• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengembangkan model pengelolaan ekosistem pertanian terpadu untuk pemulihan daya dukung pertanian melalui penerapan Intergrated Crop

I. Meningkatkan kapasitas SDM petani [pemahaman dan ketrampilan] dalam menganalisa lingkungan dan interaksinya dengan usahatani, dan kelompok belajar tani melalui program sekolah lapang

5.2. Mengembangkan model pengelolaan ekosistem pertanian terpadu untuk pemulihan daya dukung pertanian melalui penerapan Intergrated Crop

management dan Integrated soil and water management di 3 Desa di P. Semau

Kegiatan ini merupakan kaji tindak kegiatan Sekolah lapangan yang telah dilakuka pada fase sebelumnya. Tujuan utama kegiatan lanjutan ini adalah mengembangkan konsep dan model pengelolaan pertanian terpadu yang mampu memperbaiki daya dukung ekosistem pertanian dan kelangkaan air. Kegiatan ini dilaksanakan selama musim kemarau dan awal musim hujan tahun 2008. Kegiatan ini dimulai dengan

5.2.1.

Kegiatan Pelatihan Bagi Mahasiswa Praktek kerja lapang (PKL)

Sebagai bentuk kaji tindak hasil diskusi antara Tim Pandu lestari dan Tim dari Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Maka delapan orang mahasiswa melaksanakan kegiatan Praktek kerja lapangan selama 2 (dua) bulan bersama dengan Koordinar lapangan dari pandu lestari di 3 kelompok tani seperti tersebut diatas. Untuk mempersiapkan mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan PKL di kelompok tani tersebut, maka Pandu Lestari melaksanakan pembekalan selama 3 minggu dengan materi:

a) Perbaikan daya ikat air tanah dan memperkecil kehilangan air tanah dengan tehnologi pemulsaan dari beragam sumber

b) Perbaikan kemampuan tukar kation tanah sebagai bentuk ikatan unsur hara dengan perbaikan struktur tanah dari biomasa tanaman dan rumput.

c) Prinsip dasar irigasi tetes pada tanaman sayuran

d) Pembuatan briket dari biomasa tanaman, rumput, daun, gulma, jerami padi, serbuk gergaji dan sampah.

56

e) Pembuatan kompor berbahan bakar biomasa tanaman, rumput, daun, gulma, jerami padi, serbuk gergaji dan sampah

f) Budidaya tanaman jarak pagar g) Praktek kompor jarak pagar.

Kegiatan pembekalan ini dilaksanakan pada akhir bulan Juni sampai bulan Juli 2008. Gambar pelaksanaan kegiatan pembekalan ini dapat dilihat pada Gambar 5.55 sampai Gambar 5.64

Gambar 5.55. Kompor alternative berbahan bakar rumput kering Gambar 5.56 Kompor alternative berbahan bakar daun

tanaman yang kering

Gambar 5.57. Kompor alternative berbahan bakar sekam padi Gambar 5.58. Uji kemampuan daya bakar masing masing

57

Gambar 5.59. Awal pembuatan briket Gambar 5.60. Bahan briket berupa jerami padi dibakar dengan

sistem pemanasan uap

Gambar 5.61. Hasil bakaran yang telah jadi Gambar 5.62. Bahan briket yang telah jadi dicampur dengan

anji sebagai perekat

58

5.2.2.

Kegiatan Pelatihan Pemandu Lokal Bersama Mahasiswa PKL

Kegiatan pelatihan bagi pemandu lokal bersama dengan mahasiswa yang melaksanakan Praktek kerja lapangan dilaksanakan selama 1 minggu. Kegiatan ini dilaksanakan di desa Uiboa. Tujuan utama dari kegiatan ini pada dasarnya sama dengan tujuan pelatihan pemandu lokal pada kegiatan sebelumnya namun dengan materi berbeda. Tujuan utamanya adalah mempersiapkan pemandu lokal secara teori maupun praktek konsep pertanian terpadu khususnya pertanian sayuran hemat air dan pemanfaatan biomasa tanaman, rumput, daun, gulma, jerami padi, serbuk gergaji dan sampah sebagai sumber energy rumah tangga terbarukan.

Kegiatan ini difasilitasi oleh tim dari pandu Lestari yang berlansung mulai jam 08.00 sampai 13.30 WITA

5.2.3.

