• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2. Analisis Perilaku Pasar ( Market Conduct )

6.2.2. Kegiatan Praktek Penjualan dan Pembelian

Petani tebu rakyat di PTPN VII UU BUMA merupakan petani yang tergabung dalam suatu kelompok tani. Kelompok-kelompok tani tersebut kemudian memilih koordinator dengan syarat yaitu orang yang dapat dipercaya, memiliki lahan sendiri, memiliki kemampuan dalam menjual gula, memiliki jaringan/akses terhadap pembeli gula serta tergabung dalam salah satu anggota kelompok tani. Kelompok-kelompok tani mendapatkan paket kredit (bagi petani tebu rakyat) dari bank dengan avalis (penjamin) nya yaitu pabrik gula (PTPN VII UU BUMA). Kelompok tani tidak melakukan proses pembelian gula namun melakukan penjualan gula untuk membayar paket kredit. Jika telah membayar paket kredit tersebut, maka kelompok-kelompok tersebut dapat mengajukan permohonan kredit kembali untuk masa tanam berikutnya.

PTPN VII UU BUMA melakukan sistem kemitraan dengan kelompok- kelompok tani tebu rakyat. Sistem bagi hasil dilakukan bagi PG dan kelompok tani tebu rakyat. Bagi hasil gula yang ditetapkan yaitu 34 % untuk PG dan 66 % untuk kelompok tani. Tebu yang telah dipanen dengan jumlah 4 602 ku tebu dari lahan seluas 7.3 Ha akan menghasilkan gula sebanyak 295.54 ku dengan tingkat rendemen tertentu dan menghasilkan tetes sebanyak 117.30 ku. Maka, gula yang akan diperoleh PG sebanyak 100.48 kg dan kelompok tani sebanyak 195.06 kg

Gula milik PG sebanyak 34 % yang merupakan bagian dari bagi hasil dijual dengan mekanisme lelang. Proses lelang gula hasil gilingan PTPN VII UU BUMA dilakukan di kantor direksi (Kandir) PTPN di Jakarta. Panitia lelang membuat surat undangan lelang kepada para peserta. Peserta tidak diwajibkan datang, bisa melalui perwakilan atau faksimili. Namun, biasanya lebih diutamakan

89 bagi peserta lelang yang hadir. Umumnya peserta lelang adalah para pedagang besar yang memiliki modal besar. Masing-masing peserta lelang memberikan harga penawaran di dalam amplop tertutup kemudian diberikan kepada panitia tim lelang. Selanjutnya panitia akan membuka amplop yang berisi harga penawaran masing-masing peserta dan menjelaskannya kepada forum. Peserta yang memberikan harga tertinggi dan hadir maka akan menjadi pemenang lelang. Jika harga yang diharapkan direksi berbeda dengan hasil lelang, maka dilakukan negosiasi kembali dengan pihak yang menang. Jika tidak terjadi kesepakatan, maka lelang dapat dibatalkan. Namun, jika terjadi kesepakatan maka pihak direksi akan memberikan DO sesuai dengan yang sudah dibayar pemenang lelang.Setelah itu, pihak direksi menerbitkan surat perintah kepada pihak direksi cabang (PTPN VII di Lampung) dan PG (PTPN VII UU BUMA) untuk mengeluarkan gula dalam kurun waktu satu minggu.

Gula milik kelompok tani sebanyak 195.06 kg (66 % bagian petani) tidak seluruhnya dijual namun disimpan sebagai natura (untuk dikonsumsi). Jadi, 90 % gula untuk dijual dan 10 % sebagai natura. Gula yang dijual kelompok tani hanya 175.50 kg sedangkan yang disimpan untuk natura yaitu 19.56 kg. Jumlah gula yang dijual oleh kelompok tani dikalikan dengan harga gula yang berlaku. Penerimaan kelompok tani dari hasil penjualan gula kemudian dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kelompok tani kepada PG seperti karung, finalti tebu trash, pinalti rendemen, finalti tebu bakar, dan lain-lain. Selain itu, penerimaan tersebut dikurangi pula dengan pinjaman (paket kredit) pada periode masa tanam tertentu. Adapun pinjamannya berupa pupuk, bibit, perawatan, tebang muat angkut (TMA). Selain itu, tidak hanya pokok pinjaman dari paket kredit

90 tetapi bunga pinjamannya harus dibayar oleh kelompok tani sebesar 6 %. Perhitungan bunga ini disesuaikan dengan jumlah waktu pengembalian. Misalnya, waktu pengembalian yaitu 125 hari. Maka perhitungan bunga yaitu 125 hari dibagi dengan 365 hari (jumlah hari dalam satu tahun) kemudian dikalikan dengan 6 %. Maka, bunga yang harus dibayar yaitu sejumlah tersebut dikalikan dengan pokok pinjaman. Adapula biaya yang harus dibayar kelompok tani setelah menerima hasil penjualan yaitu sekitar 2 - 5 % dari penjualan gula yang harus diserahkan pada desa setempat tergantung kesepakatan setiap kelompok tani. Hal ini sebagai pemasukan bagi desa tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka akan diperoleh pendapatan kelompok tani yang kemudian akan dibagi pada setiap petani sesuai dengan proporsi jumlah gula yang dihasilkan masing-masing petani. Penjualan gula dari sejumlah petani (diwakili koordinator) ke pedagang besar dilakukan setelah adanya kesepakatan dari seluruh anggota kelompok- kelompok tani. Pedagang besar yang dapat membeli gula petani adalah pedagang besar yang telah terdaftar di PTPN VII UU BUMA. Koordinator dapat mencari pembeli gula yang dapat membeli gula petani dengan harga yang sesuai. Koordinator mendapatkan informasi harga jual gula dari pedagang besar, koordinator lain, internet, PG, dan informasi lainnya. Dalam hal ini PG menyarankan agar petani tidak menjual gula dibawah harga Rp 8 000/kg. Hal ini untuk menghindari kerugian dari petani. HPP gula tahun 2011 yaitu Rp 7 000/Kg sehingga petani dapat membayar kredit tersebut kepada bank dan mendapat keuntungan dari kegiatan usaha tersebut.

