• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Perangkat Pembelajaran

4. Keefektifan Perangkat Pembelajaran Segitiga & Segi Empat SMP

Keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan diukur berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis. Hasil tes kemampuan matematis siswa kelas VII E dapat dilihat pada lampiran C.6.

Penilaian untuk setiap aspek kemampuan komunikasi matematis dan ketuntasan klasikal ditunjukkan pada lampiran C.7 dan secara singkat disajikan pada tabel berikut.

86 Tabel 23. Persentase Tiap Aspek Kemampuan Komunikasi Matematis

Aspek Kemampuan

Komunikasi Matematis Persentase Per Aspek Kategori

Aspek 1 91,76% Sangat Efektif

Aspek 2 75,54% Cukup Efektif

Aspek 3 83,58% Efektif

Rata-Rata 81,61% Efektif

Tabel 24. Persentase Ketuntasan Klasikal

Hasil Tes Banyak Siswa Persentase

Siswa Tuntas 25 71,43%

Siswa Tidak Tuntas 10 28,57%

Jumlah 35 100%

Skor persentase kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIIE adalah 81,61% maka termasuk pada kategori efektif dan persentase ketuntasan klasikal adalah 71,43% maka hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa memenuhi kategori efektif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran matematika pada materi segitiga dan segi empat menggunakan pendekatan open- ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP kelas VII. Pengembangan perangkat pembelajaran dikembangkan melalui lima tahapan pengembangan yaitu tahap analysis (analisis), tahap design (perencanaan), tahap development (pengembangan), tahap implementation (implementasi) dan tahap evaluation (evaluasi).

87 Pada tahap analysis (analisis) dilakukan analisis karakteristik siswa, analisis kebutuhan, dan analisis kurikulum. Berdasarkan analisis-analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran pada materi segitiga dan segi empat untuk melatih kemampuan komunikasi matematis siswa cocok menggunakan pendekatan open-ended. Menurut Indri Herdiman (2014: 313) pendekatan open-ended adalah pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendekatan open-ended sesuai untuk mengembangkan perangkat pembelajaran untuk siswa SMP kelas VII yang memiliki karakteristik telah mampu untuk berpikir logis dan abstrak berdasarkan hipotesis untuk memecahkan masalah serta menggunakan simbol-simbol.

Tahap design (perancangan) meliputi penyusunan rancangan RPP, penyusunan rancangan LKS, dan rancangan instrumen penelitian yang disesuaikan dengan hasil yang diperoleh pada tahap analisis. RPP yang dirancang adalah RPP dengan pendekatan open-ended dan memperhatikan kemampuan komunikasi matematis. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP dirancang sesuai dengan langkah-langkah pendekatan open-ended yaitu memuat tahap menyajikan masalah, mengorganisasikan pembelajaran, memperhatikan dan mencatat respons siswa, dan menyimpulkan sesuai dengan langkah-langkah pendekatan open-ended yang disampaikan oleh Supratman (2010: 854). Pada langkah-langkah tersebut juga diberikan kegiatan yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematis siswa seperti kegiatan berdiskusi kelompok, presentasi,

88 dan menyimpulkan pembelajaran. Rancangan LKS dengan pendekatan open- ended juga disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan open-ended dan kemampuan komunikasi matematis. Pada LKS disajikan permasalahan open- ended dan kolom jawaban untuk menuliskan hasil diskusi serta kolom kesimpulan untuk menuliskan hasil tahap menyimpulkan pembelajaran. Pertanyaan- pertanyaan pada LKS menstimulus siswa untuk melatih kemampuan komunikasi matematis karena memberi kesempatan siswa untuk menyajikan kembali permasalahan menggunakan gambar, memberikan langkah-langkah penyelesaian dan memberikan penjelasan serta alasannya.

Rancangan instrumen penelitian dibagi menjadi instumen kevalidan, instrumen kepraktisan, dan instrumen keefektifan. Pembagian tersebut sesuai dengan aspek kualitas perangkat pembelajaran seperti yang disampaikan Akker (1999: 10) bahwa selama proses pengembangan menekankan pada kriteria kualitas kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

Pada tahap development (pengembangan) dilakukan pengembangan perangkat dan instrumen penelitian sesuai dengan rancangan yang telah dilakukan pada tahap design (perancangan) dan kemudian divalidasikan kepada dosen ahli masukan sebagai bahan revisi.

Tahap selanjutnya adalah tahap implementation (implementasi) yaitu ujicoba perangkat pembelajaran di kelas VII E SMP N 6 Yogyakarta pada tanggal 27 April 2016 sampai tanggal 18 Mei 2016 sebanyak lima kali pertemuan. Siswa berdiskusi dengan aktif pada saat pembelajaran. Hal ini sesuai dengan salah satu keunggulan pendekatan open-ended menurut Erman Suherman (2001: 121) yaitu

89 siswa akan berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya. Pada pertemuan terakhir dilakukan tes kemampuan komunikasi matematis serta pengisian angket penilaian siswa dan angket penilaian guru.

