i
Pengembangan Model Wadah Belajar Masyarakat Untuk Pengelolaan
Usahatani Lestari Dan Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Kerakyatan Di
Pulau Semau, Kabupaten Kupang,
Nusa Tenggara Timur
YAYASAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI
INDONESIA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
ii
Memfoto copy dan / atau memperbanyak dengan cara apapun, sebagaian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit adalah tindakan tidak bermoral dan melanggar hokum
Pengembangan Model Wadah Belajar Masyarakat Untuk Pengelolaan
Usahatani Lestari Dan Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Kerakyatan
Di Pulau Semau, Kabupaten Kupang,
Nusa Tenggara Timur
ISBN 978-979-3598-23-9
Penulis
IN Prijo Soetedjo, Ida Rachmawati
Editor
Endang R Nenoliu
Desain cover
Yacobus Aome
Penerbit
YAYASAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
Jl Bangka VIII No. 3B
Pela Mampang Jakarta 12720
E-mail :
Kehati@kehati.or.id
Website:www.kehati.or.id
iii
Pengembangan Model Wadah Belajar Masyarakat Untuk Pengelolaan
Usahatani Lestari Dan Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Kerakyatan Di
Pulau Semau, Kabupaten Kupang,
Nusa Tenggara Timur
IN. PRIJO SOETEDJO
IDA RACHMAWATI
iv
KATA PENGANTAR
Atas berkat dan ijin Allah SWT, kegiatan yang berjudul Pengembangan Model Wadah Belajar
Masyarakat Untuk Pengelolaan Usahatani Lestari Dan Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Kerakyatan Di
Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dapat terlaksana dengan baik. Banyak pihak yang
terlibat secara langsung maupun tak langsung dalam pelaksanaan kegiatan ini. Olehkarena itu pada
kesempatan ini kami ucakan terimakasih yang setinggi tingginya kepada
1) Pimpinan Yayasan Keanekaragaman Hayati dan staf yang telah membantu pendanaan kegiatan
ini sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar
2) Pimpinan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana yang telah bekerjasama dalam
memfasilitasi tenaga ahli dan mahasiswa untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini
3) Bapak Camat Semau Selatan yang telah ikut serta secara aktif dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan ini
4) Bapak Kepala Desa Uiboa, Uithiuhana, dan Akle yang membantu kelancaran pelaksanaan
kegiatan baik secara administrative maupun kegiatan di lapang
5) Tim dari Lembaga Pandu Lestari yang dengan kerjakeras dan ketekunan yang tinggi hingga
terjalin kerjasama yang baik dengan semua kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan ini
6) Pihak pihak lain yang tidak dapat tersebutkan satu satu yang mempunyai kontribusi nyata dalam
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan ini
Kami sadar bahwa kegiatan yang telah dilakukan masih sedikit memberikan nilai positif bagi
perubahan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau khususnya di kecamatan Semau
Selatan. Olehkarena itu kegiatan ini hendaknya dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan berikutnya sehingga
keberlanjutan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau dapat terjaga, dan kehidupan
v
DAFTAR ISI
Halaman
TIM PENYUSUN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar belakang 1
BAB II PERUMUSAN MASALAH 3
2.1 Usulan intervensi kegiatan oleh kelompok masyarakat berdasarkan masalah pertanian di masing-masing desa
5
2.1.1. Desa Akle 5
2.1.2. Desa Uithiuhana 5
2.1.3. Desa Uiboa 6
BAB III TAHAP DAN STRATEGI PELAKSANAAN 8
3.1. Sekolah lapangan 8
3.2. Kajian Model pengelolaan Pertanian Terpadu 13
3.3. Model Konseptual 16
3.4. Goal, Kegiatan, tujuan kegiatan [objectives] dan hasil yang diharapkan
17
3.5. Cakupan kegiatan 22
BAB IV MEKANISME KEGIATAN 24
4.1. Kelompok Sasaran 24
4.2. Topik Kegiatan 24
4.3. Pendampingan Kegiatan Lapangan, Monitoring, dan Evaluasi Kegiatan
25
vi
Halaman
BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN 26
5.1. Meningkatkan kapasitas SDM petani [pemahaman dan ketrampilan] dalam menganalisa lingkungan dan interaksinya dengan usahatani, dan kelompok belajar tani melalui program sekolah lapang pertanian
26
5.1.1. Pelatihan Bagi Pemandu Lokal 26
5.1.2. Kegiatan Sekolah lapangan 32
5.1.3. Kegiatan Farmer Field Day (FFD) 50
5.1.4. Kegiatan Workshop 52
5.1.5. Kegiatan Diskusi Dengan Tim Universitas Nusa Cendana
54
5.1.6. Kendala Kendala Yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Kegiatan
54
5.2. Mengembangkan model pengelolaan ekosistem pertanian terpadu untuk pemulihan daya dukung pertanian melalui penerapan Intergrated Crop management dan Integrated soil and water management di 3 Desa di P. Semau
55
5.2.1. Kegiatan Pelatihan Bagi Mahasiswa Praktek kerja lapang (PKL)
55
5.2.2. Kegiatan Pelatihan Pemandu Lokal Bersama Mahasiswa PKL
58
5.2.3. Kegiatan Lanjutan Sekolah Lapangan 58 5.2.4. Praktek model dan pola pertanian terpadu antara
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, dan peternakan
63
5.2.5. Kendala Kendala Yang Dihadapi dalam pelaksanaan Kegiatan
67
5.3. Mengembangkan sistem teknologi tepat guna bagi masyarakat untuk mendukung sistem pertanian terpadu khususnya dalam pengelolaan air dan energi terbarukan yang dapat diakses dan dikuasi oleh kelompok masyarakat di 3 Desa
68
5.3.1. Praktek Penyiraman Melalui Sistem Irigasi tetes dan Pemulsaan
69
5.3.2. Praktek Aplikasi Pupuk Organik Cair Berbahan Baku Lokal
71
5.3.3. Kegiatan Workshop Ditingkat Desa 75 5.3.4. Kendala Kendala Yang Dihadapi dalam
vii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
5.1. Hasil Pengamatan Agro-Ekosisitim Tanaman Lombok Pada Lahan Kebiasaan
39 5.2. Hasil Pengamatan Agro-Ekosistim Tanaman Lombok Pada Lahan
Mikir
39 5.3. Rerata Hasil Analisa Kerapatan isi Tanah, Kandungan N, P, K, dan
C Organik di Lahan Kelompok Mekarsari dan Kelompok Gemilang
64 5.4. Total Produksi jagung dan Kacang tanah yang ditanam dengan
Pola Berbeda
65 5.5. Pendapatan Bersih Petani Dalam Pola Tanam Berbeda per ha per
Tahun
66 5.6. Hasil Lombok per ha, Nilai Efisiensi Penggunaan Air, dan Nilai
Ekonoi per ha pada Tanah Mediteran dan Tanah Podsolik merah Kuning
70
5.7. Hasil Analisa Unsur Hara Sebelum dan Sesudah Praktek Dilakukan Dengan Perlakuan Berbeda pada Tanah Podsolik Merah Kuning Di desa Uithiuhana
72
5.8. Hasil Analisa Unsur Hara Sebelum dan Sesudah Praktek Dilakukan Dengan Perlakuan Berbeda pada Tanah Mediteran Di desa Uiboa
72 5.9. Hasil Lombok (g/1,5 m2) dan Nilai Ekonomi (Rp/ha) pada Tanah
Podsolik Merah Kuning di Desa Uithiuhana
74 5.10. Hasil Lombok (g/1,5 m2) dan Nilai Ekonomi (Rp/ha) pada Tanah
Mediteran di Desa Uiboa
viii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
5.1. Koordinator Tim Field menjelaskan maksud dilakukan pelatihan pemandu lokal dan rencana kegiatan
30
5.2. Sebagian peserta Peatihan bagi Pemandu Lokal dan Tim Field 30 5.3. Kelompok pemandu lokal menyusun suatu model pengelolaan
usahatani berkelanjutan berdasarkan bahan yang ada disekitarnya
30
5.4. Kelompok pemandu mulai merangkai apa yang telah didiskusikan kelompok difasilitasi Field dan kehati
30
5.5. Kelompok mempresentasikan rencana pengelolaan usahatani berkelanjutan yang mereka rencanakan
30
5.6. Kelompok lain juga melakukan hal yang sama yaitu
mempresentasikan rencana pengelolaan usahatani berkelanjutan yang mereka rencanakan
30
5.7. Kelompok pemandu mulai belajar agroekosistem dari lingkungan sekitarnya
31
5.8. Kelompok pemandu lokal mendiskusikan hubungan kondisi lingkungan dengan suatu pola pengelolaan usahatani tertentu
31
5.9. Kelompok pemandu mulai mempresentasikan hubungan agroekosistem dengan pengelolaan usaha tani
31
5.10. Tim Field menjelaskan makna agroeksosistem dan pengelolaan usahatani yang telah dipresentasikan dengan keanekaragaman usahatani/ vegetasi
