• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh tentang analisis break even point dan mengembangkan keterampilan yang diperoleh selama proses perkuliahan dengan terjun langsung ke lapangan dalam hal ini di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

2. Bagi peternak, dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran dari peneliti terkait analisis break even point usaha ternak ayam petelur.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan dalam penerapan strategi kebijaksanaan mengenai pertanian khususnya pada peternakan usaha ayam petelur.

4. Bagi pihak lain, dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi terhadap pengembangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan analisis efisiensi ekonomi usaha ternak ayam petelur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Peternakan Ayam Petelur

Usaha peternakan adalah usaha pembibitan dan budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang diselengarakan secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu, untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan, untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkannya (Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, 2015).

Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan adalah pengusaha peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha Peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut dapat ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau

pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan.

Ayam petelur adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada dua tipe yaitu tipe pedaging dan tipe petelur. Ayam tipe petelur rmemiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun) efisiensi dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur dan tidak memiliki sifat mengeram. Menurut Rasyaf (2007), jenis ayam petelur dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu:

1. Tipe Ayam Petelur Ringan

Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping atau disebut kurus-mungil. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas dan keributan, jika ayam ini kaget ataupun kepanasan maka produksinya akan cepat turun.

2. Tipe Ayam Petelur Medium

Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Sehingga ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus tetapi tidak terlihat gemuk.

Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga.

Ayam petelur adalah ayam final stock yang dihasilkan dari ayam bibit parent stock (Rahayu et al., 2011). Ayam petelur merupakan jenis ayam yang memiliki laju pertumbuhan sangat pesat dan kemampuan berproduksi telur yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan ayam adalah serangkaian kegiatan usaha dalam bidang agraris terutama peternakan yang dilakukan perorangan atau badan hukum yang melaksanakan kegiatan menghasilkan ternak unggas berupa ayam pedaging atau petelur yaitu kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan unggas berupa ayam petelur untuk diambil manfaat dan hasil dari peternakan tersebut.

2.2 Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Petelur

Pemeliharaan merupakan salah satu aspek untuk menentukan keberhasilan menghasilkan produk. Tata laksana pemelihaaan yang tepat akan menghasilkan produksi yang baik. Tata laksana pemeliharaan yang baik meliputi pemberian pakan, pemberian air minum, bentuk dan ukuran kandang yang digunakan, pemberian vitamin dan penanganan kesehatan meliputi vaksinasi, pencegahan dan

pengobatan ayam sakit. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pemeliharaan meliputi kelembaban dan suhu.

2.2.1 Bibit

Pemilihan bibit merupakan langkah awal agar menghasilkan produksi yang baik. Pemilihan bibit berdasarkan kriteria jenis ayam, bentuk fisik, umur, bobot badan, produksi dan kesehatan. Pemilihan strain bibit dilakukan berdasarkan kemampuan berproduksi dari jenis ayam. Ayam petelur dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe ringan dan tipe medium. Ayam tipe ringan memiliki ciri-ciri badan ramping, bulunya berwarna putih bersih, berjengger merah dan produksi daging sedikit. Ayam tipe medium 4 memiliki ciri-ciri bobot tubuh sedang, lebih berat dari pada tipe ringan tetapi lebih kecil dari pada ayam broiler, bulunya berwarna coklat dan telur yang dihasilkan berwarna coklat. Ayam tipe medium disebut juga tipe dwiguna karena produksi telur dan daging cukup banyak (Rasyaf, 2009).

2.2.2 Pakan

Tujuan pemeliharaan adalah untuk menghasilkan produksi yang baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pakan. Pakan yang sesuai dan berkualitas maka akan menghasilkan produksi yang baik. Nutrien dalam pakan harus tepat sehingga memenuhi kebutuhan ayam. Ayam petelur membutuhkan pakan untuk bertahan hidup, pertumbuhan, produksi bulu dan produksi telur (Mulyantini, 2010). Pakan ayam petelur tersusun dari beberapa bahan pakan seperti jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan. Beberapa bahan kimia ditambahkan atau dicampurkan ke ransum untuk mencukupi

kebutuhan mineral dan vitamin (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Kecukupan pakan pada ayam dapat diketahui dengan menghitung nilai feed conversation ratio (FCR) adalah nilai konversi pakan yang berarti perbandingan jumlah pakan yang dihabiskan dengan total jumlah telur.