Tahap terakhir adalah tahap evaluation (evaluasi) yang memuat kegiatan revisi berdasarkan masukan dan saran saat tahap implementation (implementasi) serta dilakukan penghitungan kualitas perangkat pembelajaran berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Pembahasan tentang kualitas perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Kevalidan Perangkat Pembelajaran Segitiga & Segi Empat SMP

Produk berupa perangkat pembelajaran matematika yang telah dikembangkan memenuhi kategori valid berdasarkan hasil penilaian oleh dua dosen validator. Masing-masing komponen perangkat pembelajaran yaitu RPP dan LKS memenuhi kategori valid. Kategori valid yang diperoleh menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran telah sesuai dengan teori-teorinya atau validitas isi seperti yang disampaikan Nieveen (1999: 127) bahwa perangkat pembelajaran dikatakan valid jika sesuai dengan teorinya. Perangkat pembelajaran dapat dikatakan sesuai dengan teorinya karena instrumen kevalidan disusun berdasarkan komponen dan prinsip RPP untuk lembar penilaian RPP dan berdasarkan komponen evaluasi LKS untuk lembar penilaian LKS.

Berdasarkan penilaian pada RPP diperoleh skor rata-rata 4,21 dari skor maksimal 5. Hal ini menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan telah sesuai dengan komponen dan prinsip-prinsip pengembangan RPP seperti yang tercantum

90 pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Selain itu RPP secara teknis telah memenuhi syarat minimal komponen RPP dan sesuai dengan langkah-langkah pendekatan open-ended sesuai pendapat Supratman (2010: 854). Meskipun telah mencapai kategori valid beberapa saran diberikan oleh validator agar RPP dikembangkan lebih baik, saran yang diberikan salah satu validator adalah dengan mengubah pembagian materi yaitu pada KD 6.3 dibagi berdasarkan kontennya. KD 6.3 dialokasikan untuk dua pertemuan dengan pembagian materi menemukan rumus keliling segitiga dan segi empat kemudian untuk pertemuan kedua menggunakan rumus luas segitiga dan segi empat dalam pemecahan masalah. Setelah melalui tahap revisi pembagian materi menjadi menemukan rumus keliling segitiga dan segi empat dan penggunaannya dalam pemecahan masalah untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua mengenai materi menemukan rumus luas segitiga dan segi empat dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Selain itu masukan yang diberikan adalah pembagian materi antara RPP 1 dan RPP 2 kurang seimbang karena RPP 1 dialokasikan waktu selama tiga jam mata pelajaran namun materi terlalu sedikit sedangkan RPP 2 hanya mendapat alokasi waktu dua jam mata pelajaran namun materi terlalu banyak sehingga dilakukan revisi dengan mengubah alokasi waktu RPP 1 dialokasikan selama dua jam mata pelajaran dan RPP 2 dialokasikan selama tiga jam mata pelajaran. Berbagai saran dan masukan yang diberikan penilai terkait aspek tersebut telah digunakan untuk merevisi RPP sehingga diperoleh RPP yang lebih baik dan layak digunakan dalam pembelajaran.

91 Sementara itu berdasarkan pada penilaian LKS diperoleh skor rata-rata 4,09 dari skor maksimal 5. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang telah dikembangkan telah memenuhi syarat pengembangan LKS yang baik sesuai dengan komponen evaluasi kelayakan LKS menurut Depdiknas (2008: 28).

2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Segitiga & Segi Empat SMP

Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dihasilkan telah memenuhi kategori praktis berdasarkan penilaian yang diberikan oleh siswa dan guru serta berdasarkan hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Hasil dari angket penilaian siswa adalah 4 dari skor maksimal 5 dan hasil dari angket penilaian guru adalah 4 dari skor maksimal 5 sehingga kedua angket penilaian memenuhi kategori praktis. Sementara itu pelaksanaan proses pembelajaran yang diamati juga menunjukkan hasil yang memenuhi kategori sangat praktis yaitu dengan persentase rata-rata sebesar 95%. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis.

Hasil penilaian siswa terhadap penggunaan LKS dan proses pembelajaran ditinjau dari aspek kebermanfaatan, kemudahan, keterbantuan, kemenarikan, pendekatan open-ended, dan kemampuan komunikasi matematis menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan adalah praktis. Hal ini didasarkan pada penilaian siswa yang menunjukkan kategori praktis pada semua butir pernyataan.