31
5.11. Kegiatan membangun kebersamaan angota kelompok yang dilakukan di ruangan terbuka
31
5.12. Anggota pemandiu lokal menjelaskan fisiologi daun dalam hubungannya dengan factor tumbuh (sinar, air dan tanah) melalui contoh daun tertentu
31
5.13. Salah satu anggota kelompok Karya Nyata menjelaskan analisa kebutuhan sehari hari
33
5.14. Anggota kelompok wanita di desa Akle menjelaskan pada anggota pernanan wanita dalam mengelola usahatani keluarga
34
5.15. Diskusi anggota kelompok tani dalam menyusun kalender musim tanam yang selama ii dipraktekan dan perbaikan yang akan dilakukan
35
5.16. Salah satu anggota kelompok tani mempresentasikan kegiatan usahatani yang dilakukan selama ini dan rencana berikutnya yang akan dipraktekan di lahan mikir
35
5.17. . Daun daun yang digunakan sebagai kompos 36 5.18. Daun daun yang telah dicach kemudian dimasukan dalam wadah
untuk proses fermentasi setelah ditambah dengan bahan bahan lain seperti air cucian beras sebagai sumber mikroorganisme, gula air, urine sapi, dan tanah
36
5.19. Kompos yang sudah jadi dicampur dengan pupuk kandang yang sudah jadi dikeringkan
36
ix
5.21. Bahan bahan yang akan dibuat pupuk organic cair dipotong dan dicacah
37
5.22. Bahan yang sudah dicacah dimasukan dalam ember yang mempunyai tutup
37
5.23. Ditambahkan urine sapi, gula air, dan R1M untuk kemudian ditutup selama 1 bulan
37
5.24. Pupuk organic cair yang telah jadi kemudian diperas untuk mendapatkan cairan hasil extrak
37
5.25. Pembersihan lahan untuk praktek pengolahan dan penanaman 38
5.26. Pembuatan bedengan lahan praktek 38
5.27. Pengolahan lahan praktek baik lahan untuk lahan biasa dan lahan mikir
38
5.28. Penanaman pada benedenag lahan mikir yang telah diberi pupuk organik
38
5.29. Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah pada kelompok tani berbeda
39
5.30. Pengmatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman Lombok dalam praktek agroekosistem
40
5.31. Bahan sumber pestisida organic diccacah untuk memudahkan proses fermentasi oleh mikroorganisme
40
5.32. Penambahan air cucian beras sebagai sumber mikroorganisme, kemudian ditambahkan gula air
40
5.33. Semua bahan diaduk merta kemudian disimpan selama 1 hari ditempat gelap
41
5.34. Bahan pestisida organic yang siap untk disimpan dalam kondisi an=aerob kudian diperas setelah diperam dalam 2 hari
41
5.35. Praktek tanaman bayam dicelupkan di larutan pewarna dan tidak untuk melihat perubahan warna pada jaringan pengangkut
42
5.36. Penagamtan perubahan warna pada batng dan daun tanaman bayam
42
5.37. Praktek pengamatan jaringan tanaman dengan tanaman bawang merh sebagai contoh
42
5.38. Persapan dan pPengisian botol plastic dengan tanah dengan komposisi campuran bahan organic berbeda
43
5.39. Pengamatan kecepatan menentes air dari tanah dengan komposisi yang berbeda untuk mengetahui kemampuan tanah dalam
memegang air
43
5.40. Persiapan botol diisi dengan komposisi tanah berbeda 44
5.41. Pemasangan balon diatas tutup botol 44
5.42. Pengamatan terhadap kecepatan balon kemps yang menunjukkan tinggi rendahnya aerasi dalam tanah dengan komposisi berbeda
45
5.43. Penggunaan rumput sebagai mulsa 46
5.44. Penggunaan sisa pertanaman kacang tanah sebagai mulsa 46 5.45. Pengamatan adanya seragan hama dan atau penyakit pada
pertanaman bawang
x
5.46. Pengamatan gulma yang tumbuh dan berkembang pada pertanaman utama yangdiusahakan
48
5.47. Farmer Field Day yang dilaksanakan di desa Akle diikuti oleh petani kelompok dan bukan kelompok, PPL, Tim dari pandu Lestari, Undana, dan aparat desa
51
5.48. Farmer Field Day di desa Uiboa dengan melihat lahan contoh oleh kelompok tani dan diskusi tentang kelebihan dan kekurangan hasil Sekolah Lapangan yang dipraktekan di lahan mikir, difasilitasi oleh Tim Pandu Lestari, Field dan Undana
52
5.49. Bapak Camat Semau Selatan membuka acara workshop sekaligus bertindak sebagai nara sumber
53
5.50. Peserta pengikut workshop terdiri atas beberapa wakil dari kelompok tani, masyarakat, petugas PPL, aparat kecamatan,dan kelompok tamu dari Timor Tengah Selatan
53
5.51. Ketua kelompok yang memaparkan hasil kegiatan sekolah lapangan di masing masing kelompok
53
5.52. Ketua kelompok Gemilang memaparkan hasil kegiatan yang telah dilakukan di kelompoknya
53
5.53. Sekretaris kelompok Karya Nyata memaparkan hasil kegiatan yang telah dilakukan di kelompoknya
53
5.54. . Ketua kelompok Nuleka memaparkan hasil kegiatan yang telah dilakukan di kelompoknya
53
5.55. Kompor alternative berbahan bakar rumput kering 56 5.56. Kompor alternative berbahan bakar daun tanaman yang kering 56 5.57. Kompor alternative berbahan bakar sekam padi 56 5.58. Uji kemampuan daya bakar masing masing sumebr bahan bakar
sisa tanaman
56
5.59. Awal pembuatan briket 57
5.60. Bahan briket berupa jerami padi dibakar dengan sistem pemanasan uap
57
5.61. Hasil bakaran yang telah jadi 57
5.62. Bahan briket yang telah jadi dicampur dengan anji sebagai perekat 57 5.63. Bahan yang telah dicampur kanji kemudian dicetak 57 5.64. Hasil cetakan briket yang siiap dikeringkan 57 5.65. Praktek perbaikan daya ikat air dan prinsip dasar irigasi tetes 61 5.66. Praktek membandingkan daya tukar kation pada bagian tanaman
yang berbeda
61
5.67. Sistem irigasi tetes dan pemulsaan pada pertanaman Lombok di kelompok tani Deal Kollo
71
5.68. Sistem irigasi tetes dan pemulsaan pada pertanaman Lombok dikelompok tani Gemilang
71
5.69. Pupuk cair yang telah mengalami fermentasi selama 40 hari diperas dan disaring untuk mendapatkan extraknya
75
5.70. Hasil ekstrak kemudian di simpan dalam jirigen 75 5.71. . Aplikasi pupuk cair hasil ekstrak disekitar tanaman pada umur 35
hari setelah dilapangan
75
5.72. Kondisi plot praktek penggunaan pupuk organic cair berbahan baku tanaman lokal
75
5.73. Mahasiswa mempresentasikan hasil penelitiannya pada wakil dari kelompok tani
77
5.74. Sebagian peserta worksop ditingkat desa yang diwakili oleh
beberpa anggota kelompok tani di desa Uiboa, Uithiuhana, dan Akle
1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara konseptual pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan adalah bagaimana mengelola
secara maksimal potensi yang ada sesuai dengan peruntukan dan daya dukungnya dengan memperhatikan
semua komponen lingkungan terkait dan berusaha meminimumkan kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkan akibat pengelolaan tersebut. Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan ini dilakukan
secara berksinambungan dengan proses dan dinamika yang dapat menampung dinamika perkembangan dan
perubahan kondisi sosial-ekonomi dan sosial-budaya masyarakat pengguna serta mampu mengantisipasi
potensi konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan wilayah lautan, pesisir,dan daratan baik yang bersifat
horisontal maupun vertikal. Dengan konsep ini diharapkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dapat
dilakukan secara holistik, terintegrasi, dan terpadu (Soetedjo, 2004)
Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara arif dengan memperhatikan perubahan yang
terjadi pada semua komponen lingkungan terkait akan memberikan manfaat lebih bagi pengelola. Keuntungan
dan kerugian dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut akan sangat tergantung pada
presepsi masyarakat dalam memelihara dan menjaga keseimbangan semua komponen lingkungan terkait.
Secara konseptual pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pegunungan, daratan, dan wilayah pesisir harus
dilakukan secara Holistik dan berkesinambungan dengan proses dan mekanisme yang mampu menampung
dinamika perkembangan dan perubahan sosial-budaya dan kondisi sosial-ekonomi pengelola wilayah tersebut.
