• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. Meningkatkan kapasitas SDM petani [pemahaman dan ketrampilan] dalam menganalisa lingkungan dan interaksinya dengan usahatani, dan kelompok belajar tani melalui program sekolah lapang

5.1. Meningkatkan kapasitas SDM petani [pemahaman dan ketrampilan] dalam menganalisa lingkungan dan interaksinya dengan usahatani, dan kelompok

5.1.2. Kegiatan Sekolah lapangan

Tujuan peyelenggaraan Sekolah Lapangan Usaha Tani Lestari dan Energi Terbarukan (SLUTLET) di Semau adalah :

a) Meningkatkan kemampuan petani dalam pengelolaan usaha tani sehingga mampu meningkatkan produktifitas lahan dan pendapatan

b) Menjadikan aktivitas sekolah lapang sebagai wadah belajar yang efektif antar kelompok agar masing-masing kelompok tani di desa dapat saling memberikan pengalamannya dalam pengelolaan tani berkelanjutan.

c) Mengembangkan sains petani dalam rangka meningkatkan rangka pengetalolan potensi lokal dan menumbuhkan kemampuan petani dalam menemukan teknologi budidaya tanaman sesuai dengan karakteristik komponen lingkungan setempat

d) Meningkatkan pengetahuan petani dalam hal menemukan teknologi terbarukan untuk mengatasi keterbatasan sumber energi di ruma tangga petani.

Untuk mencapai tujuan tersebut peserta sekolah lapangan berperan aktif sebagai subyek belajar untuk meningkatkan penyadaran kesadaran akan masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi, melalui :

a) Identifikasi dan analisis permasalahan petani melalui kegiatan SLA (Sustainanble Livelihoods Assessment) oleh masyarakat.

b) Mengembangkan perencanaan oleh masyarakat dan keluarga dalam hal pemecahan masalah budidaya tanaman, air da energi

c) Mengembangkan prinsip-prinsip sains petani petani untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, pengelolaan potensi lokal dan mendorong terciptanya teknologi tepat guna oleh masyarakat. d) Meningkatkan sikap kritis, kerjasama petani dalam hal pengembilan keputusan untuk mengatasi

permasalahan yang sedang dihadapi oleh mereka.

e) Membangun dinamika dan nilai-nilai dalam pengembangan kemandirian petani / msayarakat f) Mengembangkan pendidikan orang dewasa kritis / belajar dari pengalaman bagi masarakat

Kegiatan sekolah lapangan dimulai pada akhir bulan Pebruari setelah Pelatihan bagi Pemandu Lokal selesai. Kegiatan dilasanakan selama 4 bulan dengan jadual pertemuan 1 minggu satukali pada setiap kelompok (kelompok Daelkollo di desa Uithiuhana, kelompok Gemilang dan kelompok Tani Karya di desa Uiboa, kelompok tani Mekarsari dan kelompok tani Nuleka di desa Akle). Kegiatan dimulai jam 08.00 sampai jam 13.00.

33

Pada kegiatan ini tenaga pelatih/ pemandu Filed masih mempunyai peranan lebih dibandingkan dengan pemandu lokaldengan tujuan agar pemandu lokal dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana proses pembelajaran dan proses alih tukar informasi dari pemandu ke kelompok.

Materi sekolah lapangan pada dasarnya sama dengan materi yang diberikan selama pelatihan Pemandu Lokal, namun ditambahi dengan kegiatan praktek langsung di lapangan dengan tambahan materi lainnya sesuai dengan kondisi dilapangan.