Butir pernyataan yang memiliki skor terendah adalah butir 25 yaitu mengenai tanggapan siswa terhadap alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan LKS. Skor rata-rata yang diperoleh pada butir tersebut adalah 3,59

92 dari skor maksimal 5. Skor tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa belum sepenuhnya merasa cukup dengan waktu yang dialokasi untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan pada LKS. Hal ini diduga karena pada LKS 3 dan LKS 4 memiliki kegiatan-kegiatan yang mengharuskan siswa menggambar beberapa bentuk bangun datar dan beberapa siswa terlalu banyak menggunakan waktu untuk menggambar sehingga waktu yang tersisa untuk menjawab pertanyaan menjadi kurang. Hal ini sesuai dengan saran yang disampaikan Indri Herdiman (2014: 314) apabila guru matematika akan menggunakan LKS berbasis open- ended dalam proses pembelajaran maka perlu mempertimbangkan antara lain waktu yang tersedia, pemilihan pokok bahasan, pengelolaan kelas, dan kesiapan siswa.

Sementara itu, hasil penilaian yang diberikan oleh guru matematika memperoleh skor rata-rata 4 dari skor maksimal 5 dengan kategori praktis. Hal ini menunjukkan bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan telah memenuhi kategori praktis untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Hasil skor yang menyatakan bahwa perangkat pembelajaran praktis menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi aspek kepraktisan menurut Nieveen (1999: 127) yaitu praktisi atau ahli dapat menyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan bermanfaat bagi pengguna dan mudah diterapkan dilapangan. Salah satu alasan perangkat pembelajaran menjadi praktis adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa sehingga siswa mampu mengaktualisasikan potensi atau kemampuan yang dimiliki termasuk kemampuan komunikasi

93 matematis siswa. Perangkat pembelajaran yang disusun sesuai dengan karakteristik siswa sesuai dengan cakupan kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru seperti yang tercantum pada peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Selain itu perangkat pembelajaran berupa LKS yang dikembangkan mengacu pada komponen evaluasi LKS menurut Depdiknas (2008: 28) dan telah dinyatakan valid oleh karena itu LKS telah sesuai dengan kelayakan dan kebutuhan pengguna khususnya siswa.

3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran Segitiga & Segi Empat SMP

Berdasarkan hasil ujicoba lapangan, perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended yang telah dikembangkan memenuhi kategori efektif. Secara persentase ketuntasan klasikal siswa dalam tes yang dilakukan pada akhir pertemuan adalah 71,43% dengan kategori efektif.

Berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh persentase rata-rata ketercapaian kemampuan komunikasi matematis 81,61% dari skor maksimal 100% dengan kategori efektif. Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran efektif untuk mencapai kemampuan komunikasi matematis siswa.

Selain menghitung persentase ketuntasan klasikal dan persentase rata-rata ketercapaian ketiga aspek kemampuan komunikasi matematis siswa, dilakukan pula analisis persentase ketercapaian untuk setiap aspek kemampuan komunikasi matematis siswa. Aspek pertama yaitu 90,76% memiliki kategori sangat efektif. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan

94 dalam kemampuan merepresentasikan persoalan menggunakan uraian, istilah notasi, model matematis/rumus, diagram, grafik atau tabel dengan tepat. Aspek kedua yaitu 75,54% memenuhi kategori cukup efektif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah mampu untuk menjelaskan ide/strategi yang dimiliki dengan jelas dan tepat namun masih harus ditingkatkan. Aspek ketiga yaitu sebesar 83,58% memenuhi kategori efektif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah mampu menuliskan alasan atau penjelasan terhadap suatu pernyataan dan masih bisa ditingkatkan. Salah satu faktor persentase aspek kedua yang rendah adalah karena pada beberapa pertemuan tahap evaluasi pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sehingga siswa kurang berlatih untuk menyelesaikan permasalah secara individu. Selain itu, pada pelaksanaan tes kemampuan komunikasi matematis siswa terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan soal nomor 3 yang merupakan soal untuk mengukur aspek kedua dan ketiga kemampuan komunikasi matematis. Beberapa siswa dengan sangat detail menjelaskan setiap langkah dan jawaban mereka, namun juga terdapat beberapa siswa yang berorientasi pada jawaban saja sehingga tidak menuliskan langkah secara runtut dan komunikatif serta tidak menuliskan alasan jawaban sesuai dengan permintaan soal.

Ketercapaian kualitas efektif perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Reni Untarti pada tahun 2012 yang menunjukkan bahwa pendekatan open-ended berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis. Ketercapaian kategori efektif kemampuan

95 komunikasi matematis setelah menggunakan perangkat pembelajaran menunjukkan bahwa pendekatan open-ended adalah pendekatan yang tepat untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sesuai dengan pendapat Maryam (2014: 361) bahwa pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat akan membantu siswa menguasai kemampuan komunikasi matematis.

Berdasarkan tercapainya kategori valid, praktis dan efektif dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, maka diperoleh suatu produk akhir berupa perangkat pembelajaran materi segitiga dan segi empat menggunakan pendekatan open-ended yang valid, praktis, dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.