinar UV dari sinar matahari saat udara cerah di Bogor

Semakin lama waktu penjemuran, semakin sedikit persentase UGB yang mati terinfeksi virus (Gambar 5.2). Rata-rata persentase mortalitas UGB yang terinfeksi

SeNPV setelah penjemuran selama 15 sampai 120 menit berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 5.1). Akan tetapi pengaruh antar perlakuan penjemuran selama 15, 30 dan 60 menit, yang ditunjukkan dengan persentase mortalitas berturut-turut 46.49%, 42.49% dan 38.33%,ketiganya tidak berbeda nyata. Penurunan virulensiSeNPV akibat paparan sinar matahari diukur dengan nilai aktifitas sisa dari aktifitas aslinya atau

original activity remaining (OAR). Dengan kata lain penurunan aktifitas SeNPV adalah nilai OAR kontrol dikurangi nilai OAR perlakuan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penjemuran selama 15, 30, 60, 90 dan 120 menit dapat menurunkan aktifitas SeNPV berturut-turut sebesar 21,85%, 28,58%, 35,57%, 50,97% dan 77,98%. 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 0 8 .0 0 0 8 .1 5 0 8 .3 0 0 8 .4 5 0 9 .0 0 0 9 .1 5 0 9 .3 0 0 9 .4 5 1 0 .0 0 1 0 .1 5 1 0 .3 0 1 0 .4 5 1 1 .0 0 1 1 .1 5 1 1 .3 0 1 1 .4 5 1 2 .0 0 1 2 .1 5 1 2 .3 0 1 2 .4 5 1 3 .0 0 1 3 .1 5 1 3 .3 0 1 3 .4 5 1 4 .0 0 In te n si ta s si n a r U V ( μ W/ c m 2 ) Waktu (WIB)

0 10 20 30 40 50 60 70 1 M o rt al it as U GB i n st ar 3 (% ) Tanpa pe 15 menit 30 menit 60 menit 90 menit 120 meni Gambar 5.2. Penga Sinar matahari terdi (320-390 nm), sinar tam (Hunter-Fujitaet al.1998; setelah penjemuran langsu ultraviolet (UV) (Young nm) (Griego et al. 1985; (1998) radiasi sinar UV da pada DNA yang berakib mutasi. Tingkat penurun virus terpapar sinar ma partikel tersebut. Hasil waktu dan konsentrasi

armigeraNPV (HaNPV) tinggi konsentrasi intensi

HaNPV menjadi tidak a penyinaran sinar UV sela

bassianasecara nyata dan semua isolatB. bassiana

2 3 4 5

Hari setelah inokulasi

penjemuran it it it it nit

garuh lama penjemuran terhadap virulensiSeNP erdiri dari UV-C (200-280 nm), UV-B (280-320 tampak (390-780 nm) dan infra merah (lebih 1998; Asmaaet al.2009). Terjadinya penurunan a ngsung di bawah sinar matahari disebabkan ole oung 2000), terutama UV-B (280-320 nm) dan U 1985; Martignoni & Iwai 1985). Menurut Hunte

V dari sinar matahari dapat menginduksi peruba ibat pada penghambatan sintesis DNA normal unan virulensi SeNPV dipengaruhi oleh berapa atahari dan berapa banyak intensitas sinar sil penelitian Mehrvar et al. (2008) yang men

si intensitas sinar matahari terhadap aktifita V) menunjukkan bahwa semakin lama penyinara

nsitas sinar matahari yang digunakan, maka aktif. Hasil penelitian Trizelia (2005) menunj selama 15 menit menurunkan daya kecambah koni dan waktu penyinaran 45 menit menyebabkan da

anahilang. 6 NPV -320 nm) UV-A bih dari 780 nm) n aktifitasSeNPV oleh radiasi sinar n UV-A (320-400 unter-Fujita et al. ubahan molekuler al dan terjadinya pa lama partikel r UV mengenai enguji pengaruh itas Helicoverpa

naran dan semakin ka semakin cepat nunjukkan bahwa onidiaBeauveria

Tabel 5.1. Pengaruh waktu penjemuran terhadap virulensiSeNPV

Penjemuran (menit) Mortalitas (%)a,b OAR (%)c 0 15 30 60 90 120 59,49 + 6,54 a 46,49 + 7,86 b 42,49 + 6,62 b 38,33 + 1,44 bc 29,17 + 7,22 cd 16,67 + 6,45 d 100 78,15 71,42 64,43 49,03 28,02 a