Kegiatan Lanjutan Sekolah Lapangan

Hasil pelatihan bagi pemandu lokal tersebut, kemudian ditindaklanjuti dengan Sekolah Lapangan bersama dengan warga kelompok di tiga desa pewakil. Kegiatan ini dilaksanakan pada awal bulan Agustus 2008 sampai pertengahan bulan Desember 2008. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan jadual kegiatan kelompok selama ini seperti kegiatan Sekolah lapangan yang sudah dilakukan pada tahap awal. Setiap kelompok bertemu, berdiskusi, dan praktek di kebun kelompok 1 minggu sekali pada jam 08.00 sampai 13.00 WITA

Pemandu lokal bersama sama dengan mahasiswa melaksanakan kegiatan pembelajaran bersama di kebun kelompok dengan materi

1) Pembuatan briket dari biomasa tanaman, rumput, daun, gulma, jerami padi, serbuk gergaji dan sampah. Briket adalah bahan padatan yang bersumber dari hasil pengolahan biomasa tanaman, rumput, daun, gulma, jerami padi, serbuk gergaji dan sampah dengan tehnologi sederhana untuk dijadikan sebagai salah satu sumebr bahan bakar kompor dalam skala rumah tangga.

Prinsip dasar pembuatan briket ini adalah bahan bahan dari limbah tanaman, penggergajian, sampah, dan gulma dibakar secara tidak langsung dengan tehnik pembakaran udara panas sampai kurun waktu tertentu (tergantung pada volume bahan yang dibakar) kemudian hasil bakaran didinginkan, hasil bakaran tersebut dicampur dengan perekat dari tepung kanji dengan perbandingan 1:10 untuk menjadi adonan briket. Langkah berikutnya adalah mencetak adonan tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan dan kemudian dikering selama 2-3 hari.

59

Setelah pengeringan maka adonan sudah dapat digunakan sebagai briket bahan bakar kompor.

Kegiatan pembuatan briket ini dilakukan di kelompok Karya Nyata dan Gemilang di desa Uiboa, kelompok Nuleka dan Mekarsari di desa Akle, dan kelompok Daelkollo di desa Uithiuhana. Hampir semua anggota kelompok (≥75% dari 15 orang) pada setiap kelompok di desa terpilih tersebut terlibat dalam praktek kegiatan pembuatan briket ini. Kegiatan pelatihan ini dipandu oleh Pemandu Lokal yang telah dilatih oleh mahasiswa fakultas Pertanian jurusan Budidaya Pertanian yang melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan Tim Pandu Lestari sebagai fasilitornya kegiatan.

2) Pembuatan kompor berbahan bakar biomasa tanaman, rumput, daun, gulma, jerami padi, serbuk gergaji dan sampah

Prinsip dasar pembuatan kompor ini adalah memampatkan bahan bahan seperti biomasa tanaman, rumput, daun, gulma, jerami padi, serbuk gergaji dan sampah yang sudah kering dengan kandungan karbon sedang sampai tinggi pada wadah tertentu sebagai kompor dengan bagian tengah dan samping lubang sebagai tempat aliran udara. Wadah ini dapat dibuat dari bekas kaleng roti, drum minyak ukuran kecil, atau dibuat dari bahan alumunium. Pembakaran dilakukan pada lubang bagian samping kompor dan bara api akan kan tertiup oleh angin ke luang di tengah sebagai api layaknya kompor gas.

Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembuatan briket tetapi pada waktu yang

berbeda. Kegiatan ini diikuti oleh ≥ 75% anggota kelompok di desa Uiboa, Akle, dan Uithiuhana seperti pada pembuatan briket.

Kegiatan pembuatan kompor ini dipandu oleh pemandu Lokal telah dilatih oleh mahasiswa fakultas Pertanian jurusan Budidaya Pertanian yang melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan Tim Pandu Lestari sebagai fasilitornya kegiatan.

3) Budidaya tanaman jarak pagar

Pelatihan budidaya penanaman jarak pagar ini adalah bagaimana petani yang tergabung dalam kelompok tani dapat mengerti, memahami, dan dapat melaksanakan praktek penamanan jarak pagar sejak persiapan bahan tanam, persiapan pembibitan, persiapan lahan, dan pemeliharaan.