Materi yang diberikan dan didiskusikan bersama oleh anggota kelompok dan dipraktekan di kebun kelompok antara lain:

1) Analisis kebutuhan sehari-hari

Anggota kelompok tani diberi kesempatan untuk membuat matrik kebutuhan sehari hari dalam rumahtangga mereka terutama yang berhubungan dengan pangan dan bagaimana cara mereka mendapatkan bahan tersebut dan mengelolanya agar cukup bagi keluarga. Salah satu model dapat dilhat pada Gambar 5.13

Gambar 5.13. Salah satu anggota kelompok Karya Nyata menjelaskan analisa kebutuhan sehari hari

2) Peranan wanita dalam bidang pertanian

Pada kesempatan ini dipaparkan bagiamana peranan ibu ibu dalam mengelola usahatani keluarga termasuk dalam mengatur pasca panen sampai pada kemungkinan menjual hasil panen tanaman pangan, sayuran dan lainnya. Gambar bagaimana angota kelompok menjelaskan pranan wanita dalam pengelolaan usahatani dapat dilihat pada Gambar 5.14

34

Gambar 5.14. Anggota kelompok wanita di desa Akle menjelaskan pada anggota pernanan wanita dalam mengelola usahatani keluarga

3) Pengalaman warga belajar dalam bercocok tanam

Pada pertemuan ini membahas tentang pengalaman-pengalaman warga belajar tentang budidaya tanaman yang selama ini dilakukannya, pemandu memberi kesempatan kepada petani untuk mengungkapkan atau menyampaikan pengalaman mereka tentang cara budidaya tanaman yang selama ini dilakukannya. Mulai dari persiapan lahan sampai panen. Berdasarkan pengalaman warga belajar mengenai cara budidaya tanaman maka ditemukan kekurangan tepatan dalam praktek budidaya tanaman yang dilakukan oleh warga belajar. Hal ini yang menyebabkan hasil dari budidaya tanaman yang dilakukan oleh warga belajar tidak sesuai dengan potensinya. Disepakati beberapa hal yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian yaitu cara budidaya tanaman yang benar, pembuatan pupuk organik, dan pembuatan pestisida nabati.

Materi selanjutnya adalah kalender musim, dimana warga mengungkapkan pengalaman- pengalaman pada bulan berapa mereka menyiapkan lahan, menanam dan kegiatan lain setelah panen.pada kegiatan ini petani dibagi dalam beberapa kelompok kemudian membuat kelender musiman dimana warga belajar mengungkapkan pengalaman-pengalaman dalam berusaha tani itu dilakukan pada bulan berapa dan kegiatan lain seperti kegiatan gerejawi, hari kemerdekaan, dan kegiatan adat istiadat seperti nikah adat dan masuk minang. Setelah membuat kelender musiman warga belajar mempresentasekannya dan didiskusikan. Dalam kegiatan ini ternyata banyak masalah yang ditemukan seperti kegagalan panaen, hasil tanaman berkurang, dan biaya yang dikeluarkan melebihi biaya produksi. Sehingga oleh pemandu didiskusikan bersama bagaimana memperbaiki kondisi tersebut sehingga dapat memberikan nilai lebih bagi warga belajar. Cara yang dilakukan dalam mengatasi hal ini yaitu dengan memodifikasi kelender musim

35

yang telah dibuat dan menganjurkan petani agar melakukan penanaman leih awal sehingga curah hujan yang sedikit ini dapat memenuhi kebutuhan air untuk tanaman sehingga tanaman dapat berproduksi sesuai dengan potensinya. Penyusunan kalender musim tanam yang selama ini dilakukan dan bentuk perbaikan yang akan dipraktekan dilakukan di lahan mikir dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 5.15. Diskusi anggota kelompok tani dalam menyusun kalender musim tanam yang selama ii dipraktekan dan perbaikan yang akan dilakukan

Gambar 5.16. Salah satu anggota kelompok tani mempresentasikan kegiatan usahatani yang dilakukan selama ini dan rencana berikutnya yang akan dipraktekan di lahan mikir