Pada fase akhir grower sampai fase awal layer terjadi perkembangan organ reproduksi yang menjadi titik rawan untuk periode puncak produksi. Pada fase puncak produksi kebutuhan nutrisi akan meningkat karena digunakan mencukupi kebutuhan untuk membentuk telur. Jika kebutuhan tidak tercukupi maka telur yang dihasilkan akan memiliki bobot yang rendah dan 5 kerabang telur akan tipis sehingga akan mudah pecah. Produktivitas telur akan menurun bahkan ayam menjadi berhenti atau tidak memproduksi telur. Air minum harus selalu tersedia.

Konsumsi air minum dipengaruhi oleh suhu lingkungan, jenis dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Jika suhu lingkungan meningkat maka konsumsi air akan meningkat. Air minum yang diberikan harus terhindar dari sumber penyakit dan kandungan logam. Ciri air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung bakteri patogen dan tidak mengandung bahan kimia yang membahayakan (Fauzi, 2014).

2.2.3 Kandang

Kandang sebagai tempat tinggal ayam dalam waktu yang lama. Fungsi kandang adalah memberikan rasa nyaman pada ternak dan melindungi dari berbagai faktor yang dapat menyebabkan ternak menjadi stres seperti sinar matahari, hujan, angin kencang, debu dan udara dingin (Fauzi, 2014). Sehingga kandang yang dibuat dapat membuat ayam nyaman. Pembuatan kandang sesuai

kebutuhan dan dapat mempermudah pekerjaan karyawan. Kandang yang baik maka membuat ternak nyaman dan mengurangi stres sehingga produksi akan meningkat. Kandang mempermudah pekerjaan karyawan seperti pemberian pakan, sanitasi, kontrol penyakit lebih mudah (Mulyantini, 2010). Aspek yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah bentuk kandang, bahan pembuatan kandang, besar modal dan kondisi lingkungan. Kandang terdiri dari 2 macam yaitu kandang baterai dan kandang postal. Kandang baterai adalah kandang yang terbuat dari kawat atau kayu yang berbentuk kotak dan bertingkat. 6 Letak kandang dapat berhadap-hadapan atau bertolak belakang. Kandang postal adalah kandang yang berlantai rapat dan menggunakan alas liter serta terbuka.

Bangunan kandang terdiri dari atap, dinding dan lantai kandang. Atap kandang terbuat dari bahan yang dapat melindungi dan mengurangi panas dalam kandang. Atap kandang dapat terbuat dari seng, asbes, genteng dan daun kelapa.

Bentuk atap kandang terdiri dari atap monitor, atap semi monitor, atap tipe A dan atap jongkok. Atap kandang berbentuk monitor maka menjadikan sirkulasi udara lancar dan membantu mengeluarkan debu dan ammonia (Mulyantini, 2010).

Dinding kandang berfungsi untuk melindungi ayam dan membatasi ayam agar tidak keluar kandang. Dinding kandang dapat terbuat dari kayu, kawat atau dinding permanen. Dinding yang digunakan perlu disesuaikan dengan ventilasi.

Jika terbuat dari kayu atau kawat maka perlu diatur dengan jarak tertentu agar sirkulasi udara berjalan lancar. Menggunakan dinding permanen maka perlu membuat ventilasi. Ventilasi berfungsi untuk sirkulasi udara. Sirkulasi udara tidak

lancar menyebabkan amonia yang timbul dari kotoran ayam menjadi racun sehingga mengakibatkan penyakit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

2.2.4 Pencegahan penyakit

Pecegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi teratur, mencegah burung/hewan liar masuk ke dalam kandang, pemberian ransum dengan mutu yang baik, pembersihan air minum yang bersih dan vaksinasi. Vaksinasi merupakan kegiatan memasukkan bakteri atau virus yang telah dilemahkan (vaksin) ke tubuh ternak yang bertujuan untuk antibodi ayam meningkat sehingga kebal terhadap penyakit (Fauzi, 2014). Vaksinansi dilakukan terjadwal sesuai dengan umur ayam atau untuk mengantisipasi penyakit yang sedang mewabah.