Satu hal juga harus diperhatikan secara konseptual dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
adalah kemampuan pengelola yang mampu mengantisipasi potensi konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan
baik secara vertikal dan horisontal. (Soetedjo, 2004 dan 2005)
Pada aras praktikal ternyata kaidah kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara
lestari dan berkesinambungan sulit diwujudkan terutama bila terkait pada perubahan komponen sosial-ekonomi
dan sosial-budaya masyarakat pengelola. Hal ini terjadi karena perencanaan, pemanfaatan, dan pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan dilakukan secara parsial, kurang memperhatikan keterkaitan semua
komponen lingkungan terkait, dan bersifat monosektoral (Awang, 1999). Mengacu pada hal tersebut, maka
Yayasan Pandu Lestari bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, dan Yayasan
Keanekaragaman Hayati (KEHATI) sejak tahun 2005 sampai 2007 telah melakukan kegiatan secara holistik
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau dengan menganalisa semua komponen
lingkugan terkait (geofisik, biologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat) untuk menggali
potensi yang dimiliki dan dapat dikembangkan sampai pada kendala-kendala yang akan timbul dalam proses
2
Uithiuhana, dan desa Uiboa yang mewakili wilayah pantai, daratan, dan pegunungan. Salah satu tujuan kegiatan
ini adalah mencari dan mengembangkan sumber energi terbarukan pada skala pedesaan yang mampu
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energi pada rumah tangga mereka seperti pelita, kompor,
penggerak motor disel dll.kegiatan ini akan dapat tersentuh dengan sendirinya oleh masyarakat setempat bila
kebutuhan utama mereka yaitu pangan dapat terpenuhi secara lestari. Olehkarena itu pada tahap awal kegiatan
ini bersama sama dengan mahasiswa pertanian dan kesehatan masyarakat Universitas Nusa Cendana
berusaha menggali permasalahan utama secara tehnis pengelolaan usahatani yang dilakukan oleh masyarakat
di ketiga desa tersebut. Hasil temuan mahasiswa tersebut kemudian didiskusikan dengan masyarakat. Kegiatan
ini kemudian ditindak lanjuti dengan model sekolah lapangan cepat dalam menganalisa kondisi usahatani
masyarakat, pengelolaaanya, sampai kemungkinan pemecahan masalahnya dilapangan. Pada kegiatan ini
pembimbing mahasiswa dan tim Pandu lestari berperan secara aktif bersama sama dengan masyarakat. Hasil
kegiatan tersebut ternyata harus ditindak lanjuti dengan pelaksanaan langsung kegiatan usaha yani sejak
persiapan lahan sampai pada pemanfaatan dan pengelolaan hasil panen. Untuk mendukung kegiatan ini, maka
perlu dibentuk kelompok yang akan mengelola kebun kelompok sebagai kebun contoh bagi anggota kelompok
dan masyarakat sekitranya cara pengelolaan usahatani yang benar. Kegiatan ini difasilitasi oleh pak Mino dari
LPTP Solo dan tim Pandu Lestari. Hasil kegiatan pengembangan kelompok ini adalah rumusan rencana kerja
yang akan dilakukan oleh kelompok yang telah terbentuk dan mewakili hampir semua golongan yang ada di
desa pewakil tersebut seperti petani tanaman pangan, sayuran, pedagang, wanita, pemuda, dan staf desa.
Beberapa rumusan rencana kegiatan kelompok tersebut antara lain perbaikan persiapan lahan, pemeliharaan
tanaman (penggunaan pestisida,pupuk, dan air), penanganan lepas panen, pemasaran. Kelompok juga
menginginkan adanya tehnologi kerakyatan yang mampu mengangkat air dari dalam tanah, tehnologi
penyiraman yang sederhana dan efisien, pembuatan pupuk dan pestisida organik, pembuatan energi pengganti
kayu bakar, dan pemanfaatan sisa panen sebagai sumebr enrgi pembakaran.
Untuk mendukung hal tersebut, maka pada tahap awal kegiatan yang telah dirumuskan oleh
kelompok tersebut maka tim Pandu Lestari berusaha menyusun skala prioritas yang harus dilakukan pada
musim tanam ini. Kegiatan yang akan direncanakan adalah mengacu pada hasil analisa awal tim Pandu Lestari,
mahasiswa Undana, dan rumusan rencana kerja yang telah dibangun oleh kelompok. Pada kegiatan ini akan
dikonsentrasikan terutama pada penyiapan lahan, dan pengelolaan tanaman (pestisida, pupuk, air), penanaman
tanamam jarak sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang diinteraksikan dengan usahatani kelompok,
pengenalan sumber energi terbaruka yang lain, memperkenalkan tehnologi pengenagkatan dan pemanfaatan air
sederhana. Kegiatan ini direncanakan akan terus dapat dievaluasi dan dimonitioring sebagai bahan perbaikan
pada kegiatan mendatang yang berinteraksi dengan kegiatan lain. Dengan kegiatan yang dilakukan secara
berkesinambungan ini diharapkan tujuan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan serta pengembangan
3
II.
PERUMUSAN MASALAH
Hasil kegiatan Riset Kompetitif Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan di pulau Semau
khususnya di desa Akle, Uithiuhana, dan Uiboa menunjukkan bahwa petani di desa pewakil mengelola
usahataninya berdasarkan pada pengetahuan yang mereka miliki dan tergantung besar sekali pada kondisi
lingkungan yang mempengaruhi usaha tani mereka. Misalnya dalam mengendalikan hama dan penyakit yang
menyerang tanaman, mereka hanya melihat jenis serangan tersebut berdasarkan pengalaman yang mereka
dapatkan dari pengetahuan sebelumnya tanpa melihat lebih detail penyebab serangan tersebut apakah hama
atau penyakit. Sehingga kesalahan mengidentifikasikan hama dan penyakit tersebut berpengaruh pada
ketidaktepatan dalam usaha pengendalian serangan tersebut. Hal tersebut diperburuk dengan penggunaan jenis
pestisida dan dosis yang digunakan tidak tepat bahkan cenderung berlebihan. Hal ini berakibat kecenderungan
meningkatnya kekebalan hama penyakit tersebut terhadap penggunaan pestisida tertentu.
Hal yang sama terjadi pada penggunaan pupuk. Petani justru terus meningkatkan jumlah penggunaan
pupuk untuk meningkatkan produksi tanaman mereka walaupun daya dukung lahan dan komponen ikutan lain
sudah menurun. Hal berpengaruh pada peningkatan ketergantungan pada pemakaian pupuk an-organik yang
justru akan berdampak buruk pada keseimbangan lingkungan lahan.
Pemakaian air untuk usaha tani sayuran cenderung kurang efektif dengan penggunaan air yang
berlebihan pada kondisi lingkungan yang justru memerlukan efesiensi penggunaan air. Mereka beranggapan
bahwa dengan pemberian air tersebut tanaman akan tumbuh subur. Semakin menurunnya daya dukung lahan
khususnya dan lingkungan umumnya berpengaruh pada pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh
masyarakat setempat.
Hasil penelitian mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat menunjukkan bahwa rerata penduduk di
desa pewakil tergolong mempunyai nilai gizi buruk dan pendapatan petani yang sangat rendah. Kebutuhan
rumah tangga mereka tergantung pada hasil pertanian secara luas (tanaman pangan, perkebunan, perikanan)
dan pemenuhan energi keluaga tergantung pada pengumpulan kayu bakar dari hutan serta pembelian minyak
tanah yang cenderung memberatkan ekonomi keluarga.
Hasil penelitian mahasiswa yang kemudian disosialisasikan kemasyarakat dan ditindaklanjuti dengan
sekolah lapangan cepat difasilitasi dosen dosen ilmu Hama Penyakit Tanaman, Sosial-ekonomi Pertanian, Ilmu
Tanah, Agronomi, dan Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana mampu memberikan kesegaran dan
penambahan wawasan pengelolaan usahatani dengan benar dan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai salah
4
Untuk mendukung model sekolah lapangan tersebut terutama dalam menyusun kegiatan berikutnya,
maka dibentuklah kelompok yang beranggotakan masyarakat yang mewakili kepentingan petani, pedagang,
wanita, pemuda, dan pemerintahan. Setiap kelompok terdiri atas 15 orang dan setiap desa dibentuk 2 kelompok.
Dengan fasilitasi dari Field Jakarta dan Pandu Lestari kelompok kelompok tersebut berdiskusi untuk
merencanakan dan merumuskan kaji tindak perbaikan pengelolaan usahatani dan penggunaan energi
terbarukan berbasis masyarakat melalui bentuk sekolah lapangan yang akan dibangun pada lahan kelompok.
Prinsip dasar sekolah lapangan yang akan dibangun adalah proses belajar petani langsung
dilapangan dari mengenal kondisi lingkungan yang mempengaruhi sistem usahataninya sampai pada
kemandirian petani dalam mengambil keputusan pengelolaan usaha taninya berbasis lingkungan. Dalam proses
pembelajaran hubungan antara pemandu dan petani bukan sebagai guru dan murid tetapi lebih sebagai rekanan
dalam proses alih informasi dan tehnologi. Diperlukan kebun kelompok yang berfungsi sebagai media untuk
belajar. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ini sangat tergantung pada partisipasi aktif dari semua
anggota kelompok terutama dalam membangun kebersamaan dalam dalam suatu model untuk menyusun suatu
program kegiatan dan jai tindaknya.
Mengacu pada permasalahan usaha tani di beberapa desa pewakil yang cenderung menurun dan
model sekolah lapangan yang akan dibangun, maka pengelolaan usahatani secara berkelanjutan harus
dilakukan secara bertahap mulai dari pembenahan kelompok dan anggota kelompok, pengenalan lingkungan
yang mempengaruhi sistem usahatani yang dilakukan, penentuan objek tertentu yang akan dilaksanakan
sebagai prioritas utama oleh kelompok sampai pada pembangunan kegiatan pendukung usaha tani seperti
pemenuhan energi rumah tangga dari sumber yang terbarukan.
Program kegiatan kaji tindak harus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan
monitoring dan evaluasi secara partisipatif oleh semua anggota kelompok untuk dapat mengetahui keunggulan,
kelemahan, kendala-kendala, dan kemungkinan perbaikan dan pengembangannya. Pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan secara bertahap dengan tataurutan yang jelas diharapkan perbaikan usaha tani dan pengembangan
energi terbarukan khususnya dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari dapat tercapai.