Beberapa tahun yang lalu, penjualan gula milik petani pada awalnya dilakukan dengan mekanisme lelang yang difasilitasi oleh PG, namun dalam

91 proses lelang yang dilakukan tidak pernah berhasil untuk mencapai kesapakatan harga. Beberapa alasan lelang tersebut tidak berhasil: (1) harga yang ditawarkan pembeli terlalu murah, dan (2) ada syarat minimal jumlah yang harus dibeli oleh pedagang, dan harus dipenuhi oleh petani. Sehingga kadang jumlah ini sulit dipenuhi oleh petani. Akibat dari pelaksanaan sistem penjualan ini yang tidak berlangsung dengan lancar. Maka akhirnya dibuat sistem penjualan baru dimana petani dapat menjual langsung ke padagang besar. Petani dapat menentukan waktu penjualan gula jika sesuai dengan harga yang ditetapkan. Penentuan harga jual ini masih didominasi oleh pedagang besar meskipun petani memiliki keleluasaan untuk menjual gula kapanpun. Namun, semakin lama gula tersebut disimpan di gudang PG, maka semakin lama pula mereka tidak mendapatkan uang untuk membayar kredit dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika kredit tersebut dapat dilunasi, maka kelompok-kelompok tani akan segera mendapatkan fasilitas kredit selanjutnya untuk musim awal tanam yang baru.

Kesepakatan penjualan telah terjadi jika kedua belah pihak (koordinator petani dan pedagang besar) telah menandatangani surat perjanjian jual beli gula petani tebu rakyat yang dibuat oleh PG. Kedua belah pihak sepakat melaksanakan jual beli gula milik petani tebu rakyat di PTPN VII UU BUMA dengan penentuan jumlah dan harga/kg. Pembayaran tunai dapat dilakukan oleh pedagang besar paling lambat satu hari setelah tanggal surat perintah setor (SPS) gula ditanda- tangani. Jika lebih dari itu, maka penjualan dianggap batal. Pedagang besar mentransfer uang tersebut ke rekening PTPN VII BUMA dengan menyerahkan bukti transfer dari bank. Berdasarkan bukti dari bank, PG akan menerbitkan surat penyerahan barang (gula) petani tebu rakyat. Apabila pengambilan gula oleh

92 pedagang besar lebih dari batas waktu yang ditetapkan, maka dikenakan sewa gudang per minggu Rp 250/kuintal gula. Biaya lain yang dikeluarkan pedagang besar adalah biaya pengangkutan. Pedagang besar dapat menjual gula yang dibeli dari PG langsung ke distributor atau langsung ke pengecer. Pedagang besar yang menjual langsung ke pengecer biasanya yang memiliki jumlah gula yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan pedagang besar lainnya.

Gula yang dibeli oleh distributor ataupun pengecer akan diangkut oleh pedagang besar sampai ke tempat. Hal ini menimbulkan biaya pengangkutan yang

ditanggung oleh distributor. Biaya angkut mencapai Rp 75 000/ton gula atau Rp 75/kg gula. Distributor dapat menjual gula langsung ke pengecer tanpa

merubah packaging dari gula tersebut. Sehingga tidak ada biaya pengemasan. Penjualan gula yang dilakukan distributor ke pengecer menimbulkan biaya pengangkutan. Biaya ini ditanggung oleh pengecer sebesar Rp 75/kg gula. Gula diangkut hingga ke kios-kios yang ada di pasar. pengecer melakukan pengemasan dengan ukuran yang lebih kecil yaitu 1 kg, ½ kg, ¼ kg, 1 ons gula pasir. Hal ini menimbulkan biaya pengemasan. Berat gula dalam satu karung gula PTPN VII UU BUMA yaitu 50 kg. Biaya pengemasan satu karung gula menjadi ukuran yang lebih kecil menimbulkan biaya pengemasan Rp 4 000/karung gula atau Rp 80/kg gula. Jadi, gula yang dijual oleh pengecer ke konsumen sudah memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan hal tersebut maka yang melakukan proses pembelian gula yaitu pedagang besar, distributor, dan retail (pedagang eceran). Sedangkan yang melakukan kegiatan penjualan gula yaitu petani-kelompoktani-koordinator, pabrik gula, pedagang besar, distributor, dan retail (pedagang pengecer). Kegiatan

93 penjualan dan pembelian gula setiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 29

Tabel 29. Kegiatan Penjualan dan Pembelian Gula Setiap Lembaga Pemasaran

No Lembaga Pemasaran Bentuk Kegiatan

Pembelian Penjualan 1 Petani Kelompok Tani Koordinator x √ 2 Pabrik Gula x √ 3 Pedagang Besar √ √ 4 Distributor √ √

5 Retail (Pedagang Pengecer) √ √

Dokumen terkait