60

Kegiatan ini dilakukan disemua kelompok yaitu di kelompok Karya Nyata dan Gemilang di desa Uiboa, kelompok Nuleka dan Mekarsari di desa Akle, dan kelompok Daelkollo di desa Uithiuhana.

Kegiatan baru di fokuskan pada penyediaan bibit yang berasal dari sekitar lokasi kegiatan baik di desa masing masing kelompok dan atau di desa terdekat. Bibit yang digunakan berasal dari stek dan biji jarak, jumlah anakan pada setiap kelompok diharapkan dapat mencapai minimal 100 anakan. Pemeliharaan anakan di lakukan di kebun kelompok. Penanaman akan dilakukan pada musim tanam berikutnya (2009) dengan lokasi penananaman yang akan ditentukan kemudian dalam musyawarah kelompok dengan difasilitasi oleh Tim dari Pandu Lestari. 4) Praktek kompor jarak pagar dan bahan lain yang mengandung minyak

Praktek kompor jarak ini dilakukan dalam bentuk contoh dengan masing masing kelompok dibagikan 15 kompor berbahan bakar jarak pagar yang diproduksi oleh PT Garlina bekerjasama dengan Universitas Brawijaya, Malang. Modifikasi yang dilakukan oleh Tim Pandu Lestari terhadap kompor jarak pagar ini menghasilkan suatu tipe kompor yang dapat digunakan dengan sumber bahan bakar lainnya seperti kulit kemiri, biji kemiri, biji mete, biji nitas, biji kacang tanah yang telah rusak dan biji biji lain yang mengandung minyak

Praktek ini dilakukan terutama bagaimana mempersiapkan bahan bakar yang bersumber dari biji bijian tersebut, bagaimana pengoperasikan kompor, memelihara, dan memodifikasikan bila memungkinkan dengan sumber bahan bakar yang lain.

Kegiatan inipun dilakukan pada semua kelompok yang ada di desa UIboa, Akle, dan Uithiuhana dan kegiatan ini dilakukan bersama sama dengan mahasiswa yang melaksanakan kegiatan PKL setelah mendapatkan pelatihan di Pandu Lestari.

Anggota kelompok sangat antusias terhadap praktek kompor berbahan bakan jarak dan bahan biji bijian lain yang mengandung minyak. Hal ini disebabkan kompor mudah sekali dioperasikan dan dimodifikasi, sumber bahan bakarnya melimpah di lokasi kegiatan.

Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan mahasiswa Faperta Undana Program Studi Ilmu Tanah Jurusan Budidaya Pertanian. Mahasiswa ini dilatih selama 2 minggu di Pandu Lestari yang diharapkan mampu sebagai fasilitator bagi Pemndu Lokal dan kelompok tani sekaligus sebagai bentuk model praktek lapangan bagi mahasiswa. Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini berjumlah 10 orang

61

Selain kegiatan tersebut, para mahasiswa dan pemandu lokal juga melaksanakan praktek sekolah lapangan tentang

a) Perbaikan daya ikat air tanah dan memperkecil kehilangan air tanah dengan tehnologi pemulsaan dari beragam sumber

b) Perbaikan kemampuan tukar kation tanah sebagai bentuk ikatan unsur hara dengan perbaikan struktur tanah dari biomasa tanaman (gamal, turi, lamtoro, pisang, kedodong hutan, nitas, biduri, dan beberapa jenis pohon lokal. dan rumput (rumput alang-alang, dan rumput teki).

c) Prinsip dasar irigasi tetes pada tanaman sayuran (bawang merah dan Lombok) Kegiatan perbaikan daya ikat air tanah, kemampuan tukar kation,dan prinsip irigasi tetes dapat dilihat pada Gambar 5.65 dan 5.66

Gambar 5.65. Praktek perbaikan daya ikat air dan prinsip dasar irigasi tetes

62

Kegiatan sekolah Lapangan yang dilakukan dengan melibatkan mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian memberikan pengaruh positf bagi mahasiswa, masyarakat petani, dan Pandu Lestari

Mahasiswa dapat memahami dengan benar ilmu yang secara teori mereka dapatkan di bangku kuliah kemudian dipadukan dengan pengetahuan praktis selama pelatihan di Pandu Lestari dan bagaimana mahasiswa dapat melaksanakan proses alih tehnolgi sederhana ke tingkat petani dengan ketrampilan dan pengetahuan yang sederhana pula.