Pada kurun waktu tertentu diharapkan perbaikan kondisi sosial-ekonomi dan sosial-budaya masyarakat akan
dapat dibangun dan dilestarikan berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan mereka, daya dukung lingkungan
5 2.1. Usulan intervensi kegiatan oleh kelompok masyarakat berdasarkan masalah pertanian di
masing-masing desa
2.1.1 Desa Akle
2.1.2. Kelompok Tani Nuleka
Kelompok tani ini merencana kegiatan pada usahatani lombok, kacang tanah, dan rumput laut. Pada
usaha tani lombok dan kacang tanah mereka ingin mengetahui, mempraktekan secara benar persiapan
bahan tanam, persiapan lahan, pengelolaan tanaman dilapangan (pemupukan, pengidentifikasian dan
pengendalian hayati hama, penyakit, gulma), dan penangan pasca panen.
Usaha tani rumput laut yang merupakan matapencaharian tambahan selama musim panas lebih
mefoukskan pada awal kegiatan ini adalah permilihan bibit, persiapan bibit, tehnik pembudidayaan, dan
pengendalian penyakit ais-ais
2.1.3. kelompok Tani Mekarsari
Kelompok tani ini merencanakan kegiatan pada usaha tani lombok, bawang merah dan mereka berusaha
untuk dapat memperoleh tehnologi mencari sumber air dan mengelola air secara efisien. Usahatani
lombok dan bawang merah pada awal kegiatan ini mereka ingin mengetahui dan mempraktekan secara
benar mulai dari persiapan bahan tanam, persiapan lahan, pemeliharaan tanaman sampai pengelolaan
pasca panen
2.2.1. Desa Uithiuhana
2.2.2. Kelompok Sehati
Kelompok tani sehati merencanakan kegiatan usaha tani jagung, ubikayu, dan lombok. Mereka juga ingin
mengembangkan tanaman jarak yang berinteraksi dengan usahatani yang mereka lakukan yang nantinya
digunakan sebagai sumber energi rumah tangga, disamping lontar dan sisa hasil panen.
Seperti halnya pada kelompok tani yang lain pada dasarnya meraka ingin mengetahui dan sekaligus
mempraktekan budidaya tanaman pangan dan sayuran dari persiapan bibit, lahan, pemeliharaan
(identifikasi hama penyakit, gulma dan cara pengendaliannya, pemakian pupuk yang tepat), dan
penanganan pasca panen .
Pengusahaan tanaman jarak dilakukan sebagai tanaman sisipan, namun mereka belum mengetahui
6
dll. Pada tanaman lontar mereka ingin memperbaiki tehnologi penyulingan nira lontar untuk menjadi
gasohol sebagai bakar bakar kompor. Kelompok ini juga tertarik untuk memanfaatkan sisa panen dan
bahan buangan organik lain sebagai sumber energi pembakaran
2.2.3. Kelompok Tani Dael Kollo
Kelompok tani ini juga ingin memperbaiki pola pembudidayaan tanaman jagung, ubi, kacang tanah,
lombok, dan bawang merah. Mereka berharap dapat mempelajari sekaligus mempraktekan secara benar
tehnik budidaya tanaman tersebut, dan dengan memanfaatkan bahan dasar lokal untuk melaksanakan
pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit secara hayati. Namun pada kegiatan awal ini mereka
ingin mempelajari penentuan dosis, cara dan waktu aplikasi yang tepat pada kegiatan pemupukan dan
pengendalian hama dan penyakit.
Kelompok tani ini juga ingin membudidayakan tanaman jarak dengan pola tanam yang benar serta
pengelolaan panen jarak sebagai sumber energi atau bahan organik. Hal yang sama dengan kelompok
tani sehati, mereka juga ingin memperlajari sekaligus mempraktekan proses penyulingan nira lontar
menjadi gasohol dan diolahsebagai bahan bakar kompor. Kelompok ini juga ingin mempelajari
pemanfaatan sisa panen sebagai sumber energi bakar.
2.3.1 Desa Uiboa
2.3.2. Kelompok Tani Karya Nyata
Kelompok tani ini juga ingin memperbaiki pola usahatani tanaman jagung, ubikayu, dan kacang tanah
selama musim tanam tahun 2007-2008. hasil diskusi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perbaikan
pola usahatani yang akan dilakukan adalah persiapan bahan tanam, persiapan lahan, pemeliharaan
tanaman, dan penanganan pasca panen. Pemeliharaan yang ingin mereka pelajari sekaligus dipraktekan
bersama sama dengan anggota kelompok adalah penentuan dosis penggunaan pupuk, pemilihan jenis
pupuk, waktu dan cara aplikasinya. Pengendalian hama dan penyakit lebih difokuskan pada pemilihan
jenis pestisida ramah lingkungan, dosis, cara dan waktu aplikasi yang tepat.
Kelompok ini memperioritaskan pula pembelajaran cara mendapatkan air dengan tehnologi sederhana,
mengelola air sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan tehnologi yang sederhana pula. Sepertihalnya
pada kelompok tani yang ada di desa Uithiuhana masalah kebutuhan energi rumah tangga (kompor) juga
menjadi salah satu rencana kegiatan kelompok yaitu penanaman jarak pagar, pengolahan sopi menjadi
gasohol, pemanfaatan sisa tanaman sebagai bahan bakar, dan pemanfaatan kotoran sapi sebagai
7
2.3.3. Kelompok Tani Gemilang
Rencana kegiatan yang disusun oleh kelompok tani Gemilang pada dasarnya sama dengan rencana
kerja yang akan dilakukan oleh kelompok tani Karya Nyata. Kegiatan yang disusun adalah memperbaiki
dan sekaligus mempraktekan dilapangan bersama sama semua angota kelompok dan tim Pandu lestari
dalam mengelola usaha tani tanaman jagung, kacang tanah, ubikayu, lombok yang benar dan
berwawasan lingkungan terutama yang berhubungan dengan pemilihan dan cara aplikasi pupuk dan
pestisida serta penanganan lepas panen.
Kelompok ini juga merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tanaman jarak pagar,
kotoran sapi, dan sisa hasil panen yang tidak termanfaatkan sebagai sumber energi bakar untuk
konsumsi rumah tangga. Kegiatan ini merupakan kegiatan pendukung perbaikan pengelolaan usahatani
8
III.
TAHAP DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijabarkan maka rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan pada kegiatan musim tanam 2007-2008 merupakan kegiatan yang pada dasarnya akan
mengakomodasi kepentingan kelompok dengan skala prioritas yang harus dilaksanakan pada musim tanam ini.
Namun sebagai langkah awal kegiatan, maka perbaikan kapasitas kelompok perlu dilakukan lebih dulu agar
kesamaan nilai kepentingan kelompok dapat terorganisasikan dengan baik dan keberlanjutan kelompok dapat
diharapkan.
Ada 2 strategi pelaksanaan yang akan direncanakan yaitu :
3.1. Sekolah lapang
3.2. Kajian model pengelolaan pertanian terpadu
3.1.
Sekolah lapangan
3.1.1. Pendekatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan sekolah lapangan
Sekolah lapang difasilitasi jaringan FIELD yang akan memulai program sekolah lapang dengan training
TOT untuk petani lokal wakil dari kelompok dari desa-desa pewakil. Selain itu forum ini juga mengikutsertakan
staf UNDANA untuk memperkaya pengetahuan bagi civitas akademis dalam kegiatan pertanian berbasis
masyarakat.
Training TOT dipandu 2 orang fasilitator dari FIELD selama 6 hari di lakukan di desa. Dalam TOT ini akan
dijaring calon petani pemandu lokal untuk dilatih dalam sekolah lapang pertanian. Selain itu dalam training TOT
ini juga akan dilakukan Sustainable Livelihood Analysis yang mendiskusikan segala kebutuhan pengembangan
program terkait masalah pertanian setempat dan menjadi fokus dalam pelatihan Sekolah lapang yang akan
dilaksanakan secara bertahap selama 2 bulan.
Tujuan peyelenggaraan Sekolah Lapangan Usaha Tani Lestari dan Energi Terbarukan (SLUTLET) di
Semau adalah :
a. Meningkatkan kemampuan petani dalam pengelolaan usaha tani sehingga mampu meningkatkan
produktifitas lahan dan pendapatan
b. Menjadikan aktivitas sekolah lapang sebagai wadah belajar yang efektif antar kelompok agar
masing-masing kelompok tani di desa dapat saling memberikan pengalamannya dalam pengelolaan tani
9
c. Mengembangkan sains petani dalam rangka meningkatkan rangka pengetasan potensi lokal dan
menumbuhkan kemampuan petani dalam menemukan teknologi budidaya tanaman sesuai dengan
karakteristik komponen lingkungan setempat
d. Meningkatkan pengetahuan petani dalam hal menemukan teknologi terbarukan untuk mengatasi
keterbatasan sumber energi di ruma tangga petani.
Untuk mencapai tujuan tersebut peserta sekolah lapangan berperan aktif sebagai subyek belajar untuk
meningkatkan penyadaran kesadaran akan masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi, melalui :
• Identifikasi dan analisis permasalahan petani melalui kegiatan SLA (Sustainanble Livelihoods
Assessment) oleh masayarakat.