4) Pembuatan pupuk cair dan pupuk kompos

Sebelum praktek, petani diberi kesempatan untuk mengartikan apa itu pupuk, jenis pupuk yang pernah dipakai dan manfaat pupuk untuk tanaman. Setelah penyajian materi dilanjutkan dengan pembuatan kompos dan pupuk cair. Pembuatan kompos dilakukan dengan mengambil bahan- bahan yang sudah disiapkan seperti daun gamal, rumput, nitas, dan kotoran hewan kemudian dicampur dan diaduk merata dalam wadah terpal yang sudah dibentuk seperti bak, kemudian dibiarkan selama 2 minggu. Pembuatan pupuk organik cair dibuat dengan mencampurkan gula, nitas, batang pisang, dan air cucian beras didalam wadah yang sudah disiapkan dan dibiarkan

36

selama 3 minggu. Pembuatan pupuk oragnik cair dan kompos yang dilakukan oleh kelompok tani dapat dilihat pada Gambar berikut ini

Gambar 5.17. Daun daun yang digunakan sebagai kompos Gambar 5.18. Daun daun yang telah dicach kemudian

dimasukan dalam wadah untuk proses fermentasi setelah ditambah dengan bahan bahan lain seperti air cucian beras sebagai sumber mikroorganisme, gula air, urine sapi, dan tanah

Gambar 5.19. Kompos yang sudah jadi dicampur dengan pupuk kandang yang sudah jadi dikeringkan

Gambar 5.20. Aplikasi kompos yang sudah jadi di lahan mikir milik kelompok tani

37

Gambar 5.21. Bahan bahan yang akan dibuat pupuk organic cair dipotong dan dicacah

Gambar 5.22. Bahan yang sudah dicacah dimasukan dalam ember yang mempunyai tutup

Gambar 5.23. Ditambahkan urine sapi, gula air, dan R1M untuk kemudian ditutup selama 1 bulan

Gambar 5.24. Pupuk organic cair yang telah jadi kemudian diperas untuk mendapatkan cairan hasil extrak

5) Pengolahan lahan dan penanaman

Pada materi pembelajaran ini, warga belajar mengolah lahan (bedeng dan lubang) sesuai kebiasaan dan secara mikir untuk ditanami bawang dan cabai. Setelah dilakukan pengolahan lahan dilanjutkan dengan materi tentang manfaat pengolahan lahan. Dari pokok materi ini petani diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat tentang kekurangan dan kelebihan pembuatan bedeng atau pengolahan lahan menurut kebiasaannya serta kelemahan dan kelebihan dari pengolahan bedeng secara mikir.

Penanaman dilakukan menurut kebiasaan dan penanaman secara baik atau mikir. Pada bedeng mikir, sebelum ditanami terlebih dahulu bedengan dicampur dengan pupuk organik yang sudah disiapkan. Sedangkan bedengan biasa langsung ditanam tanpa penggunaan pupuk organik. Tanaman yang ditanami pada bedeng mikir atau timbul adalah, cabai, bawang merah, tomat, kangkung, bawang merah, sawi dan bayam, sedangkan pada bedengan biasa ditanami bawang merah, kangkung dan cabai.

38

Setelah dilakukan penanaman dilanjutkan dengan penjelasan mengenai teknik pengamatan terahap agro-ekosistim tanaman. Dalam penyampaian materi mengenai analisis agro ekosistim Pemandu memberikan penjelasan bagaimana mengamati tanaman yang ditanami dengan lingkungan disekitarnya. Pengamatan terhadap agro-ekiosisitim tanaman yaitu mengamati fisiologi tanaman baik tinggi, jumlah anakan, dan jumlah cabang, mengamati cuaca, keadaan tanah dan keadaan tanaman serta hama dan penyakit. Kegiatan sekolah lapangan pengolahan tanah dan penanaman dapat dilihat Gambar dibawah ini

Gambar 5.25. Pembersihan lahan untuk praktek pengolahan dan penanaman

Gambar 5.26. Pembuatan bedengan lahan praktek

Gambar 5.27. Pengolahan lahan praktek baik lahan untuk lahan biasa dan lahan mikir

Gambar 5.28. Penanaman pada benedenag lahan mikir yang telah diberi pupuk organik

