• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2. Analisis Perilaku Pasar ( Market Conduct )

6.2.4. Kerjasama Lembaga Pemasaran

Petani yang memutuskan menjadi petani tebu rakyat secara umum dikarenakan beberapa faktor seperti modal, akses lahan ke PG, dan faktor pengalaman. Petani tebu rakyat merupakan petani yang memiliki keterbatasan modal sehingga mereka membutuhkan biaya untuk kegiatan budidaya tebu. Selain itu, adanya kemudahan akses lahan yang ditempuh merupakan faktor yang berperan dalam keputusan petani bermitra dengan PG. Faktor pengalaman bermitra dengan PG merupakan faktor lain keputusan bagi petani masuk dalam petani tebu rakyat. Kerjasama atau kemitraan yang terjalin antara petani tebu rakyat dengan PTPN VII UU BUMA menciptakan hak dan kewajiban bagi petani tebu rakyat (Tabel 30).

97

Tabel 30. Hak dan Kewajiban

A. Petani Tebu Rakyat melalui Kelompok Tani terhadap PTPN VII UU BUMA

Hak Kewajiban

1. Mendapatkan paket kredit yang ditawarkan meliputi persiapan, pengolahan lahan, hingga panen dari bank melalui PTPN VII UU BUMA sesuai dengan luas lahan yang disetujui 2. Memperoleh dari sistem bagi hasil ;

a. 66 % gula hasil tebu yang diolah b. 2.5 % tetes

3. Mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari PG mulai dari persiapan, budidaya, panen, penggilingan, dan penjualan 4. Mendapatkan jaminan bahwa kredit

dapat dikembalikan karena adanya bimbingan dan pengawasan PG 5. Mengetahui jadwal penebangan,

tingkat rendemen, jumlah gula, dan jumlah tetes yang dihasilkan 6. Mengetahui pencatatan pemakaian

biaya garap oleh PG

1. Mengikuti alur kegiatan pembiayaan tebu rakyat yang ditetapkan PTPN VII UU BUMA

2. Penyerahan agunan kepada PG 3. Melakukan usahatani tebu sesuai

dengan bimbingan dan pengawasan PG

4. Seluruh tebu yang dipanen diolah dan kemudian dilakukan bagi hasil antara petani dan PG

5. Pengembalian pokok dan pinjaman kredit setelah penjualan hasil produksi berupa gula dan tetes. perhitungannya sesuai dengan realisasi jumlah pemakaian (biaya yang digunakan) setiap kelompok tani

6. Petani tidak diperkenankan untuk menyerahkan tebunya ke pabrik gula lain yang bukan mitranya

B. PTPN VII UU BUMA terhadap Petani Tebu Rakyat melalui Kelompok Tani

Hak Kewajiban

1. Menentukan kelompok tani yang berhak memperoleh pembiayaan tebu rakyat (paket kredit)

2. Memperoleh dari sistem bagi hasil: a. 34 % gula hasil tebu yang diolah b. Tetes

3. Memperoleh agunan milik petani

1. Melakukan proses seleksi terhadap kelompok tani yang mengajukan pembiayaan tebu rakyat

2. Mengelola dana & menyalurkan paket kredit bagi kelompok tani yang

mengikuti alur pembiayaan tebu rakyat sesuai dengan kebutuhan petani 3. Melakukan pengukuran lahan petani

dan membuat peta kebun

4. PG berperan sebagai avalis (penjamin) bagi bank bahwa kredit yang diberikan pada petani dapat dikembalikan sesuai dengan syarat yang telah ditentukan 5. Melakukan bimbingan dan pengawasan

mulai dari persiapan, budidaya, panen, penggilingan, dan penjualan

6. Memberikan jadwal penebangan, tingkat rendemen, jumlah gula, dan jumlah tetes yang dihasilkan

7. Pencatatan biaya garap dilakukan oleh PG

Petani tebu rakyat tergabung dalam kelompok tani. Peran kelompok tani diantaranya yaitu perolehan kredit dan kegiatan usahatani tebu bagi petani tebu rakyat, memberikan keputusan pada koordinator ketika akan melakukan penjualan

98 gula, dan lainnya. Petani harus mengikuti alur kegiatan pembiayaan tebu rakyat yang ditetapkan PTPN VII UU BUMA. Hal ini dimaksudkan agar petani dapat memperoleh hak dalam perolehan paket kredit dari bank.

