• Tidak ada hasil yang ditemukan

kehutanan, dan peternakan

5.3. Mengembangkan sistem teknologi tepat guna bagi masyarakat untuk mendukung sistem pertanian terpadu khususnya dalam pengelolaan air dan

5.3.2. Praktek Aplikasi Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Lokal

Praktek ini bertujuan untuk dapat memperbaiki sifat kimia lahan dan hasil tanaman Lombok dengan memanfaatkan bahan yang tumbuh dan berkembang disekitar kebun. Bahan tersebut mudah didapat dalam jumlah yang besar dan mudah untuk mengelolanya. Mengacu pada hal tersebut, maka praktek di kelompok Dael Kollo di desa Uithiuhana menggunakan bahan baku nitas dan johar sebagai sumbur pupuk organik, dan kelompok tani Gemilang di desa Uiboa menggunakan bahan baku babonik dan widuri.

72

Hasil analisa kimia tanah pada lahan dilakukan sebelum praktek dan setelah praktek dilakukan dengan aplikasi pada konsentrasi berbeda dan pada jenis tanah yang berbeda. Rerata hasil praktek menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair mampu meningkatkan kandungan hara dbandingkan bila pertanaman Lombok tidak dilakukan pemupukan (Tabel 5.7 dan 5.8)

Tabel 5.7. Hasil Analisa Unsur Hara Sebelum dan Sesudah Praktek Dilakukan Dengan Perlakuan Berbeda pada Tanah Podsolik Merah Kuning Di desa Uithiuhana

Perlakuan kandungan unsur hara

C organik (%) N total (%) P2O5 (ppm) K2O (ppm)

Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

Tanpa pupuk 0.26 1.29 0.14 0.14 53.43 49.00 0.27 0.25

Pupuk organik nitas konsentrasi 100% 0.26 1.30 0.14 0.16 53.43 64.60 0.27 0.30 Pupuk organik nitas konsentrasi 75% 0.26 1.32 0.14 0.15 53.43 59.53 0.27 0.36 Pupuk organik nitas konsentrasi 50% 0.26 1.35 0.14 0.18 53.43 60.07 0.27 0.39 Pupuk organik johar konsentrasi 100% 0.26 1.08 0.14 0.14 53.43 66.90 0.27 0.29 Pupuk organik johar konsentrasi 75% 0.26 1.04 0.14 0.14 53.43 84.30 0.27 0.36 Pupuk organik johar konsentrasi 50% 0.26 1.10 0.14 0.15 53.43 70.07 0.27 0.33 Pupuk organik johar+nitas konsentrasi 100% 0.26 1.21 0.14 0.16 53.43 69.63 0.27 0.29 Pupuk organik johar+nitas konsentrasi 75% 0.26 1.15 0.14 0.15 53.43 66.90 0.27 0.28 Pupuk organik johar+nitas konsentrasi 50% 0.26 1.08 0.14 0.16 53.43 98.50 0.27 0.28

Tabel 5.8. Hasil Analisa Unsur Hara Sebelum dan Sesudah Praktek Dilakukan Dengan Perlakuan Berbeda pada Tanah Mediteran Di desa Uiboa

Perlakuan kandungan unsur hara

C organik (%) N total (%) P2O5 (ppm) K2O (ppm)

Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

Tanpa pupuk 3.45 3.35 0.25 0.24 64.2 59.67 1.02 1.12

Pupuk organik babonik konsentrasi 100% 3.45 4.97 0.25 0.40 64.2 98.53 1.02 1.45 Pupuk organik babonik konsentrasi 75% 3.45 4.59 0.25 0.37 64.2 80.63 1.02 1.51 Pupuk organik babonik konsentrasi 50% 3.45 5.07 0.25 0.41 64.2 101.07 1.02 1.48 Pupuk organik widuri konsentrasi 100% 3.45 5.59 0.25 0.38 64.2 52.67 1.02 1.45 Pupuk organik widuri konsentrasi 75% 3.45 5.60 0.25 0.33 64.2 93.13 1.02 1.40 Pupuk organik widuri konsentrasi 50% 3.45 4.82 0.25 0.43 64.2 101.73 1.02 1.58 Pupuk organik widuri+babonik konsentrasi 100% 3.45 5.88 0.25 0.40 64.2 115.93 1.02 1.48 Pupuk organik widuri+babonik konsentrasi 75% 3.45 4.92 0.25 0.40 64.2 93.93 1.02 1.50 Pupuk organik widuri+babonik konsentrasi 50% 3.45 7.08 0.25 0.50 64.2 62.77 1.02 1.49

Hasil pengamatan di lahan dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning dan tanah Mediteran menunjukkan bahwa rerata semua jenis pupuk organik cair dengan konsentrasi 50 % baik secara tungal maupun dicampur mampu memperbaiki kandungan C organik, N total, P2O5 dan K2O lebih baik dibandingkan

73

konsenrasi yang lain. Hal ini sangat menguntungkan karena dengan konsentrasi yang kecil sudah mampu memperbaiki kondisi kimia lahan sehingga jumlah bahan segar yang diperlukan pun akan dapat berkurang.

Pada lahan yang didominasi jenis tanah Podsolik Merah Kuning, jenis pupuk organik yang berasal dari tanaman nitas rerata lebih baik dibandingkan dengan bahan dari tanaman johar walaupun tidak berbeda nyata secara statistic. Hal ini disebabkan jaringan tanaman nitas mengandung unsure hara N, P, dan K lebih tinggi dibandingkan jaringan tanaman johar. Namun kedua jenis tanaman ini tetap memberikan nilai perbaikian terhadap sifat kimia lahan dibandingkan bil lahan dibiarkan tanpa pemberian pupuk organik.

Pada lahan yang didominasi oleh tanah Mediteran seperti di desa Uiboa menunjukkan bahwa pupupk organik cair dari bahan tanaman babonik lebih baik dalam memperbaiki sifat kimia tanah dibandingkan dengan pupuk organik dari tanaman widuri. Namun perbedaan ini secara statistic tidak berbeda nyata sehingga kedua jenis tanaman ini dapat dimanfaatka secara maksimal untuk memperbaiki kondisi kimialahan dengan jenis anah Medtran pada lingkungan seperti didesa Uiboa.

Hasil ini menunjukkan pula, bahwa perbaikan sifat kimia lahan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan alami sehingga keseimbangan lngkungan dapat tetap terjaga bila dibandingkan menggunakan pupuk anorganik seperti Urea, SP 36, KCL dll.

Pada pengamatan terhadap hasil dan nilai ekonomi menunjukkan bahwa hasil Lombok tertinggi bila ditanam di tanah Podsolik Merah Kuning di desa Uithiuhana dicapai bila dilakukan pemberian pupuk organik campuran nitas dan johar pada konsentrasi 50%, hal yang sama terjadi pada pengamatan hasil dan nilai ekonomi di lahan yang didominasi tanah Mediteran di desa Uiboa, bahwa hasil Lombok tertinggi dicapai dengan pemberian campuran pupuk organic widuri dan babonik pada konsentrasi 50%,

Bila perbandingan diperluas pada kedua lokasi tersebut nampak bahwa hasil Lombok di desa Uiboa dengan dominasi tanah Mediteran lebih tinggi dibandingkan hasil Lombok di desa Uithiuhana yang didominasi tanah Podsolik Merah Kuning. Hal ini terutama disebabkan karena kedua jenis tanah tersebut mempunyai karakteristik berbeda terutama bila dilihat sifat fisik dan kimia tanah. Pada pengamatan terhadap karakteristik tersebut (Tabel 5.7 dan 5.8) tanah Mediteran lebih subur dibandingkan tanah Podsolik Merah Kuning walaupun bahan yang digunakan sebagai sumber pupuk organic cair yaitu nitas dan johar mempunyai kandungan C organic, N total, P, dan K lebih baik dibandingkan dengan tanaman widuri dan babonik.