Mortalitas terkoreksi pada pengamatan hari ke-6 setelah perlakuan

bRataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan beda nyata (Uji

Duncan,α= 0,05).

cPersentasiOriginal activity remaining

Keefektifan Bahan Pelindung Alami terhadap UV Berbentuk Tepung

Sampai pengamatan hari ke-4 setelah perlakuan (HSP), pengaruh bahan pelindung alami terhadap UV berbentuk tepung yang diuji yaitu: arang sekam, arang tempurung kelapa, jelaga, talk dan tepung bengkuang tidak berbeda nyata dengan perlakuanSeNPV dijemur (kontrol negatif). Akan tetapi hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa 4 jenis dari bahan pelindung alami terhadap UV berbentuk tepung yang diuji dapat melindungi sebagian partikel SeNPV dari paparan UV matahari (Tabel 5.2). Pada pengamatan hari ke-5 dan ke-6 setelah perlakuan terlihat bahwa arang sekam dan jelaga efektif melindungi partikel virus dari paparan sinar UV, dengan rata-rata mortalitas, masing-masing: arang sekam (48,55% dan 55,92%) dan jelaga (47,37% dan 56,48%) yang secara statistik berbeda nyata dengan kontrol negatif (34,63% dan 38,47%). Arang tempurung dan aci bengkuang juga memiliki potensi sebagai pelindung alami terhadap UV dengan persentase mortalitas larva S. exigua masing-masing sebesar 57,47 % dan 49,65% yang berbeda nyata dengan kontrol negatif yaitu 38,47%. Sedangkan talk tidak dapat melindungi partikel virus dari paparan sinar UV, karena selama pengamatan pengaruhnya tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif.

Tabel 5.2. Rata-rata persentase mortalitasS. exiguaterkoreksi setelah perlakuan pelindung terhadap UV berbentuk tepung

Perlakuan Mortalitas kumulatif (%)a Hari setelah inokulasi

3 4 5 6 Arang sekam 5,46 + 5,73 b 18,28 + 10,85 b 48,55 + 6,43 b 55,92 + 6,15 b Arang tempurung 15,88 + 2,41 a 18,76 + 2,77 b 35,44 + 8,48 c 57,47 + 8,68 b Jelaga 9,14 + 3,25 ab 18,27 + 8,58 b 47,37 + 7,19 b 56,48 + 6,81 b Talk 10,58 + 0,19 ab 10,58 + 7,10 b 33,94 + 5,15 c 44,69 + 5,74 cd Tepung bengkuang 7,53 + 6,49 b 9,20 + 4,85 b 32,73 + 2,86 c 49,65 + 2,79 bc Kontrol negative 11,51 + 5,41 ab 16,04 + 4,54 b 34,63 + 9,74 c 38,47 + 5,19 d Kontrol positif 10,14 + 3,99 ab 38,46 + 7,92 a 65,73 + 7,92 a 71,13 + 6,68 a

aRataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan beda nyata (Uji

Duncan,α= 0,05).

Dari nilai original activity remaining (OAR) pada Tabel 5.3 terlihat bahwa perlakuan penjemuran selama 30 menit dapat menurunkan virulensi SeNPV hampir separuhnya. Perlakuan bahan-bahan pelindung alami terhadap UV ternyata dapat menghambat penurunan kinerja SeNPV. Efesiensi relatif (ER) dari bahan-bahan tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.3: arang tempurung, jelaga, arang sekam dan tepung bengkuang nilai efesiensinya berturut-turut 1,49, 1,47, 1,45 dan 1,29 yang berbeda nyata dengan kontrol negatif. Hanya satu bahan yang memiliki nilai ER tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif, yaitu talk.