Kemitraan merupakan hal yang harus menguntungkan kedua belah pihak baik petani maupun PG. Kemitraan antara petani dan PG menimbulkan hak dan kewajiban bagi PG. hak dan kewajiban tersebut menjadi acuan bagi kedua pihak agar dapat menjalankan kemitraan dengan baik. PG berfungsi sebagai avalis (penjamin) kegiatan kredit bagi petani yang diberikan bank. Oleh karena itu, PG berkewajiban untuk menentukan kelompok yang mendapat kredit, pengawasan kegiatan usahatani hingga penjualan, dan pengelolaan dana kredit.

Setelah gula siap untuk dijual, maka koordinator petani bertugas untuk mencari pembeli gula dan mewakili para petani untuk menjualkan gula mereka. Koordinator akan mendapatkan fee dari kelompok sebesar 0.2 % - 0.5 % dari hasil penjualan. Penentuan nilai ini didasarkan pada kesepakatan kelompok-kelompok tani. Koordinator mencari pembeli atau pedagang besar yang telah terdaftar identitasnya di PG. Hal ini dimaksudkan agar petani mendapatkan jaminan bahwa gula yang mereka jual telah dibeli oleh pedagang besar yang memiliki kepercayaan dalam hal pembayaran. Pembayaran dilakukan pedagang besar kepada rekening PTPN VII UU BUMA dengan batas waktu paling lambat satu hari setelah adanya Surat Perintah Setor (SPS) dari PG. Jika lebih dari batas waktu tersebut maka kegiatan jual beli dianggap batal.

Pembayaran pedagang besar ke petani melalui rekening PG dilakukan secara cepat (satu hari). Namun, petani tidak mendapatkan uang langsung dari hasil penjualan gula ketika pedagang besar membayarkannya. Petani biasanya

99 harus menunggu tiga sampai lima bulan untuk pencairan hasil penjualan gula. Hal ini yang menjadi kelemahan program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) atau pemberian paket kredit pada petani tebu rakyat. Petani harus mencari penghasilan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama belum diterimanya pencairan dana hasil penjualan gula. Jika dana tersebut telah cair, maka petani wajib membayar pokok pinjaman dan bunga kredit kepada bank melalui PG. Selanjutnya bank dapat memberikan kredit kembali kepada kelompok tani tersebut untuk musim tanam berikutnya. Berdasarkan hal tersebut, terdapat hubungan kerjasama antara petani, PG, bank, dan pedagang besar. Namun, permasalahan tenggat waktu pencairan dana hasil penjualan gula petani yang cukup lama kurang menguntungkan petani.

Lembaga pemasaran lainnya seperti distributor dan retail tidak ada keterikatan khusus dalam hal penjualan atau pembelian sehingga lembaga pemasaran satu bebas melakukan penjualan gula ke lembaga pemasaran lainnya. Namun, mereka biasanya melakukan kegiatan penjualan atau pembelian berdasarkan prinsip saling ketergantungan dan saling menguntungkan.

Analisis perilaku pasar yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terdapat lembaga pemasaran yang cenderung dominan dalam pelaksanaan kegiatan pemasaran. Lembaga pemasaran tersebut yaitu pedagang besar. Kegiatan pembelian gula milik petani yang dilakukan oleh pedagang besar cenderung menimbulkan kolusi oleh pedagang besar yang menyebabkan penentuan harga gula petani didominasi pihak tersebut. Kurangnya peran kelompok tani dalam kegiatan penjualan gula petani menyebabkan bargaining power petani yang semakin lemah.

100

6.3. Analisis Kinerja Pasar (Market Performance)

Dokumen terkait