Vaksin dapat dilakukan dengan cara suntik ke dalam tubuh ternak, dicampur dengan air minum, tetes mata atau hidung, suntik ke tubuh ayam dan semprot (Mulyantini, 2010).

2.3 Produksi Telur

Produksi telur adalah upaya untuk memadukan sumber daya yang terpilih agar menghasilkan telur melalui suatu teknik beternak yang telah ditentukan.

Produk yang dapat dijual dalam usaha ayam petelur ini berupa penjualan telur, dalam penjualan ayam afkir dan penjualan kotoran ayam (Mariyah, 2010).

Produksi telur pada ayam dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu kondisi awal ayam pada saat mulai bertelur dan potensi tumbuh ayam dari awal bertelur sampai puncak produksi. Adapun kandungan protein 14% di dalam ramsum dinilai kurang cukup untuk mempertahankan produksi telur yang tinggi, bobot telur serta efisiensi penggunaan ransum (Isapoultry, 2006). Produksi telur sangat

tergantung pada jumlah konsumsi protein dan asam amino perhari. Kira-kira 80-85% konsumsi asam amino langsung digunakan untuk produksi telur.

Produksi telur merupakan parameter ekonomi yang penting dalam sistem perunggasan berpotensi mempengaruhi produksi telur (Liu et al., 2004; Lewis dan Gous, 2006). Namun, pada akhirnya, susunan genetik suatu spesies memiliki pengaruh mendasar pada produksi telur.

Nilai Standar produksi ayam telah ditentukan oleh perusahaan pembibitan (breeder). Standar tersebut meliputi Hen Day Production, berat telur, lama 18 produksi, konversi pakan, kekebalan dan daya hidup serta pertumbuhan.

Pencapaian performa tersebut tergantung dari manajemen pemeliharaan yang diterapkan oleh masing-masing peternak (Anonim, 2011). Anonim (2005) menyatakan bahwa penurunan rataan produksi telur tergantung pada lingkungan, kualitas pakan, pemberian pakan, strain dan faktor manajemen.

Produktivitas ayam petelur dapat diukur dengan produksi harian dan bulanan. Indikator produktivitas ayam petelur dinyatakan dengan Hen Day Production (HDP). Tujuan pengukuran produksi telur adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh sekelompok ayam pada umur tertentu.

Kemampuan ayam petelur berproduksi tinggi akan menghasilkan rata-rata 250 butir telur/ekor/tahun dengan berat kira-kira mencapai 60 g.

Produksi Telur ditinjau Hen Day Production (%), dengan rumus yang digunakan dalam menghitung HDP yaitu:

2.4 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. (Himawati, 2006). Biaya yang dikeluarkan oleh Peternakan ayam petelur dari biaya tetap dan biaya variabel adalah:

1. Biaya tetap

Biaya merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan. Misalnya: gaji, sewa tempat, bunga hutang bank, pajak, dan penyusutan peralatan (depresiasi).

TFC = FC x n Dimana:

TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

n = banyaknya input

Sedangkan biaya penyusutan ini meliputi biayapenyusutan peralatan, kandang, gudang, pajak dan bunga. Biaya penyusutan dihitung sebagai berikut :

Keterangan:

D = Depresiasi (Penyusutan) Pb = Harga beli (Rp)

Ps = Harga jual (Rp)

T = Lama pemakaian (tahun) (Himawati, 2006) 2. Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (biaya operasi). Misalnya: bahan mentah, komisi penjualan, upah lembur, transport dan pakan ternak. (Himawati, 2006).

TVC = VC x n Dimana:

TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel) VC = Variable Cost (Biaya Variabel)

n = Banyaknya Unit

Akhirnya biaya produksi secara matematis dapat ditulis (Himawati, 2006) sebagai berikut:

TC = TFC + TVC Dimana:

TC = Total Cost (Total Biaya Produksi) TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)

3. Penerimaan

Penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual atau penerimaan dapat dimaksudkan sebagai pendapatan kotor usaha, sebab belum dikurangi dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung (Soekartawi, 2005).