• Mengembangkan perencanaan oleh masyarakat dan keluarga dalam hal pemecahan masalah
budidaya tanaman, air da energi
• Mengembangkan prinsip-prinsip sains petani petani untuk meningkatkan keanekaragaman hayati,
pengelolaan potensi lokal dan mendorong terciptanya teknologi tepat guna oleh masyarakat.
• Meningkatkan sikap kritis, kerjasama petani dalam hal pengembilan keputusan untuk mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi oleh mereka.
• Membangun dinamika dan nilai-nilai dalam pengembangan kemandirian petani / msayarakat
• Mengembangkan pendidikan orang dewasa kritis / belajar dari pengalaman bagi masarakat
3.1.2. Prinsip Dasar Pelaksanaan SL
1. Lahan (kebun dan pekarangan) dan sosial budaya (social culture) merupakan sarana belajar utama
peserta.
2. Cara belajar lewat pengalaman dan mengembangkan sistem aksi dan refleksi
3. Tempat belajar diruang terbuka dan dekat dengan lahan praktek
4. Mengembangakan perencanaan dari bawah ( waktu, peserta dan materi seluruhnya ditentukan
bersama antara peserta dan fasilitator/pemandu latihan)
5. Dalam SL tidak ada guru dan murid yang ada adalah warga belajar, dan kegiatan dipandu oleh 1 atau 2
orang fasilitator, yang berfungsi sebagai pelayan dan pelancar aktivitas belajar peserta atas
pengalaman mereka sendiri.
6. Pelaksanaan kegiatan SL terbagi atas 3 tahap : Perencanaan melalui penelusuran SLA, pelaksanaan
(aksi) dan FFD (untuk mendapatkan dukungan dalam kegiatan tindak lanjut baik masyarakat lainya
maupun fihak terkait)
7. Jumlah peserta dalam 1 SL adalah antara 15 - 25 orang, komposisi peserta perempuan dan laki-laki
10
energi, namun demikian untuk memberikan peran yang besar kepada perempuan makin baik jika
peserta terdiri dari laki dan perempuan masing-masing 50 %
8. Dalam satu putaran SL terdiri dari 16 kali pertemuan : 6 kali pertemuan adalah perencanaan (SLA) dan
10 kali pertemuan untuk kegiatan tindak lanjut .
3.1.3. Daur Belajar
Kegiatan belajar peserta dilakukan dengan proses “Daur Belajar dari Pengalaman” ini merupakan
proses belajar yang alamiah yang sengaja dituangkan dalam setiap kegiatan latihan. Adalah sebagai
berikut :
3.1.4. Kegiatan Harian Sekolah Lapangan
1. Pengamatan Agroekosistem / sosial budaya setempat / sumber-sumber energi lokal l
2. Diskusi kelompok
3. Presentasi dan Pengambilan keputusan
4. Dinamika kelompok
5. Topik khusus (materi yang berhubungan dengan budidaya tanaman, pengelolaan air dan energi)
11
3.1.5. Pemandu
Kegiatan SL pada musim pertama dipandu oleh pemandu dari FIELD sambil mempersipakan calon
pemandu yang sudah mengikuti kegiatan TOT, setelah selesai SL calon pemandu melanjutkan TOT
dengan tekanan pada penguatan kepemanduan dan penyusunan kurikulum SL, pada kegiatan tindak
lanjut dan seterusnya maka kegiatan akan dipandu petani pemandu setempat.
3.1.6. Lahan Belajar Peserta
Kebutuhan lahan belajar (lahan studi), lahan yang diperlukan untuk kegiatan tersebut adalah lahan yang
dikelola oleh kelompok (dikelola bersama ) luas lahan yang dibutuhkan kurang lebih 1.000 m2 dan
lahan pekarangan masing-masing peserta, kebutuhan untuk lahan pekarangan peserta adalah agar
seluruh peserta dapat mempraktekan hasil-hasil diskusi dan keputusan kelompok di lahan pekarangan
peserta selain menerapkan dilahan studi kelompok, luas lahan pekarangan yang digunakan tergantung
kesiapan peserta.
3.1.7. Waktu Penyelenggaraan SL
Sekolah Lapangan dilaksanakan pada Pebruari – Juli 2008, jumlah pertemuan 18 kali pertemuan.
Kegiatan terbagi dalam dua bagian yaitu tahap perencanaan (SLA) selama 5 kali pertemuan
dilaksanakan 2 kali dalam satu minggu. Kegiatan aksi dilaksanakan 12 kali pertemuan satu minggu
sekali sedang hari pertemuan ditentukan bersama sesuai keputusan, dan 1 hari Farmers Field Day
3.1.8. Famers Field Day
Pada akhir penyelenggaraan Sl dilaksanakan Farmer Field Day (FFD), waktu pelaksanaan 1 hari,
dalam kegiatan ini peserta dapat melakukan pameran meliputi : proses belajar, hasil-hasil kegiatan, dan
teknologi yang ditemukan selama SL, selain itu peserta melakukan presentasi dan dialog dengan para
tamu undangan, peserta yang hadir kurang lebih 35 orang, terdiri dari masyarakat yang belum
mengikuti SL, aparat setempat, desa, Kecamatan dan peserta SL. Kegiatan ini dilaksanakan pada
bulan Juni 208
Selain itu tujuan strategis lainnya yang ingin didapatkan dengan adanya pelatihan TOT, SLA dan
Sekolah Lapang adalah :
1) Pembenahan kelompok untuk memperkuat kebersamaan kelompok dalam mengelola usahatani dilahan
kelompok sebagai media pembelajaran dan bagian dari sekolah lapangan yang akan dialihkan ke
kebun masing masing
2) Memperbaiki karakter anggota kelompok agar mempunyai kepentingan dalam berkelompok sehingga
12
3) Melaksanakan proses analisis agro-ekosistem barsama kelompok untuk mengetahui mengidentifikasi,
dan mampu menganalisa variabel lingkungan yang berpengaruh secara langsung dan tak langsung
terhadap usahatani mereka khususnya, dan perubahan lingkungan lain dalam interaksinya dengan
pengelolaan sumberdaya alam dan perubahan komponen lingkungan yang lain. Kegiatan ini akan
dilaksanakan secara mingguan selama musim tanam.
4) Mengajak anggota kelompok bersama sama dalam kelompok secara partisipatif menemukan sendiri
permasalahan perubahan lingkungan yang berkaitan dengan usahataninya, berusaha berdiskusi untuk
menentukan kaji tindak pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan lokal, dan
anggota kelompok secara partisipatif secara bersama-sama dapat menyusun rencana kegiatan
perbaikan masalah yang terjadi.
5) Melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk membangun dinamika kelompok terutama yang
berhubungan dengan kerjasama tim dalam kelompok, penguatan kelompok dan menjaga motivasi
kelompok, dan membantu memunculkan nilai ketrampilan anggota kelompok dalam mengorganisasikan
usahataninya.
6) Melaksanakan kegiatan alih tukar informasi ke kelompok yang lain sebagaian bagian penyebarluasan
informasi yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok. Kegiatan ini diharapkan pula akan memacu
tumbuhnya kelompok baru dalam pengelolaan usaha tani secara bersama-sama.
7) Kegiatan tambahan dilakukan terutama untuk memperbaiki kebutuhan energi keluarga yang bersumber
dari sisa hasil pertanian yang tidak digunakan.
Dalam kegiatan sekolah lapangan tersebut, maka hasil penjajagan dalam pengelolaan pertanian yang
dilakukan oleh kelompok di 3 desa pewakil dikemas dalam konsep pertanian terpadu dan pengelolaan
sumberdaya tanah dan air secara lebih efisien. Konsep ini juga merupakan strategi adaptasi dari kemungkinan
dampak perubahan iklim atau masalah keterbatasan air (ketersediaan dan distribusinya) yang saat ini dirasakan
13
3.2.
Kajian Model pengelolaan Pertanian Terpadu
3.2.1. Rancangan Model atau Konsep yang diusulkan
Konsep pertanian terpadu yang dirancang pada dasarnya adalah memperbaiki produksi tanaman
pangan sebagai sumber pangan keluarga, dipadukan dengan tanaman yang mampu memperbaiki kondisi
fisik dan kimia lahan, tanaman yang dapat dimanfaatkan selama musim kering sebagai bagian ketahanan
pangan keluarga, tanaman yang diharapkan mampu meminimumkan serangan hama dan penyakit, dan
tanaman yang mampu berfungsi sebagai salah satu sumber energi keluarga.
Pada musim tanam 2007-2008 pengelolaan usahatani terpadu dikonsentrasikan pada jenis tanaman
yang selama ini diusahakan oleh masyarakat dengan memperbaiki pola tanam yang sudah ada dengan
mengacu pada kaidah konservasi lahan dan air. Pada semua pola tanam yang ditawarkan akan dipraktekan
pula cara-cara persiapan lahan yang benar, pemilihan bibit yang benar, penanaman, pemeliharaan tanaman
(penggunaan pupuk, pestisida untuk hama, penyakit, dan gulma), panen, dan penanganan lepas panen.