6) Analisis agro-ekosistim (pengamatan)

Dalam kegiatan pengamatan ini, kelompok dibagi beberapa kelompok sehingga terbentuk menjadi 4 sub-kelompok untuk mengamati pada tanaman yang ditanam pada lahan mikir dan lahan biasa. Setelah melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatannya, warga belajar kembali ke tempat belajar kemudian menuangkan catatan hasil pengamatan agro-ekosisitim tanaman yang telah diamati baik dilahan mikir atau lahan kebiasaan, kemudian mempresentasekan hasil

39

pengamatannya. Salah satu contoh hasil pengamatan agroekosistem kelompok Dael Kollo seperti tersaji pada Tabel 5.1. dan 5.2. sebagai berikut

Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Agro-Ekosisitim Tanaman Lombok Pada Lahan Kebiasaan.

No Masalah Penyebab Rencana tindakan Pelaku

1 Tanaman layu - kekurangan air - tanah padat

- siram - penggembura

Semua anggota

2 Daun rusak, mengkerut dan menguning

Hama seperti lalat, kutu daun dan klubalaan

pembasmian Semua anggota

3 Tanaman lain Gulma Penyiangan Semua anggota

Tabel 5.2. Hasil Pengamatan Agro-Ekosistim Tanaman Lombok Pada Lahan Mikir

No Masalah Penyebab Rencana tindakan Pelaku

1 Daun rusak, kekuningan dan sebagian rusak

Hama seperti lalat, semut, klubalaan

Pengendalian dengan pestisida botanik

Semua anggota

2 Tanaman lain Gulma Penyiangan Semua anggota

Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini dilakukan oleh angota kelompok sampai tanamanan panen untuk melihat perubahan yang terjadi sebagai akibat dari perubahan lingkungan pertumbuhan yang berubah. Kelompok selalu diajak berdiskusi bila terjadi perubahan , kenapa terjadi perubahan, dan bagaimana membuat perubahan tersebut berkorelasi posisitif dengan tanaman yang sedang ditanam sekaligus sebagai bahan pembelajaran pada musim tanam berikutnya. Salah satu hasil pembelajaran ini adalah kelompok tani dapat merubah kalender musim tanam yang disesuai dengan keadaan yang menguntungkan bagi tanaman yang akan ditanam terutama terhadap gangguan hama dan penyakit. Kegiatan anaisa agroeksosistem dapat dilihat pada Gambar dibawah ini

40

Gambar 5.30. Pengmatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman Lombok dalam praktek agroekosistem

7) Pembuatan pestisida organik

Setelah dilakukan presentase hasil pengamatan agroekosistem dari komponen tanaman yang ditanam oleh semua sub-kelompok materi dilanjutkan dengan penyajian materi oleh pemandu tentang pestisida organik. Selesai pemaparan Pestisida oranik dilanjutkan dengan diskusi dengan semua warga belajar pada setiap kelompok di desa masing masing. Hasil diskusi menunjukkan bahwa beberapa tanaman lokal dapat digunakan sebagai pestisida organik seperti mindi, gewang, akar tuba, daun sirih, bawang putih, serai, kemangi, buah gewang, buah majan/bilak, dan widuri. Pemandu juga menjelaskan cara pembuatannya dan cara aplikasinya pada lahan yang ditanam. Pembuatan pestsida organik ini memberikan keuntungan agi kelompok tani dalam meminimumkan serangan hama dan penyakit tertentu seperti daun sirih, lengkuas dan kunyit yang dapat digunakan untuk meminimumkan penyakit antracnosa yang menyerang tanaman cabai/ lombok. Kegiatan pembuatan pestisida organik dapat dilihat Gambar dibawah ini.

