• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Perbanyakan Larva Spodoptera exigua

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 1: Prosedur Perbanyakan Larva Spodoptera exigua

1. Koleksi ulat bawang S. exigua instar ke-4 atau ke-5 dari lahan pertanaman bawang daun.

2. Pelihara ulat-ulat tersebut secara individual di dalam cup plastik khusus menggunakan pakan buatan sampai menjadi pupa di Laboratorium.

3. Masukkan pupa yang diperoleh ke dalam toples plastik dengan tinggi 15 cm dan diameter 14 cm untuk dipelihara sampai menjadi serangga dewasa.

4. Lapisi pada bagian pinggir toples plastik tersebut dengan kertas HVS atau kertas koran sebagai tempat peneluran dan dimasukkan juga ke dalamnya larutan madu dalam kapas untuk pakan imago.

5. Masukkan imago ke dalam toples dengan perbandingan jantan : betina (1 : 2) dan pelihara sampai bertelur.

6. Panen telur yang diperoleh dengan cara memotong-motong bagian kertas yang diteluri.

7. Pindahkan kelompok telur tersebut pada toples plastik terpisah yang telah diberi pakan buatan dan dibiarkan sampai menetas.

8. Pindahkan larva instar ke-3 secara individual ke dalam”cup”plastik. 9. Larva tersebut telah siap untuk dijadikan serangga uji dalam penelitian.

Lampiran 2

Bahan dan Prosedur Membuat Pakan Buatan LarvaSpodoptera exigua

Bahan :

1. Kacang merah 250 gram

2. Agar-agar 48 gram

3. Formula A :

- Wheat germ 200 gram

- Casein 100 gram

- Yeast (Permifam) 125 gram - Asam askorbat 12 gram - Methyl paraben 10 gram 4. Formula B:

- Vitamin 20 gram

- Tetracyclin 250 miligram 5. Aquades :

- Untuk agar 1200 ml

- Untuk kacang merah 2000 ml

Prosedur:

1. Siapkancupplastik secara berderet sebanyak 300 buah.

2. Rendam 250 gram kacang merah dalam air selama 1 malam, kemudian tiriskan pada saringan agar airnya kering.

3. Panaskan 48 gram agar dalam 1200 ml aquades sampai suhu 95oC. Kemudian dinginkan sampai 65-75oC.

4. Tambahkan aquades sebanyak 1000 ml pada kacang merah yang sudah ditiriskan, kemudian diblender selama 2 menit.

5. Secara terpisah campurkan formula B (bahan no. 4) dalam 100 ml air secara merata.

6. Campurkan formula A (bahan no. 3) dengan menggunakan mixer dalam 900 ml aquades sampai merata, kemudian tambahkan ke dalamnya kacang merah yang sudah diblender.

7. Panaskan campuran tersebut selama 2 menit.

8. Tambahkan ke dalam campuran tersebut larutan agar yang sudah didinginkan sampai 65–75oC, kemudian aduk sampai bercampur secara merata.

9. Tambahkan formula B ke dalam adonan tersebut dan panaskan selama 2 menit sambil diaduk secara merata.

10. Matikan api dan tuangkan adonan pakan buatan tersebut dalam keadaan panas ke dalam cup plastik masing-masing kurang lebih 2 gram.

11. Biarkan beberapa saat sampai pakan tersebut memadat. 12. Pakan siap digunakan setelah dingin.

ABSTRACT

SAMSUDIN. Pathological Assay and Performance Improvement of Spodoptera exiguaNucleopolyhedrovirus (SeNPV). Under Supervision of TEGUH SANTOSO, AUNU RAUF and YAYI MUNARA KUSUMAH.

Spodoptera exigua nucleopolyhedrovirus (SeNPV) is an entomophathogenic virus of onion caterpillar S. exigua(Lepidoptera: Noctuidae) larvae commonly used as bioinsecticide. The major limitations of SeNPV for biocontrol of onion caterpillar is it requires long time for the virus to kill the insect host and its sensitivity to ultraviolet (UV) degradation. This research was aimed to 1) study the signs and symptoms of SeNPV infection on host larvae 2) find out the optimum inoculum concentrations and harvest times of SeNPV for mass productions, 3) find out the phagostimulant that can improve the SeNPV virulence, 4) determine the boric acid concentrations to enhance the SeNPV virulence, and 5) find out the ultraviolet protectant to maintain the SeNPV infectivity. Infection of SeNPV on the S. exigua

inhibited molting process, changed the body colors and caused reduction of feeding activity. For mass propagation of the virus in the laboratory, the optimum polyhedra concentration suggested was 5.88 x 106 POB/ ml, and the optimal harvesting time was 5 days after inoculation. Soybean sauces 5% and sucrose 5% increasedS. exigua

consumption on artificial diets and enhanced viral activity. When mixed with polyhedra of SeNPV, 1% to 5% sucrose significantly increased S. exigua consump- tion and increased the virulence ofSeNPV, while 10% sucrose tended to decrease the feeding activity of S. exigua. Boric acid concentrations enhanced the SeNPV virulence. The LT50 ofSeNPV was decreased by adding of boric acids. Addition of 1% of coconut shell charcoal, lampblack, husk charcoal, yam flour, molasses, yam filtrate, turmeric filtrate and green tea filtrate to theSeNPVsuspension were found to be effective as UV protectant. All materials tested are considered potential as natural UV protectant in the formulation ofSeNPV-based biopesticides. Yam bean filtrate is recommended as natural UV protectant, as it provided nearly 100% UV protection for

SeNPV.