74

Tabel 5.9. Hasil Lombok (g/1,5 m2) dan Nilai Ekonomi (Rp/ha) pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Desa

Uithiuhana Perlakuan Berat buah (g/1,5 m2) Nilai ekonomi (Rp/ha) Tanpa pupuk 55,53 6.404.444

Pupuk organik nitas konsentrasi 100% 130,33 16.377.778 Pupuk organik nitas konsentrasi 75% 87,83 10.711.111 Pupuk organik nitas konsentrasi 50% 82,07 9.942.222 Pupuk organik johar konsentrasi 100% 61,13 7.151.111 Pupuk organik johar konsentrasi 75% 60,87 7.115.556 Pupuk organik johar konsentrasi 50% 59,53 6.937.778 Pupuk organik johar+nitas konsentrasi 100% 96,63 11.884.444 Pupuk organik johar+nitas konsentrasi 75% 64,57 7.608.889 Pupuk organik johar+nitas konsentrasi 50% 90,63 11.084.444

Tabel 5.10. Hasil Lombok (g/1,5 m2) dan Nilai Ekonomi (Rp/ha) pada Tanah Mediteran di Desa Uiboa

Perlakuan Berat buah (g/1,5 m2) Nilai ekonomi (Rp/ha) Tanpa pupuk 104,83 12.977.778

Pupuk organik babonik konsentrasi 100% 200,00 25.666.667 Pupuk organik babonik konsentrasi 75% 259,77 33.635.556 Pupuk organik babonik konsentrasi 50% 233,43 30.124.444 Pupuk organik widuri konsentrasi 100% 198,40 25.453.333 Pupuk organik widuri konsentrasi 75% 170,60 21.746.667 Pupuk organik widuri konsentrasi 50% 202,53 26.004.444 Pupuk organik widuri+babonik konsentrasi 100% 176,70 22.560.000 Pupuk organik widuri+babonik konsentrasi 75% 286,97 37.262.222 Pupuk organik widuri+babonik konsentrasi 50% 351,90 45.920.000

Hasil analisa nilai ekonomi (Table 5.9 dan 5.10) dengan harga jual lombok Rp 20.000 per kg menunjukkan trend yang sama dengan hasil Lombok. Nampak pada table tersebut bahwa petani sebenarnya dapat hidup dengan nilai ekonomi berkisar antara Rp 6.937.778 – Rp 16.377.778 di desa Uithiuhana dan antara Rp 21.746.667 – Rp 45.920.000. Namun dalam praktek dilapang petani sebagaian besar mengelolan tanaman Lombok ada keluasan antara 100 m2 – 500 m2. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti:

1) Pengelolaan tanaman Lombok sebagian besar dilakukan dekat rumah atau dekat sumber air dimana keluasan lahan tidak cukup luas

2) Terbatasnya tenaga pengelola bila dilakukan dalam skala besar

3) Ketakutan petani gagal panen karena seringnya tanaman Lombok diserang oleh hama kutu dan penyakit layu dan antracnosa

75 4) Keterbatasan dana bila harus menarik air dengan mesin pompa dengan instalasi perpipaan yang

cukup jauh dari sumber air.

Kegiatan aplikasi pupuk organic berbahan baku local dapat dilihat pada Gambar 5.69 –sampai Gambar 5.72

Gambar 5.69. Pupuk cair yang telah mengalami fermentasi selama 40 hari diperas dan disaring untuk mendapatkan extraknya

Gambar 5.70. Hasil ekstrak kemudian di simpan dalam jirigen

Gambar 5.71. Aplikasi pupuk cair hasil ekstrak disekitar tanaman pada umur 35 hari setelah dilapangan

Gambar 5.72. Kondisi plot praktek penggunaan pupuk organic cair berbahan baku tanaman lokal