Gambar 5.31. Bahan sumber pestisida organic diccacah untuk memudahkan proses fermentasi oleh mikroorganisme

Gambar 5.32. Penambahan air cucian beras sebagai sumber mikroorganisme, kemudian ditambahkan gula air

41

Gambar 5.33. Semua bahan diaduk merta kemudian disimpan selama 1 hari ditempat gelap

Gambar 5.34. Bahan pestisida organic yang siap untk disimpan dalam kondisi an=aerob kudian diperas setelah diperam dalam 2 hari

8) Akar dan jaringan pengangkut

Sebelum kegiatan pembahasan mengenai akar dan jaringan pengangkut, terlebih dahulu warga belajar menyiapkan bahan praktek yaitu tanaman bayam yang ditanam dalam wadah yang berisi air ditambah zat pewarna masakan dan wadah yang tanpa zat pewarna atau air saja. Setelah itu warga belajar diajak untuk melihat gejala-gejala apa yang terjadi dengan tanaman yang ditanam dalam wadah air campur zat pewarna dan tanaman yang ditanam dalam wadah yang isinya hanya air saja. Setelah melakukan pengamatan pemandu menanyakan apa saja yang ditemukan dalam pengamatan, dari hasil diskusi maka pemandu menjelaskan arti dari praktek tersebut mengenai akar dan jaringan pengangkut. Pemandu mulai menjelaskan bagaimana fungsi akar dan jaringan pengangkut terhadap pertumbuhan tanaman serta pengaruh pemberian pestisida terhadap tanaman dan dampak atau bahaya pestisida terhadap manusia. Dari kegiatan praktek tentang akar dan jaringan pengangkut, warga belajar baru mengetahui bahwa pestisida dapat bertahan dalam atau dalam sel-sel tanaman dalam jangka waktu lama dan mengetahui bahaya pestisida bagi manusia pengkonsumsinya. Kegiatan akar dan jaringan pengangkut dapat dilihat pada Gambar 5.35, 5.36, dan 5.37

42

Gambar 5.35. Praktek tanaman bayam dicelupkan di larutan pewarna dan tidak untuk melihat perubahan warna pada jaringan pengangkut

Gambar 5.36. Penagamtan perubahan warna pada batng dan daun tanaman bayam

Gambar 5.37. Praktek pengamatan jaringan tanaman dengan tanaman bawang merh sebagai contoh

9) Ekologi tanah (sifat fisik, kimia dan mikrobiologi tanah)

Sebelum melakukan praktek, pemandu memberikan materi mengenai tanah, pemandu menanyakan apa itu tanah dan apa saja yang terdapat dalam tanah kepada warga belajar. Diskusi ini berjalan lancar dimana warga belajar mengungkapkan apa yang diketahui mengenai tanah dan apa-apa saja yang ada dalam tanah. Setelah diskusi mengenai tanah, dilanjutkan praktek mengenai kemampuan tanah dalam mengikat air.

Petani yang sudah dibagi dalam tiga kelompok menyiapkan bahan dan alat praktek yaitu tanah, kotoran hewan, botol aqua, gelas aqua dan air. Setelah bahan-bahan sudah disiapkan, pemandu mengajak warga belajar untuk menghaluskan tanah dan kotoran hewan. Setelah tanah dan kotoran hewan dihaluskan, botol pertama hanya diisi tanah yang sudah ditimbang dengan berat 500 gram. Botol yang kedua diisi dengan tanah yang sudah dicampurkan dengan kotoran hewan dengan berat masing-masing 250 gram tanah dan 250 gram kotoran hewan.

Selanjutnya menyiapkan air sebanyak dua gelas aqua atau 440 ml air untuk dimasukan dalam botol yang sudah diisi dengan tanah dan kotoran hewan, air yang dituangkan bertahap yaitu

43

menuangkan satu gelas dahulu secara bersamaan kemudian menyusul gelas yang kedua. Kemudian melakukan pengamatan pada setiap botol yang sudah diisi dengan tanah dan tanah tambah kotoran hewan, yang diamati adalah air yang jatuh pertama dan air yang terikat.