TR = (p1x Q) + (p2 x Q) + (p3 x Q)

Keterangan:

TR = Total revenue p1 = Harga /kg telur p2 = Harga /kg ayam afkir p3 = Harga/ hasil samping Q = Tingkat produksi 4. Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dan biaya yang dikeluarkan . pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan . Sisa dari pendapatan merupakan tabungan sebagai sumber dan untuk memungkinkan petani mengusahakan usaha lain. Besarnya pendapatan dapat digunakan menilai keberhasilan petani dalam mengelola usaha taninya (Prasetya, 2006).

Pd = TR - TC Keterangan :

Pd = Pendapatan ayam petelur (Rp) TR = Total Penerimaan ayam petelur (Rp) TC = Total Biaya ayam petelur (Rp) 5. Harga

Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan jumlah uang yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dan barang atau jasa berikut pelayanannya. Menurut William J. Stanton harga adalah jumlah uang (Kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk

memperoleh beberapa kombinasi sebuah produkdan pelayanan yang menyertainya.

Harga menurut Kotler dan Amstrong adalah jumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Harga adalah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen lainnya melambangkan biaya.

Harga bersifat Fleksibel, artinya dapat berubah dengan cepat.

2.5 Break Even Point (Titik Impas)

Break even point adalah titik dimana biaya dan pendapatan sama dengan nol. Menurut Carter dan Usry (2005) menyatakan bahwa analisis BEP adalah suatu cara atau teknik yang digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah suatu perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba (Bustami dan Nurlela, 2007).

Analisis titik impas (Break Event Point) adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Break Event Point (BEP) merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi, sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan (Herjanto, 2007).

Untuk mengetahui Break Event Point (Titik Impas) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suratiyah, 2015).

a. Titik impas jumlah telur (Rp):

BEP jumlah telur (Rak)

b. Titik impas dalam harga:

BEP harga telur (Rp)

Kriteria BEP produksi atau jumlah telur adalah sebagai berikut:

a. Jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi menguntungkan.

b. Jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi titik impas atau tidau untung/tidak rugi.

c. Jika BEP Produksi > Jumlah Produksi maka usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Sementara kriteria untuk BEP Harga adalah sebagai berikut:

a. Jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi menguntungkan.

b. Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi titik impas atau tidau untung/tidak rugi.

c. Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Dari uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa analisis break even point adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat produksi maupun tingkat penjualan dimana dari tingkat produksi dan penjualan tersebut perusahaan tidak mengalami kerugian maupun mendapatkan keuntungan (impas).

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian analisis break even point usaha ternak ayam petelur yang menggunakan pada konsep (grand teory), metode yang digunakan, dan hasil penelitian. Dengan memahami suatu hasil penelitian terdahulu maka dapat diperoleh intisari mengenai keunggulan dan keterbatasan dari segi teori maupun metode penelitian pada masing-masing penelitian terdahulu yang akan berdampak pada peningkatan kualitas hasil penelitian.

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

No Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian St. Aisyah R

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam petelur mandiri memperoleh pendapatan sebesar Rp

103.600.850/periode(1.000 Sebesar 199.330.762 skala 5.000 ekor. Sementara

break even point hasil telur utuh sebesar 2.039 rak

(5.000 ekor). Dengan demikian, hasil break even point usaha peternakan ayam petelur mandiri sudah dikatakan layak dan mendapatkan keuntungan.

Beiyana Winowoda, dkk (2020)

Metode penelitian ini

yaitu untuk

menganalisis

keuntungan dan break even point usaha peternakan ayam ras petelur “UD. Tetey Permai.”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras petelur “UD. Tetey Permai”

memperoleh keuntungan

sebesar Rp

3.117.715.583/periode dan sudah beroperasi diatas Break Even Point pada penjualan telur 1.129.389 butir atau pada penelitian ini adalah deskriptif penelitian.

Data yang dicari dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi telur yang akan digunakan untuk menentukan titik Break Event

Hasil dari penelitian ini adalah biaya yang diperoleh sangat penting, peneliti juga mencari jumlah keuntungan yang nantinya akan diperoleh oleh perusahaan, hal ini ditentukan oleh seberapa besar biaya yang dikeluarkan atau diterima oleh perusahaan. Berdasarkan perhitungan poin Break Event tahun 2017, UD. Kakaskasen Indah meraih Break Event point pada penjualan telur Rp.