Hasil di lapangan menunjukkan bahwa apa yang mahasiswa dapatkan di bangku kuliah ternyata tidak mudah untuk dipraktekan oleh petani dengan kemampuan dan ketrampilan yang sederhana. Banyak interaksi harus dilakukan antara mahasiswa dan petani dalam proses alih tehnologi tersebut sehingga harus selalu didifasilitasi oleh tim Pandu Lestari yang telah berpengalaman dalam melaksanakan proses tersebut.

Petani yang tergabung pada kelompok tani dapat pula berdiskusi dengan mahasiswa melalui panduan dari pemandu lokal yang dimediasikan oleh Tim dari pandu Lestari. Petani dapat memberikan pengetahuan praktis yang didiperoleh dari hasil interaksinya selama ini dengan alam untuk dapat dikomunikasikan secara ilmiah oleh mahasiswa yang tidak memperoleh ilmu tersebut pada bangku kuliah baik secara teoritis maupun praktek.

Bagi tim Pandu Lestari, proses pembelajaran ini memberikan masukan untuk dapat menyusun model sekolah lapangan yang sesuai untuk dipraktekan dan dikembangkan di tingkat petani dengan memadukan pengetahuan praktis dan ilmiah secara berkelanjutan. Bila model tersebut sudah dapat disusun maka komitmen kerjasama antara masyarakat ilmiah (mahasiswa dan pengajar) dan masyarakat petani dapat diwujudkan secara berkesinambungan.

Manfaat bagi warga belajar dari kegiatan Sekolah lapangan lanjutan ini adalah :

1) Warga belajar pada kelompok tani mulai mempraktekan penggunaan mulsa dengan jumlah dan bahan mulsa yang benar, walaupun masih perlu diperbaiki saat dan pengelolaan mulsa tersebut. 2) Warga belajar berantusias untuk memanfaatkan biomasa tanaman, serbuk gergaji, dan jarak

sebagai sumber energi rumah tangga.

3) Warga belajar mampu berinisiatif sendiri mencari sumber bahan bakar terbarukan lainnya yang ada disekitar kebun dan hutan di wilayah desa mereka.

4) Warga belajar berantusias untuk dapat membeli kompor jarak

5) Warga belajar bersama sama dengan mahasiswa ingin mempraktekan model penggunaan mulsa diinteraksikan dengan sistem irigasi tetes dalam menghemat air pada budidaya sayuran.

63

Seperti halnya pada kegiatan sebelumnya, maka mahasiswa bersama sama dengan pemandu lokal yang difasilitasi oleh Tim Pandu Lestari pada akhir kegiatan melaksanakan workshop kecil untuk mendiskusikan keberhasilan, dan kekurangan kegiatan yang sudah dilaksanakan dan berusaha untuk menyusun program kegiatan kelompok sebagai kaji tindak perbaikan kegiatan yang telah dilakukan.

Kegiatan ini kemudian ditindaklanjuti dengan praktek interaksi model pengelolaan mulsa dan irigasi tetes dalam memperbaiki ketersediaan air, pengehematan air, dan produksi tanaman sayuran. Pada kegiatan ini akan melibatkan mahasiswa dan tim Pandu Lestari secara langsung dilapangan.

Sebagai tambahan akan dilaksanakan pula Sekolah Lapangan Pembudidayaan rumput laut terutama bagi kelompok di desa Akle yang sebagain besar warga kelompoknya hidup pula dari penghasilan rumput laut. Kegaiatan perbaikan rumput laut tersebut meliputi materi:

1) Diskusi dengan semua anggota kelompok bagi kelompok di tiga desa tentang budidaya rumput laut yang selama ini mereka praktekan. Kendala kendala pengelolaanya dan pemasaranannya. 2) Melaksanakan praktek pembuatan rakit pengembangan rumput laut

Kegiatan ini dilakukan didesa Akle dengan pertimbangan utama masyarakat petani didesa ini lebih banyak berkonsentrasi pada usahatani rumput laut selama musim kemarau

5.2.4.

Praktek model dan pola pertanian terpadu antara tanaman pangan, perkebunan,