Di antara 5 jenis bahan yang diuji, jelaga lampu (1%) telah diteliti sebelumnya oleh Mehrvar et al. (2008). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jelaga lampu (1%) memiliki nilai ER sebesar 1.6 yang hampir sama dengan hasil penelitian ini yaitu 1.47. Arang tempurung, jelaga dan arang sekam merupakan bahan karbon aktif yang dapat menyerap sinar UV. Menurut Hunter-Fujita et al. (1998) beberapa material berwarna hitam seperti karbon aktif dapat menyerap cahaya (absorbant) mulai dari inframerah sampai UV. Hasil penelitian Ignoffo et al. (1991) diketahui bahwa karbon aktif merupakan bahan yang dapat memberikan perlindungan paling baik terhadap HzSNPV dari paparan sinar UV. Semua bahan UV protektan alami

berbentuk tepung yang diuji terbukti mampu melindungi partikelSeNPV dari paparan sinar UV.

Tabel 5.3. Nilai OAR dan ER bahan pelindung terhadap UV berbentuk tepung Perlakuan OAR (%) Efesiensi Relatif(ER)a

Kontrol negatif 54,08 1,00 d Talk 62,83 1,16 cd Tepung bengkuang 69,80 1,29 bc Arang sekam 78,62 1,45 b Jelaga 79,40 1,47 b Arang tempurung 80,79 1,49 b Kontrol positif 100,00 1,85 a a

Rataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan beda nyata (Uji Duncan, α = 0,05).

Keefektifan Bahan Pelindung Berbentuk Cair

Semua bahan pelindung alami berbentuk cair yang diuji berpotensi sebagai pelindung terhadap UV (Tabel 5.4). Rata-rata mortalitas UGB pada perlakuan semua bahan yang diuji berbeda nyata dengan kontrol negatif pada hari ke-5 dan ke-6 setelah perlakuan. Bahkan rata-rata mortalitas serangga uji pada hari ke-5 dan ke-6 untuk perlakuan filtrat bengkuang (52,27 % dan 57,85 %) dan molase (51,44% dan 57,91%), keduanya tidak berbeda nyata secara statistik dengan kontrol positif yaitu (60,55% dan 67,13%). Sementara itu mortalitas serangga uji setelah perlakuan filtrat kunyit pada pengamatan hari ke-5 dan ke-6 adalah 43,65% dan 49,64% serta filtrat teh hijau sebesar 38,44% dan 41,44%, berbeda nyata dengan kontrol negatif yaitu 26,54 % dan 29,42%.

Dari nilai OAR terlihat bahwa, penjemuran selama 30 menit pada penelitian ini menurunkan virulensi SeNPV lebih dari separuhnya. Akan tetapi bahan-bahan yang diuji ternyata mampu melindungi partikel virus terhadap paparan sinar UV matahari dan mempertahankan virulensinya. Berdasarkan nilai ER seperti terlihat

pada Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa molase, filtrat bengkuang, filtrat kunyit dan filtrat teh hijau secara efesien dapat melindungi partikel SeNPV dari paparan sinar UV matahari. Hal itu terlihat dari nilai ER yang berbeda nyata dengan kontrol negatif.

Tabel 5.4. Rata-rata persentase mortalitasS. exiguasetelah perlakuan pelindung terhadap UV berbentuk cair

Perlakuan Mortalitas kumulatif (%)a Hari setelah inokulasi

3 4 5 6

Molase 6,67 + 4,71 a 24,17 + 14,24 a 51,44 + 7,16 ab 57,91 + 10,45 ab Filtrat teh hijau 3,33 + 0,00 a 15,83 + 1,67 a 38,44 + 8,59 bc 41,44 + 10,08 c Filtrat kunyit 9,17 + 7,39 a 23,33 + 9,43 a 43,65 + 7,35 b 49,64 + 5,77 bc Filtrat bengkuang 8,33 + 7,93 a 27,50 + 15,00 a 52,27 + 8,48 ab 57,85 + 4,82 ab Kontrol negatif 2,50 + 3,19 a 16,67 + 11,86 a 26,54 + 9,70 c 29,42 + 7,57 d Kontrol positif 10,83 + 7,39 a 36,67 + 23,73 a 60,55 + 7,89 a 67,13 + 6,66 a

a

Rataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan beda nyata (UjiDuncan, α = 0,05).

Tabel 5.5. Efisiensi bahan-bahan pelindung terhadap UV berbentuk cair

Perlakuan OAR (%) ERa

Kontrol negatif 42,83 1,00 d

Filtrat teh hijau 61,73 1,41 c

Filtrat kunyit 73,94 1,69 bc

Filtrat bengkuang 86,18 1,97 ab

Dokumen terkait