Dari hasil pengamatan ternyata botol yang isinya tanah dicampur dengan kompos yang menunjukan bahwa airnya menetes terlebih dahulu. Setelah dilakukan praktek mengenai kemampuan tanah mengikat air pemandu menanyakan apa yang didapat dari praktek ini, warga belajar menyatakan bahwa botol yang berisi tanah campur kompos yang sangat baik dalam menyerap dan mengikat air. Dari hasil diskusi ini pemandu menjelaskan mengenai manfaat kompos atau kotoran hewan terhadap tanah selain fungsinya sebagai pupuk bagi tanaman. Kegiatan pengenalan sifat fisik tanah (kemampuan ikat air tanah) dapat dilihat pada Gambar 5.38 dan 5.39

Gambar 3.38. Persapan dan pPengisian botol plastic dengan tanah dengan komposisi campuran bahan organic berbeda

Gambar 5.39. Pengamatan kecepatan menentes air dari tanah dengan komposisi yang berbeda untuk mengetahui kemampuan tanah dalam memegang air

Praktek berikutnya adalah pengenalan aerasi tanah. Praktek ini bertujuan agar petani lebih memahami dan mengetahui pentingnya aerasi tanah bagi tanaman. Dalam melakukan praktek ini petani dibagi dalam tiga kelompok. Sebelum melakukan praktek, petani menyiapkan bahan dan alat parktek yang dibutuhkan seperti balon, tanah, kotoran hewan, botol aqua, kain kasa dan air, stop watch atau jam. Setelah bahan dan alat disiapkan pemandu memberikan arahan tentang cara praktek aerasi tanah yaitu

1) Tanah dan kotoran hewan dihaluskan.

44

3) Botol pertama diisi dengan tanah saja, dan botol yang kedua diisi dengan tanah ditambah dengan kompos

4) Balon yang disiapkan, ditiup dengan ukuran yang sama

5) Memasukan botol pertama dan kedua dimasukan pada botol aqua yang lain yang sudah diisi dengan air.

6) Balon yang sudah ditiup dimasukan pada ujung masing-masing botol percobaan.

7) Mengamati gejala yang terjadi pada percobaan tersebut. Gejala yang diamati adalah botol mana yang terlebih dahulu menunjukan terjadinya gejala aerasi (adanya udara yang masuk sehingga air pada botol bagian bawah menggelembung) dengan berpatokan pada waktu.

Setelah dilakukan praktek pemandu menanyakan apa yang didapat dari praktek ini, menanggapi pertanyaan pemandu maka warga belajar menyatakan bahwa udara pada balon yang diikatkan pada tanah botol yang isinya tanah campur kompos lebih cepat menunjukan gejala yaitu air menggelembung dan udara pada balon cepat habis, sedangkan pada botol yang hanya berisi tanah lambat dalam menunjukan gejala. Selanjutnya pemandu menjelaskan makna dari praktek ini bahwa tanah yang dicampurkan dengan kotoran hewan mudah dalam pertukaran udaranya sehingga memudahkan akar tanaman dalam mengambil udara. Sedangkan tanah yang tidak dicampurkan dengan kotoran hewan pertukaran udaranya lambat sehingga menyebabkan akar tanaman sulit dalam mengambil udara tanah.

. Kegiatan praktek aerasi tanah dapat dilihat pada Gambar 5.40, 5.41, dan 5.42

Gambar 5.40. Persiapan botol diisi dengan komposisi tanah berbeda

45

Gambar 5.42. Pengamatan terhadap kecepatan balon kemps yang menunjukkan tinggi rendahnya aerasi dalam tanah dengan komposisi berbeda

Setelah mengetahui aerasi tanah, maka praktek dilanjutkan dengan pengenanlan sruktur tanah yang sangat mempengaruhi kemampuan cekam air tanah dalam menyediakan makanan bagi tanaman. Struktur tanah oleh pemandu dijelaskan sebagai partikel-pertikel atau bagian-bagian yang terdapat didalam tanah yang menyusun tanah. Setelah menjelaskan tentang struktur tanah pemandu mengarahkan warga belajar untuk melakukan kegiatan praktek tentang struktur tanah. Cara-cara dalam praktek struktur tanah adalah sebagi berikut :

1) Siapkan alat dan bahan yaitu tanah, plastik, linggis atau parang, cutter, air dan mistar.