Beberapa pola tanam yang akan dipraktekan antara lain:
1) Pola tanam petani antara tanaman jagung dan kacang tanah di tanam secara tunggal
2) Pola tanam berbaris dimana 2 baris tanaman jagung diselingi dengan 5 baris tanaman kacang
tanah dan tanaman ubi kayu ditanam 2 baris mengelilingi kedua tanaman tersebut. Model tanam
yang dikembangkan adalah model tanam aditif
3) Pola tanam strip, dimana tanaman jagung ditanam pada baris sendiri, tanaman kacang tanh pada
baris sendiri, sedangkan tanaman ubikayu ditanam pada baris terluar dari kedua tanaman
tersebut. Model tanam yang dikembangkan adalah model tanam aditif
Tanaman kacang tanah disamping sebagai sumber pangan keluarga dapat berfungsi sebagai
tanaman yang diharapkan mampu memperbaiki kondisi kimia lahan terutama ketersediaan unsur hara
Nitrogen. Tanaman ubikayu merupakan tanaman yang tahan pada musim kering sehingga mampu
menunjang ketahan pangan keluarga terutama pada musim kering dan tanaman ini mampu meminimumkan
siklus serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung dan kacang tanah bila ditanam dengan pola yang
tepat.
Sebagai tanaman konservasi lahan digunakan tanaman jarak pagar dan lamtoro yang ditanam
sebagai pagar lahan yang akan berfungsi sebagai sumber bahan organik, pakan ternak untuk lamtoro pada
sistem peternakan semi intensif, jarak pagar mampu mencegah ternak untuk masuk kedalam kebun, dan
tanaman jarak dapat dimanfaatkan pula sebagai salah satu sumber energi terbarukan. Sumber energi
terbarukan lain yang akan digunakan sebagai bahan bakar kompor adalah sisa panen dari tanaman jagung
14
Untuk mendukung konsep pertanian terpadu dan berwawasan lingkungan, maka direncanakan
memperkenalkan jenis jenis tanaman sebagai sumber pupuk cair dan pestisida yang dapat ditanam di
pekarangan rumah maupun di kebun sebagai tanaman pagar. Tanaman tanaman tersebut akan ditanam
bersamaan pada musim tanam ini. Diusahakan jenis tanaman tersebut sudah tumbuh dan berkembang di
lingkungan pulau Semau serta telah dikenal oleh masyarakat. Cara pembuatan dan pengelolaannya akan
dipraktekan bersama-sama pada waktu pemeliharaan tanaman.
Pengelolaan sumberdaya air yang lebih efesiensi dalam praktek sayuran selama musim kering
dilakukan dengan memperkenalkan tehnologi pengairan sistem irigasi tetes. Diharapkan jumlah air yang
terpakai akan dapat lebih diminimumkan dan efesiensi tenaga kerja yang digunakan dapat diperbaiki.
Selama musim kering ini akan diperkenalkan pula tehnologi pengangkatan air dari dalam tanah yang ramah
lingkungan, murah dan diharapkan dapat dikembangkan sendiri oleh masyarakat.
Sebagai bagian pengelolaan lahan dan pola usaha tani, dimungkinkan adanya pemanfaatan tanaman
pioner seperti jatropha curcas dalam pola tanam masyarakat, sehingga dapat dikelola sebagai sumber energi
terbarukan [biodiesel] sebagai alternatif penggunaan kayu bakar yang cukup intensif digunakan masyarakat.
Selain itu keberadaan tanaman asli daerah itu yaitu lontar juga dapat diolah sebagai bioetanol, merupakan
upaya pengelolaan usaha tani yang lebih luas daripada pengelolaan sebelumnya yang hanya digunakan
sebagai membuat gula nira dan tuak. Ini merupakan upaya meningkatkan nilai tambah dari pola usaha tani
terpadu dan diversifikasinya.
Semua kegiatan tersebut dibangun oleh masyarakat berdasarkan keputusan kelompok secara
partisipatif dari semua anggota kelompok. Keputusan yang diambil oleh kelompok mengacu pada proses
analisa agro-ekosistem yang mereka lakukan kurun waktu mingguan selama musim tanam. Diharapkan
dengan kemandirian kelompok ini, dapat menjadi penggerak di masing-masing desa. Wadah belajar
diharapkan sebagai agen perubahan dalam masalah pertanian di P. Semau. Konsep pengembangan
pertanian terpadu akan ditangani oleh Yayasan Pandu Lestari maupun lembaga lainnya yang dapat
menunjang kegiatan. Konsep pengembangan pertanian terpadu merupakan kunci penting dalam
pengelolaan ekosistem pertanian lahan kering secara umum dan secara khusus dapat memberi solusi bagi
peningkatan produktivitas pertanian dan masalah-masalah pertanian lainnya seperti kekurangan air,
konservasi tanah dan air, hama dan lain-lain.
Penerapan teknologi kerakyatan atau teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu masyarakat
mengatasi masalah-masalah di bidang pertanian, kelangkaan air dan penyediaan energi alternatif dari
15 3.2.2. Pengambilan data sebagai base line pengukuran keberhasilan program dan Kajian atas Model
yang diusulkan
Untuk dapat mengevaluasi tingkat keberhasilan atau kekurangan dari model pengelolaan pertanian
terpadu yang dipraktekan oleh petani dalam kelompok tani pada pelaksanaan sekolah lapangan, maka perlu
dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut
1) Base line data untuk indikator teknis. Melakukan pengambilan contoh tanah pada lokasi kebun
kelompok untuk mengetahui sifat fisik dan kimia lahan sebelum kegiatan dilakukan dan setelah kegiatan
dilakukan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui perubahan daya dukung lahan terhadap
praktek pengelolaan lahan dalam suatu model pertanian terpadu
2) Base line data untuk indikator Sosek. Melakukan analisa ekonomi terhadap pola pengelolaan lahan
yang dilakukan oleh petani selama ini dan analisa ekonomi dari model pertanian terpadu yang telah
dipraktekan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui produktivitas lahan dan tanaman dari suatu
praktek usaha pertanian terpadu yang dilakukan dibandingkan dengan praktek usaha tani yang selama
ini mereka lakukan.
Untuk mendapatkan masukan atas model yang dikembangkan, akan dilakukan FGD dari civitas
akademika UNDANA agar model yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabankan secara ilmiah dan
dapat dijadikan model pembelajaran dan pengembangan program pertanian terpadu berbasis
masyarakat di Kupang, khususnya P. Semau. Untuk itu akan dilakukan serial FGD baik yang akan
dilakukan di lapangan maupun pengujian teori-2 di Kampus UNDANA.
3) FGD Kajian Model Pengembangan. Selama praktek sekolah lapangan dilakukan khususnya dalam
pengelolaan pertanian terpadu sejumlah staf dosen Universitas Nusa Cendana yang membidani
keahlian ilmu tanah, agronomi, hama dan penyakit tanaman, sosial ekonomi pertanian, pengolahan
hasil pertanian, dan kesehatan masyarakat diajak untuk bergabung dengan kelompok tani untuk
berdiskusi dengan petani tentang praktek sekolah lapangan yang dilakukan. Pada kesempatan ini
diharapkan staf dosen dapat mengidentifikasikan kerberhasilan dan kekurangan dari suatu model
sekolah lapangan yang sedang dikembangkan termasuk model pertanian tanaman terpadu yang
sedang dipraktekan.
4) FGD Perbaikan Model Pengembangan. Hasil pengamatan langsung di lapangan tersebut kemudian
akan didiskusikan ditingkat kampus secara terbatas dengan sejumlah dosen lain yang tertarik untuk
mendiskusikan kemungkinan perbaikan model sekolah lapangan yang dilakukan atau mungkin alternatif
16
diskusi ini akan berkembang pada kemungkinan rencana menjadikan kelompok tani di desa pewakil
tersebut sebagai suatu bentuk model proses pembelajaran lapangan secara langsung bagi mahasiswa
dan dosen dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari dan pemenuhan
kebutuhan energi keluarga secara berkelanjutan. Waktu pelaksanaan kegiatan ini akan tergantung
pada kegiatan di lapangan dengan segala kendala-kendala yang mungkin akan terjadi.
Hasil kegiatan diskusi terbatas ini didiskusikan dengan Tim dari Pandu Lestari dan Kehati untuk
penyusunan kegiatan kaji tindak berikutnya
3.3.
Model Konseptual
Model konsep kegiatan ini merupakan visualisasi dari perumusan masalah, interakasi berbagai
masalah dan intervensi kegiatan dan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek/menengah. Model
konseptualnya dapat digambarkan sbb:
I N TERV EN SI PRO GRAM St at us Gizi Masy pert anian t erbat as
Pengadaan Tek nologi Rak y at Penggunaan air t anah
Pengadaan Tek nologi t ungk u dan k om por berbahan bak ar sisa panen
Day a duk ung ek osist em pert anian m enurun/ rusak
Kelangk aan air dan rusak ny a sum ber pert anian sehingga m am pu perbaik i day a duk ung ek osist em pert anian sert a m enguasai t ek nologi t erapan ut k pengelolaan air dan energi t erbaruk an
Pem bent uk an k elom pok dan perbaik an k apasit as k elom pok dalam pengelolaan sum berday a alam dan lingk ungan
St af Dosen Fapert a Undana berk unj ung dan berdisik usi dengan pet ani dan k elom pok t ani t ent ang pelak sanaan sek olah lapangan y ang diprak t ek an
Disk usi t erbat as ant ara St af dosen di fapert a dan t im Pandu Lest ari unt uk m engev aluasi k egiat an dan m eny usun m odel pengem bangan sek olah lapangan
Meny usun draft perbaik an pengem bangan Sek olah Lapangan unt uk k egiat an berik ut ny a
PROSES KONSULTASI DAN UPDATI NG BASE LI NE DATA/ I NDI KATOR
17
3.4.