RINGKASAN

SAMSUDIN. Uji Patologi dan Perbaikan Kinerja Spodoptera exigua Nucleopoly- hedrovirus (SeNPV). Dibimbing oleh TEGUH SANTOSO, AUNU RAUF dan YAYI MUNARA KUSUMAH.

Spodoptera exigua Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan hama utama tanaman bawang merah dan bawang daun di Indonesia, sehingga hama ini lebih dikenal sebagai ulatgrayak bawang (UGB). Pengendalian UGB sampai saat ini bertumpu pada penggunaan insektisida kimia. Dampak negatif penggunaan insektisida kimia sintetik, antara lain: resistensi, resurjensi, terbunuhnya musuh alami, meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan dan gangguan kesehatan bagi pengguna. Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan insektisida kimia tersebut, saat ini dikembangkan penggunaan virus patogen UGB Indonesia yang diidentifikasi sebagaiS. exiguanucleopolyhedrovirus (SeNPV). Hasil pengujian di lapangan pada tanaman bawang merah,SeNPV ini mampu menurunkan populasi S. exigua dan meningkatkan hasil yang sangat nyata dibandingkan dengan penggunaan insektisida kimia. Kelemahan SeNPV adalah: 1) membutuhkan waktu relatif lama untuk membunuh inangnya, dan 2) cepat menjadi tidak aktif di lapangan akibat sinar ultraviolet (UV). Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui karakteristik tanda dan gejala infeksi SeNPV pada serangga inang, 2) memperoleh konsentrasi inokulum dan waktu panen yang optimum untuk perbanyakan masal, 3) mendapatkan bahan perangsang makan (phagostimulant) yang efektif meningkatkan virulensi SeNPV, 4) memperoleh konsentrasi asam borat sebagai enhancer yang efektif meningkatkan virulensi SeNPV, dan 5) mendapatkan bahan pelindung alami terhadap sinar ultraviolet matahari untuk mempertahankan infektifitas SeNPV. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Maret 2011 di Laboratorium Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Bogor.

Infeksi SeNPV pada UGB menghambat proses ganti kulit, mengakibatkan perubahan warna tubuh dan nafsu makan. SeNPV sangat patogenik di laboratorium dengan nilaiLethal Concentration 50% (LC50) terhadap UGB instar 3 sebesar 6,65 x 105 POB/ml. Untuk keperluan perbanyakan massal di laboratorium dengan memperhatikan tingkat mortalitas, LT50, produksi polihedra per larva, dan proporsi mortalitas UGB, maka konsentrasi inokulum yang digunakan adalah 5,88 x 106 POB/ml. Waktu pemanenan yang optimum adalah 5 hari setelah inokulasi, yaitu pada saat itu sebagian besar serangga yang terinfeksi telah mati dan belum hancur.

Infektifitas SeNPV terhadap UGB yang diberi pakan daun bawang merah, bawang daun dan pakan buatan tidak berbeda nyata. Pakan buatan yang digunakan dinilai cocok untuk perbanyakan massal dan pengujian SeNPV di laboratorium. Kecap 5% dan sukrosa 5% mampu meningkatkan konsumsi UGB dan virulensi

SeNPV. Hasil pengujian lanjutan menunjukkan bahwa penambahan sukrosa pada pakan buatan yang efektif sebagai phagostimulant adalah 1% sampai 5%. Penambahan asam borat pada suspensi SeNPV efektif mempercepat kematian UGB. Semakin tinggi konsentrasi asam borat yang digunakan, semakin rendah nilai LT50.

Hal ini diduga karena asam borat yang tertelan dalam makanan mampu mendegradasi matrik peritrofik UGB, sehingga mengurangi proteksinya dari infeksi patogen.

Sinar matahari berpengaruh terhadap infektifitas SeNPV, semakin lama waktu penyinaran semakin menurun infektifitasnya. Penambahan masing-masing 1% arang tempurung kelapa, jelaga, arang sekam, tepung bengkuang, molase, filtrat bengkuang, filtrat kunyit dan filtrat teh hijau mampu mempertahankan infektifitas SeNPV. Penambahan bahan-bahan tersebut mampu menghambat penurunan kinerja SeNPV akibat penjemuran di bawah sinar matahari selama 30 menit. Filtrat bengkuang merupakan pelindung terhadap UV alami potensial yang efektif mempertahankan infektifitasSeNPV.

Penggunaan SeNPV dalam implementasi pengendalian hama terpadu (PHT) UGB pada tanaman bawang merah dan bawang daun merupakan pilihan yang paling tepat. PenggunaanSeNPV sebaiknya dikombinasikan dengan teknologi pengendalian lainnya, seperti: penggunaan pestisida nabati dan pemanfaatan musuh alami. Secara praktis pada tingkat petani, konsentrasi anjuran sebesar 5,88 x 106POB/ml atau 5,88 x 109 POB/liter hasil penelitian ini dapat disetarakan dengan 36.720 - 41.310 ekor larva mati untuk keperluan 1 hektar.

Hasil dari serangkaian penelitian ini diharapkan menjadi panduan perbanyakan massal SeNPV di laboratorium dan mampu mengurangi kelemahan-kelemahan dari aplikasiSeNPV untuk mengendalikan UGB di lapangan.

BAB I

PENDAHULUAN

Dokumen terkait