2) Galilah tanah dengan linggis atau parang sedalam 30 cm.

3) Sayatlah atau mengikis tanah tepi dari tanah yang digali degang menggunakan linggis atau parang.

4) Ambil tanah yang disayat dan masukan dalam plastik yang sudah disiapkan sampai ukuran 20 cm.

5) Masukan air kedalam plastik yang dudah berisi tanah dan kocoklah sampai tanahnya menjadi seperti lumpur.

6) Ikatkan plastik yang telah di isi pada tempat yang sudah disiapkan dan tunggu sampai airnya bening dan tanahnya mengendap.

7) Amati gejala yang terjadi dan ukurlah struktur tanah dengan menggunakan mistar (pasir, debu, dan liat).

10) Pemanfaatan sisa tanaman sebagai bahan mulsa

Kegiatan pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa dilakukan di kelompok Karya Nyata dan kelompok Gemilang di desa Uiboa. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan utama untuk memperkecil pengupan air pada pertanaman cabai. Praktek ini sangat baik untuk dipraktekan di

46

desa Uiboa, karena didesa ini air menjadi salah satu kendala utama pengelolaan usahatani sayuran.

Sumber mulsa yang digunakan adalah sisa panen tanaman kacang (batang, cabang, daun), rumput, dan sisa biji kacang tak digunakan. Hasil praktek menunjukkan bahwa penyiraman tanaman cabai dapat dihemat dari setiap hari menjadi 3-4 hari sekali dengan kenampakan pertumbuhan dan perkembangan tanamna cabai sama dengan yang disiram setiap hari. Namun dalam praktek ini jumlah mulsa diberikan dan saat pemberian belum dilakukan sesuai dengan kebutuhan lahan. Pada praktek berikutnya diharapkan takaran jumalh mulsa yang tepat sesuai dengan keluasan, jenis tanah, dan jenis tanaman yang diusahakan akan dapat dipraktekan lebih teliti lagi. Contoh dua kegiatan pemulsaan yang dilakukan oleh kelompok tani gemilang pada pertanaman Lombok dapat dilihat pada Gambar 5.43 dan 5.44

Gambar 5.43. Penggunaan rumput sebagai mulsa Gambar 5.44. Penggunaan sisa pertanaman kacang tanah

sebagai mulsa

11) Pengelolaan hama dan penyalit serta tanaman pengganggu

Pada pertemuan ini pemandu memberikan materi tentang serangga dan analisa usaha tani. Pemandu memberikan suatu pertanyaan apa itu serangga? Menjawab pertanyaan dari pemandu maka petani memberikan tanggapan-tangapan bahwa serangga adalah mahkluk hidup yang merusak tanamannya. Pemandu merangkum semua jawaban dari petani kemudian menjelaskan bahwa serangga merupakan organisme yang tubuhnya beruas-ruas, ada yang menjadi hama dan ada yang membantu manusia atau petani.

Serangga dibagi dalam dua golongan yaitu serangga yang tubuhnya terdiri dari tiga bagian yaitu kepala (caput), dada (thoraks) dan perut (abdomen) serta serangga yang tubuhnya terdiri dari dua bagian yaitu kepala (caput) dan perut (abdomen). Serangga juga memiliki siklus hidup yang berbeda-beda, ada yang siklus hidupnya sempurna (telur-larva-pupa-imago) dan siklus hidup tidak sempurna (telur-nimfa-imago).

47

Penjelasan mengenai siklus hidup serangga bertujuan agar petani bisa memahami pada saat mana mereka akan melakukan pengendalian. Oleh pemandu bahwa pengendalian untuk