Goal, Kegiatan, tujuan kegiatan [objectives] dan hasil yang diharapkan
Goal dari kegiatan ini adalah Memperbaiki Daya Dukung Ekosistem Pertanian di P. Semau , Kupang NTT.
Porpose (Tujuan jangka panjang)
I.
Meningkatkan kapasitas SDM petani [pemahaman dan ketrampilan] dalam menganalisa lingkungan dan interaksinya dengan usahatani, dan kelompok belajar tani melalui program sekolah lapang pertanianObjective :
1.1.Mengembangkan Sekolah Lapang [community learning center] dalam pengelolaan ekosistem pertanian
lestari dan pengelolaan SD hayati lokal untuk energi terbarukan.
Kegiatan :
1.1.1. Melaksakan Training of Trainer (ToT) guna peningkatkan kapasitas kelompok dalam
membangun satu tim kerja partisipastif.
Tujuan kegiatan :
a. Perbaikan kebersamaan anggota kelompok dalam satu tim kerja yang bersifat partisipatif
oleh semua anggota kelompok
b. Mengetahui, mengidentifikasikan, dan menganalisa variabel yang berpengaruh langsung
dan tak langsung terhadap praktek usahatani yang dilakukan dan pengaruhnya terhadap
perubahan komponen lingkungan lainnya
c. Mampu menganalisa dengan tepat dan mampu menentukan kaji tindak program kegiatan
berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan lokal
Hasil yang diharapkan :
1) Peningkatan partisipasi anggota kelompok dalam satu tim kerja dalam kelompok terutama
dalam mengelola usahatani berdasarkan kondisi lingkungan setempat
2) Anggota kelompok mampu menganalisa komponen lingkungan dan interaksinya dengan
budidaya pertanaman yang dilakukan sejak persiapan lahan sampai panen dan
penanganan lepas panen.
3) Anggota kelompok mampu menggambarkan dan memaparkan hasil analisanya tentang
interaksi lingkungan dan budidaya pertaniannya pada anggota kelompok dan kelompok
yang lain
4) Anggota kelompok bersama-sama mampu membuat perencanaan kaji tindak perbaikan
18
5) Akan muncul satu orang anggota kelompok dengan kemampuan menonjol yang dapat
berfungsi sebagai mediator antara tenaga ahli dan masyarakat dalam proses alih
tehnologi.
1.1.2. Proses belajar (sekolah lapangan) secara partisipatif dalam upaya perbaikan pengetahuan dan
ketrampilan petani dalam pengelolaan usahataninya melalui sekolah lapang pertanian terpadu.
Tujuan kegiatan :
a. Memperkuat pemahaman analisa agro-ekosistem terhadap permasalahan usahatani yang
mereka praktekan
b. Memperbaiki kemampuan petani dalam pengelolaan usaha taninya berdasarkan
pengetahuan dan ketrampilan lokal sehingga diharapkan mampu memperbaiki
produktifitas lahan, tanaman, dan pendapatan
c. Menjadikan aktivitas sekolah lapang sebagai wadah belajar yang efektif antar kelompok
agar masing-masing kelompok tani di desa dapat saling memberikan pengalamannya
dalam pengelolaan tani berkelanjutan.
d. Tersedianya paket tehnology pengelolaan usaha tani tanaman pangan dan sayuran yang
sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat setempat dan sesuai dengan
karakteristik komponen lingkungan setempat
Hasil yang diharapkan :
1) Petani mampu menganalisa dengan tepat interaksi komponen lingkungan dengan
usahatani yang dipraktekan dan mengetahui permasalahan yang terjadi.
2) Petani dapat mempraktekan dengan benar berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan
mereka dalam memperbaiki praktek budidaya tanaman yang dilakukan sejak persiapan
bahan tanam, persiapan lahan lebih efisien,penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca
panennya
3) Petani mampu membangun kepercayaan sendiri dalam mengambil keputusan
pengelolaan usahataninya sesuai dengan analisa lingkungan yang dilakukannya
4) Petani diharapkan mampu membangun suatu paket tehnologi pengelolaan usaha tani
yang berwawasan lingkungan seperti penggunaan pupuk organik cair, penggunaan
19
II.
Mengembangkan model pengelolaan ekosistem pertanian terpadu untuk pemulihan daya dukung pertanian melalui penerapan Intergrated Crop management dan Integrated soil and water management di 3 Desa di P. SemauObjective
2.1.Mengembangkan konsep dan model pengelolaan pertanian terpadu yang mampu memperbaiki daya
dukung ekosistem pertanian dan kelangkaan air.
Kegiatan :
2.1.1. Praktek model dan pola pertanian terpadu antara tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
dan peternakan
Tujuan kegiatan:
1) Petani dapat mempraktekan model dan pola pertanian terpadu yang sesuai dengan
kondisi lingkungan setempat dan ketrampilan serta pengetahuan mereka
2) Petani mampu menganalisa kelebihan dan kekurangan praktek usaha tani yang dilakukan
berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
3) Mengidentifikasikan bersama petani model dan pola pertanian terpadu yang mampu
memperbaiki daya dukung lahan dan konservasi air lebih baik
Hasil yang diharapkan
1) Teridentifikasikannya satu atau lebih model dan pola pertanian terpadu yang mampu
memperbaiki kondisi daya dukung lahan dan lingkungan serta mampu mengkonservasi air
lebih baik sesuai dengan kondisi lingkungan dan ketrampilan setempat
2) Petani mempunyai ketrampilan untuk menganalisa dengan tepat model dan pola
pertanian terpadu yang menguntukngkan bagi daya dukung lahan, tanaman, dapatan
keluarga, dan daya dukung lingkungan berkelanjutan
2.1.2. Pengukuran produktivitas lahan dan tanaman, serta dapatan keluarga petani dari praktek
model dan pola usahatani yang dilakukan
Kegiatan yang akan dilakukan:
1) Pengukuran sifat fisik dan kimia lahan pada awal sebelum praktek pertanian terpadu
dilaksanakan dan akhir kegiatan yang telah dilaklukan.
2) Pengukuran produksi tanaman dan nilai ekonomi hasil tanaman yang akan dikonversikan
pada dapatan keluarga
20
1) Mengetahaui perubahan sifat fisik dan kimia lahan sebagai akibat dari praktek model dan
pola usaha tani yang dilakukan petani
2) Mengetahui produksi tanaman dan nilai ekonominya dari beberapa model dan pola
usahatani yang dipraktekan
Hasil yang diharapkan
1) Petani dapat menganalisa perubahan sifat fisik dan kimia lahan dari praktek usaha tani
yang dilakukan sebagai dasar pemilihan salah satu model yang menguntungkan bagi
usaha taninya
2) Petani dapat menghitung produksi tanaman yang dipraktekan dengan nilai ekonominya
yang dihubungkan dengan perubahan sifat fisik dan kimia lahan sebagai dasar pemilihan
satu atau lebih model dan pola usahatani yang menguntungkan bagi keluarga dan
keberlanjutan daya dukung lingkungannya.
2.1.3. Diskusi dan presentasi hasil-hasil proses belajar, hasil-hasil kegiatan, dan teknologi yang
ditemukan selama Sekolah Lapangan terdiri dari masyarakat yang belum mengikuti SL, aparat
setempat, desa, Kecamatan dan NGOs, dan peserta SL (Farmers Field day)
Tujuan kegiatan :
1) Menginformasikan hasil kegiatan SL dengan aplikasi tehnologi yang telah dilakukan pada
masyarakat lain dan pihak yang berkepentingan dalam mendukung pemulihan daya
dukung pertanian khususnya dan lingkungan umumnya di Semau
2) Bertukar informasi dari berbagai latar belakang kepentingan yang berbeda tentang
perbaikan daya dukung pertanian dan lingkungan
Hasil yang diharapkan :
1) Tersusunnya konsep pengembangan pemulihan daya dukung lingkungan pertanian
(geofisik, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya) yang dapat dikaji pada kegiatan berikutnya
2.1.4. Praktek Diskusi terbatas diantara staf dosen Faperta dan Pandu Lestari pengembangan
sekolah lapangan dan kemungkinan menjadikan model pembelajaran dilapangan
Tujuan kegiatan :
1) Mengidentifikasikan keberhasilan dan kekurangan model sekolah lapangan yang sedang
21
Hasil yang diharapkan :
1) Perbaikan dokumen [draft] model sekolah lapangan yang sedang dikembangkan untuk
ditindaklanjuti pada kegiatan berikutnya
III.
Mengembangkan sistem teknologi tepat guna bagi masyarakat untuk mendukung sistem pertanian terpadu khususnya dalam pengelolaan air dan energi terbarukan yang dapat diakses dan dikuasi oleh kelompok masyarakat di 3 Desa.Objective :
3.1.Mengembangkan alat bantu/mesin pengelolaan teknologi tepat guna untuk pengelolaan air pertanian
dan pengolahan energi terbarukan sisa tanaman yang dapat diterapkan oleh masyarakat
Kegiatan :
3.1.1. Membuat sistem pengelolaan air tanah berupa irigasi tetes dalam rangka pemanfaatan air
tanah lebih efisien.