9.949.539.134 atau 254.767,98 unit. Dengan Keselamatan Margin 52,82% agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Metode penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai Break Even Point (BEP), nilai

penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas pada Peternakan Unggas Rencang Gesang Polutry Farm selama 3 tahun (2013-2015), yaitu 26,97%, 14,65% dan 14,29%. Nilai Break Even Point (BEP) unit setahun (2013-2015), yaitu 55.0099 kg, 56979 kg dan 52.825 kg sedangkan nilai break titik genap untuk harga tahun (2013-2015) adalah

Rp 2.299.611.164, Rp

Metode penelitian ini menggunakan : Break Even Point dan Margin of Safety.

Hasil penelitian, bahwa BEP (unit) dan BEP (rupiah) milik usaha Edy Thamrin berada pada Laba yang Optimal dimana realisasi volume penjualan dan pendapatannya diatas batas BEP (Unit) dan BEP (rupiah).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis break even point pada usaha ternak ayam petelur di Desa Tambangan sudah dapat dikatakan layak dan mendapatkan keuntungan. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dan Sitti Arwati (2021) yang dimana usaha ternak ayam petelur mandiri memperoleh pendapatan sebesar Rp. 103.600.850/ periode dengan harga utuh telur 71.366.334 pada skala 1.000 ekor dan Rp.

47.203.250/periode dengan harga jual telur utuh sebesar 199.330.762 pada skala 5.000 ekor.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rinto Siswanti, I.S dan R. Muryani (2017) yang dimana menyatakan bahwa tingkat profitabilitas pada Peternakan Unggas Rencang Gesang Polutry Farm selama 3 tahun (2013-2015), yaitu 26,97%, 14,65% dan 14,29%. Nilai Break Even Point (BEP) unit setahun (2013-2015), yaitu 55.0099 kg, 56979 kg dan 52.825 kg sedangkan nilai break titik genap untuk harga tahun (2013-2015) adalah Rp 2.299.611.164, Rp 3.207.697.510 dan Rp 3.452.146.815. Rated R/C Ratio Peternakan Rencang Gesang Polutry menguntungkan karena nilai R/C Ratio lebih

2.7 Kerangka Pemikiran

Peternakan ayam petelur merupakan salah satu jenis usaha yang banyak memberikan kontribusi pendapatan di Indonesia. Suatu peternakan ayam petelur mengandalkan telur sebagai hasil yang akan dibeli atau dimanfaatkan oleh konsumen, sebagai ternaknya adalah ayam.

Untuk membiayai input-input tersebut dipelukan biaya. Biaya terbagi dua yakni biaya tetap yang terdiri dari biaya pembuatan kandang, pembelian peralatan, dan sewa lahan. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya pembelian bibit DOC, pakan, upah tenaga kerja, dan biaya pemeliharaan. Untuk menghasilkan proses produksi yang tinggi dan berkualitas diperlukan suatu penanganan atau manajemen pemeliharaan yang baik dari semua aspek pemeliharaan. Jika pemeliharaan kurang baik, dapat mengakibatkan kematian ayam sebelum dipanen.

Produksi merupakan suatu proses untuk mengkombinasikan, mentransformasikan, dan mengubah input menjadi output. Output yang dihasilkan dan harga jual output. Hubungan antara input dengan input, input dengan output dan output dengan output yang merupakan dan menjadi kharakteristik dari fungsi produksi suatu perusahaan tergantung pada teknik produksi yang digunakan. Pada umumnya, semakin maju teknologi yang digunakan akan semakin meningkatkan output yang dapat diproduksikan dengan suatu jumlah input tertentu. Sedangkan Penerimaaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah bisnis. Penerimaan merupakan hasil dari penjualan telur ayam yang tergantung dari harga pasar saat itu.

Break Even Point adalah titik dimana pendapatan sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan. Total keuntungan dan kerugian ada pada posisi 0 titik break even point yang artinya pada titik ini perusahaan tidak mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Hal tersebut

Break Even Point adalah titik dimana pendapatan sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan. Total keuntungan dan kerugian ada pada posisi 0 titik break even point yang artinya pada titik ini perusahaan tidak mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Hal tersebut

Dokumen terkait