Tujuan kegiatan :
a. Mengatasi masalah keterbatasan air untuk pengelolaan pertanian terpadu di 3 desa.
Hasil yang diharapkan :
1). Tersedianya teknologi kerakyatan yang dapat digunakan masyarakat untuk mengatasi
masalah pengelolaan air untuk pertanian
2). Petani dapat mempraktekan operasional tehnologi penggunaan air yang lebih efisien dan
efektif
3.1.2. Membuat tungku dan kompor berbahan bakar sisa tanaman dan sampah.
Tujuan kegiatan :
a. Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil (minyak tanah)
Hasil yang diharapkan :
1). Tersediannya model teknologi kerakyatan pengelolaan sisa tanaman sebagai sumber
bakan bakar kompor di rumah tangga petani.
2). Petani dapat mempraktekan cara operasional tungku dan kompor berbahan bakar sisa
22
3.5.
Cakupan kegiatan
Dari masing-masing kegiatan utama, dapat dijabarkan cakupan kegiatan dan tahapannya termasuk
kegiatan pendukung yang rencananya akan dilaksanakan antara lain:
3.5.1. Perbaikan kapasitas Kelompok dan pengenalan Agro-ekosistem
1) Berdiskusi tentang sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di lingkungan mereka
2) Pengamatan mingguan di lapangan tentang kondisi agro-ekosistem yang berpengaruh
terhadap budidaya pertanaman mereka
3) Diskusi dan analisa hasil pengamatan yang dilakukan dengan topik topik yang disepakati
bersama anggota kelompok
4) Anggota kelompok memprentasikan hasil pengamatan mereka pada anggota yang lain dalam
satu kelompok dan kelompok yang lain
5) Kelompok mencoba untuk menyusun program kaji tindak kegiatan berdasarkan prioritas yang
disepakati bersama
6) Bersama anggota kelompok yang lain menentukan siapa yang dapat ditunjuk sebagai
mediator alih IPTEK dari tenaga ahli ke anggota kelompok
3.5.2. Pengelolaan usaha tani terpadu secara partisipatif
1) Penyiapan bahan tanam dan lahan berdasarkan hasil analisa agro-ekosistem yang telah
dilakukan sebelumnya dalam kelompok
2) Penanaman tanaman pangan dalam model berbaris dengan pola tumpangsari berbaris yang
dipadukan dengan tanaman umbi-umbian sebagai salah satu sumber ketahan pangan dan
tanaman serbaguna sebagai sumber pupuk dan pestisida organik
3) Praktek pemeliharaan tanaman dengan menggunakan bahan lokal
4) Analisa di lapangan tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk
mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi dan bersama-sama anggota kelompok
berdisikusi untuk pemecahan masalah tersebut mengacu pada analisa agro-ekosistem yang
dilakukan
Kegiatan pendukungang akan dilakukan adalah
1) Pembuatan pupuk organik cair dengan bahan dasar dari tanaman yang tumbuh disekitar
kebun mereka
23 3.5.3. Pengelolaan sumberdaya air melalui irigasi tetes
1) Praktek pengelolaan air dengan sistim tetes berbasis tehnologi kerakyatan yang akan
dioperasikan pada kebun sayur sebagai contoh
3.5.4. Pengelolaan Energi Terbarukan
Pengelolaan energi terbarukan yang akan dilaksanakan adalah
1) Pemanfaatan jerami padi, sisa panen jagung, daun daun kering sebagai bahan dasar tungku
sampah (kompor berbahan bakar sisa tanaman)
3.5.5. Diskusi terbatas
Diskusi terbatas ini dilaksanakan pada akhir kegiatan dengan mengacu pada hasil pengamamatan
dan diskusi langsung dengan petani dan kelompok tani selama kegiatan sekolah lapangan dilaksanakan
Pada awal kegiatan yang akan dilakukan analisis sifat fisik dan kimia lahan, produksi tanaman lima
tahunan sebelum kegiatan dilakukan, dan analisis kondisi sosial ekonomi dari usaha tani yang dilakukan
oleh anggota kelompok.
Pada akhir kegiatan akan dilakukan analisa fisik dan kimia lahan srta analisis kondisi sosial-ekonomi
uasaha tani yang dilakukan oleh kelompok.
Semua kegiatan tersebut akan dilaksanakan bersama sama antara tim Pandu Lestari yang di tambah
dengan dosen yang membidani bidang keahlian budidaya, hama dan penyakit tanaman, ilmu tanah, dan
pasca panen. juga tenaga ahli dari luar yang berpengalaman dalam penggunaan tehnologi pengelolaan air,
dan masyarakat yang tergabung pada kelompok. Semua kegiatan akan dilakukan secara bertahap pada
setiap kelompok sasaran. Pada setiap kegiatan akan dilakukan proses monitoring dan evaluasinya yang
akan dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh tim Pandu Lestari dan tim dari Field. Monitoring dan
evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kegiatan yang telah dilakukan
kelompok sebagai bahan dasar perbaikan pada kaji tindak kegiatan berikutnya pada semia aspek kegiatan
24
IV.
MEKANISME KEGIATAN
4.1. Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran pada kegiatan ini kelompok yang telah terbentuk dan telah menyusun rencana
kerja selama proses kegiatan Riset Kompetetif yang telah dilakukan. Kelompok ini mewakili masing masing
desa Akle, Uithiuhana, dan desa Uiboa. Masing –masing desa akan diwakili 2 kelompok yaitu kelompok Tani
Nuleka dan Mekarsari dari desa Akle, kelompok tani Sehati dan Dael Kollo dari desa Uithiuhana, dan
kelompok tani Karya Nyata dan Gemilang dari desa Uiboa.
4.2. Topik Kegiatan
Topik kegiatan yang akan dilakukan mengacu pada setiap tahapan kegiatan yang direncanakan dan
disesuaikan dengan jenis kegiatan utama yaitu:
4.2.1.Perbaikan Kapasitas Kelompok dan Analisis Agro-ekosistem
Pengenalan agro-ekosistem
Pengenalan sifat fisik dan kimia tanah berdasarkan pengetahuan lokal
Pengenalan biologi tanaman berdasarkan pengetahuan lokal
Interaksi iklim, fisikdan kimia tanah dan tanaman
Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Identifikasi hama dan penyakit tanaman
Analisis perubahan komponen lingkungan terhadap tanaman
4.2.2.Pengelolaan Usaha Tani Terpadu Secara Partisipatif
Pengelolaan lahan dan bahan tanaman
Pengaturan model dan pola tanaman terpadu
Penggunaan pupuk dan pestisida organik
Peningkatan efisiensi pengelolaan air pada tanaman sayuran
4.2.3. Pengelolaan Energi Terbarukan
Pemanfaatan jerami padi dan sisa hasil panen tanaman sebagai sumber energi bakar rumah
tanga
4.2.4. Penggunaan Tehnologi kerakyatan Pengelolaan air
Tehnologi tetes dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air pada kebun sayur
25 4.3. Pendampingan Kegiatan Lapangan, Monitoring, dan Evaluasi Kegiatan
Pada setiap kegiatan lapangan, pendampingan akan dilakukan oleh orang yang dipilih oleh kelompok
sebagai mediator alih ilmu pengetahuan dan tehnologi dengan Tim Pandu Lestari dibantu dengan dosen
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana dan tenaga ahli. Untuk mendukung rencana pendampingan ini
tiga orang staf Pandu Lestari dengan latar belakang pertanian akan ditempatkan di masing masing desa
untuk menjembatani proses ahli tehnologi secara berkelanjutan.
Pada pertengahan kegiatan dilakukan proses monitoring dan evaluasi pada semua kegiatan yang
dilakukan. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan oleh kelompok untuk membangun kemandirian kelompok
sekaligus sebagai wahana berpartisipasi secara aktif bagi semua anggota kelompok. Kegiatan ini akan
bermuara pada peningkatan kemampuan anggota kelompok untuk berorganisasi kegiatan kelompok.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan diskusi di lapang tentang kendala-kendala pelaksanaan kegiatan dan
kemungkinan pemecahannya sebagai bahan dasar untuk penyusunan program kaji tindak pada musim
berikutnya. Pada kegiatan ini akan difasilitasi oleh Tim Pandu Lestari, Field, dan Kehati.
4.4. Pelaporan Hasil Kegiatan
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan oleh masing masing kelompok dalam bentuk diskusi terarah dan
terpadu di kelompok, antara kelompok, dan tingkat desa sebagai bahan informasi bagi masyarakat lain yang
belum terlibat dalam kelompok termasuk aparat pemerintahan seperti PPL, aparat desa dan kecamatan.
Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Tim Pandu Lestari, Filed, dan sejumlah dosen yang membidani keahlian
usaha tani tertentu sesuai kegiatan yang telah dilakukan.
Hasil akhir dari semua kegiatan didiskusikan oleh Tim Pandu Lestari bersama-sama dengan tim dari
Kehati untuk penyusunan laporan akhir kegiatan sekaligus penyusunan draft rencana kegiatan pada musim
berikutnya dengan mengkaji tingkat keberhasilan dan kendala-kendala yang terjadi, kemungkinan